Paper Trauma Maksilofasial
Paper Trauma Maksilofasial
TRAUMA MAKSILOFASIAL
1. Definisi
2. Anatomi Maksilofasial
Pertumbuhan kranium terjadi sangat cepat pada tahun pertama dan
kedua setelah lahir dan lambat laun akan menurun kecepatannya. Pada
anak usia 4-5 tahun, besar kranium sudah mencapai 90% kranium
dewasa. Maksilofasial tergabung dalam tulang wajah yang tersusun secara baik
dalam membentuk wajah manusia.3
3. Etiologi
Penyebab trauma maksilofasial bervariasi, mencakup kecelakaan lalu
lintas, kekerasan fisik, terjatuh, olah raga dan trauma akibat senjata api.
Kecelakaan lalu lintas adalah penyebab utama trauma maksilofasial yang dapat
membawa kematian dan kecacatan pada orang dewasa secara umum dibawah usia
50 tahun dan angka terbesar biasanya terjadi pada pria dengan batas usia 21-30
tahun.4
Bagi pasien dengan kecelakaan lalu lintas yang fatal menjadi masalah
karena harus rawat inap di rumah sakit dengan cacat permanen yang dapat
mengenai ribuan orang per tahunnya. Berdasarkan studi yang dilakukan, 72%
kematian oleh trauma maksilofasial paling banyak disebabkan oleh kecelakaan
lalu lintas (automobile).4
a. Klasifikasi
Trauma maksilofasial dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu
trauma jaringan keras wajah dan trauma jaringan lunak wajah. Trauma jaringan
lunak biasanya disebabkan trauma benda tajam, akibat pecahan kaca pada
kecelakaan lalu lintas atau pisau dan golok pada perkelahian.5
a. Trauma jaringan lunak wajah
Trauma Maksilofasial | ELS
Infraksi Mahkota
Fraktur sebagian atau pecahnya enamel tanpa kehilangan substansi gigi
lainnya.
Fraktur Mahkota
Fraktur yang mengenai enamel dan dentin tanpa mengenai pulpa.
Komplikasi Fraktur Mahkota
Fraktur mahkota yang tidak hanya mengenai enamel dan dentin, namun
juga pulpa.
Fraktur Mahkota-akar
Fraktur yang mengenai enamel, dentin dan sementum namun tidak
mengenai pulpa.
Komplikasi Fraktur Mahkota-akar
Fraktur yang melibatkan kerusakan enamel, dentin, sementum dan pulpa.
Fraktur Akar
Infraksi Concussion
Trauma pada jaringan pendukung gigi tanpa disertai kehilangan gigi.
Subluxation
Trauma pada jaringan sekitar gigi disertai adanya kehilangan jaringan
yang abnormal namun tidak ada peristiwa lepasnya gigi.
Intrusive Luxation (central dislocation)
Lepasnya gigi dari tulang alveolar disertai dengan fraktur pada soket
alveolar.
Extrusive luxation (peripheral dislocation, Partial avulsion)
Lepasnya gigi sebagian diluar soket alveolar
Lateral luxation
Lepasnya gigi pada arah selain axial, biasanya disertai dengan fraktur
soket alveolar.
Retained Root Fracture
Fraktur dengan retensi pada segmen akar namun kehilangan segmen
mahkota diluar soket alveolar.
Exarticulation (complete avulsion)
Lepasnya gigi secara keseluruhan dari alveolar soket
Klas VII : Perpindahan gigi atau tanpa fraktur mahkota atau akar
gigi
Klas VIII : Fraktur mahkota sampai akar
Klas IX : Fraktur pada gigi desidui
5. Manifestasi Klinis
6. Krepitasi berupa suara pada saat pemeriksaan akibat pergeseran dari ujung
tulang yang fraktur.
7. Laserasi yg terjadi pada daerah gusi, mukosa mulut dan daerah sekitar
fraktur.
10. Pada fraktur orbita dapat dijumpai penglihatan kabur atau ganda,
penurunan pergerakan bola mata dan penurunan visus.1
6. Diagnosis
Dalam menegakkan sebuah kejadian yang dicurigai dengan fraktur
Maksilofasial, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Anamnesa
Anamnesa dapat dilakukan langsung dengan pasien atau dengan orang lain
yang melihat langsung kejadian. Yang harus ditanyakan adalah :1
Penyebab pasien mengalami trauma:
Kecelakaan lalu lintas
Trauma tumpul
Trauma benda keras
Trauma Maksilofasial | ELS
Terjatuh
Kecelakaan olah raga
Berkelahi
Dimana kejadiannya
Sudah berapa lama sejak saat kejadian sampai tiba di rumah sakit
Apakah setelah kejadian pasien sadar atau tidak, jika tidak sadar, berapa
lama pasien tidak sadarkan diri
b. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Secara sistematis bergerak dari atas ke bawah:
a. Deformitas, memar, abrasi, laserasi, edema
b. Luka tembus
c. Asimetris atau tidak
d. Adanya Maloklusi / trismus, pertumbuhan gigi yang abnormal
e. Otorrhea / Rhinorrhea
f. Telecanthus, Battle's sign, Raccoon's sign
g. Cedera kelopak mata
h. Ecchymosis, epistaksis
i. defisit pendengaran
j. Perhatikan ekspresi wajah untuk rasa nyeri, serta rasa cemas
Palpasi
16. Memanipulasi setiap gigi individu untuk bergerak, rasa sakit, gingiva
dan pendarahan intraoral, air mata, atau adanya krepitasi.
17. Lakukan tes gigit pisau. Minta pasien untuk menggigit keras pada
pisau. Jika rahang retak, pasien tidak dapat melakukan ini dan akan
mengalami rasa sakit.
18. Meraba seluruh bahagian mandibula dan sendi temporomandibular
untuk memeriksa nyeri, kelainan bentuk, atau ecchymosis.
19. Palpasi kondilus mandibula dengan menempatkan satu jari di saluran
telinga eksternal, sementara pasien membuka dan menutup mulut. Rasa
sakit atau kurang gerak kondilus menunjukkan fraktur.
20. Periksa paresthesia atau anestesi saraf.
e. Cedera saraf
Uji anestesi pada wajah ( saraf infra orbita) dan geraham atas
(saraf gigi atas)
f. Cedera gigi
Raba giginya dan usahakan menggoyangkan gigi bergerak
abnormal dan juga disekitarnya.9
Zygomaticum floating.
Yang dimaksud dengan floating disini adalah keadaan dimana salah satu
dari struktur tulang diatas terasa seperti melayang saat dilakukan palpasi, jika
terbukti adanya floating, berarti ada kerusakan atau fraktur pada tulang tersebut.
Pasien dengan trauma maksilofasial harus dikelola dengan segera, dimana
dituntut tindakan diagnostik yang cepat dan pada saat yang sama juga diperlukan
juga tindakan resusitasi yang cepat. Resusitasi mengandung prosedur dan teknik
terencana untuk mengembalikan pulmonary alveolaris ventilasi, sirkulasi dan
tekanan darah yang efektif dan untuk memperbaiki efek yang merugikan lainya
dari trauma maksilofasial. Tindakan pertama yang dilakukan ialah tindakan
Primary Survey yang meliputi pemeriksaan vital sign secara cermat, efisien dan
cepat. Kegagalan dalam melakukan salah satu tindakan ini dengan baik dapat
berakibat fatal.9
9. Pemeriksaan Penunjang
Wajah Bagian Atas :
CT-scan 3D dan CBCT-scan 3D (Cone Beam CT-scan 3D).
CT-scan aksial koronal.
Imaging Alternatif diantaranya termasuk CT Scan kepala
dan X-ray kepala.
Wajah Bagian Tengah :
CT-scan 3D dan CBCT-scan 3D (Cone Beam CT-scan 3D).
CT scan aksial koronal.
Imaging Alternatif diantaranya termasuk radiografi posisi
waters dan posteroanterior (Caldwell’s), Submentovertek
(Jughandle’s).
Wajah Bagian Bawah :
CT-scan 3D dan CBCT-scan 3D.
Panoramic X-ray.
Imaging Alternatif diagnostik mencakup posisi :
Posteroanterior (Caldwell’s).
posisi lateral (Schedell).
posisi towne.13
Trauma Maksilofasial | ELS
Gambaran CT-scan
Gambar 14. (A) Gambaran CT-scan koronal, (B) CT scan 3D, (C) CT scan aksial
10. Komplikasi
Komplikasi yang paling sering timbul berupa: 13
a. Aspirasi.
b. Gangguan Airway.
c. Scars.
bau, rasa.
f. Kronis sinusitis.
g. Infeksi.
j. Mal oklusi.
k. Perdarahan.13
2. Reduction / reposisi:
Tujuannya untuk mengembalikan panjang dan kesegarisan tulang. Dapat
dicapai yang manipulasi tertutup atau reduksi terbuka progesi.
4. Rehabilitation
Mengembalikan aktifitas fungsional seoptimal mungkin. Penatalaksaan
fraktur mengacu kepada empat tujuan utama, yaitu:
Mengurangi rasa nyeri. Trauma pada jaringan disekitar fraktur
menimbulkan rasa nyeri yang hebat bahkan sampai menimbulkan
Trauma Maksilofasial | ELS
DAFTAR PUSTAKA