PERCOBAAN KE – I
Nim : (18.72.020464)
II. Tujuan
1. Memiliki keterampilan dalam melakukan pemeriksaan bilirubin metode diazotized
sulfanilic pada sampel serum.
2. Menentukan kadar bilirubin pada serum sampel patologis dan non patologis.
3. Mengetahui kadar bilirubin total pada sampel serum yang diperiksa.
III. Metode
Diazotized sulfanilic
IV. Prinsip
Bilirubin langsung dalam sampel bereaksi dengan asam sulfanilat diazot
membentuk kompleks berwarna yang dapat diukur dengan spektrofotometri baik
pasangan bilirubin langsung dan tidak langsung dengan diazo di hadapan setrimida.
istilah langsung dan total mengacu pada karakteristik reaksi bilirubin serum tanpa
adanya atau adanya reagen pelarut (mempercepat). bilirubin langsung dan tidak
langsung hanya kira-kira setara dengan traksi terkonjugasi dan tidak terkonjugasi.
V. Dasar teori
Salah satu fungsi hati utama adalah melakukan ekskresi bilirubin, fungsi hati
ini dapat terganggu apabila ada kerusakan fungsi hati. Gangguan ekskresi bilirubin ini
menyebabkan peningkatan atau penurunan kadar bilirubin serum. Pada pasien
hepatitis nilai serum Bilirubin Total naik ke puncak 2,5 mg/dL dan berlangsung ketat
dengan tanda-tanda klinik penyakit kuning. Tingkatan Bilirubin juga terdapat pada
urine. Kadar bilirubin dalam serum menggambarkan tingkat kesanggupan hati dalam
mengkonjugasikan bilirubin dan diekskresikan oleh empedu.
Hati adalah organ kelenjar terbesar dengan berat kira-kira 1200-1500 gram.
Terletak di abdomen kuadrat kanan atasmenyatu dengan saluran bilier dan kandung
empedu. Hati menerima pendarahan dari sirkulasi sistemik melalui arteri hepatika dan
menampung aliran darah dari sistem porta yang mengandung zat makanan yang
diabsorbsi usus.Secara mikroskopis, hati tersusun oleh banyak lobulus dengan
struktur serupa yang terdiri dari hepatosit, saluran sinusoid yang dikelilingi oleh
endotel vaskuler dan sel kupffer yang merupakan bagian dari sistem
retikuloendotelial.
Hati memiliki peran sangat penting dalam metabolisme glukosa dan lipid,
membantu proses pencernaan,absorbsi lemak dan vitamin yang larut dalam lemak,
serta detoksifikasi tubuh terhadap zat toksik.Interpretasi hasil pemeriksaan uji fungsi
hati tidak dapat menggunakan hanya satu parameter tetapi menggunakan gabungan
beberapa hasil pemeriksaan, karena keutuhan sel hati dipengaruhi juga faktor
ekstrahepatik.
Pemeriksaan fungsi hati diindikasikan untuk penapisan atau deteksi adanya
kelainan atau penyakit hati, membantu menengakkan diagnosis, memperkirakan
beratnya penyakit, membantu mencari etiologi suatu penyakit, menilai hasil
pengobatan, membantu mengarahkan upaya diagnostic selanjutnya serta menilai
prognosis penyakit dan disfungsi hati.
Jenis uji fungsi hati dapat dibagi menjadi 3 besar yaitu penilaian fungsi hati,
mengukur aktivitas enzim, dan mencari etiologi penyakit.Pada penilaian fungsi hati
diperiksa fungsi sintesis hati, eksresi, dan detoksifikasi. Bilirubin berasal dari
pemecahan heme akibat penghancuran sel darah merah oleh sel retikuloendotel.
Akumulasi bilirubin berlebihan di kulit, sklera, dan membran mukosa menyebabkan
warna kuning yang disebut ikterus. Kadar bilirubin lebih dari 3 mg/dL biasanya baru
dapat menyebabkan ikterus. Ikterus mengindikasikan gangguan metabolisme
bilirubin, gangguan fungsi hati, penyakit bilier, atau gabungan ketiganya.
Bahan:
1. Sampel serum atau plasma
2. Tissue
3. Reagen AT
4. Akuadest
VII. Cara kerja
1. Pipet kedalam tabung dan beri label.
Sampel
- 100 µl 100 µl -
Standard (S)
- - - 100 µl
Reagent (AT)
- 1,0 ml - -
Working reagent
1,0 ml - 1,0 ml 1,0 ml
2. Dihomogenkan lalu didiamkan tabung selama 2 menit pada suhu ruang / suhu
kamar.
3. Baca absorbasi (A) dari sampel kosong pada 540 nm terhadap air suling.
4. Baca absorbansi (A) dari sampel dan standar pada 540 nm terhadap reagen
kosong.
X. Pembahasan
Bilirubin merupakan suatu senyawa tetrapirol yang dapat larut dalam lemak
maupun air yang berasal dari pemecahan enzimatik gugus heme dari berbagai heme
protein seluruh tubuh. Sebagian besar (kira - kira 80%) terbentuk dari proses
katabolik hemoglobin, dalam proses penghancuran eritrosit oleh RES di limpa, dan
sumsum tulang. Disamping itu sekitar 20 % dari bilirubin berasal dari sumber lain
yaitu non heme porfirin, prekusor pirol dan lisis eritrosit muda. Dalam keadaan
fisiologis pada manusia dewasa, eritrosit dihancurkan setiap jam. Dengan demikian
bila hemoglobin dihancurkan dalam tubuh, bagian protein globin dapat dipakai
kembali baik sebagai protein globin maupun dalam bentuk asam- asam aminonya. (E.
N. Kosasih, 2008).
Metabolisme bilirubin diawali dengan reaksi proses pemecahan heme oleh
enzim hemoksigenase yang mengubah biliverdin menjadi bilirubin oleh enzim
bilirubin reduksitase. Sel retikuloendotel membuat bilirubin tak larut air, bilirubin
yang sekresikan ke dalam darah diikat albumin untuk diangkut dalam plasma.
Hepatosit adalah sel yang dapat melepaskan ikatan, dan mengkonjugasikannya
dengan asam glukoronat menjadi bersifat larut dalam air. Bilirubin yang larut dalam
air masuk ke dalam saluran empedu dan diekskresikan ke dalam usus . Didalam usus
oleh flora usus bilirubin diubah menjadi urobilinogen yang takberwarna dan larut air,
urobilinogen mudah dioksidasi menjadi urobilirubin yang berwarna. Sebagian
terbesar dari urobilinogen keluar tubuh bersama tinja, tetapi sebagian kecil diserap
kembali oleh darah vena porta dikembalikan ke hati. Urobilinogen yang demikian
mengalami daur ulang, keluar lagi melalui empedu. Ada sebagian kecil yang masuk
dalam sirkulasi sistemik, kemudian urobilinogen masuk ke ginjal dan diekskresi
bersama urin (Widman F.K,1995).
Pembentukan bilirubin dimulai dengan proses oksidasi yang menghasilkan
biliverdin serta beberapa zat lain. Biliverdin inilah yang mengalami reduksi dan
menjadi bilirubin bebas. Pembentukan dalam keadaan fisiologis, masa hidup eritrosit
manusia sekitar 120 hari. Sel-sel eritrosit tua dikeluarkan dari sirkulasi dan
dihancurkan oleh limpa. Apoprotein dari hemoglobin dihidrolisis menjadi komponen
asam-asam aminonya. Katabolisme heme dari semua hemeprotein terjadidalam fraksi
mikrosom sel retikuloendotel oleh sistem enzim yang kompleks yaitu heme
oksigenase yang merupakan enzim dari keluarga besar sitokrom P450. Langkah awal
pemecahan gugus heme ialah pemutusan jembatan α metena membentuk biliverdin,
suatu tetrapirol linier. Besi mengalami beberapa kali reaksi reduksi dan oksidasi,
reaksi-reaksi ini memerlukan oksigen dan NADPH. Pada akhir reaksi dibebaskan
Fe3+ yang dapat digunakan kembali, karbon monoksida yang berasal dari atom
karbon jembatan metena dan biliverdin. Jenis Bilirubin Bilirubin terbagi menjadi 2
jenis yaitu : Bilirubin terkonjugasi (bilirubin glukoronida atau hepatobilirubin) masuk
ke saluran empedu dan di ekskresikan ke usus. Selanjutnya flora usus akan
mengubahnya menjadi urobilinogen dan dibuang melalui feses serta sebagian kecil
melalui urin. Bilirubin terkonjugasi bereaksi cepat dengan asam sulfanilat yang
terdiazotasi membentuk azobilirubin (reaksi van den Bergh), karena itu sering
dinamakan bilirubin direk atau bilirubin langsung. Bilirubin tak terkonjugasi
(hematobilirubin) yang merupakan bilirubin bebas yang terikat albumin harus lebih
dulu dicampur dengan alkohol, kafein atau pelarut lain sebelum dapat bereaksi,
karena itu dinamakan bilirubin indirek ataubilirubin tidak langsung
XI. Kesimpulan
Pada pemeriksaan kali ini di dapatkan hasil 1mg/dl berapa nilai ini terjadi peningkatan
pada sampel yang artinya nilai tersebut abnormal
XII. Daftar pustaka
1. Kosasih, E.N dan A.S Kosasih. 2008.Tafsiran Hasil pemeriksaan
LaboratoriumKlinik edisi kedua. Karisma Publishing Group : Tangerang.
2. Carl E Speicher,M.D, dkk.1999. pemilihan uji laboratorium yang
efektif, EGC-Jakarta, Edisi ke-1.
3. Widmann, Frances K. 1995.Tinjauan klinis atas hasil pemeriksaan laboratorium.
Ed.9.Penerjemah: Siti Boedina Kresno; Ganda Soebrata, J.Latu. Jakarta : EGC.
PERCOBAAN KE – II
Nim : (18.72.020464)
II. Tujuan
1. Memiliki keterampilan dalam melakukan pemeriksaan bilirubin direk & indirek
metode Diazotized Sulfanilic pada sampel serum.
2. Menentukan kadar bilirubin direk & inderek pada sampel patologis dan non
patologis.
3. Mengetahui kadar bilirubin direk & indirek pada sampel serum yang diperiksa.
III. Metode
Diazotized sulfanilic
IV. Prinsip
Bilirubin langsung dalam sampel bereaksi dengan asam sulfanilat diazot
membentuk kompleks berwarna yang dapat diukur dengan spektrofotometri baik
pasangan bilirubin langsung dan tidak langsung dengan diazo di hadapan setrimida.
Istilah langsung dan total mengacu pada karakteristik reaksi bilirubin serum tanpa
adanya atau adanya reagen pelarut (mempercepat). Bilirubin langsung dan tidak
langsung hanya kira-kira setara dengan traksi terkonjugasi dan tidak terkonjugasi.
V. Dasar teori
Hati adalah organ kelenjar terbesar dengan berat kira-kira 1200-1500 gram.
Terletak di abdomen kuadrat kanan atas menyatu dengan saluran bilier dan kandung
empedu. Hati menerima pendarahan dari sirkulasi sistemik melalui arteri hepatika dan
menampung aliran darah dari sistem porta yang mengandung zat makanan yang
diabsorbsi usus. Secara mikroskopis, hati tersusun oleh banyak lobulus dengan
struktur serupa yang terdiri dari hepatosit, saluran sinusoid yang dikelilingi oleh
endotel vaskuler dan sel kupffer yang merupakan bagian dari sistem
retikuloendotelial.
Hati memiliki peran sangat penting dalam metabolisme glukosa dan lipid,
membantu proses pencernaan,absorbs lemak dan vitamin yang larut dalam lemak,
serta detoksifikasi tubuh terhadap zat toksik. Interpretasi hasil pemeriksaan uji fungsi
hati tidak dapat menggunakan hanya satu parameter tetapi menggunakan gabungan
beberapa hasil pemeriksaan, karena keutuhan sel hati dipengaruhi juga faktor
ekstrahepatik.
Pemeriksaan fungsi hati diindikasikan untuk penapisan atau deteksi adanya
kelainan atau penyakit hati, membantu menengakkan diagnosis, memperkirakan
beratnya penyakit, membantu mencari etiologi suatu penyakit, menilai hasil
pengobatan, membantu mengarahkan upaya diagnostik selanjutnya serta menilai
prognosis penyakit dan disfungsi hati. Jenis uji fungsi hati dapat dibagi menjadi 3
besar yaitu penilaian fungsi hati, mengukur aktivitas enzim, dan mencari etiologi
penyakit. Pada penilaian fungsi hati diperiksa fungsi sintesis hati, eksresi, dan
detoksifikasi.
Bilirubin berasal dari pemecahan heme akibat penghancuran sel darah merah
oleh sel retikuloendotel. Akumulasi bilirubin berlebihandi kulit, sklera, dan membran
mukosa menyebabkan warna kuning yang disebut ikterus. Kadar bilirubin lebih dari 3
mg/dL biasanya baru dapat menyebabkan ikterus. Ikterus mengindikasikan gangguan
metabolisme bilirubin, gangguan fungsi hati, penyakit bilier, atau gabungan
ketiganya.
Metabolisme bilirubin dimulai oleh penghancuran eritrosit setelah usia 120
hari oleh sistem retikuloendotel menjadi heme dan globin. Globin akan mengalami
degradasi menjadi asam amino dan digunakan sebagai pembentukan protein lain.
Heme akan mengalami oksidasi dengan melepaskan karbonmonoksida dan besi
menjadi biliverdin. Biliverdin reductase akan mereduksi biliverdin menjadi bilirubin
tidak terkonjugasi (bilirubin indirek). Setelah dilepaskan ke plasma bilirubin tidak
terkonjugasi berikatan dengan albumin kemudian berdifusi ke dalam sel hati.
Bilirubin tidak terkonjugasi dalam sel hati akan dikonjugasi oleh asam
glukuromat membentuk bilirubin terkonjugasi (bilirubin direk), kemudian dilepaskan
ke saluran empedu dan saluran cerna, di dalam saluran cerna bilirubin terkonjugasi
dihidrolisis oleh bakteri usus β-glucuronidase, sebagian menjadi urobilinogen yang
keluar dalam tinja (sterkobilin) atau diserap kembali oleh darah lalu dibawa ke hati
(siklus enterohepatik). Urobilinogen dapat larut dalam air, sehingga sebagian
dikeluarkan melalui ginjal.
2. Aduk rata hingga homogen dan biarkan tabung berdiri tepat (inkubasi ) selama 5
menit pada suhu 37° C.
3. Baca absorbansi (A) dari sampel kosong pada Panjang gelombang 540 nm
terhadap air suling.
4. Baca absorbansi (A) dari sampel pada Panjang gelombang 540 nm terhadap
reagen kosong.
X. Pembahasan
Pada pemeriksaan bilirubin total, sampel tersebut diperiksa dengan melakukan
penambahan reagen bilirubin total sebanyak 1000 µI dan 1 tetes larutan T- Nitrit,
fungsi penambahan reagen ini adalah sebagai akselerator guna mempercepat reaksi
dengan membentuk zat warna azo. Kemudian reagen tersebut diinkubasi selama 5
menit berguna untuk mempercepat reaksi dimana analit-analit pada sampel akan
berikatan dengan sampel sehingga terjadi reaksi yang sempurna.setelah itu dilakukan
penambahan sampel sebanyak 100 µI dan dilakukan inkubasi selama 10- 30 menit
setelah itu diperiksa terlebih dahulu blanko yang berguna sebagai standar dimana hal
ini digunakan sebagai pembanding. Lalu diperiksa secara fotometrik pada
spektofotometer, dengan prinsip reaksinya yaitu terjadi dimana asam sulphanilic
direaksiakan dengan natrium nitrit menjadi diazotised sulphanilic acid (DSA) yang
akan bereaksi dengan bilirubin dan accelator membentuk zat warna azo.
Sehingga hasil yang diperoleh pada pameriksaan bilirubin total pada sampel A ialah
1,65 mg/dl, Hasil yang diperoleh yaitu tinggi karena berada pada di atas range normal
untuk orang dewasa yaitu 1,1 mg/dl yang dapat diinterpretasikan hasilnya terjadi
gangguan pada hati, Adapun hal-hal yang dapat menyebabkan peningkatan kadar
bilirubin total dan adalah sebagai berikut: terjadi ikterik obstruktif karena batu atau
neoplasma, hepatitis, sirosis hati, mononucleosis infeksiosa, metastasis (kanker) hati,
penyakit Wilson. Pengaruh obat : antibiotic (amfoterisin B, klindamisin, eritromisin,
gentamisin, linkomisin, oksasilin, tetrasiklin), sulfonamide, obat antituberkulosis
( asam para-aminosalisilat, isoniazid), alopurinol, diuretic (asetazolamid, asam
etakrinat), mitramisin, dekstran, diazepam (valium), barbiturate, narkotik (kodein,
morfin, meperidin), flurazepam, indometasin, metotreksat, metildopa, papaverin,
prokainamid, steroid, kontrasepsi oral, tolbutamid, vitamin A, C, K. sedangkan pada
sampel B hasilnya ialah 0.48 mg/dl, Hasil yang diperoleh yaitu normal karena berada
pada range normal untuk orang dewasa yaitu 1,1 mg/dl
Pada pemeriksaan bilirubin direk, sampel tersebut diperiksa dengan
melakukan penambahan reagen bilirubin total sebanyak 1000 µI dan 1 tetes larutan
D- Nitrit, fungsi penambahan reagen ini adalah sebagai akselerator guna mempercepat
reaksi dengan membentuk zat warna azo. Kemudian reagen tersebut ditambahkan
sampel sebanyak 100 µI dan dilakukan inkubasi selama 10-30 menit setelah itu
diperiksa terlebih dahulu blanko yang berguna sebagai standar dimana hal ini
digunakan sebagai pembanding. Lalu diperiksa secara fotometrik pada humalyzer,
dengan prinsip reaksinya yaitu terjadi dimana asam sulphanilic direaksiakan dengan
natrium nitrit menjadi diazotised sulphanilic acid (DSA) yang akan bereaksi dengan
bilirubin dan akselerator berupa senyawa caffein yang berada didalam komposisi
reagen sehingga membentuk zat warna azo. Dari praktikum hasil yang diperoleh pada
pemeriksaan bilirubin direk pada sampel A adalah 0,44 mg/dl, Hasil yang diperoleh
yaitu tidak normal dimana hasilnya berada di atas range normal untuk orang dewasa
yaitu 0,25 mg/dl yang dapat diinterpretasikan hasilnya terjadi gangguan, Adapun hal-
hal yang dapat menyebabkan peningkatan kadar bilirubin direk adalah sebagai
berikut: eritroblastosis fetalis, anemia sel sabit, reaksi transfuse, malaria, anemia
pernisiosa, septicemia, anemia hemolitik, talasemia, CHF, sirosis terdekompensasi,
hepatitis. Pengaruh obat : aspirin, rifampin, fenotiazin , sedangkan pada sampel B
hasilnya adalah 0,06 mg/dl, Hasil yang diperoleh yaitu normal dimana hasilnya
berada range normal untuk orang dewasa yaitu 0,25 mg/dl
Sedangkan bilirubin indirek tidak diukur secara langsung tetapi. bilirubin
indirek diperhitungkan dari selisih antara bilirubin total dan bilirubin direk hal ini
disebabkan karena bilirubin total melibatkan pelarutan bentuk tidak terkonjugasi
sebelum kuantifikasi kimiawi. Dengan demikian hasil yang diperoleh untuk bilirubin
indirek adalah hasil kurang antara bilirubin total dan bilirubin direk sehingga hasilnya
pada sampel A adalah (1,65 mg/dl – 0,44mg/dl) = 1,21 mg/dl sehingga
diinterpretasikan terjadi gangguan fungsi hati,dengan melihat range nilai normal
bilirubin indirect adlah 0.1-1.0 mg/dl .
XI. Kesimpulan
Pada pemeriksaan kali ini di dapatkan hasil berapa nilai ini terjadi peningkatan pada
sampel yang artinya nilai tersebut abnormal
XII. Daftar pustaka
PERCOBAAN KE – III
PEMERIKSAAN AST/SGOT
Nim : (18.72.020464)
II. Tujuan
1. Mampu melakukan pemeriksaan enzim AST dalam sampel serum
2. Memahami prinsip metode yang digunakan dalam pemeriksaan AST dalam
sampel serum
3. Dapat mengetahui efek hemolysis terhadap nilai AST
III. Metode
Rekomendasi IFCC
IV. Prinsip
Ast / mengkatalisasi gugus amino dari aspartat menjadi 2 - oksoglutarat,
membentuk oksaloasetat dan glutamat. konsentrasi katalitik ditentukan dari laju
penurunan NADH, diukur pada 340nm, dengan menggunakan reaksi pasangan malate
denydrogenase (MDH).
V. Dasar teori
Hati adalah organ penting, dan kelenjar terbesar pada tubuh manusia. Hati
memiliki berat sekitar 1,5 kg atau 2% berat badan orang dewasa normal. Hati terletak
dalam rongga perut dibawah diafragma. Hati penting dalam tubuh karena memiliki
beberapa fungsi yaitu pengolahan metabolik, detoksifikasi zat sisa, sintesis protein
plasma, tempat penyimpanan, pengaktifan vitamin D, pengeluaran bakteri dan sel
darah merah, ekskresi kolesterol, dan penghasil empedu. Pada biokimiawi hati
peningkatan Aspartate Aminotransferase (AST) atau Serum Glutamic Oxaloacetic
Transaminase (SGOT), dan Alanine Aminotransferase (ALT) atau Serum Glutamic
Pyruvic Transaminase prevalensinya meningkat menjadi 62,84% dan selanjutnya
menjadi 75,1% dari 2005-2008. (Aldrin, 2015)
SGOT (Serum Glutamik Oksaloasetik Transaminase) adalah enzim
transaminase sering juga disebut AST (Aspartat Amino Transferase) katalisator
perubahan dari asam amino menjadi asam alfa ketoglutarat. Enzim ini berada pada
serum dan jaringan terutama dan hati dan jantung. Pelepasan enzim yang tinggi ke
dalam serum menunjukkan adanya kerusakan utama pada jaringan jantung dan hati.
Pada penderita infark jantung, SGOT akan meningkat setelah 12 jam dan mencapai
puncak setelah 24-36 jam kemudian, dan akan kembali normal pada hari ke tiga
sampai hari ke lima. (Sutedjo, AY. SKM, 2008)
Enzim-enzim yang mengatalisis pemindahan reversible satu gugus amino
antara suatu asam amino dan suatu asam alfa-keto disebut aminotransferase, atau
transaminase oleh tata nama lama yang masih popular. Dua aminotransferase yang
paling sering diukur adalah alanine aminotransferase (ALT), yang dahulu disebut
“glutamate-piruvat transaminase” (GPT), dan aspartate aminotransferase (AST), yang
dahulu disebut “glutamate-oxaloacetate transaminase” (GOT). Baik ALT maupun
AST memerlukan piridoksal fosfat (Vitamin B6) sebagai kofaktor. Zat ini sering
ditambahkan ke reagen pemeriksaan untuk meningkatkan pengukuran enzim-enzim
ini seandainya terjadi defisiensi Vitamin B6 (misal, hemodialysis, malnutrisi). (Reza
A, Banundari Rachmawati, 2017)
Bahan:
1. Sampel serum atau plasma
2. Tissue
3. Reagen kerja
4. Akuadest
5. Serum kontrol
X. Pembahasan
Diagnosis penyakit hati dengan dengan menggunakan hasil pemeriksaan
laboratorium pada dasarnya adalah untuk mendapatkan informasi mengenai fungsi,
keutuhan sel, dan etiologi penyakit hati, dengan cara menafsirkan hasil pemeriksaan
laboratorium. Penafsiran hasil pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosis
penyakit hati tidak dapat menggunakan satu jenis hasil pemeriksaan laboratorium
saja, tetapi menggunakan gabungan beberapa hasil pemeriksaan. Hal itu disebabkan
oleh sifat hasil pemeriksaan laboratorium pada penyakit hati yang tidak spesifik dan
sensitif. Bersifat tidak spesifik karena hasil pemeriksaan fungsi hati dan keutuhan sel
hati dipengaruhi oleh kelainan diluar hati (factor ekstrahepatik). Bersifat tidak
sensitive karena daya cadang fungsi hati sangat besar dan daya regenerasi sel hati
sangat cepat sehingga pada kelainan hati yang ringan, baik kerusakan awal sel hati
maupun kerusakan jaringan hati yang belum luas .
SGOT/AST serum umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, semi
otomatis menggunakan chemistry analyzer. Nilai rujukan untuk SGOT/AST adalah
Perempuan : 0 – 50 U/L Perempuan : 0 – 35 U/L. SGOT/AST serum umumnya
diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, semi otomatis menggunakan
chemistry analyzer. Nilai rujukan untuk SGOT/AST adalah Perempuan : 0 – 50 U/L
Perempuan : 0 – 35 U/L. Fungsi hati dapat dibagi menjadi fungsi sintesis, fungsi
ekskresi, fungsi penyimpanan, dan fungsi detoksifikasi (penawar racun). Dalam
fungsi sintesis akan dibahas mengenai pemeriksaan protein, termasuk albumin,
globulin, elektroforesa protein dan protein-protein lain dan kolinesterase. Dalam
fungsi eskresi akan dibahas mengenai pemeriksaan bilirubin kolesterol, asam empedu,
dan trigleserida. Fungsi penyimpanan hati yang akan dibahas adalah pemeriksaan
glukosa dan glikogen, asam amino dan protein. Ammonia akan dibahas dalam fungsi
detoksifitasi. (Giantini Astuti, 2012)
AST (SGOT) dan ALT (SGPT) adalah indikator-indikator yang sensitif dari
kerusakan hati dari tipe-tipe penyakit yang berbeda. Namun harus ditekankan bahwa
tingkat-tingkat enzim-enzim hati yang lebih tinggi dari normal tidak harus secara
otomatis disamakan dengan penyakit hati. Mereka mungkin atau mereka bukan
persoalan-persoalan hati. Interpretasi (penafsiran) dari tingkat-tingkat AST dan ALT
yang naik tergantung pada seluruh gambaran klinis dilakukan oleh dokter yang
berpengalaman mengevaluasi penyakit hati.Tingkat-tingkat yang tepat dari enzim-
enzim itu tidak berkorelasi baik dengan luasnya kerusakan hati atau prognosis. Jadi,
tingkat-tingkat AST (SGOT) dan ALT (SGPT) yang tepat tidak dapat digunakan
untuk menentukan derajat kerusakan hati atau meramalkan masa depan. Contohnya,
pasien-pasien dengan virus hepatitis A akut mungkin mengembangkan tingkat-tingkat
AST dan ALT yang sangat tinggi (adakalanya dalam batasan ribuan unit/liter).
Namun kebanyakan pasien-pasien dengan virus hepatitis A. (Giantini Astuti, 2012)
Aminotransferase aspartat/ transminase oksaloasetat glutamat serum (AST/SGOT)
merupakan enzim yang sebagian besar ditemukan dalam otot jantung dan hati,
sementara dalam konsentrasi sedang dapat ditemukan pada otot rangka, ginjal, dan
pankreas. Konsentrasi yang rendah terdapat dalam darah, kecuali jika terjadi cidera
seluler, kemudian dalam jumlah yang banyak, dilepas kedalam sirkulasi. Kadar AST
serum tinggi dapat ditemukan setelah terjadi infark miokardium (MI) akut dan
kerusakan hati. 6 sampai 10 setelah MI akut, AST akan keluar dari otot jantung dan
muncak dalam 24 jam sampai 48 jam setelah terjadi infark. Kadar AST serum akan
kembali normal dalam 4 sampai 6 hari kemudian, jika tidak terjadj proses infark
tambahan. Kadar AST serum biasanya dibandingkan dengan kadar enzim-jantung
yang lain (kreatin kinase [creatin cinase, CK], laktat dehidrogenase [Lactate
dehydrogenase, LDH].Pada penyatik hati, kadar serum akan meningkat 10 kali atau
lebih, dan tetap demikian dalam waktu yang lama. (Marwoto Wirasmi, 2010)
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan pada pemeriksaan SGOT (AST)
dengan metode kinetik dan bantuan alat fotometer yaitu Abs Blanko: 1,412, Abs
Sampel: 1,663, Abs Duplo: 1,789, Result Sampel: 15 u/l Result Duplo: 15 u/l dan
factor: 1778. Dan berdasarkan hasil perhitungan yaitu: Abs sampel x factor = 1663 x
1778 = 2,940 (3 u/l). Dengan artian kadar SGOT dalam darah adalah Normal.
Masalah Klinis yang dapat mempengaruhi pada nilai SGOT abnormal menurut
Marwoto Wirasmi (2010) diantaranya
Kondisi yang meningkatkan kadar SGOT/AST :
1. Peningkatan tinggi (> 5 kali nilai normal): kerusakan hepatoseluler akut, infark
miokard, kolaps sirkulasi, pankreatitis akut, mononukleosis infeksiosa
2. Peningkatan sedang (3-5 kali nilai normal): obstruksi saluran empedu, aritmia
jantung, gagal jantung kongestif, tumor hati (metastasis atau primer), distrophia
muscularis
3. Peningkatan ringan ( sampai 3 kali normal ) : perikarditis, sirosis, infark paru,
delirium tremeus, cerebrovascular accident (CVA)
XI. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini didapatkan hasil yang melebihi normal yaitu 98 IU/L yang
berarti dapat mengindikasikan terdapat gangguan fungsi hati pada pasien .
XII. Daftar pustaka
1. Sabiston. 1992. Buku Ajar Bedah. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
2. Sacher, Ronald A. dan McPherson, Richard A. 2002. Tinjauan Klinis Hasil
XIII. Lampiran
LAPORAN PRAKTIKUM
PERCOBAAN KE – IV
PEMERIKSAAN ALT/SGPT
Nim : (18.72.020464)
II. Tujuan
1. Untuk Menentukan kadar enzim ALT dalam tubuh
2. Untuk mengetahui cara pemeriksaan nya
III. Metode
Kinetik enzimatik
IV. Prinsip
L-alamin bereaksi dengan 2-oksoglutarat dengan bantuan enzim ALT
membentuk piruvat dan L-glutamat. Piruvat yang terbentuk akan mereduksi NADH
dengan bantuan enzum laktat dehidrogenase (LDH) membentuk L-laktat dan NAD.
Aktifitas katalitik ALT ditentukan dengan mengukur penurunan absorban pada
panjang gelombang 340 nm.
V. Dasar teori
ALT (alanin aminotransferase) merupakan enzim yang utama banyak
ditemukan pada sel hati serta efektif dalam mendiagnosis destruksi hepatoselular..
Jika terjadi kerusakan hati, enzim ALT akan keluar dari sel hati menuju sirkulasi
darah. Kadar normal ALT darah 5-35 U/L. Enzim ini juga ditemukan dalam jumlah
sedikit pada otot jantung, ginjal, serta otot rangka. Kadar ALT serum dapat lebih
tinggi dari sekelompok transferase lainnya (transaminase), aspartate aminotransferase
(AST) atau serum glutamic oxatoacetic transaminase (SGOT), dalam kasus hepatitits
akut serta kerusakan hati akibat penggunaan obat dan zat
http://repository.unimus.ac.id kimia, dengan setiap serum mencapai 200-400 U/L.
SGPT digunakan untuk membedakan antara penyebab karena kerusakan hati dan
ikterik hemolitik. Kadar SGOT serum pada ikterik yang berasal dari hati hasilnya
lebih tinggi dari 300 unit, sedangkan yang bukan berasal dari hati hasilnya.
Bahan:
1. Tisue
2. Sampel: serum
X. Pembahasan
PERCOBAAN KE – V
Nim : (18.72.020464)
III. Metode
Kinetik Kolorimetri
IV. Prinsip
Dalam suasana basa GGT mengkatalisis reaksi L-gamma glutamil p-
nitroanilida dengan glisilglisin menjadi L-gamma glutamil glisilglisin dan p-
nitroanilida. P-nitroanilida yang tebentuk sebanding dengan mengukur absorban
peningkatan p-nitroanilida pada panjang gelombang 405 nm.
V. Dasar Teori
GGT aktif dalam transferase asam amino melalui dinding sel di tubuli renalis,
hati, sel epitel bilier, pancreas, prostat, limfosit, otak dan testis. Pemeriksaan aktivitas
enzim GGT merupakan salah satu pemeriksaan untuk menunjang diagnosis penyakit
hati alkoholik atau penyakit hati toksis karena zat – zat kimia, obat dan alkohol.
Aktivitas GGT meningkat pada hapir semua penyakit hati. Peninggian terjadi pada
kasus abstruksi intra atau pos hepatic bilier. GGT lebih sensitive dibandingkan ALP
dan transaminase dalam mendeteksi obstructive jaundice, chololangitis dan
chololecysitis. Terjadi peningkatan sedang pada penyakit infeksi hepatitis, kecanduan
kronis obat ataupun alkohol. GGT menurun pada kasus hipotiroidisme.
1. Tissue
2. Sampel serum
3. Pereaksi CK, terdiri dari :
- Reagen 1 (buffer dan enzim)
- Reagen 2 (kreatinin fosfat)
XIII. Lampiran
liflet
I.
LAPORAN PRAKTIKUM
PERCOBAAN KE – VI
ALP
Nim : (18.72.020464)
II. Tujuan
1. Untuk mengetahui kadar ALP dalam tubuh
2. Untuk mengetahui cara pemeriksaan nya
III. Metode
Kinetik enzimatik
IV. Prinsip
Dalam suasana basa ALP mengkatalisis hidrolisis p-nitrofenifosfat menjadi p-
nitrofenol dan fosfat. Aktifitas ALP ditentkan dengan mengukur peningkatan
absorban di ukur sebagai p-nitrofenol pada panjang gelombang 405nm.
V. Dasar teori
Fosfatase alkali (alkaline phosphatase, ALP) merupakan enzim yang
diproduksi terutama oleh epitel hati dan osteoblast (sel-sel pembentuk tulang baru);
enzim ini juga berasal dari usus, tubulus proksimalis ginjal, plasenta dan kelenjar
susu yang sedang membuat air susu. Fosfatase alkali disekresi melalui saluran
empedu. Meningkat dalam serum apabila ada hambatan pada saluran empedu
(kolestasis). Tes ALP terutama digunakan untuk mengetahui apakah terdapat penyakit
hati (hepatobiliar) atau tulang (Siti B. Kresno, R. Gandasoebrata, J. Latu. 1989).
Bahan:
1. Tissue
2. Sampel serum
X. Pembahasan
Kadar ALP dapat mencapai nilai sangat tinggi (hingga 20 x lipat nilai normal) pada
sirosis biliar primer, pada kondisi yang disertai struktur hati yang kacau dan pada
penyakit-penyakit radang, regenerasi, dan obstruksi saluran empedu intrahepatik.
Peningkatan kadar sampai 10 x lipat dapat dijumpai pada obstruksi saluran empedu
ekstrahepatik (misalnya oleh batu) meskipun obstruksi hanya sebagian. Sedangkan
peningkatan sampai 3 x lipat dapat dijumpai pada penyakit hati oleh alcohol, hepatitis
kronik aktif, dan hepatitis oleh virus.
Pada kelainan tulang, kadar ALP meningkat karena peningkatan aktifitas osteoblastik
(pembentukan sel tulang) yang abnormal, misalnya pada penyakit Paget. Jika
ditemukan kadar ALP yang tinggi pada anak, baik sebelum maupun sesudah pubertas,
hal ini adalah normal karena pertumbuhan tulang (fisiologis). Elektroforesis bisa
digunakan untuk membedakan ALP hepar atau tulang. Isoenzim ALP digunakan
untuk membedakan penyakit hati dan tulang; ALP1 menandakan penyakit hati dan
ALP2 menandakan penyakit tulang.
Jika gambaran klinis tisak cukup jelas untuk membedakan ALP hati dari isoenzim-
isoenzim lain, maka dipakai pengukuran enzim-enzim yang tidak dipengaruhi oleh
kehamilan dan pertumbuhan tulang. Enzim-enzim itu adalah : 5’nukleotidase (5’NT),
leusine aminopeptidase (LAP) dan gamma-GT. Kadar GGT dipengaruhi oleh
pemakaian alcohol, karena itu GGT sering digunakan untuk menilai perubahan dalam
hati oleh alcohol daripada untuk pengamatan penyakit obstruksi saluran empedu.
Pada praktikum kali ini didapatkan hasil pada sampel adalah 532 IU/L yang artinya
terjadi peningkatan pada sampel dan melebihi nilai normal
XIII. Lampiran
LAPORAN PRAKTIKUM
PERCOBAAN KE – VII
Nim : (18.72.020464)
II. Tujuan
1. Mempunyai keterampilan dalam melakukan pemeriksaan CK dalam sampel
serum.
2. Mengetahui metode pemeriksaan CK serta prinsip pemeriksaanya.
3. Mengetahui apakah terdapat cedera otot jantung melalui pemeriksaan CK pada
sampel serum.
III. Metode
Metode yang direkomendasikan oleh IFCC ( Metode Balik )
IV. Prinsip
Creatine kinase (CK) mengkatalisasi fosforilasi ADP, dengan adanya creatine
phosphate, untuk membentuk ATP dan creatine. Konsentrasi katalitik ditentukan dari
laju pembentukan NADPH, diukur pada 340 nm, dengan menggunakan reaksi
heksokinase (HK) dan glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6P-DH).
V. Dasar teori
Sistem kardiovaskular adalah suatu sistem yang berfungsi menyuplai nutrisi
dan oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Jantung bersama darah dan pembuluh darah
membentuk sistem kardiovaskular tersebut. Penyakit kardiovaskular adalah penyakit
gangguan pada jantung dan pembuluh darah yang mengakibatkan terganggunya
peredaran darah. Menurut data World Health Organization (WHO) penyakit
kardiovaskular merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Pada tahun 2008
diperkirakan 17,3 juta atau sekitar 30% kematian di seluruh dunia disebabkan oleh
penyakit kardiovaskular. Penyakit jantung koroner termasuk kategori penyakit
kardiovaskular, karenapenyakit tersebut menimbulkan gangguan pada sirkulasi
koroner.
IMA adalah suatu keadaan nekrosis miokard akibat gangguan aliran darah ke
otot jantung. Pembentukan infark yang terjadi dapat menyebabkan protein intraseluler
keluar dan masuk ke sirkulasi sitemik.
CK dan CK-MB biasanya mulai meningkat 3-12 jam setelah kerusakan sel
miokardium. Puncaknya 24 jam dan kembali normal setelah 48-72 jam. Pada
kerusakan (nekrosis) otot jantung, protein intraseluler masuk kedalam ruang
interstitial dan masuk ke sirkulasi sistemik (Chalik dkk, 2014).
Creatine kinase (CK) merupakan enzim yang mengkatalis reaksi transfer
fosfat, dari ATP ke Kreatin menjadi kreatin fosfat dan ADP, dan sebalik nya (reaksi
reversibel). Kreatin fosfat (phosphocreatine) merupakan cadangan energi, yang
digunakan otot untuk melakukan kontraksi.
CK adalah tes yang paling sensitif untuk cidera otot (otot jantung dan otot
rangka). CK dianggap sebagai indikator sensitif infark miokard akut (IMA) dan
distrofi otot, terutama tipe Duchenne (hingga 50-100 x nilai batas atas normal). CK
total, merupakan indikator sensitif namun tidak spesifik.
Bahan:
1.Sampel serum
2. Reagent A : Imidazol 125 mmol/L, EDTA 2 mmol/L, magnesium acetate 12.5
mmol/L, D-glucose 25 mmol/L, N-acetyl cysteine 25 mmol/L, hexokinase 6000
U/L, NADP 2.4 mmol/L, pH 6.7.
3. Reagent B : Creatine phosphate 250 mmol/L, ADP 15 mmol/L, AMP 25 mmol/L,
P1,P5-di(adenosine-5'-)pentaphosphate, 102 mol/L, glucose-6-phosphate
dehydrogenase 8000 U/L.
VII. Cara kerja
1. Bawa Reagen Kerja dan instrumen ke suhu reaksi
2. Pipet kedalam tabung dan beri label.
Sampel 50 µL
X. Pembahasan
CK adalah suatu molekul dimerik yang terdiri dari sepasang monomer berbeda yang
disebut M (berkaitan dengan otot), dan B (berkaitan dengan otak), sehingga terdapat
tiga isoenzim yang dapat terbentuk : CK1 (BB), CK2 (MB), dan CK3 (MM).
Isoenaim-isoenzim tersebut dibedakan dengan proses elektroforesis, kromatografi
pertukaran ion, dan presipitasi imunokimia.
Distribusi isoenzim CK relatif spesifik jaringan. Sumber jaringan utama CK adalah
otak dan otot polos (BB), otot jantung (MB dan MM), dan otot rangka (MM; otot
rangka normal juga memiliki sejumlah kecul MB, kurang dari 1%).
Pemakaian utama CK untuk kepentingan klinis adalah untuk mendeteksi infark
miokardium akut (MCI). Distribusi CK dalam miokardium adalah sekitar 80% MM
dan 20 % MB, sedangkan isoenzim di otot rangka hampir seluruhnya adalah MM.
Dengan demikian kemunculan mendadak CK-MB dalam serum mengisyaratkan asal
dari miokardium, terutama pada situasi klinis yang pasiennya mengalami nyeri dada
dan perubahan elektrokardiogram. CK dan CK-MB serum meningkat dalam 4 – 6 jam
setelah MCI akut, mencapai puncaknya dalam 18 – 24 jam (> 6 kali kadar normalnya)
dan kembali normal dalam 3 – 4 hari, kecuali jika terjadi perluasan infark atau
reinfark.
Sensitivitas CK-MB sangat baik (hampir 100%) dengan spesifisitas agak rendah.
Peningkatan CK-MB isoenzim dapat menandakan terjadinya kerusakan otot jantung.
CK-MB juga dapat meninggi pada kasus-kasus bukan MCI atau non-coronary
obstructive myocardial necrosis, seperti peradangan, trauma, degenerasi.Untuk
meningkatkan ketelitian penentuan diagnosis MCI dapat digunakan rasio antara CK-
MB dengan CK total. Apabila kadar CK-MB dalm serum melebihi 6 – 10 % dari CK
total, dan tes-tes tersebut diperiksa selama 36 jam pertama setelah onset penyakit,
maka diagnosis MCI dapat dianggap hampir pasti.
Spesimen
Spesimen yang digunakan untuk uji CK dan CK-MB adalah serum atau plasma
heparin dari darah vena. Pengambilan darah untuk uji CK dan CK-MB sebaiknya
dilakukan sebelum dilakukan injeksi intra muscular (IM). Sampel serum atau plasma
harus bebas dari hemolisis (untuk mencegah pencemaran oleh adenilat kinase) dan
disimpan dalam keadaan beku apabila tidak langsung diperiksa. Serum atau plasma
dapat digunakan untuk imunoassay CK-MB; antigen stabil pada suhu kamar selama
beberap jam sampai beberapa hari, walaupun anlisis harus segera dilakukan untuk
menghasilkan informasi yang signifikan secara klinis.
Masalah Klinis
PERCOBAAN KE – VIII
Nim : (18.72.020464)
II. Tujuan
1. Memiliki keterampilan dalam melakukan pemeriksaan CK-MB.
2. Mengetahui prinsip pemeriksaan CK-MB pada sampel serum
3. Mengetahui adanya gangguan / infrak miokard akut dari sampel serum yang
diperiksa.
III. Metode
Immunoinhibition
IV. Prinsip
Antibodi spesifik menghambat kedua subunit M dari CK-MM (CK-3), dan
subunit M tunggal dari CK-MB (CK-2) dan dengan demikian memungkinkan
penentuan subunit B dari CK-MB (dengan asumsi tidak adanya CK- BB atau CK-1).
Konsentrasi katalitik CK-B, yang sesuai dengan setengah konsentrasi CK-MB,
ditentukan dari laju pembentukan NADPH, diukur pada 340 nm, dengan
menggunakan hexokinase (HK) dan dehidrogenase glukosa-6-fosfat (G6P-DH) reaksi
berganda.
V. Dasar teori
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian utama di dunia
pada tahun 2011 dan sebanyak 14% disebabkan oleh infark miokard akut (IMA).
Diagnosis IMA ditegakkan melalui anamnesis, gejala klinis, perubahan pola
elektrokardiogram (EKG)dan peningkatan enzim jantung. Pemeriksaan enzim jantung
yang sering dilakukan adalah creatinekinase-myocardial band(CK-MB) dan troponin
T/I. Pada IMA tanpa elevasi ST pengawasan CK-MB/troponin serta EKG terus
dilakukan.Pemeriksaan CK-MB selain digunakan untuk tes diagnostik juga dapat
dipakai untuk memprediksi mortalitas pada penyakit IMA hal ini memberikan
gambaran bahwa peningkatan kadar CK-MB menunjukkan luas dan beratnya infark
pada miokardium (Endah,2017).
Bahan:
1.Sampel serum
2. Reagen A : Anti-human-CK-M able to inhibit 2000 U/L of CK-M, Imidazol 125
mmol/L, EDTA 2 mmol/L, magnesium acetate 12.5 mmol/L, D-glucose 25
mmol/L, N-acetyl cysteine 25 mmol/L, hexokinase 7800 U/L, NADP 2.4 mmol/L,
pH 6.1.
3. Reagen B : Creatine phosphate 250 mmol/L, ADP 15.2 mmol/L, AMP 25 mmol/L,
P1,P5-di(adenosine-5'-)pentaphosphate, 103 mol/L, glucose-6-phosphate
dehydrogenase 8800 U/L.
Sampel 40 µL
Working Reagent 1.0 Ml
3. Aduk rata dan inkubasi segera pada suhu 37ºC Mulai stopwatch.
4. Baca absorbansi (A) pada 340 nm setelah tepat 5 menit (A5) dan 10 menit (A10)
inkubasi.
VIII. Hasil pengamatan
Nama : Zimmy
Usia : 28 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Hasil : 118 IU/L
IX. Interpretasi hasil
Nilai normal CK-MB : ≤ 6 % dari total CK.
X. Pembahasan
CKMB adalah enzim jantung yaitu Creatine Kinase (CK) yang disusun oleh subunit
M dan/atau B. CK berperan sebagai pengatur produksi fosfat berenergi tinggi dan
pemanfaatannya untuk kontraksi jaringan. Secara umum, CK berperan sebagai
perantara ikatan fosfat berenergi tinggi melalui kreatin fosfat dari mitokondria ke
sitoplasma. Sehingga, enzim ini terdapat pada jaringan yang memiliki kebutuhan
energi yang tinggi seperti di tubulus ginjal dan otot jantung.
CKMB banyak ditemukan di otot jantung, sehingga total serum CK dan konsentrasi
CKMB meningkat ketika terjadi cedera pada miokardium, namun CKMB lebih
spesifik pada cedera miokardium dibandingkan CK.15 Kadar CKMB normal adalah ≤
24 U/L dan ketika terjadi miokardial infark maka kadar CKMB akan meningkat >24
U/L.16 CKMB terdeteksi dimulai pada 4-6 jam setelah adanya cedera dan mencapai
puncak pada 12-24 jam, kemudian akan kembali normal setelah 48-72 jam. Kecepatan
kembali ke normal pada CKMB dimanfaatkan untuk mendeteksi adanya infark
berulang
Kejadian Infark Miokard adalah ketika ditemukan bukti adanya nekrosis miokardium
yang didahului kejadian iskemia pada miokardium. Secara umum, diagnosis Infark
Miokard membutuhkan kombinasi dari adanya nekrosis miokardium yang dibuktikan
dengan perubahan penanda jantung atau temuan patologis setelah kematian dan
adanya perubahan elektrokardiograf atau dilihat dari hasil echokardiograf
miokardium.
Cardiac Biomarker merupakan salah satu penanda adanya kerusakan suatu pembuluh
darah jantung. Adanya nekrosis pada miokardium akan disertai dengan pelepasan
protein struktural dan makromolekul intrasel lainnya ke cardiac interstitium. Cardiac
biomarker yang terdapat pada nekrosis miokardium yaitu CK MB, Troponin T atau
Troponin I, Myoglobin, Lactate dehydrogenase, dan myang lainnya. Untuk
mendeteksi adanya kerusakan miokardium maka troponin memiliki sensitivitas yang
lebih tinggi daripada CK MB .
PERCOBAAN KE – IX
Nim : (18.72.020464)
II. Tujuan
III. Metode
Pyruvate
IV. Prinsip
Lactate dehydrogenase (LD atau LDH) mengkatalisasi pengurangan piruvat
oleh NADH, untuk membentuk laktat dan NAD+. Konsentrasi katalitik ditentukan
dari laju penurunan NADH, diukur pada fotometer dengan panjang gelombang 340
nm.
V. Dasar teori
LDH adalah enzim yang berada di dalam sel dan membantu proses perubahan
gula menjadi energi. Maka dalam keadaan sehat, kadarnya juga haruslah normal.
Namun, ketika sel mengalami kerusakan yang bisa disebabkan oleh berbagai hal,
misalnya timbul kanker atau luka pada jaringan akibat infeksi, maka LDH akan keluar
ke pembuluh darah. Hal ini yang kemudian membuat LDH tinggi di dalam darah.
Kenaikan kadar LDH biasanya dikaitkan dengan kerusakan jaringan yang akut
maupun kronis, tapi untuk mengetahui detilnya, maka dokter Anda akan
menganjurkan tes lain. Sebaliknya, penurunan kadar LDH sangat jarang terjadi.
Pasalnya, LDH berperan penting dalam pembentukan energi dalam sel.
Biasanya, kadar LDH dapat menurun ketika tubuh mengalami kelelahan akibat
olahraga yang cukup berat. Namun, kondisi tersebut tidak akan menimbulkan
gangguan kesehatan tertentu, dengan mengisi kembali asupan Anda, maka kadar LDH
akan kembali normal.
Bahan:
1. Reagent A
2. Reagent B
3. Sampel serum
Suhu Dewasa
25℃ 105 – 210 IU/L
34℃ 140 – 280 IU/L
37℃ 207 – 414
UI/L
X. Pembahasan
LDH (Laktat Dehidrogenase) adalah enzim yang melepas hydrogen dari
suatuzat dan katalisator proses konversi laktat menjadi piruvat. LDH meningkat
sampai puncak 24-48 jam stelah infark,dan tetap abnormal 1-3 minggu kemudian.
Laktatdehidrogenase (LD, LDH) adalah enzim intraseluler yang terdapat pada
hampirsemua sel yang bermetabolisme, dengan konsentrasi tertinggi dijumpai di
jantung,otot rangka, hati, ginjal, otak, dan sel darah merah.LDH merupakan suatu
molekul tetramerik yang mengandung empat subunitdari dua bentuk; H (jantung) dan
M (otot), yang berkombinasi sehinggamenghasilkan lima isoenzim yang diberi nama
LDH1 (H4) sampai LDH5 (M4).Isoenzim-isoenzim tersebut memiliki spesifisitas
jaringan yang sangat bergunadalam menentukan organ asal, yaitu :
XI. Kesimpulan
Bila dalam pemeriksaan dijumpai peningkatan ringan makasebagian besar penyakit
hati, sindrom nefrotik, hipotiroidisme,kolangitis.
XII. Daftar pustaka
Sylvia AP, Lorraine MW. 2003. Patofisiologi Konsep Klinik Proses prosesPenyakit
Edisi ke-6. Jakarta: EGC.
XIII. Lampiran
LAPORAN PRAKTIKUM
PERCOBAAN KE – X
Nim : (18.72.020464)
II. Tujuan
1. Untuk mengetahui kadar enzim lipase dalam tubuh
2. Untuk mengetahui nilai normal kadar enzim lipase
3. Untuk mengetahui cara pemeriksaan nya
III. Metode
Kolorimetri
IV. Prinsip
Lipase mengkatalisis hidrolisis substrat kromogenik 1.2-O-dilauryl-rac-
glycerol-3glutaric acid- (6’-methylesorufin)-ester untuk 1.2-O-dilauryl-rac-gliserol
dan tidak stabil menengah, asam glutalat- (6’-methylesorufin)- ester. Ini menguraikan
secara spontan dalam larutan alkali untuk membentuk asam glutarat dan
metiresorufin. Konsentrasi katalitik ditentukan dari laju pembentukan pewarna merah
yang di ukur pada 580 nm.
V. Dasar teori
Enzim adalah biokatalisator yang banyak digunakan pada berbagai bidang
industri produk pertanian, kimia, dan medis. Enzim memiliki sifat-sifat spesifik yang
menguntungkan yaitu efisien, selektif, predictable, proses reaksi tanpa produk
samping, dan ramah lingkungan. Sifat-sifat tersebut menyebabkan penggunaan enzim
semakin meningkat dari tahun ke tahun, diperkirakan peningkatan mencapai 10–15%
per tahun. Salah satu enzim yang mempunyai peranan penting dan tidak ada
bandingannya dalam pertumbuhan bioteknologi adalah lipase. Enzim lipase atau
lengkapnya triasilgliserol lipase adalah enzim yang menghidrolisis ester karboksilat.
Enzim ini memiliki sifat khusus dapat memecahkan ikatan ester pada lemak dan
gliserol. Selain itu lipase memiliki kemampuan mengkatalisis reaksi organik baik
dalam media berair maupun dalam media non air. Enzim lipase termostabil atau
asilgliserol hidrolase merupakan enzim yang dapat menghidrolisis rantai panjang
trigliserida. Enzim ini banyak digunakan pada produksi asam lemak.
Bahan:
1. Reagent A
2. Reagent B
3. Sampel serum
Reagen A 1000 µL
Serum / Standar (S) 10 µL
3. Campur dan masukkan kuvet ke dalam instrumen. Mulai stopwatch. Setelah 1-3
menit, tambahkan:
Reagen B 200 µL
4. Campur
5. Setelah 1 menit, catat absorbansi awal dan pada interval 1 menit sesudahnya
selama 3 menit
6. Hitung perbedaan antara absorbansi berurutan, dan perbedaan absorbansi rata –
rata per menit
X. Pembahasan
Lipase adalah enzim hidrolase yang menguraikan ikatan ester dalam lemak,
yangterbentuk antara gliserol dan asam lemak rantai panjang. Ikatan ester yang
diuraikan adalah yang terdapat antara asam lemak tersebut dengan atom Cα, yaitu
atom C1 atau 3. Sebagaihasilnya, terbentuklah dua asam lemak bebas dan β atau 2
-monoasilgliserol.Lipase, merupakan enzim yang disekresikan oleh pankreas, dan
membantu pencernaan lemak. Lipase, seperti halnya amilase, muncul pada aliran
darah setelah terjadikerusakan pada pankreas. Pankreas akut merupakan penyebab
terumum peningkatan kadarlipase serum. Kadar lipase dan amilase meningkat pada
awal penyakit, tetapi lipase serum dapatmeningkat sampai 14 hari setelah episode
akut, sedangkan kadar amilase serum kembalinormal setelah kira-kira 3 hari. Lipase
serum berguna untuk diagnosis akhir pankreatitis akut.
Masalah klinis
¬- Penurunan kadar: kanker pankreas stadium akhir, hepatitis.
- Peningkatan kadar: pankreatitis akut dan kronis, kanker pankreas (stadium awal),
ulkusterperforasi, obstruksi duktus pankreatikus, kolesistitis akut (sebagian kasus),
gagal ginjal akut(tahap awal). Pangaruh obat: kodein, morfin, meperidin (demerol),
steroid betanekol(urecholine), guanetidin.
Faktor Yang Memengaruhi Temuan Laboratorium
• Sebagian besar obat narkotik meningkatkan kadar lipase serum.
• Makanan yang dikonsumsi dalam 8 jam sebelum uji dapat memengaruhi kadar
lipase serum.
• Terdapatnya hemoglobin dan ion kalsium dapat menyebabkan penurunan kadar
lipase serum.
XI. Kesimpulan
Pada pemeriksaan kali ini di dapatkan hasil 80 IU/Lberapa nilai ini terjadi
peningkatan pada sampel yang artinya nilai tersebut abnormal
XII. Daftar pustaka
Biokimia Harper Edisi 29. Manurung LR, Mandera LI, penerjemah. Jakarta(ID):
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemahan dari: Harper’s Illustrated Biochemistry,
29th Ed
XIII. Lampiran
LAPORAN PRAKTIKUM
PERCOBAAN KE – XI
KATALASE
Nim : (18.72.020464)
II. Metode
Metode CPC (Cresol Phtalein Complex)
III. Prinsip
Ion kalsium bereaksi dengan o-cresolphthalein complexone dalam suasana basa untuk
membentuk kompleks berwarna ungu. Absorbance kompleks warna ini sebanding
dengan konsentrasi kalsium dalam sampel.
Sampel - - 20ul
Standar - 20ul -
XII. Lampiran
LAPORAN PRAKTIKUM
PERCOBAAN KE – XII
AMILASE
Nim : (18.72.020464)
II. Tujuan
1. Pemeriksaan amilase (alpha-amylase) adalah untuk mengukur konsentrasi total
amilase dalam darah.
III. Metode
IFCC
IV. Prinsip
Amilase mengkatalisis hidrolisis 4-nitrophenyl-maltoheptaoside-ethylidene
menjadi oligosakarida yang lebih kecil yang dihidrolisis oleh a-glukosidase
membebaskan 4-nitrophenol. Konsentrasi katalitik ditentukan dari laju pembentukan
4-nitrofenol, diukur pada panjang gelombang 405 nm.
V. Dasar teori
Amilase diklasifikasikan sebagai saccharidase (enzim yang memotong
polisakarida). Amilase merupakan enzim pencernaan, terutama dilakukan oleh
pankreas dan kelenjar ludah. Fungsi utama dari enzim amilase adalah untuk memecah
pati dalam makanan menjadi gula terfermentasi. Pada industri tekstil, amilase
digunakan untuk merancang tekstil, kemudian pada industri deterjen, amilase
tercampur dengan enzim protease dan lipase sebagai pencuci noda pakaian dan dalam
industri makanan digunakan untuk pembuatan sirup manis, untuk meningkatkan
konten diastase tepung, untuk modifikasi makanan bayi, dan menghilangkan pati
dalam produksi jelly.
Amilase adalah enzim yang mengkatalisis hidrolisis dari alpha-1,4- glikosidik
polisakarida untuk menghasilkan dekstrin, oligosakarida, maltosa, dan D-glukosa.
Amilase bisa berasal dari hewan, jamur, dan sumber tanaman. Ada beberapa tipe
amilase yang berbeda Enzim ini diklasifikasikan sesuai dengan cara memotong ikatan
glysosidic. Alpha-amilase menghidrolisis alpha 1,4-glikosidik, secara acak
menghasilkan dekstrin, oligosakarida dan monosakarida. Alphaamilase adalah endo-
amilase. Exoamylases menghidrolisis alpha 1,4- glikosidik linkage hanya dari
nonpereduksi ujung rantai polisakarida luar. Exoamylases termasuk beta-amilase dan
glucoamylases (gamma-amilase, amyloglu-cosidases) (Aiyer, 2005).
Bahan:
1. Sampel (serum/plasma)
2. Reagen A & B
3. tissue
4. Kaspa alkohol
5. Kapas kering
Serum/plasma 37°C
Working Reagent 1.0 mL
Sampel 30 µl
3. Homogenkan dan masukan ke fotometer
X. Pembahasan
Enzim adalah sekelompok protein yang berperan sebagai pengkatalis
dalamreaksi-reaksi biologis. Enzim dapat juga didefenisikan sebagai biokatalisator
yangdihasilkan oleh jaringan yang berfungsi meningkatkan laju reaksi dalam jaringan
itusendiri. Semua enzim yang diketahui hingga kini hampir seluruhnya adalah
protein.Berat molekul enzim pun sangat beraneka ragam, meliputi rentang yang
sangat luas(Suhtanry & Rubianty, 1985).
Enzim digolongkan menurut reaksi yang diikutinya, sedangkan masing-
masing enzim diberi nama menurut nama substratnya, misalnya urease, arginase
danlain-lain. Di samping itu ada pula beberapa enzim yang dikenal dengan nama
lamamisalnya pepsin, tripsin dan lain-lain. Oleh Commision on Enzymes of
theInternational Union of Biochemistry, enzim dibagi dalam enam golongan
besar.Penggolongan ini didasarkan atas reaksi kimia di mana enzim memegang
peranan
Enzim amilase dapat memecah ikatan pada amilum hingga terbentuk
maltosa.Ada tiga macam enzim amilase, yaitu α amilase, Ɓ amilase dan ƴ amilase.
Yangterdapat dalam saliva (ludah) dan pankreas adalah α amilase . Enzim ini
memecahikatan 1-4 yang terdapat dalam amilum dan disebut endo amilase sebab
enzim inimemecah bagian dalam atau bagian tengah molekul amilum (Poedjiadi,
2006).
Oleh karena itu, untuk lebih mengetahui dan memahami kerja suatu
enzim,khususnya kerja enzim amilase yang terdapat pada saliva yang dilarutkan pada
pati,maka percobaan ini dilakukan. Seperti halnya katalisator, enzim juga dipengaruhi
oleh temperatur. Hanyasaja enzim ini tidak tahan panas seperti katalisator lainnya.
Kebanyakan enzim akanmenjadi non aktif pada suhu 50o C (Poedjiadi, 2006).
Apabila suhu terlalu tinggi, struktur tiga dimensi enzim akan rusak,
sehinggasubstrat tidak lagi dapat terikat dengannya. Dengan demikian enzim tersebut
tidakakan dapat menjalankan fungsinya lagi sebagai biokatalisator. Pada
umumnyadenaturasi ini bersifat tidak terbalikan atau permanen (Salisbury,
1995).Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi enzim diantaranya
adalah(Dwidjoseputro, 1992) :
1. suhu
Oleh karena reaksi kimia itu dapat dipengaruhi suhu maka reaksi menggunakankatalis
enzim dapat dipengaruhi oleh suhu. Di samping itu, karena enzim adalahsuatu protein
maka kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi dan bagianaktig enzim akan
terganggu sehingga konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang.
2. pH
Umumnya enzim efektifitas maksimum pada pH optimum, yang lazimnyaberkisar
antara pH 4,5-8.0. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendahumumnya enzim
menjadi non aktif secara irreversibel karena menjadi denaturasiprotein.
3. konsentrasi enzim
Seperti pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzimtergantung
pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrattertentu, kecepatan
reaksibertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim.
5. konsentrasi substrat
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi substrat akanmenaikkan
kecepat reaksi. Akan tetapi, pada batas tertentu tidak terjadi kecepatanreaksi, walaupn
konsenrasi substrat diperbesar.
6. zat-zat penghambat
Hambatan atau inhibisi suatu reaksi akan berpengaruh terhadap penggabungansubstrat
pada bagian aktif yang mengalami hambatan.Dalam banyak sistem akibat suhu tes
reaksi enzim adalah mirip dengan tabiatbahwa laju reaksi meningkat dengan kenaikan
suhu dan akhirnya enzim kehilangansemua aktivitas jika protein menjadi rusak akibat
panas. Banyk enzim berfungsioptimal dalam batas-batas suhu antara 25-37
XI. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan ini adalah :
1. Pada suhu kamar, enzim amilase bekerja dengan sangat baik dalam
menguraiamilum.
2. Enzim amilase tidak dapat bekerja dengan baik dalam memecah amilum jika
suhunya dinaikkan. Hal ini menunjukkan bahwa suhu sangat mempengaruhi
kerjaenzim amilase.
PERCOBAAN KE – XIII
Nim : (18.72.020464)
II. Tujuan
1. Untuk mengetahui kadar TSH dalam serum dalam tubuh manusia
2. Untuk mengetahui cara pemeriksaannya
III. Metode
ELISA
IV. Prinsip
Pemeriksaan TSH berdasarkan prinsip ELISA menggunakan antibodi
monoklonal terhadap TSH. Mouse monoclonal anti TSH antibodydigunakan sebagai
fase padat (dalam microwells). Anti TSH antibodydari goatdigunakan dalam larutan
enzim konjugat (horseradish peroxidase). Sampel akan bereaksi dengan 2 antibodi
tersebut, sehingga molekul TSH akan diikat diantara fase padat dan enzyme-linked
antibody. Setelah inkubasi 60 menit pada suhu ruang, wellsdicuci dengan diluted
wash bufferuntuk menghilangkan antibodi berlabel yang tidak terikat.
DitambahkanTMB substrate solutiondan diinkubasi selama 20 menit, sehingga
terbentuk warna biru. Pembentukan warna biru dihentikan dengan menambahkan stop
solution, sehingga warna berubah menjadi kuning. Konsentrasi TSH berbanding lurus
dengan intensitas warna sampel. Absorbans diukur secara spectrophotometricpada
450 nm.
V. Dasar teori
Pemeriksaan kadar TSH plasma atau serum merupakan metode yang sensitif
untuk mendiagnosis hipotiroidisme primer atau sekunder. TSH disekresi oleh lobus
anterior kelenjar hipofisis (pituitary)dan mempengaruhi produksi dan pelepasan
thyroxine dan triiodothyronine dari kelenjar tiroid. TSH merupakan glikoprotein
dengan berat molekul ± 28.000 dalton, terdiri dari 2 subunit yang berbeda, alphadan
beta.
Konsentrasi TSH dalam darah sangat rendah, namun sangat penting untuk
mengatur fungsi tiroid yang normal. Pelepasan TSH diatur oleh TSH-releasing
hormon(TRH)yang diproduksi oleh hipotalamus. Kadar TSH dan TRH berbanding
terbalik dengan kadar hormon tiroid. Jika kadar hormon tiroid dalam darah
meningkat, maka hipotalamus akan mensekresi sedikit saja TRH sehingga TSH yang
disekresi oleh hipofisis jugasedikit. Hal sebaliknya akan terjadi jika ada penurunan
kadar hormon tiroid dalam darah. Proses ini dikenal sebagai mekanisme umpan balik
(negative feed back mechanism)yang bertanggung jawab untuk mempertahankan
kadar hormon dalam darah yang optimal.
Bahan:
1. Serum
2. Reagen
21 – 54 years
55 – 87 years 0,4 – 4,2
0,5 – 8,9
X. Pembahasan
Pemeriksaan kadar TSH plasma atau serum merupakan metode yang sensitif untuk
mendiagnosis hipotiroidisme primer atau sekunder. TSH disekresi oleh lobus anterior
kelenjar hipofisis (pituitary) dan mempengaruhi produksi dan pelepasan thyroxine dan
triiodothyronine dari kelenjar tiroid. TSH merupakan glikoprotein dengan berat
molekul ± 28.000 dalton, terdiri dari 2 subunit yang berbeda, alpha dan beta.
Konsentrasi TSH dalam darah sangat rendah, namun sangat penting untuk mengatur
fungsi tiroid yang normal. Pelepasan TSH diatur oleh TSH-releasing hormon (TRH)
yang diproduksi oleh hipotalamus. Kadar TSH dan TRH berbanding terbalik dengan
kadar hormon tiroid. Jika kadar hormon tiroid dalam darah meningkat, maka
hipotalamus akan mensekresi sedikit saja TRH sehingga TSH yang disekresi oleh
hipofisis juga sedikit. Hal sebaliknya akan terjadi jika ada penurunan kadar hormon
tiroid dalam darah. Proses ini dikenal sebagai mekanisme umpan balik (negative feed
back mechanism) yang bertanggung jawab untuk mempertahankan kadar hormon
dalam darah yang optimal.TSH dan glikoprotein hipofisis seperti : Luteinizing
Hormon (LH), follicle stimulating hormon (FSH), dan human chorionic gonadotropin
(hCG), memiliki rantai alpha yang identik. Rantai beta berbeda namun mengandung
regio dengan urutan asam amino yang identik. Regio yang homolog ini dapat
menyebabkan reaksi silang (cross reaction) dengan beberapa antisera TSH poliklonal.
Penggunaan antibodi monoklonal pada pemeriksaan TSH dengan metode ELISA akan
dapat menghilangkan reaksi silang ini, sehingga mencegah terjadinya hasil tinggi
palsu pada wanita menopause atau wanita hamil.
Pemeriksaan TSH berdasarkan prinsip ELISA menggunakan antibodi monoklonal
terhadap TSH. Mouse monoclonal anti TSH antibody digunakan sebagai fase padat
(dalam microwells). Anti TSH antibody dari goat digunakan dalam larutan enzim
konjugat (horseradish peroxidase). Sampel akan bereaksi dengan 2 antibodi tersebut,
sehingga molekul TSH akan diikat diantara fase padat dan enzyme-linked antibody.
Setelah inkubasi 60 menit pada suhu ruang, wells dicuci dengan diluted wash buffer
untuk menghilangkan antibodi berlabel yang tidak terikat. Ditambahkan TMB
substrate solution dan diinkubasi selama 20 menit, sehingga terbentuk warna biru.
Pembentukan warna biru dihentikan dengan menambahkan stop solution, sehingga
warna berubah menjadi kuning. Konsentrasi TSH berbanding lurus dengan intensitas
warna sampel. Absorbans diukur secara spectrophotometric pada 450 nm.
Penghitungan hasil
1. Hitung rata-rata absorbans (A450) untuk tiap set standar, kontrol dan sampel.
2. Buat kurva standar dengan meletakkan mean absorbans yang diperoleh untuk
tiap standar terhadap konsentrasinya dalam ng/mL pada kertas gambar linear,
absorbans pada garis vertikal (sumbu y) dan konsentrasi pada garis horizontal
(sumbu x)
3. Konsentrasi TSH dalam µIu/mL ditentukan dengan memasukkan nilai
absorbans tiap sampel ke dalam kurva standar.
Rata-rata kadar TSH dewasa normal adalah 1,6 (0,4 - 6,0) µIU/mL. Kadar
yang rendah juga dapat terjadi akibat hipersekresi T3 dan T4 pada Grave’s
disease atau tiroiditis. Diagnosis banding diperoleh dengan cara memeriksa kadar
TSH dan fT4 dalam serum secara simultan. Konsentrasi minimal yang dapat
terdeteksi adalah 0,2 µIU/mL.
Keterbatasan prosedur
1. Hasil yang benar dan akurat diperoleh jika prosedur pemeriksaan dilakukan
dengan pemahaman penuh sesuai instruksi yang ada.
2. Prosedur pencucian sangat penting. Pencucian yang tidak benar akan
menghasilkan presisi yang buruk dan pembacaan absorbans yang tinggi palsu.
3. Hasil yang diperoleh harus digunakan bersama dengan prosedur diagnosis
yang lain dan informasi yang diperoleh oleh klinisi.
XI. Kesimpulan
Pada pemeriksaan TSH kali ini terdapat hasil 9,2 u/mL yang berati terjadi
peningkatan yang abnormal pada pasien .
XII. Daftar pustaka
1. Mycek, Marry J., 2001, Farmakologi Ulasan Bergambar, Widia Medika, Jakarta;
329-331
2. Wall JR. Autoimmune thyroid disease. Endocrinol Metab Clin North Am
1987;229:1
3. Sulistia Gan Gunawan. FARMAKOLOGI DAN TERAPI EDISI 5. Departemen
Farmakologi dan terapeutik. Fakultas Kedoktera – Universitas Indonesia. Jakarta.
2007. 433 – 443.
XIII. Lampiran