Anda di halaman 1dari 3

Diary Kakung untuk Cucunya

Sudah hampir 1 minggu ini, aku mencari ide pemberian spesial apa yang bisa kuberi
pada Bapak. Bapak adalah sosok kakung untuk kedua anakku diantara empat cucunya saat
ini. Anak-anakku memanggil beliau dengan sebutan Bapak, begitu juga dengan Uti mereka
juga memanggil beliau dengan sebutan Ibu, sama dengan kami anak-anaknya. Mungkin
karena Aku dan Suamiku masih ikut tinggal dirumah Ibu Bapak jadi anak-anak terbiasa
mendengar sapaan kami untuk beliau. Empat hari setelah Zada, anak pertamaku berulang
tahun adalah tanggal kelahiran Bapak, oleh karenanya Aku coba mencari surprise sederhana
untuk Bapak. Memang biasanya ketika ada ada event tertentu Ibu Bapak pasti mengajak kami
untuk keluar sekedar makan – makan bersama keluarga. Tapi berhubung saat itu sedang
pandemi covid-19 akhirnya sudah lama ini kami mengurangi bepergian.

Kulihat story di instagram maupun status wa teman-teman. Disitu ada owner olahan
puding buah, cantik nian penampilan puding ini. Hiasan berbagai macam buah - buahan
membuat kesegaran puding ini makin menggiurkan. Ibu, Bapak dan anak- anakku suka sekali
dengan buah. Berbagai macam Buah disukainya. Terkadang setiap minggu secara bergantian
Ibu atau Aku pergi ke toko buah untuk membeli Buah. Sepertinya ide membuat puding buah
ini boleh juga dilaksanakan untuk surprise sederhana di tanggal milad Bapak.

Siang itu sepulang dari sekolah kusempatkan mampir ke toko buah. Kubeli beberapa
macam buah – buahan untuk isian pudingku nanti. Ada anggur, strawberry, melon, apel,
mangga, kiwi hingga buah pir, buah kesukaan Bapak. Sesampainya dirumah, kusampaikan
rencanaku pada Ibu.

“ Wah, beli opo Mbak?”, ternyata Ibu sudah menyapaku duluan saat didapur.

“ hehee..tumbas buah-buahan kalih bahan puding, mengkeh damel puding nggih Bu”,
rayuku.

“Enak mesti,.Bapak mesti yo cocok, Iki Bapake lagi dhuhuran nang masjid durung kondur.
Ibu ngewangi opo iki?” Tanya Ibu sambil ngabari keberadaan Bapak.

“ Pun mboten, Ibu sholat mawon terus sare, kulo damelke kalih Zada”, Jawabku.

Setelah mandi dan beberes diri, Kamipun sholat jamaah dirumah dengan gadis
kecilku. Alhamdulillah anak usia empat tahun itu berhasil termotivasi lagi untuk sholat
hingga akhir salam karena diiming- iming untuk segera buat puding bersama Bunda. Entah
kenapa kali ini Aku benar-benar ingin membuat sesuatu untuk kuberikan pada Bapak.
Makanya niat hasilnya harus bagus nih, sampai ku buka berbagai macam video tutorial
pembuatan puding dengan tatanan buahnya anti ngambang – ngambang didalam puding.
Tertata rapi membentuk pola nan cantik dan menarik.

Kutengok bayi laki-lakiku, zayd namanya. Rupanya dia sedang tertidur pulas
dikamar. Baiklah, saatnya beraksi mengeksekusi bahan – bahan tadi. Zada sudah bersamaku
didapur untuk menyiapkan segalanya, tiba – tiba suara motor Kakung terdengar pulang.

“ Assalamualaikum..” sapaan Bapak yang terdengar lirih karena berasal dari ujung Pintu.

“ waalaikumsalam Bapak.., Pak’e zada mau bikin puding lho.” Sapa zada dengan cerianya.

“ kakung boleh minta gak ini?, terlihat senyum indah diwajah Bapak.

“ kan belum jadi zada, Bapak biar sare dulu ya..” sahutku agar Bapak sare saja, karena gak
surprise donk kalo Bapak ikut bantu.

Kucuci beberapa buah-buahan dan kuiris sesuai selera, kusiapkan bahan pudingnya
dan kunyalakan kompor. Sedikit demi sedikit pelan - pelan akhirnya pekerjaan kami selesai
juga. Tapi belum tau hasilnya nih, karena belum ditumpahkan ke piring saji. Nunggu dingin,
akhirnya kita masukkan ke dalam kulkas. Baiklah.. done sudah, semoga nanti hasilnya bagus
dan menarik. Terimakasih anakku Zada yang sudah bantu bundha didapur dan Zayd yang
sudah bobok siang.

Ba’da sholat magrib saat itu, kami semua sudah berkumpul dirumah. Bapak, Ibu,
Ayah Zada, dan kami. Walaupun sayang, Adekku sedang di kos dan kakakku sekeluarga
kebetulan sedang ada acara jadi tidak main kerumah Bapak. Sembari menungggu tadarus
selesai, Aku menyiapkan puding yang tadi telah kami buat. Ku tumpahkan ke piring saji dan
tarrraa.. Alhamdulillah hasilnya tidak mengecewakan, walaupun ada satu dua buah yang
ngambang tapi masih okelah.

“ ayok mbak Zada kita bawa pudingny ke ruang tamu”.. suruhku. Kebetulan anggota
keluarga sedang berkumpul santai di ruang tamu. Berjalan perlahan – lahan takut pudingnya
jatuh. Dari sudut kursi sudah terlihat Bapak dan Ibu yang penasaran dengan bawaaan zada.
Diletakkanlah nampan puding berserta pisaunya itu diatas meja.

“ waa bagus sekali, buat siapa ini? Tanya Bapak.


“ ini Ulang tahun Bapak”..jawab zada dengna polosnya .

“ Baraakallahu fiu umrik, Bapak” Ucapku melenggang tawa bersama Ayah, suamiku.

“ aamiin, teeeriimaaa kaasiiih” sahut Bapak sambil tersipu.

“Makan – makannya besok ya nduk kalo semua sudah kumpul”, ucap Ibu. Ya itulah tradisi
satu keluarga seluruhnya bisa. Kalau ada yang tidak bisa maka lebih baik diundur dilain
kesempatan.

Tahun ini adalah 62 tahun usia Bapak, teringat usia Rosulullah yang menurut salah
satu hadist menyebutkan bahwa usia Rosulullah saat wafat adalah 62 tahun menginjak ke 63
tahun. Insya Allah semoga Bapak diberikan bonus Usia yang banyak dan Barokah. Aamiin.

Ibu dan Bapak terlihat senang dan menikmati puding itu, tak ketinggalan suamiku
yang sempat menggodaku, “ bisa masak juga Nda?” sapanya sambil tertawa. Alhamdulillah
malam itu Aku merasa lega, kulihat senyuman dari keluargaku walaupun hanya dengan hal
yang sangat sederhana.

Hari – hari selama pandemi ini kami lalui bersama dengan menerapkan protokol
kesehatan. Setiap kami yang habis berpergian agak jauh, maka sesampaiknya dirumah kami
harus mandi terlebih dahulu dan langsung memasukkan pakaian kotor kami ke mesin cuci.
Bahkan ayah sendiri karena setiap hari laju dari luar kota, maka saat pulang Dia lalu mandi
dikamar mandi luar dan bajunyapun dicuci sendiri. Begitu juga dengan aktivitas rutin ke
masjid. Masker, cuci tangan, serta menjemur sajadah sepeulang dari masjid selalu kami
lakukan.

Kita tidak boleh sombong terhadap suatu penyakit karena walaupun tak kasat mata
nyatanya memang virus itu ada. Dan tugas kita adalah beruapaya semaksimal mungkin untuk
mencegahnya. Bapak adalah salah atau takmir masjid dimasjid lingkungan kami.

Anda mungkin juga menyukai