PENDAHULUAN
lembaga notariat yang satu dengan yang lain karena notariat dari kelompok yang
menganut civil law system akan berbeda dengan lembaga notariat dari kelompok
yang mengikuti common law system, juga berbeda dari kelompok negara komunis
dan kelompok negara-negara Asia dan Afrika. Lembaga notaris di Indonesia yang
dikenal sekarang ini, bukan lembaga yang lahir dari bumi Indonesia. Lembaga
Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, yang dengan berlakunya undang-
undang ini diharapkan dapat memberikan perlindungan hukum yang baik bagi
masyarakat maupun bagi notaris itu sendiri. Kedudukan seorang notaris sebagai
Seorang notaris biasanya dianggap sebagai seorang pejabat tempat seseorang dapat
memperoleh nasihat yang dapat diandalkan. Segala sesuatu yang ditulis serta
ditetapkan (konstatir) adalah benar, ia adalah pembuat dokumen yang kuat dalam
1
Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004
Notaris dalam Lembaran Negara Republik Indonesia (LNRI) Tahun 2004 Nomor
117 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia (TLNRI) Nomor 4432
UUJN), Pasal 1 ayat (1) yang menentukan sebagai berikut notaris adalah pejabat
umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan memiliki kewenangan
wewenang atau tugas dan kewajiban yang utama yaitu membuat akta-akta otentik.3
menuntut pengetahuan luas, serta tanggung jawab yang berat untuk melayani
kepentingan umum dan inti tugas notaris adalah mengatur secara tertulis dan
meminta jasa notaris. Notaris perlu memperhatikan apa yang disebut sebagai
2
1. Mempunyai integritas moral yang mantap;
kedalam bentuk akta otentik, dengan memperhatikan aturan hukum yang berlaku,”
yang dikehendaki kewajiban bagi notaris untuk menyelidiki secara materil apa-
jika akta yang dibuat dihadapan atau oleh Notaris bermasalah oleh para pihak
sendiri, maka hal tersebut menjadi urusan para pihak sendiri, Notaris tidak perlu
dilibatkan, dan Notaris bukan pihak dalam akta. Jika dalam posisi kasus seperti ini,
yaitu akta dipermasalahkan oleh para pihak sendiri, dan akta tidak bermasalah
dari aspek lahir, formal dan materil, maka sangat bertentangan dengan kaidah
4
Liliana Tedjosaputro, Etika Profesi Notaris Dalam Penegakan Hukum Pidana, PT. Bayu
Indra Grafika, Yogyakarta Hlm. 86-87
5
Ibid. Hlm 22
6
Ibid. Hlm 23
3
a. Notaris yang bersangkutan diajukan dan dipanggil sebagai saksi
Notaris dapat digugat dan dalam hal ini dapat digugat secara tunggal
terhadap Notaris itu sendiri, tapi dalam hal ini ada batasannya atau parameternya
untuk mengguggat Notaris, yaitu jika para pihak yang menghadap Notaris (para
notaris (secara perdata) ke Pengadilan Negeri, maka para pihak tersebut wajib
aspek-aspek tersebut, sehingga dalam kaitan ini perlu dipahami dan diketahui
Kaidah Hukum Notaris yaitu “akta Notaris sebagai akta otentik mempunyai
7
Ibid Hlm 25
4
kekuatan pembuktian yang sempurna, sehingga jika ada orang/pihak yang menilai
atau menyatakan bahwa akta tersebut tidak benar, maka orang/pihak yang
dijatuhi sanksi, berupa sanksi perdata, administrasi, dan kode etik jabatan
notaris, dan sanksi-sanksi tersebut telah diatur sedemikian rupa, baik sebelumnya
dalam PJN dan sekarang dalam UUJN dan Kode Etik Jabatan Notaris, dan tidak
kenyataan bahwa suatu tindakan hukum atau pelanggaran yang dilakukan oleh
notaris.
f. minuta akta tidak ditandatangi secara lengkap, tapi minta akta dikeluarkan.
jika:10
8
Ibid. Hlm 26
9
Ibid. Hlm 28
10
Ibid. Hlm 13
5
1. Ada tindakan hukum dari notaris terhadap aspek lahir, formal dan materil
bahwa akta yang dibuat dihadapan notaris atau oleh notaris bersama-sama
tindak pidana;
2. ada tindakan hukum dari notaris dalam membuat akta di hadapan atau oleh
notaris yang jika diukur berdasarkan UUJN tidak sesuai dengan UUJN;
dan
berwenang untuk menilai tindakan suatu notaris, dalam hal ini Majelis
Pengawas Notaris.
juga sangat penting untuk selalu diperhatikan. Karena dengan adanya kehati-
yang dapat membuat dirinya digugat baik dari para pihak dalam akta maupun dari
pihak lain yang merasa dirugikan. Sehingga erat betul penerapan asas kehati-
jabatannya, serta dengan hal tersebut asas kehati-hatian pun terlaksana dalam
pembuatan akta. Asas kehati-hatian ini juga merupakan bentuk konkrit yang
dikehendaki dalam Pasal 16 UUJN Pasal 16 ayat (1) huruf a, yang menyebutkan
6
melaksanakan jabatannya, hal ini juga berkaitan dengan adanya kewenangan baru
yang tidak ditentukan dalam UUJN sebelumnya yaitu terkait dengan pengesahan
Negara Asing (WNA) asal Jepang yang hendak membeli sebuah rumah susun
namun ketika pembayaran sudah lunas dibatalkan sepihak oleh pihak pengembang
dengan alasan Ny. Ike Farida menikahi WNA asal Jepang tanpa perjanjian
perkawinan. Hal ini dijadikan alasan oleh pihak pengembang, bahwa pada
dasarnya diatur dalam ketentuan UUPA, WNA tidak boleh memiliki tanah di
Indonesia. Sehingga dengan adanya persatuan harta antara Ny. Ike Farida dan
Ny. Ike Farida ikut memiliki rumah susun tersebut. Sehingga Nyonya Ike Farida
memohonkan beberapa Pasal dari UUP dan UUPA untuk di uji kepada Mahkamah
Konstitusi, diantara nya Pasal 21 ayat (1), ayat (3) 11 serta Pasal 36 ayat (1) UU
No.5 Tahun 196012 tentang Pokok Pokok Agraria dan Pasal 29 ayat (1), ayat (3),
11
Ditegaskan dalam Pasal 21 ayat (1), hanya WNI yang dapat mempunyai hak milik.
Selanjutnya hak milik atas tanah yang diperoleh WNI Perkawinan campuran dari
percampuran harta setelah perkawinan berlangsung maka harus dialihkan/dilepaskan dalam
jangka waktu satu tahun atau jatuh ke negara kecuali ditentukan lain dengan membuat
perjanjian kawin sesuai Pasal 21 ayat (3) UUPA
12
Hak guna-usaha tidak dapat dipunyai oleh orang asing. Badan hukum yang dapat
mempunyai hak itu, hanyalah badan-badan hukum yang bermodal nasional yang
progressip, baik asli maupun tidak asli. Bagi badan-badan hukum yang bermodal asing hak
guna-usaha hanya dibuka kemungkinannya untuk diberikan jika hal itu diperlukan oleh
Undang-undang yang mengatur pembangunan nasional semesta berencana (pasal 55)
7
ayat (4) serta Pasal 35 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan terhadap
diatur dalam peraturan jabatan notaris dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2014
tentang Jabatan Notaris, selanjutnya dapat juga disebut UUJN. Ketentuan Pasal
semuanya itu sepanjang pembuatan Akta itu tidak juga ditugaskan atau
dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh
undang-undang.
berwenang pula :
khusus;
13
Agus Sahbani, Pelaku-Pelaku Kawin Campur gugat UU Agraria dan UU Perkawinan,
http://www.hukumonline.com, diakses pada 20 Maret 2018
8
c. Membuat kopi dari asli surat di bawah tangan berupa salinan yang
yang bersangkutan:
aslinya;
akta;
(3) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
perundang-undangan.
yang dibuat secara tertulis. Hal ini membuat notaris harus lebih cermat dalam hal
9
Konstitusi No. 69/PUU-XIII/2015 tersebut, beberapa notaris tidak mau membuat
perkawinan tersebut. Hal ini mungkin saja terjadi karena notaris lebih memilih
69/PUU-XIII/2015”.
69/PUU-XIII/2015 ?
10
1. Mengetahui dan menganalisis mekanisme pembuatan perjanjian kawin dan
masukan bagi semua pihak, yakni bagi masyarakat umum, hakim dan
2. Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk
11
1. Judul skripsi Analisis Yuridis Pengesahan Perjanjian Kawin Pasca
masalah yang ditekankan pada skripsi ini adalah : (a) Apa yang menjadi
12
perjanjian kawin setelah perkawinan berlangsung dalam Penetapan
No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan berlaku secara limitatif yang berarti
tidak dapat disimpangi dengan cara dan dengan alasan apapun. Dasar dan
pembuatan perjanjian kawin yang harus dibuat sebelum atau pada saat
anggap tahu hukum (iedereen wordt geacht de wet te kemen, nemo ius
pembuatan perjanjian kawin yang harus dibuat sebelum atau pada saat
13
Akta Perjanjian Perkawinan pasca Putusan Mahkamah Konstitusi No.
notaris yang membuat akta perjanjian kawin secara menyeluruh dan hanya
yang berlaku di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini lebih
data sekunder antara lain mencakup bahan hukum primer, bahan hukum
14
etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=opac&sub=Opac. Diakses pada Tanggal 28
Febuari 2018
14
berdasarkan metode berfikir deduktif. Hasil penelitian menunjukan bahwa
belah pihak atas harta-harta pribadi baik yang sudah ada pada saat
hari menjadi terpisah satu dengan yang lainnya juga menjadi pertimbangan
hakim. Akibat harta kekayaan suami isteri dari adanya perjanjian kawin
suami isteri yang semula merupakan harta bersama menjadi terpisah baik
perjanjian kawin dibuat sebelum atau pada saat perkawinan namun jika
dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis Epa Riana adalah bahwa
15
dan juga obyek pada penelitian Epa Riana berbeda dengan obyek
tersebut.15
15
etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=opac&sub=Opac. Diakses pada Tanggal
28Febuari 2018
16
BAB II
beberapa teori yang relevan dan bersesuain dengan permasalah yang dibahas,
abad ke-20, John Rawls, seperi A Theory of justice, Politcal Liberalism, dan
social justice”, berpendapat bahwa keadilan adalah kebajikan utama dari hadirnya
setiap orang yang telah memperoleh rasa keadilan. Khususnya masyarakat lemah
pencari keadilan.17
dikenal dengan “posisi asli” (original position) dan “selubung ketidaktahuan” (veil
of ignorance).18
16
Pan Mohamad Faiz, 2009. “Teori Keadilan John Rawls”, dalam Jurnal Konstitusi, Volume
6 Nomor 1 , Hlm. 135
17
Ibid. Hlm 139
18
Ibid. Hlm 140
17
Pandangan Rawls memposisikan adanya situasi yang sama dan sederajat
kedudukan atau memiliki posisi lebih tinggi antara satu dengan yang lainnya,
sehingga satu pihak dengan lainnya dapat melakukan kesepakatan yang seimbang,
itulah pandangan Rawls sebagai suatu “posisi asli” yang bertumpu pada pengertian
Rawls bahwa setiap orang dihadapkan pada tertutupnya seluruh fakta dan
keadaan tentang dirinya sendiri, termasuk terhadap posisi sosial dan doktrin
yang tengah berkembang. Dengan konsep itu Rawls menggiring masyarakat untuk
memperoleh prinsip persamaan yang adil dengan teorinya disebut sebagai “Justice
as fairness”.19
Keadilan berasal dari kata adil yang artinya menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah tidak memihak atau tidak berat sebelah. Keadilan
dapat diartikan sebagai suatu perbuatan yang bersifat adil atau perbuatan yang
tidak memihak. Keadilan adalah salah satu dari tujuan hukum selain
Keadilan dimulai dengan salah satu pilihan yang paling umum yang bisa
dibuat orang bersama-sama, yakni dengan pilihan prinsip pertama dari konsepsi
19
Ibid. Hlm 142
18
keadilan yang mengatur kritik lebih lanjut serta reformasi institusi. 20 Teori
keadilan Hans Kelsen, dalam bukunya general theory of law and state,
berpandangan bahwa hukum sebagai tatanan sosial yang dapat dinyatakan adil
bersifat subjektif. Walaupun suatu tatanan yang adil yang beranggapan bahwa
yang manakah yang patut diutamakan. Hal ini dapat dijawab dengan
nilai, ditentukan oleh faktor-faktor emosional dan oleh sebab itu bersifat
subjektif22
19
masyarakat, atau lebih tepatnya, cara lembaga-lembaga sosial utama
Ada dua tujuan dari teori keadilan menurut John Rawls, yaitu:25
adalah sederet evaluasi moral yang telah kita buat dan sekiranya
secara refleksif.
Hlm.12
24
Hans Kelsen 2011. General Theory of Law and State, diterjemahkan oleh Rasisul
Muttaqien, Nusa Media, Bandung Hlm. 7
25
Ibid. Hlm 10
20
pilihan. Rawls mengatakan bahwa dasar kebenaran teorinya
sosial.
yang berdimensi kerakyatan haruslah memerhatikan dua prinsip keadilan, yaitu :26
pertama, memberi hak dan kesempatan yang sama atas kebebasan dasar yang
paling luas seluas kebebasan yang sama bagi setiap orang. Kedua, mampu
memberi keuntungan yang bersifat timbal balik (reciprocal benefits) bagi setiap
orang, baik mereka yang berasal dari kelompok beruntung maupun tidak
beruntung.
Teori ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah satu yaitu untuk
dalam pembuatan akta otentik khususnya perbuatan notaris yang telah dijatuhi
Diharapkan teori ini dapat memberikan rasa adil dalam hal pertanggungjawaban
notaris terhadap perbuatannya yang melawan hukum khususnya bagi para pihak
yang dirugikan oleh notaris atau bagi notaris itu sendiri dan pada umumnya bagi
Damanhuri Fattah,”Teori Keadilan Menurut John Rawls”, Jurnal TAPIs,Vol.9 No.2, Juli-
26
Desember,2013,hlm.32-33
21
masyarakat terhadap seorang notaris akan semakin besar dan membuat
hukum, yaitu liability dan responsibility. Liability merupakan istilah hukum yang
luas yang menunjuk hampir semua karakter risiko atau tanggung jawab, yang
pasti, yang bergantung atau yang mungkin meliputi semua karakter hak dan
kewajiban secara aktual atau potensial seperti kerugian, ancaman, kejahatan, biaya
itu telah menimbulkan kerugian. Dalam teori ini beban tanggung jawab
27
Ridwan H.R. 2006. Hukum Administrasi Negara. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hlm.
335-337
22
b. Teori fautes de services, yaitu teori yang menyatakan bahwa kerugian
liability based on fault) adalah prinsip yang cukup umum berlaku dalam hukum
Pasal 1365, 1366, dan 1367, prinsip ini dipegang secara teguh. Prinsi ini
a. adanya perbuatan;
28
Ibid. Hlm 365
23
d. adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian.29
karena ada kemungkinan tergugat membebaskan diri dari tanggung jawab, yaitu
beban pembuktiannya ada pada si tergugat. Dalam hal ini tampak beban
pembuktian terbalik (omkering van bewijslast). Hal ini tentu bertentangan dengan
diterapkan dalam kasus konsumen akan tampak asas demikian cukup relevan. Jika
digunakan teori ini, maka yang berkewajiban untuk membuktikan kesalahan itu
ada pada pihak pelaku usaha yang digugat. Tergugat harus menghadirkan bukti-
bukti bahwa dirinya tidak bersalah. Tentu saja konsumen tidak dapat sekehendak
untuk digugat balik oleh pelaku usaha, jika ia gagal menunjukkan kesalahan
tergugat.
29
Shidarta. 2006. Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia. Edisi Revisi, Gramedia
Widiasarana Indonesia. Jakarta. Hlm. 73-79.
24
Prinsip ini adalah kebalikan dari prinsip yang kedua, prinsip praduga untuk
tidak selalu bertanggung jawab hanya dikenal dalam lingkup transaksi konsumen
yang sangat terbatas. Contoh dari penerapan prinsip ini adalah pada hukum
pengangkutan. Kehilangan atau kerusakan pada bagasi kabin atau bagasi tangan,
yang biasanya dibawa dan diawasi oleh penumpang (konsumen) adalah tanggung
jawab dari penumpang. Dalam hal ini pengangkut (pelaku usaha) tidak dapat
prinsip tanggung jawab absolut (absolute liability). Kendati demikian ada pula
para ahli yang membedakan kedua terminologi di atas. Ada pendapat yang
misalnya pada keadaan force majeure. Sebaliknya absolute liability adalah prinsip
dalam prinsip ini tidak ada kemungkinan untuk membebaskan diri dari tanggung
jawab, kecuali apabila kerugian yang timbul karena kesalahan pihak yang
25
Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan (limitation of liability
principle) ini sangat disenangi oleh pelaku usaha untuk dicantumkan sebagai
cuci cetak film, misalnya ditentukan, bila film yang ingin dicuci atau dicetak itu
hilang atau rusak (termasuk akibat kesalahan petugas), maka si konsumen hanya
dibatasi ganti kerugian sebesar sepuluh kali harga satu rol film baru. Dalam
dengan jasa profesional yang diberikan kepada klien. Tanggung jawab profesional
ini dapat timbul karena mereka (para penyedia jasa profesional) tidak memenuhi
perjanjian yang mereka sepakati dengan klien mereka atau akibat dari kelalaian
Bilamana suatu keputusan telah diambil atau ditolak, sudah merupakan bagian
dari tanggung jawab dan akibat pilihannya. Tidak ada alasan lain mengapa hal itu
31
Ibid. Hlm 23
26
dilakukan atau ditinggalkan. Keputusan tersebut dianggap telah dipimpin oleh
jawab yang benar-benar terkait dengan hak dan kewajibannya, bukan dalam arti
tanggung jawab yang dikaitkan dengan gejolak jiwa sesaat atau yang tidak
disadari akibatnya.32
wanita yang dikukuhkan secara formal dengan Undang-Undang, yaitu yuridis dan
kebanyakan juga religius menurut tujuan suami istri dan Undang-Undang, dan
menyatakan bahwa suami dan isteri harus saling setia, tolong menolong dan bantu
hukum berusaha membuat definisi perkawinan sebagai ikatan antara seorang pria
dan seorang wanita yang diakui sah oleh perundang-undangan negara dan
perkawinan didefinisikan sebagai : “ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
32
Op. Cit. Sidharta. Hlm 82
33
Op. Cit Hilman Hadikusuma. Hlm 20
34
Ibid. Hlm 22
27
seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga, rumah
tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Ketuhanan Yang Maha Esa. Sampai disini tegas dinyatakan bahwa perkawinan
perkawinan bukan saja mempunyai unsur lahir/jasmani tetapi juga memiliki unsur
pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitssaqan ghalidzan untuk mentaati
mengandung arti bahwa akad perkawinan itu bukanlah semata perjanjian yang
yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalidhan untuk mentaati perintah
ditarik dari firman Allah SWT yang terdapat pada Surat An-Nisa ayat 21 :
Artinya : “Bagaimana kamu akan mengambil mahar yang telah kamu berikan
kepada istrimu, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang
35
Op. Cit Yunanto. Hlm 24
28
lain sebagai suami isteri. Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu
seksual.
senang.
29
perempuan, saling tolong-menolong serta menimbulkan hak dan
sang laki-laki. Yang dilihat pada diri wanita adalah aspek biologisnya saja. Ini
berkonotasi seks.
kedua belah pihak atas persetujuan bersama dapat mengadakan perjanjian tertulis
Diktat Ko Tjay Sing, Hukum Perdata Jilid I Hukum Keluarga, dimana pengertian
36
Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, 2004. Hukum Perdata Islam di Indonesia,
Kencana Prenadamedia Group, Jakarta. Hlm. 38.
37
Martiman Prodjohamidjojo. 2007. Hukum Perkawinan Indonesia, Indonesia Legal Center
Publishing, Jakarta, Hlm.8
38
Ibid. Hlm 10
30
gemeenschap van goederen). Biasanya Perjanjian Kawin dibuat untuk
maksud ini.
pemberian hibah timbal-balik antara suami dan isteri (Pasal 168 Kitab
persatuan harta kekayaan yang ditentukan dalam Pasal 124 ayat (2)
sebagai testamen dari si suami atau isteri atau sebaliknya, atas sebagai
testamen timbal-balik.
untuk memberikan hibah oleh orang ketiga kepada suami atau isteri
menimbulkan akibat hukum dari perkawinan yaitu timbulnya hak dan kewajiban
bagi kedua belah pihak. Yang dimaksud hak di sini adalah apa-apa yang diterima
oleh seseorang dari orang lain, sedangkan yang dimaksud dengan kewajiban
adalah yang mesti dilakukan seseorang terhadap orang lain. Dalam hubungan
suami istri dalam rumah tangga, suami mempunyai hak dan begitupula istri
31
mempunyai hak. Dibalik itu suami mempunyai beberapa kewajiban dan
istri diatur dalam Pasal 103 sampai dengan Pasal 118 yaitu:
1. Suami istri harus setia dan tolong menolong (Pasal 103 KUHPerdata)
2. Suami dan istri wajib memelihara dan mendidik anaknya (Pasal 104
KUHPerdata)
3. Setiap suami adalah kepala dalam persatuan suami istri (Pasal 105 ayat 1
KUHPerdata)
KUHPerdata)
5. Setiap suami harus mengurus harta kekayaan milik pribadi istrinya (Pasal
6. Setiap suami berhak mengurus harta kekayaan bersama (Pasal 105 ayat 4
KUHPerdata)
kekayaan tak bergerak milik istrinya tanpa persetujuan istri (Pasal 105 ayat
5 KUHPerdata)
8. Setiap istri harus tunduk dan patuh kepada suaminya (Pasal 106 ayat 1
KUHPerdata)
10. Setiap suami wajib membantu istrinya di muka hakim (Pasal 110
KUHPerdata)
32
11. Setiap istri berhak membuat surat wasiat tanpa izin suami (Pasal 118
KUHPerdata)
kewajiban suami istri yang tercantum dalam Pasal 30 sampai dengan Pasal 34 UU
Perkawinan)
2. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan
suami dalam kehidupan rumah tangga dan dalam pergaulan hidup bersama
ayat 2 UU Perkawinan)
4. Suami adalah kepala rumah tangga dan istri adalah ibu rumah tangga
Perkawinan)
6. Suami istri wajib saling mencintai, hormat menghormati dan saling setia
(Pasal 33 UU Perkawinan)
34 ayat 2 UU Perkawinan)
33
9. Jika suami dan istri melalaikan kewajiban masing-masing dapat
Selain dari pada hak dan kewajiban tersebut masih terdapat hak lain yang
harta bawaan
V UU No.1 Tahun 1974 yang berisi satu Pasal, yaitu Pasal 29. Sedangkan
mengatur tentang kapan perjanjian kawin itu dibuat, hanya mengatur tentang
keabsahanya, tentang saat berlakunya dan tentang dapat diubahnya perjanjian itu.
Jadi sama sekali tidak mengatur tentang materi perjanjian seperti yang diatur
dibuat oleh pasangan calon pengantin, baik laki-laki maupun perempuan sebelum
39
Abdulkadir Muhammad. 2000. Hukum Perdata Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti. Hlm 76.
34
hubungan perkawinan mereka.40 Secara umum, perjanjian perkawinan berisi
tentang pengaturan harta kekayaan calon suami isteri. Tujuan dari pembuatan
suami isteri, sebelum atau pada saat perkawinan dilangsungkan untuk mengatur
lain yang juga penting diperjanjikan, misalnya tentang kekerasan dalam rumah
tangga, memperjanjikan salah satu pihak untuk tetap melanjutkan kuliah meski
kekayaan mereka akan dibagi jika terjadi perpisahan hubungan antar keduanya,
baik itu karena perceraian maupun kematian. Perjanjian Perkawinan juga memuat
hanya dinyatakan bahwa kedua belah pihak dapat mengadakan perjanjian tertulis
yaitu Perjanjian Perkawinan. Dalam ketentuan ini tidak disebutkan batasan yang
jelas, bahwa Perjanjian Perkawinan itu mengenai hal apa. Sehingga dapat
40
Happy Susanto, Pembagian Harta Gono-Gini SaatTerjadinya Perceraian, Jakarta:
Visimedia, hlm. 78
41
Soetojo Prawirohamidjojo, Hukum Orang dan keluarga,Surabaya: Airlangga University
Press, hlm. 87
42
Soetojo Prawirohamidjojo, 1986, Pluralisme dalam perundang-undangan perkawinan di
Indonesia, Surabaya: Airlangga University Press, hlm. 57
43
Muchsin, Perjanjian Perkawinan Dalam Persfektif Hukum Nasional, Jakarta : Varia
Peradilan No. 273 edisi Agustus 2008.
35
dikatakan bahwa Perjanjian Perkawinan UU ini mencakup banyak hal. Disamping
disebutkan bahwa kalau ada Perjanjian Perkawinan harus dimuat di dalam akta
Pasal 139, yang menetapkan bahwa dalam perjanjian kawin itu kedua calon suami
dengan kesusilaan dan ketertiban umum. Pada umumnya perjanjian kawin dibuat:
1. Bilamana terdapat sejumlah harta kekayaan yang lebih besar pada salah
perkawinan dilangsungkan dan haruslah dibuat dalam bentuk akta otentik dimuka
notaris, akta otentik itu sangat penting karena dapat dijadikan bukti dalam
44
Djaja S. Meliala, 2006, Perkembangan Hukum Perdata tentang Orang dan Hukum
Keluarga,, Bandung: Nuansa Aulia, Hlm.67
36
persidangan pengadilan apabila terjadi sengketa tentang harta bawaan masing-
masing. Jika tidak ada perjanjian kawin yang dibuat sebelum perkawinan
dilaksanakan maka semua harta suami dan isteri terjadi perbauran. Tentang
tidak menyalahi tata susila dan ketentraman umum yang berlaku dalam
membuat perjanjian tertulis yang disahkan oleh pegawai pencatat nikah, mengenai
kedudukan harta dalam perkawinan. Pasal 47 ayat (2) perjanjian tersebut dalam
ayat 1 dapat meliputi pencampuran harta pribadi dan pemisahan harta pencaharian
sedikit calon pengantin yang memandang hal ini sebagai sesuatu yang positif. Hal
ini dikarenakan masih dianggap tabu dan pamali di masyarakat. Ada sebagian
sebagai sesuatu yang tidak umum, tidak etis, kecurigaan, egois, tidak sesuai
oleh masyarakat awam justru telah menjadi gejala baru di kalangan tertentu
37
dengan adanya Perjanjian Perkawinan harta miliknya akan terjamin aman apabila
isteri mempunyai kesempatan untuk saling terbuka,dan bisa berbagi rasa atas
keinginan yang telah disepakati untuk menjalani isi perjanjian tersebut. Biasanya
suami dan isteri. Pada dasarnya Perjanjian Perkawinan tidaklah seburuk yang
menjadi anggapan masyarakat. Hal ini terjadi karena Perjanjian Perkawinan bagi
orang kebanyakan adalah kurang etis tidak sesuai dengan budaya orang timur.
bagi suami isteri. Tanpa Perjanjian Perkawinan, maka dalam proses pembagian
Dalam agama Islam, kedua calon mempelai dapat mengadakan dua bentuk
perjanjian perkawinan. Sesuai dengan Pasal 45 KHI, terdapat dua jenis perjanjian
suami setelah akad nikah, sedangkan perjanjian lainnya yang sering dilakukan
adalah perjanjian tentang harta bersama. Tentang siapa yang dapat mengadakan
perjanjian kawin hal ini tunduk pada ketentuan umum yaitu harus cakap untuk
38
bertindak menurut hukum. Kecuali tentang anak yang belum dewasa, ia dapat
tahun (perempuan), asal dibantu oleh orang-orang yang harus memberikan izin
untuk perkawinannya (Pasal 151 KUH Perdata). 47 Rukun yang harus dipenuhi
1) Harus diajukan oleh kedua belah pihak pada waktu atau sebelum
perkawinan dilangsungkan,
kecuali bila dari kedua belah pihak ada persetujuan untuk mengubah dan
ketiga tersangkut,
perjanjian kawin tersebut berlaku sejak perkawinan dan tidak dapat diubah lagi.
47
Ali Afandi, 2004, Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian, Jakarta, Renika
Cipta. Hlm. 172
48
Rosnidar Sembiring, 2016, Hukum Keluarga Harta-harta Benda dalam Perkawinan,
Jakarta, Raja Grafindo Persada. Hlm. 68
39
dapat diubah dengan memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku. Perjanjian
perkawinan. Hal itu dimaksudkan untuk menjaga agar jangan sampai terjadi
Suatu perjanjian kawin agar berlaku sah dan mengikat baik bagi para pihak
yang membuat maupun bagi pihak ketiga harus memenuhi beberapa syarat.
1) Syarat Subyektif
yang membuat perjanjian kawin tersebut, yakni mengenai diri pribadi dari pihak-
pihak yang membuat perjanjian kawin (calon suami istri). Undang-undang telah
49
Ibid. Hlm 80
50
Neng Djubaidah, 2010, Pencatatan Perkawinan & Perkawinan Tidak Dicata: Menurut
Hukum Tertulis di Indonesia dan Hukum Islam, Jakarta, Sinar Grafika. Hlm 219
40
d) adanya suatu sebab yang halal yang melatar belakangi lahirnya perjanjian
tersebut.
Pasal 330 KUH Perdata mereka yang berumur 21 tahun dan berumur 18 tahun
menurut Pasal 47 UUP. Dengan demikian dalam pembuatan akta perjanjian kawin
2) Syarat Formil
yang harus dibuat dihadapan notaris dengan suatu akta otentik atau akta notariil.
Apabila suatu perjanjian kawin tidak dibuat dengan akta notaris maka perjanjian
kawin tersebut batal demi hukum. Dalam Pasal 29 UUP, pada waktu atau sebelum
setelah mana isinya berlaku juga terhadap pihak ketiga tersangkut. Sesuai
sebelum ijab kabul dilaksanakan. Dari ketentuan Pasal 29 Ayat (4) yang
41
dilangsungkan” maka dapat disimpulkan bahwa pembuatan dan pengesahan
adanya perjanjian kawin yang dibuat oleh suami istri sebelum perkawinan
wakil dari instansi pencatat perkawinan.52 Maksud dari akta notaris adalah akta
otentik, bukan akta dibawah tangan. Suatu akta otentik adalah akta yang dibuat
oleh atau dihadapan pejabat yang berwenang (Notaris). Adanya syarat bahwa
perjanjian kawin harus dibuat dengan akta notaris adalah bertujuan agar perjanjian
persengketaan.53
kebenaran formil dan materiil terhadap akta otentik yang diajukan kepadanya
sebagai bukti di depan persidangan, kecuali dengan bukti lawan dapat dibuktikan
51
Ibiid. Hlm 229
52
Notary Public, Alwesius, Pembuatan Perjanjian Perkawinan Pasca Putusan Mahkamah
Konstitusi, www.notary.my.id/2018/01/pembuatan-perjanjian-perkawinan-pasca-putusan-
mahkamah-konstitusi. Diakses Pada Tanggal 28 Januari 2018
53
Wahjono Darmabrata dan Surini Ahlan Sjarif, 2002, Hukum Perkawinan dan Keluarga
Indonesia, Jakarta, Riskita, hlm.91-92.
42
sebaliknya. Dengan dibuatnya perjanjian kawin dalam akta notaris maka akan
memberikan kepastian hukum tentang hak dan kewajiban suami istri atas harta
benda mereka, megingat perjanjian kawin mempunyai konsekuensi yang luas dan
dapat menyangkut kepentingan keuangan yang besar yang dipunyai oleh suatu
rumah tangga.
3) Syarat Materiil
Syarat materiil adalah mengenai isi perjanjian kawin yang telah ditetapkan
oleh undang-undang. Isi dari perjanjian kawin tersebut adalah bebas dan
perkawinan. Suatu perjanjian kawin dilarang memuat syarat dan ketentuan bahwa
istri kehilangan haknya untuk melepaskan atau menolak hak bagian atas harta
persatuan. Tujuan dari pembuatan perjanjian kawin adalah untuk mengatur akibat
hukum dari perkawinan terhadap harta kekayaan suami istri, sehingga oleh
karenanya maka ketentuan yang bertujuan lain selain yang diperkenankan oleh
undang-undang adalah dilarang atau tidak diperbolehkan. Isi dari perjanjian kawin
43
b) Tidak boleh mengurangi hak-hak yang oleh undang-undang diberikan
kepada duda atau janda yang hidup terlama (Pasal 140 KUH Perdata).
c) Tidak boleh mengurangi hak suami sebagai kepala atau pengurus harta
persatuan.
e) Tidak boleh menyatakan bahwa suami atau istri akan memikul suatu
tanggungan yang lebih besar dalam hutang dari pada bagiannya dalam laba
persatuan (Pasal 142 KUH Perdata). Tujuan larangan tersebut adalah agar
jangan sampai suami atau istri saling menguntngkan diri sendiri sehingga
di luar negeri, atau hukum adat, atau undang-undang atau peraturan daerah
Notaris berasal dari kata natae, yang artinya tulisan rahasia, jadi pejabat itu
semacam penulis stero.55 Dalam pengertian harian notaris adalah orang yang
54
Op. Cit Subekti. Hlm 42
55
Soetarjo Soemoatmodjo, 1986, Apakah Notaris, PPAT, Pejabat Lelang, Yogyakarta,
Liberty. Hlm. 4
44
diangkat oleh pemerintah untuk membuat akta otentik atau akta resmi. Notaris
adalah pejabat umum, seorang menjadi pejabat umum apabila ia diangkat dan
dinyatakan bahwa notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat
akta otentik sejauh pembuatan akta otentik tertentu tidak dikhususkan bagi pejabat
lainnya.57
Salah satu unsur penting dari pengertian notaris adalah notaris sebagai
“pejabat umum”. Hal ini berarti bahwa kepada notaris diberikan dan dilengkapi
penjelasan tentang notaris, hanya dijelaskan apa yang dimaksud akta otentik saja.
56
R. Soegondo Notodisoerjo, 1993, Hukum Notariat Di Indonesia, Suatu Penjelasan,
Jakarta, Raja Grafindo Persada. Hlm. 44.
57
Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004 Jo Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014, Tentang Jabatan Notaris.
58
G. H. S. Lumban Tobing, 1991, Pengaturan Jabatan Notaris, Jakarta, Erlangga. Hlm. 31
45
peraturan perundang-undangan untuk mengatur hal ini. Akhirnya pemerintah
pejabat umum yaitu PJN (pengaturan jabatan notaris) dan UUJN (Undang-Undang
Jabatan Notaris) dimana peraturan yang dibuat pemerintah ini untuk memenuhi
Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris, menyatakan secara tegas bahwa
notaris adalah satu-satunya pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta
otentik, kecuali jika undang-undang ada yang menentukan lain. Tugas dan
membuat akta, melegalisasi akta di bawah tangan dan membuat grosse akta serta
berhak mengeluarkan salinan atau turunan akta kepada para pihak yang
wewenang notaris lebih luas dari apa yang ada dan diatur dalam Undang-Undang
Jabatan Notaris. Dalam prakteknya notaris mampu menjadi ahli penemuan hukum
dalam bentuk tertulis dan format tertentu, sehingga merupakan suatu akta otentik
dia dapat membuat dokumen yang kuat dalam suatu proses hukum.12 Berdasarkan
ketentuan dalam Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang
jabatan notaris, kewenangan notaris adalah membuat akta otentik mengenai semua
46
dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta,
memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan
akta-akta itu tidak juga ditugaskan dan dikecualikan kepada pejabat lain atau
Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris Notaris wajib untuk
Jabatan Notaris adalah sangat erat kaitannya dengan tugas dan pekerjaan notaris.
Dengan demikian oleh karena selain untuk membuat akta otentik, notaris juga
ditetapkan dalam UUJN dan di dalam daerah hukum tersebut Notaris mempunyai
wewenang. Apabila ketentuan itu tidak diindahkan, akta yang dibuat oleh Notaris
menjadi tidak sah. Adapun wewenang yang dimiliki oleh Notaris meliputi empat
47
1) Notaris harus berwenang sepanjang yang menyangkut akta yang dibuat itu;
dibuat;
Beberapa kewenangan notaris selain yang ada dalam Pasal 15 ayat (1) dari
Pasal 15 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
ini merupakan legalisasi terhadap akta dibawah tangan yang dibuat sendiri
oleh orang perseorangan atau oleh para pihak diatas kertas yang
khusus;
c) membuat kopi dari asli surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang
bersangkutan;
48
f) membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan dan membuat akta risalah
lelang.62
mempunyai arti mengesahkan akta dibawah tangan. Akta dibawah tangan sendiri
sudah sangat lazim dalam kehidupan bemasyarakat, tidak sedikit dari mereka
meminta jasa notaris untuk melegalisasi atau mengesahkan akta dibawah tangan
ini dengan tujuan agar apabila dikemudian hari terdapat persengketaan dapat
Legalisasi dan waarmeking diatur secara khusus dalam Pasal 15 ayat (2)
Hukum Perdata Sendiri juga mengatur legalisasi hal ini termuat dalam Pasal 1874
surat urusan rumah tangga dan lain-lain tulisan yang dibuat tanpa peraturan
tangan dipersamakan suatu cap jempol, dibubuhi dengan suatu pernyataan yang
bertanggal dari seorang notaris atau seorang pegawai lain yang diitunjuk oleh
atau bahwa orang ini telah diperkenalkan kepadanya, bahwa isinya akta telah
dijelaskan kepada orang itu dan bahwa setelah itu cap jempol tersebut dibubuhkan
49
dengan undang-undang dapat diadakan aturan-aturan lebih lanjut tentang
penandatanganan akta tersebut dilakukan para pihak dihadapan notaris, dan pada
saat itu juga notaris akan memberikan kepastian terhadap tanggal terhadap akta
siapa saja pihak yang berwenang hadir dan setelah itu menjelaskan serta
membacakan akta yang akan dilegalisasi. Para pihak sendiri juga harus mengenal
sepengetahuan atau dihadapan noataris. Notaris tidak mengetahui kapan akta itu di
tandatangani oleh para pihak sebelumnya, ini diluar sepengetahuan notaris. Dalam
kemudian akan didaftarkan dalam buku khusus yang disediakan oleh notaris,
dalam waarmerking tidak ada kepastian mengenai tanggal dan tanda tangan para
dalam mana semua pihak yang membuat surat tersebut datang dihadapan
notaris, dan notaris membacakan dan menjelaskan isi surat tersebut untuk
50
b. Waarmerking adalah pendaftaran dengan membubuhkan cap dan
untuk itu.63
penghadap tersebut, maka dalam hal ini memberikan landasan kepada notaris dan
hal ini diatur dalam Pasal 16 ayat (1) huruf e Undang-Undang Nomor 30 Tahun
yang dimaksud dalam Pasal ini adalah alasan yang mengakibatkan notaris
berpihak, seperti adanya hubungan darah atau semenda dengan notaris sendiri atau
berbuat sesuatu, atau hal-hal lain yang tidak diperbolehkan oleh undang-undang.
Dengan hubungan hukum seperti itu, maka perlu ditentukan kedudukan hubungan
63
Ida Rosita Suryana, 1999, Serba-Serbi Jabatan Notaris, Bandung, Universitas Padjajaran.
Hlm. 19.
64
Sutrisno & Wiwin Yulianingsih, 2016, Etika Profesi Hukum, Yogyakarta, C.V Andi
Offset. Hlm. 120
51
Untuk memberikan landasan kepada hubungan hukum seperti tersebut di
atas, perlu ditentukan tanggung gugat notaris apakah dapat berlandaskan kepada
pekerjaan atau membuat akta tanpa ada permintaan dari para penghadap, dengan
demikian menurut notaris dalam bentuk mewakili orang lain tanpa kuasa
Hubungan hukum yang terjadi antara notaris dengan para pihak penghadap
tertentu atau mewakili orang lain tanpa kuasa (zaakwaarneming) yang dapat
dijadikan dasar untuk menuntut notaris berupa penggantian biaya, ganti rugi atau
bunga kontruksi seperti tidak dapat diterapkan secara langsung terhadap notaris
1. Tidak ada perjanjian secara tertulis atau kuasa atau untuk melakukan
perjanjian tertentu;
2. Tidak ada hak-hak para pihak atau para penghadap yang dilanggar oleh
notaris;
65
Ibid. Hlm 121
66
Marthalena Pohan, 1985, Tanggung Gugat Advocaat, Dokter dan Notaris, Surabaya, Bina
Ilmu. Hlm 11
52
3. Notaris tidak mempunyai alasan untuk menerima perintah melakukan
4. Tidak ada kesukarelaan dari notaris untuk membuat akta, tanpa ada
a. Tidak perlu dibuat suatu perjanjian baik lisan maupun tertulis dalam
pekerjaan-pekerjaan tertentu;
ayat-ayat, sehingga selaras dan memperoleh kekuatan hukum. Jika para pihak
datang ke notaris dan akan mengadakan suatu perjanjian maka notaris akan
67
Ibid. Hlm 17
68
Habibi Ajdie, 2008, Hukum Notaris Indonesia (Tasir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun
2004 Tentang Jabatan Notaris), Bandung, PT Reflika Aditama. Hlm 18
53
Dalam menjalankan tugas serta jabatanya notaris harus berpegangan
dengan UUJN dan Kode Etik Notaris agar ketika menjalankan tugasnya notaris
selalu prosedural seperti apa yang semestinya yang tertuang dalam Undang-
Undang jabatan notaris dan Kode Etik. Banyak orang yang ingin menjatuhkan
atau mencari keuntungan dengan melihat celah yang ada dalam notaris
menjalankan jabatan yang tidak prosedural seperti apa yang seharusnya oleh
karena itu dalm menjalankan tugasnya notaris harus menggunakan prinsip kehati-
hatian agar terhindar dari masalah dikemudian hari. Notaris harus berupaya
mengetahui identitas para pihak dan keterangan yang sebenar-benarnya dari para
pihak penghadap. Notaris dapat memperoleh keterangan identitas dari ktp para
pihak yang bersangkutan, paspor, sim dan atau surat-surat lain dari para pihak
yang ingin melakukan perbutan hukum. Apabila keterangan yang diberikan para
pihak ini tidak sesuai atau tidak benar notaris dapat membatalkan perjanjian atau
54
3. Sebagai alat bukti sah.
Pasal 147 KUHPerdata tersebut sejalan dengan realitas yang ada di Kantor
dalam akta notaris sebab dasar untuk mencatat perjanjian tersebut adalah salinan
akta notaris yang kemudian akan dicatatkan pada catatan pinggir dalam akta nikah
pasangan suami isteri. Tugas dari pegawai Kantor Catatan Sipil hanya sebatas
pencatatan pada akta nikah sebab masalah poin-poin yang diperjanjikan adalah
persetujuan pasangan suami dan isteri serta notaris yang membantu mereka dalam
membuat perjanjian tersebut, dengan adanya akta notaris perjanjian tersebut tidak
69
R.Soetojo Prawirohamidjojo, Soebijono Tjitrowinoto,1986, Pluralisme Dalam Perundang-
undangan Perkawinan di Indonesia, Surabaya: Airlangga University Press. Hlm.59.
70
R.Soetojo Prawirohamidjojo, Marthalena Pohan. 2008. Hukum Orang dan Keluarga
Pohan, Surabaya: UNAIR, Hlm.77.
71
Ibid. Hlm 88
55
Tiga bentuk perjanjian kawin yang dapat dipilih calon suami isteri tersebut
yaitu:72
perkawinan oleh kedua calon suami isteri hanyalah diperjanjikan bahwa dalam
persatuan untung dan rugi, maka berartilah bahwa perjanjian yang demikian,
dengan sama sekali tak berlakunya persatuan harta kekayaan seluruhnya menurut
pada mereka yang diperoleh sepanjang perkawinan harus dibagi antara mereka
mengenai persatuan untung rugi ini tidak semua harta kekayaan suami isteri
dicampur menjadi harta persatuan, tetapi hanya sebagian dari harta kekayaan
suami isteri saja yang merupakan keuntungan dan kerugian yang timbul selama
perkawinan. Harta kekayaan (semua laba dan hutang) suami isteri yang mereka
bawa dalam perkawinan dan harta yang mereka peroleh dengan cuma-Cuma
atau isteri dan masing-masing tidak masuk dalam kebersamaan, sehingga terdapat
72
Ibid. Hlm 90
73
Ibid. Hlm 95
56
Mengenai kebersamaan hasil dan pendapatan (gameenschap van vruchten
Ketentuan dalam perjanjian kawin, menetukan antara suami dan isteri hanya akan
ada kebersamaan hasil dan pendapatan, sehingga berarti tidak akan ada
kebersamaan bulat atau menyeluruh menurut undang-undang dan tidak akan ada
pula kebersamaan untung dan rugi. Demikian halnya pada kebersamaan hasil dan
pendapatan, juga terdapat kemungkinan adanya tiga jenis harta kekayaan yaitu:
harta kekayaan suami, harta kekayaan isteri dan harta kekayaan kebersamaan hasil
dan pendapatan. Mengenai kebersamaan hasil dan pendaptan ini dahulu terdapat
banyak pendapat, tetapi sekarang dapat dikatakan bahwa pada umumnya orang
(saldo negatif), maka suami yang mengurusi kebersamaan itu. Dengan kata lain,
Hal ini sesuai dengan Pasal 105 KUHPerdata yang menentukan bahwa,
“setiap suami adalah kepala dalam persatuan suami isteri. Ia (suami) harus
mengurus harta kekayaan itu laksana seorang bapak rumah tangga yang baik, dan
berperan lebih besar dalam keluarga, sehingga kerugian yang timbul dalam
57
praktek perjanjian perkawinan dalam bentuk persatuan hasil dan pendapatan
perjanjian perkawinan yang dibuat harus menyatakan bahwa antara calon suami
isteri tersebut tidak akan ada percampuran harta dan secara tegas dinyatakan tidak
ada persatuan untnnung rugi Setiap peniadaan kebersamaan hanya ada dua
kemungkinan dalam harta kekayaan, yaitu harta kekayaan milik pribadi suami dan
milik pribadi isteri. Tidak ada kemungkinan adanya harta kekayaan ketiga yang
58
Pembuatan Perjanjian
Perkawinan Implikasi Putusan
Konsep Tangggung Mahkamah Konstitusi
Jawab Hukum Notaris Nomor 69/PUU-XIII/2015
Tanggung Jawab Notaris Pelaksanaan Pembuatan
Terhadap Akta Yang Perjanjian
Dibuatnya
Prinsip Kehati-Hatian
dalam Membuat Akta
Perjanjian Perkawinan
BAB III
METODE PENELITIAN
maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. Hal ini
sesuai dengan karakter preskripsi ilmu hukum. Jawaban yang diinginkan dalam
demikian dapat dikatakan bahwa hasil yang diperoleh di dalam penelitian hukum
mengandung nilai.75
75
Peter Mahmud Marzuki. 2011. Penelitian Hukum. Jakarta. PT Kencana Media Group. Hlm
35
59
Logisnya dalam suatu penelitian dikenal dua sumber data yaitu data yang
bersumber dari lampangan atau data primer dan data yang bersumber dari data
kepustakaan atau data sekunder. Pada penelitian ini data sekunder bersumber dari
bahan-bahan hukum. Bahan hukum terbagi atas bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder. Untuk itu penulis berfokus pada data sekunder yang mengkaji
hakim.76
60
(statutaapproach) dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi
dengan isu hukum yang dihadapi. Bagi penelitian untuk kegiatan praktis,
antara satu undang-undang dengan undang-undang yang lainnya, atau antara satu
buku tentang ilmu hukum, jurnal-jurnal hukum, kamus hukum serta peraturan
perundang-undangan.
61
2. Bahan hukum sekunder yang terdiri dari literatur-literatur hukum beserta
jurnal–jurnal hukum dan juga artikel yang berbentuk baik dalam bentuk
akan dibahas, maka dilakukan proses analisis dari permasalahan tersebut, pada
permasalahan yang ada. Akhir dari hasil analisis tersebut maka dapat ditarik
pembuatan perjanjian kawin dan tanggung jawab notaris terhadap akta yang
XIII/2015.
62
BAB IV
PEMBAHASAN
regelend recht atau ketentuan hukum yang bersifat mengatur, ini terbuktikan
63
antara lain dari susunan redaksionalnya. 77 Maknanya ketentuan yang bersangkutan
pada dasarnya, dapat saja dikesampingkan oleh sejoli yang ingin kawin mana kala
aturan itu dirasa tidak sesuai dengan kehendaknya. Perihal sifat kemungkinan
berkedudukan sebagai regelend recht, itu wajib dilakukan dengan sepakat para
sepakat pula harus membuat aturan penggantinya. Saat pasangan yang akan naik
yang mengatur harta kawin, dengan menggunakan sepakat pula mereka lalu
kalau aturan harta kawin sudah dikemas oleh penguasa dalam suatu Pasal
Undang-Undang, selain itu ada juga ketentuan yang membuka kemungkinan dapat
(regelend recht) dalam hal ini para pihak dapat mengesampingkannya. Mengingat
jumlah yang lumayan banyak, yakni kurang lebih ada 50 Pasal. Perbandingan ini
77
Moch. Isnaeni. 2016. Hukum Perkawinan di Indonesia. PT Rafika Aditama. Bandung. Hlm
82
78
Ibid. Hlm 83
64
benar-benar mencolok dan terkesan Undang-Undang perkawinan memberikan
kesempatan kepada calon mempelai untuk mengatur sendiri harta kawin mereka
Kawin dirasa cukup diatur dengan satu Pasal saja. Menyangkut bagaimana isi
mengatur sendiri dengan batasan tidak bertentangan dengan hukum, agama, dan
kesusilaan.
menyiratkan kesan bahwa pada dasarnya soal harta bukan merupakan poros utama
dari sebuah perkawinan, meski itu tetap diperlukan dalam rangka membekali
kalau para pihak tidak menginginkan untuk menurutinya, maka mereka sebelum
kawin dapat membuat perjanjian kawin yang disusun sesuai irama kehendak yang
diinginkan sejoli yang bersangkutan. Ada suatu kebebasan yang diberikan oleh
diberi peluang untuk membuat aturan sendiri sesuai dengan kesepakatan tentang
65
bagaimana pola harta perkawinannya nanti. Kesempatan membuat aturan sendiri
seputar harta kawin yang diberikan oleh penguasa, dalam wujud membuat
perjanjian kawin tentunya kedua sejoli itu tidak menyia-nyiakan peluang tersebut,
sehingga dari kata sepakat akan dibuat secara rinci segala apa yang dikehendaki
mempelai menjadi tidak tabu kalau keduanya mulai berhitung atas dasar untung
dan rugi sebagai suatu resiko yang perlu dibangun sejak dini. Modal kasih sayang
dua sejoli tidak akan tercemar dengan dibuatnya perjanjian kawin yang bernuansa
bisnis sekalipun, agar masing-masing pihak tak tertimpa kerugian yang potensial
boleh dibuatnya perjanjian kawin dan itu hanya semata wayang, memang ada
Mungkinkah dengan modal satu Pasal saja akan dapat menepis banyak
sendiri terbangun sebuah pintu penyelamat yang dapat dipergunakan sebagai alat
66
dengan kebebasan itu pula, calon mempelai malah mendapatkan kesempatan
untuk meniru atau memakai bentuk-bentuk yang ada dalam KUHPerdata. Lebih
penting lagi, sekalian diantisipasi sejak dini bagaimana mengatur pembagian harta
kawin mereka nanti andai di belakang hari terjadi perceraian. Bila ini dilakukan
perbedaan juga persamaan. Perihal perjanjian kawin, meski diatur mulai Pasal 139
dalam bentuk akta notaris. Selama perkawinan, maka perjanjian tersebut tidak
boleh diubah dengan alasan apapun (Pasal 149 KUHPerdata). Ditinjau dari segi
susunanya, begitu juga banyak model perjanjian kawin yang dicontohkan untuk
perkawinan yang menyajikan norma tentang perjanjian kawin, hanya dalam satu
Pasal saja. Sayang letaknya pun tidak sistematis karena perjanjian kawin justru
80
Abdul Ghafur. 2011 Hukum Perkawinan Islam. UII Press Yogyakarta. Hlm 37
67
diatur lebih awal ketimbang ketentuan yang menangani harta kawin, padahal
mestinya kekecualian itu diatur setelah aturan pokok tersaji di bagian depan.
otentik, cukup tertulis saja. Lebih penting untuk diperhatikan, perjanjian kawin
berlangsung, dapat diubah dengan catatan tidak boleh merugikan pihak ketiga.
Jelas hal ini jauh berbeda dengan KUHPerdata yang melarang mengubah suatu
dan disahkan pada saat berlangsungnya perkawinan. Juga saat mulai berlakunya
adalah sama, yakni sejak perkawinan terjadi, dan bukan pada waktu yang lain. 81
terhadap subyek hukum, hal ini selaran dengan teori keadilan yang dikembangkan
oleh John Rawls, dimana Prinsip pertama yang dinyatakan sebagai prinsip
oppotunity principle).
68
memperhatikan dua prinsip keadilan, yaitu, pertama, memberi hak dan kesempatan
yang sama atas kebebasan dasar yang paling luas seluas kebebasan yang sama bagi
setiap orang. Kedua, mampu mengatur kembali kesenjangan sosial ekonomi yang
orang-orang yang paling kurang beruntung. Ini berarti keadilan sosial harus
diperjuangkan untuk dua hal: Pertama, melakukan koreksi dan perbaikan terhadap
institusi sosial, ekonomi, dan politik yang memberdayakan. Kedua, setiap aturan
bersifat subjektif. Walaupun suatu tatanan yang adil yang beranggapan bahwa
yang manakah yang patut diutamakan. Hal ini dapat dijawab dengan
69
nilai, ditentukan oleh faktor-faktor emosional dan oleh sebab itu bersifat
subjektif83
Ada dua tujuan dari teori keadilan menurut John Rawls, yaitu:86
adalah sederet evaluasi moral yang telah kita buat dan sekiranya
secara refleksif.
70
“rata-rata” (average utilitarianisme). Maksudnya adalah bahwa
sosial.
yang berdimensi kerakyatan haruslah memerhatikan dua prinsip keadilan, yaitu :87
pertama, memberi hak dan kesempatan yang sama atas kebebasan dasar yang
paling luas seluas kebebasan yang sama bagi setiap orang. Kedua, mampu
memberi keuntungan yang bersifat timbal balik (reciprocal benefits) bagi setiap
orang, baik mereka yang berasal dari kelompok beruntung maupun tidak
beruntung.
Teori ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah satu yaitu untuk
Damanhuri Fattah,”Teori Keadilan Menurut John Rawls”, Jurnal TAPIs,Vol.9 No.2, Juli-
87
Desember,2013,hlm.32-33
71
dibebankan kepada notaris yang telah melakukan perbuatan melawan hukum
dalam pembuatan akta otentik khususnya perbuatan notaris yang telah dijatuhi
Diharapkan teori ini dapat memberikan rasa adil dalam hal pertanggungjawaban
notaris terhadap perbuatannya yang melawan hukum khususnya bagi para pihak
yang dirugikan oleh notaris atau bagi notaris itu sendiri dan pada umumnya bagi
Berdasarkan teori keadilan ini maka dapat dilihat bahwa dalam pembuatan
akta perjanjian kawin yang dibuat oleh para pihak maka, dimana pihak yang
membuat akta perjanjian kawin dan yang pihak yang menerbitkan akta perjanjian
tentang harta masing-masing pihak, yang mana dalam KUHPerdata pada Pasal . . .
..
dengan syarat bahwa itu didasarkan kepada kesepakatan para pihak. Sebagai
88
Hasil Wawancara Dengan Responden Pada Tanggal 25 April 2019
72
kelanjutannya, mereka harus merakit aturan penggantinya lewat pembuatan
perjanjian yang sudah barang tentu didasarkan pada kesepakatan pula. Kendati
bagi para pihaknya. Ini berarti meski sekedar perjanjian, ternyata memiliki nilai
Oleh sebab itu, kalau mereka yang akan kawin sepakat menyimpangi Pasal
oleh klausul-klausul perjanjian kawin yang telah dibuatnya, bukan lagi tunduk
adalah ketentuan yang mengatur harta perkawinan, maka isi perjanjian kawin pada
hakikatnya adalah mengatur bidang harta perkawinan saja, bukan hal-hal lain
yang tidak ada sangkut pautnya dengan masalah harta kawin. Kendati perjanjian
89
M. Anshary. 2015. Hukum Perkawinan Indonesia. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Hlm 73
90
Dalam penjelasan pasal ini dimana pasal tersebut menjelaskan bahwa penjelasannya:
Apabila perkawinan putus, maka harta bersama tersebut diatur menurut hukumnya masing-
masing. Dari peraturan ini kita akan memperoleh pengertian bahwa dalam perkawinan
dikenal dua macam kategori harta yaitu harta bawaan (Pasal 35 ayat 2) misalnya;
pemberian, warisan. Dan harta bersama (Pasal 35 ayat 1) yaitu harta yang diperoleh selama
perkawinan berlangsung. Terhadap harta bawaan, Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun
1974 mengatakan bahwa masing-masing pihak mempunyai hak dan untuk mengaturnya
sendiri-sendiri. Karna itu harta bawaan tidak dimasukan ke dalam harta bersama dalam
perkawinan.
73
calon mempelai untuk mengatur harta kawin mereka sesuai yang diinginkan.
Namun tetap dalam koridor yang tidak melanggar batas-batas hukum, kesusilaan,
dan agama. Selagi diberi kebebasan seperti itu, diharapkan calon mempelai akan
merakit klausul perjanjian kawin mereka dengan cermat, rinci, tepat, dan akurat.
Bahkan akan lebih baik kalau sejak dini diantisispasi, andai nanti terjadi
cara ini pasangan tersebut benar-benar mengalami cerai, tidak akan kerepotan
kawin yang dimiliki. Cara ini akan menghindarkan mereka dari keruwetan aturan
warga negara Indonesia, namun sudah ada gejala beberapa kalangan yang sejak
awal mulai berhitung serta mengantisipasi munculnya resiko yang potensial dapat
melulu berisi tentang seluk-beluk harta kawin, tetapi yang tidak ada sangkut
pautnya dengan soal harta, dan juga pembuatan perjanjian perkawinan dibuat agar
para pihak dapat dilindungi oleh hukum, diamana menurut Satjito Rahartjo
manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada
masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.” 91
74
memberlakukan hukum negara secara eksklusif dengan tujuan untuk memberikan
Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris adalah sangat erat kaitannya dengan tugas
dan pekerjaan notaris. Dikatakan demikian oleh karena selain untuk membuat
akta otentik, notaris juga ditugaskan dan bertanggung jawab untuk melakukan
kemampuan, yakni:
itu.92
1) Keadaan jiwanya:
(temporair);
92
Edi Yunara. 2012. Korupsi dan Pertanggungjawaban Pidana Korupsi, Citra Aditya,
Bandung. Hlm 54
75
b. Tidak cacat dalam pertumbuhan (gagu, idiot, imbicile, dan
sebagainya) serta;
2) Kemampuan jiwanya:
menyebabkan timbulnya hak hukum bagi seseorang untuk menuntut kepada orang
lain sekaligus berupa hal yang dapat melahirkan kewajiban hukum orang lain
meliputi bidang hukum privat, hukum pajak, dan hukum pidana. Ada
76
menimbulkan pengambilan tindakan dibidang hukum pidana.
dengan notaris dalam menjalankan tugas dan jabatannya dibatasi oleh umur,
sehingga notaris memiliki batas waktu dalam menjalankan tugas jabatannya. Hal
ini sesuai dengan Pasal 8 UUJN ayat (1) huruf b, bahwa notaris berhenti atau
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat diperpanjang sampai berumur
werda notaris terhadap akta yang dibuatnya. Bahkan Pasal 65 UUJN menentukan
protokol notaris.
tetap bertanggungjawab terhadap akta yang dibuatnya. Oleh karena itu, terdapat
UUJN yakni meskipun semua akta yang dibuat oleh notaris telah diserahkan atau
77
atau tidak menjabat lagi sebagai notaris masih harus bertanggung jawab selama
hidupnya.95
tugas dan jabatannya. Oleh karena itu, tanggung jawab yang digunakan dalam
dibedakan, yaitu:
95
Habib Adjie. 2009. Hukum Notaris Indonesia . Bandung: Refika Aditama. Hlm. 53
78
dianggap tidak bertanggungjawab sampai dibuktikan, bahwa ia
bersalah.
dengan adanya prinsip tanggung jawab ini, pelaku usaha tidak boleh
berlaku.96
werda notaris terhadap akta yang pernah dibuat. Akibatnya, werda notaris tetap
akta yang pernah dibuat, bahwa apabila notaris telah meninggal dan akta yang
dibuat oleh notaris tersebut menimbulkan sengketa yang akhirnya notaris harus
96
Shidarta. 2000. Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia. Jakarta: PT. Grasindo. Hlm. 58
79
Menurut Agri Fermentia Nugraha,97 batasan waktu yang ideal terkait
tahun.
adalah Pasal 263, dan Pasal 264 KUH Pidana yang dapat dipidana
berumur 77 tahun.
97
Agri Fermentia Nugraha, “Pertanggungjawaban Notaris yang Berhenti dengan
Hormat(Setelah Berumur 65 Tahun) Terhadap Akta yang Dibuat (Analisis Pasal 65
Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris)”, (Naskah Publikasi
Jurnal. Program Studi Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya,
Malang, 2013). Diakses Pada Tanggal 25 Juli 2018
80
2. Pertanggungjawaban notaris adalah sampai seumur hidup. Hasil
yang dibuat. Hal ini didasarkan pada teori tanggung jawab jabatan, bahwa
ketika orang tersebut sudah tidak menjabat lagi, maka orang tersebut tidak
akta yang dibuatnya. Hal ini perlu untuk memperoleh kepastian hukum bagi
98
Abdulkadir Muhammad. 2010. Hukum Perusahaan Indonesia. Bandung: Citra Aditya
Bakti. Hlm. 503
81
kewenangan jabatan. Setelah notaris habis masa jabatannya (werda), maka notaris
jawab dalam perbuatan melanggar hukum (tort liability) dibagi menjadi beberapa
teori, diantaranya:
mengakibatkan kerugian.
99
Habib Adjie. 2009. Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris sebagai Pejabat
Publik , Bandung: Refika Aditama. Hlm 120
82
sanksi perdata, sanksi administrasi, sanksi pidana, kode etik jabatan notaris atau
diatur dalam Peraturan Jabatan Notaris (PJN) maupun sekarang UUJN dan kode
etik jabatan notaris. Dalam praktik ditemukan kenyataan, bahwa suatu tindakan
hukum atau pelanggaran yang dilakukan oleh notaris sebenarnya dapat dijatuhi
sanksi administrasi atau perdata atau kode etik jabatan, tetapi kemudian ditarik
atau dikualifikasikan sebagai suatu tindak pidana yang dilakukan oleh notaris.100
terdapat tindak pidana yang dilanggar. Syarat pertama untuk menindak suatu
perbuatan yang tercela, yaitu adanya suatu ketentuan dalam Undang-Undang yang
Undang dalam arti materil berarti peraturan yang dibuat oleh badan pemerintah
formal.101
Pada hakikatnya segala perbuatan yang dilakukan oleh individu, baik yang
sengaja maupun tidak disengaja pada akhirnya harus dimintakan tanggung jawab
terlebih lagi apabila perbuatan tersebut berkaitan dengan suatu jabatan atau
100
M. Luthfan Hadi Darus. 2017. Hukum Notariat dan Tanggungjawab Jabatan Notaris.
Yogyakarta: UII Press. Hlm. 52
101
Pasal 1365 KUHPerdata menyebutkan bahwa tiap perbuatan yang melanggar hukum, yang
membawa kerugian pada oranglain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan
kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.
83
profesi. Tanggung jawab merupakan suatu prinsip profesionalisme yang
merupakan wujud dari sebuah komitmen yang harus dimiliki oleh notaris terhadap
syarat yang perlu dan secara bersama-sama merupakan syarat yang cukup untuk
adanya tanggung jawab berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata. Dalam doktrin yang
ada mengenai tanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan terhadap orang lain
hukum.
84
c. Teori tanggung jawab resiko seorang atasan bertanggung jawab atas
Jabatan merupakan suatu bidang pekerjaan yang sengaja dibuat oleh aturan
sebagai suatu lingkungan pekerjaan tetap, yang merupakan subjek hukum yaitu
pendukung hak dan kewajiban. Agar suatu jabatan dapat berjalan maka jabatan
pada falsafah pancasila. Hans Kelsen dalam teorinya menjelaskan hukum murni
tentang hukum menyatakan bahwa hukum harus bersumber pada hukum yang
a. adanya perbuatan
Tanggung jawab seorang notaris timbul apabila adanya kesalahan yang dilakukan
bagi orang yang meminta jasa pelayanan notaris tersebut. Perbuatan melanggar
102
R. Wirjono Prodjodikiro. 2000.Perbuatan Melanggar Hukum dipandang dari sudut Hukum
Perdata. Bandung: Mandar Maju. Hlm. 6
103
Abdul ghofur anshori. 2016. Lembaga Kenotariatan Indonesia, Perspektif Hukum dan
Etika, Yogyakarta: UII Press. Hlm 34
85
hukum oleh notaris, tidak hanya perbuatan yang langsung melanggar hukum,
melainkan juga perbuatan yang secara langsung melanggar peraturan lain, yaitu
peraturan yang berada dalam ruang lingkup kesusilaan, keagamaan, dan sopan santun
10
dalam masyarakat. Tanggung jawab notaris terjadi dalam hubungannya dalam
wewenang yang diberikan oleh hukum. Tanggung jawab notaris timbul karena
sehingga dari kesalahan tersebut timbul kerugian bagi pihak yang meminta jasa
pelayanan notaris.
terhadap kebenaran materiil terhadap akta yang dibuat oleh notaris adalah
melawan hukum ini memang memiliki jangkauan yang begitu luas sehingga
apapun tersebut. Perbuatan melawan hukum memiliki sifat aktif maupun pasif.
Aktif dalam artian melakukan suatu perbuatan yang menimbulkan kerugian pada
pihak lain, jadi sengaja melakukan gerakan, maka dengan demikian perbuatan
melawan hukum merupakan suatu perbuatan yang aktif. Kecuali itu perbuatan
melawan hukum juga dapat bersifat pasif. Perbuatan melawan hukum bersifat
tertentu (suatu yang merupakan keharusan), maka pihak lain dapat menderita
86
suatu kerugian. Unsur dari perbuatan melawan hukum ini meliputi adanya suatu
kontemporer, maka apa yang dimaksud dengan perbuatan melawan hukum dalam
arti luas. Arti luasnya perbuatan melawan hukum ini adalah tidak semata
namun dapat juga karena melanggar kepatutan, kesusilaan atau hak orang lain
Dibuatnya
memerlukan jasa kepadanya tanpa membedakan latar belakang ras, suku bangsa,
warna kulit, agama, budaya, sosial ekonomi, kaya atau miskin, keyakinan politik,
gender, serta ideologi. Kewajiban notaris tersebut berkaitan dengan hukum privat,
terutama untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian atau
penetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh yang
lain, kewenangan notaris juga dalam lapangan hukum publik hal ini sesuai dengan
status dan kedudukannya sebagai pejabat umum. Sebagai pejabat umum, maka
akta yang dibuat notaris adalah otentik yang mempunyai kekuatan pembuktian
sempurna. Sebagai suatu akta yang otentik, biasa dalam perjanjian perkawinan
disebutkan di dalamnya jam saat dibuatnya akta, yaitu pada waktu mana akta itu
87
diresmikan. Hal ini dimaksudkan agar ternyata dengan jelas bahwa akta itu dibuat
Pasal 16 ayat (1) huruf d UUJN. Perjanjian kawin termasuk bagian dari perikatan,
dengan demikian tunduk pada Pasal 1320 KUHPerdata, dan notaris yang akan
perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Perlu pula ditegaskan
disini, bahwasannya perjanjian kawin merupakan akta yang dibuat dihadapan (ten
overstaan) notaris atau merupakan akta partij, dimana notaris hanya memasukkan
ke dalam akta perjanjian kawin tersebut hal-hal apa saja yang dikehendaki para
pihak untuk dituangkan ke dalam akta perjanjian kawin tersebut. Dalam hal ini,
tanggung jawab berkaitan dengan isi akta adalah pada para pihak yang
bersangkutan. Pasal 147 KUHPerdata ayat (1), perjanjian kawin harus dibuat
dengan akta notaris, hal ini bertujuan untuk melindungi kepentingan para pihak
dan juga pihak ketiga, dengan dibuatnya perjanjian tersebut dengan akta notaris,
maka kepentingan pihak ketiga akan terlindungi, walaupun hal tersebut berbeda
104
Soebekti. 2001. Hukum Perjanjian. Jakarta: PT. Intermasa. Hlm 27
88
Hal ini dalam Undang-Undang perkawinan, perjanjian kawin dapat juga dibuat
dibawah tangan.105
orang yang membuat perjanjian kawin harus orang yang benar-benar paham akan
hukum harta perkawinan dan dapat merumuskan semua beding atau syarat-syarat
di dalam akta dengan hati-hati dan teliti sekali. Hal ini berkaitan dengan ketentuan
bahwa bentuk harta perkawinan dalam keluarga menurut KUHPerdata harus tetap
dalam merumuskan beding dalam perjanjian kawin, tidak dapat diperbaiki lagi
sepanjang perkawinan.106 Akta perjanjian kawin yang dibuat dengan akta notaris
dimaksudkan agar terdapat kepastian hukum terutama masalah hak dan kewajiban
suami isteri atas kekayaan mereka, disamping itu juga bertujuan untuk melindungi
Kerap kali dengan ketidaktahuan pasangan suami isteri pada saat rumah mereka
untuk dibuatkan akta pembagian harta kekayaan, mereka menganggap itu sebagai
perjanjian kawin.
tanggung jawab notaris dalam membuat akta perjanjian, dimana setiap orang boleh
KUHPerdata dan tidak dilarang, notaris tidak boleh menolak membuat akta yang
diminta kliennya. Dalam hal membuat perjanjian kawin, tanggung jawab notaris
105
Ibid. Hlm 30
106
GHS. Lumbun Tobing. 1983. Peraturan Jabatan Notaris, Cet. ke 3. Jakarta. Erlangga. Hlm
187
89
terbatas hanya pada formalitas akta yang dibuatnya, karena sebagai akta partij,
para pihaklah yang bertanggung jawab atas isi dan maksud daripada akta
menuangkan ke dalam aktanya atas apa yang menjadi kehendak dan kesepakatan
mereka.
aktanya saja. Sedangkan mengenai isi dari akta tersebut adalah merupakan
tanggung jawab dari si pembuat akta (para pihak), hal ini bertujuan untuk
menghindari akibat hukum yang tidak diinginkan yang dapat merugikan notaris
dikemudian hari.
jawab notaris dalam pembuatan akta yang dibuatnya adalah sebatas isi perjanjian
memenuhi syarat sahnya perjanjian maka akta yang dibuat notaris dapat dilakukan
pembatalan oleh hakim. Pembatalan yang diputuskan oleh hakim atas akta notaris
bisa berbentuk (1) batal demi hukum; atau (2) dapat dibatalkan.
90
Notaris sebagai profesi yang mulia dan bermartabat, tentunya harus hati-
hati dalam menuangkan isi akta yang dikehendaki para penghadap. Masalah
keabsahan identitas dan objek yang diperjanjikan harus dilihat sendiri sebagai data
formal dan materiil sebelum akta dibuat dan ditandatangani. Untuk itu sebelum
membuat akta perjanjian kawin, notaris harus yakin dan percaya atas identitas para
Perjanjian Perkawinan
Pada suatu perjanjian yang dituangkan dalam sebuah akta notaris, notaris
kriminalisasi berdasarkan kode etik yang berkaitan dengan tanggung jawab baik
notaris satu-satunya yang diakui oleh pemerintah adalah Ikatan Notaris Indonesia
(INI). Kemudian, Kode Etik Notaris yang berlaku saat ini adalah Kode Etik
Notaris berdasarkan Keputusan Kongres Luar Biasa INI tanggal 27 Januari 2005
di Bandung (Kode Etik Notaris). Dalam Pasal 1 angka 2 Kode Etik Notaris
disebutkan bahwa:
Kode Etik Notaris dan untuk selanjutnya akan disebut Kode Etik adalah
91
Indonesia yang selanjutnya akan disebut “Perkumpulan” berdasarkan
dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hal itu dan yang
berlaku serta wajib ditaati oleh setiap dan semua anggota perkumpulan dan
pengganti khusus.
a. Notaris dituntut melakukan perbuatan akta dengan baik dan benar. Artinya
akta yang dibuat itu memenuhi kehendak hukum dan permintaan pihak-
dibuatnya itu sesuai dengan aturan hukum dan kehendak pihak-pihak yang
pelanggaran kode etik itu berkiatan dengan moral/etika dari notaris tersebut tetapi
107
HabibAdjie. 2009. Hukum Notaris Indonesia. Cetakan Kedua. Bandung: Refika Adhitama.
Hlm 39
92
pelanggran kode etik belum tentu merupakan pelanggaran jabatan. Contoh
pelanggaran kode etik adalah mempromosikan diri sebagai notaris lewat ucapan
karangan bunga atau ucapan selamat dimana di situ terterta jabatan sebagai notaris
dalam hal ini berhubungan dengan sumpah jabatan yang sudah kita berikan pada
saat pengankatan sebagai notaris atau jika kita melanggar sumpah jabatan. Contoh
pelanggaran jabatan adalah menyebarkan isi akta yang dibuat oleh notaris kepada
itu sendiri dalam menerima suatu pekerjaan atau klien. Ketika notaris ragu tentang
keterangan yang diberikan oleh para pihak, sebagai notaris berhak dan
berkewajiban menggali informasi yang lebih banyak lagi karena notaris hanya
mendapat bukti formil saja. Bisa juga ketika mendapat suatu perjanjian yang bisa
merugikan salah satu pihak maka dapat digali informasinya agar akta yang dibuat
menjadi sempurna. Jika notaris masih ragu maka notaris bisa menolak klien
menimbulkan masalah di kemudian hari. Oleh karena itu, notaris berhak menolak
telah dikenal dalam hukum perdata Indonesia. Lembaga tersebut diadopsi dari
108
Ibid. Hlm 40
109
Rudi Indrajaya dan Ika Ikamassari, 2015, KedudukanAkta Izin Roya Hak Tanggungan
sebagai Pengganti Sertifikat Yang Hilang, Bandung: Visimedia. Hlm 16
93
hukum perdata barat. Banyak masyarakat yang kurang mengetahui adanya
banyak dikenal adalah perjanjian kawin dibuat sebelum atau pada saat perkawinan
mengecilkan arti lembaga perkawinan itu sendiri, juga bisa membuat image
harus diantisipasi dengan risiko atau kerugian jika suatu saat terjadi perceraian.
dan merupakan budaya praktis sebagai bagian dari gaya hidup mereka. Apabila
yang dibuat dengan dasar penetapan dari hakim pengadilan negeri tidak pernah
110
Habib Adjie,2008,Hukum Notaris Indonesia, Tafsir Tematik Terhadap UUNo.30 Tahun
2004 Tentang Jabatan Notaris. Rafika Aditama.Bandung. Hlm 40
94
Perkawinan dan Peraturan Pelaksanaannya. Sehingga ketidak bijaksanaan Hakim
Pengadilan Negeri.
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan ada ketentuan yang mengatur
XIII/2015
mengatur mengenai perjanjian perkawinan yang dapat dibuat pada waktu atau
masyarakat (praktek) dapat ditemui perjanjian perkawinan yang dibuat pada saat
tersebut baru membuat perjanjian perkawinan, adapun hal demikian tersebut dapat
dibenarkan oleh hukum dengan dasar bahwa perjanjian demikian itu haruslah
95
didahului dengan mangajukan permohonan ke pengadilan yang berwenang agar
kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga
ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan
oleh Undang-Undang.
Oleh karena itu, bila dikaitkan antara Pasal tersebut (kewenangan notaris)
esensi dari wewenang notaris sebagai pejabat umum dalam pembuatan akta
111
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
menyebutkan bahwa Notaris adalah Pejabat Umum yang berwenang untuk membuat akta
otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
96
Akta perjanjian yang telah dibuat di hadapan notaris tersebut didaftarkan
Hal demikian itu sesuai dengan ketentuan Pasal 29 ayat (1) Undang-
artinya adalah bahwa perjanjian perkawinan tersebut harus “dicatat”, dan apabila
97
rumah/rumah susun, akan tetapi karena peraturan yang berlaku dalam konteks
hukum tanah nasional yaitu ketentuan pada UUPA dianutnya asas nasionalitas,
yang artinya bahwa hanya Warga Negara Indonesia saja yang bisa memiliki hak
dengan adanya Pasal 21 ayat (1) dan ayat (3), Pasal 36 ayat (1) UUPA, Pasal 29
ayat (1), ayat (3), ayat (4), dan Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan.
ini hanya mengatur perjanjian perkawinan yang dibuat sebelum atau pada saat
istri yang karena alasan tertentu baru merasakan adanya kebutuhan untuk
membuat perjanjian kawin selama dalam ikatan perkawinan. Selama ini sesuai
suatu akta notaris. Perjanjian perkawinan ini mulai berlaku antara suami dan istri
tergantung pada kesepakatan pihak-pihak calon suami dan istri, asal tidak
adapun terhadap bentuk dan isi perjanjian perkawinan. Kepada kedua belah pihak
“kebebasan berkontrak”).
98
Frasa “pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan” dalam Pasal
29 ayat (1), frasa”... sejak perkawinan dilangsungkan” dalam Pasal 29 ayat (3),
dan frasa “selama perkawinan berlangsung” dalam Pasal 29 ayat (4) Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 membatasi kebebasan 2 (dua) orang individu untuk
dengan Pasal 28 E ayat (2) UUD 1945 sebagaimana didalilkan pemohon. Dengan
dengan UUD 1945 secara bersyarat sepanjang tidak dimaknai termasuk pula
Mengadili,
Menyatakan:
99
isinya berlaku juga terhadap pihak ketiga sepanjang pihak ketiga
tersangkut”
setelah mana isinya berlaku juga terhadap pihak ketiga sepanjang pihak
ketiga tersangkut”
perkawinan”.
100
“Perjanjian tersebut mulai berlaku sejak perkawinan dilangsungkan,
lainnya, tidak dapat diubah atau dicabut, kecuali bila dari kedua belah
pihak ada persetujuan untuk mengubah atau mencabut, dan perubahan atau
kecuali bila dari kedua belah pihak ada persetujuan untuk mengubah atau
ketiga”.
101
Berdasarkan amar putusan Mahkamah Konstitusi di atas yang pada intinya
menyebutkan bahwa terhadap Pasal 29 ayat (1), (3), dan (4) Undang-Undang
perjanjian lainnya, tidak dapat diubah atau dicabut, kecuali bila dari kedua belah
pihak ada persetujuan untuk mengubah atau mencabut, dan perubahan atau
inkonstitusional bersyarat.
dan mengikat sejak setelah diucapkan dihadapan sidang terbuka untuk umum,
yang berarti bahwa, putusan MK langsung memperoleh kekuatan hukum tetap dan
mengikat setelah diucapkan dan tidak ada upaya hukum lain yang dapat ditempuh
102
mengikat terhadap suatu norma hukum yang dimohonkan oleh Pemohon, oleh
karena itu dalam hal ini Pasal 29 ayat (1), (3), dan (4) Undang-Undang Nomor 1
kepentingan masa depan rumah tangga mereka. Hal ini seperti tercantum dalam
Ayat (1)
“Pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan, kedua belah pihak atas
persetujuan bersama dapat mengajukan perjanjian tertulis yang disahkan oleh
pegawai pencatat perkawinan, setelah masuk isinya berlaku juga terhadap
pihak ketiga tersangkut.”
Ayat (2)
“Perjanjian tersebut tidak dapat disahkan bilamana melanggar
batas-batas hukum agama dan kesusilaan.”
Ayat (3)
114
Indonesia, Pasal 47 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
103
“Perjanjian tersebut dimulai berlaku sejak perkawinan dilangsungkan.”
Ayat (4)
Selama perkawinan berlangsung perjanjian tersebut tidak dapat
diubah, kecuali dari kedua belah pihak ada persetujuan untuk merubah dan
Ada lima unsur penting dalam makna Pasal 29 ayat (1) tersebut, yaitu:
secara tertulis; (4) disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan atau notaris; dan
104
Advokat dapat membuat draft perjanjian tersebut untuk kemudian dibuatkan
perjanjian perkawinan dalam bentuk akta notaris. Setelah akta notaris dibuat,
perkawinan.
berdomisili.
di Kantor Urusan Agama (KUA) bagi yang beragama Islam, maka perjanjian
beragama selain Islam atau perkawinan yang dilangsungkan di luar negeri, maka
luar negeri yang dikeluarkan oleh Kantor kependudukan dan Catatan Sipil, maka
105
Catatan Sipil Departemen Dalam Negeri Nomor 472.2/5876/DUKCAPIL tanggal
bahwa Dukcapil sebagai instansi pelaksana atau Unit Pelaksana Teknis (UPT)
dimana akan dibuat catatan pinggir pada register akta dan kutipan akta
perkawinan, sedangkan atas akta perkawinan yang diterbitkan oleh Negara lain
hanya dilakukan sebelum atau pada saat perkawinan, namun kini dapat
secara khusus bagi pelaku pkawin campur, namun kepada semua perkawinan
secara umum. Maka dalam hak ini sesuai dengan teori keadilan yang
Subyek utama keadilan sosial adalah struktur masyarakat, atau lebih tepatnya,
115
Uzair Fauzan&Heru Prasetyo 2012. Teori keadilan Dasar-dasar Filsafat Politik Hukum
Mewujudkan Kesejahteraan Sosial dalam Negara, ctk Kedua, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Hlm.12
106
cara lembaga-lembaga sosial utama mendistribusikan hak dan kewajiban
Yang mana tujuan dari teori keadilan menurut John Rawls, yaitu:117
adalah sederet evaluasi moral yang telah kita buat dan sekiranya
secara refleksif.
107
utilitarianisme tersebut. Prinsip-prinsip keadilan yang ia kemukakan
sosial.
yaitu :118 pertama, memberi hak dan kesempatan yang sama atas kebebasan dasar
yang paling luas seluas kebebasan yang sama bagi setiap orang. Kedua, mampu
memberi keuntungan yang bersifat timbal balik (reciprocal benefits) bagi setiap
orang, baik mereka yang berasal dari kelompok beruntung maupun tidak
beruntung.
Teori ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah satu yaitu untuk
dalam pembuatan akta otentik khususnya perbuatan notaris yang telah dijatuhi
Diharapkan teori ini dapat memberikan rasa adil dalam hal pertanggungjawaban
notaris terhadap perbuatannya yang melawan hukum khususnya bagi para pihak
yang dirugikan oleh notaris atau bagi notaris itu sendiri dan pada umumnya bagi
Damanhuri Fattah,”Teori Keadilan Menurut John Rawls”, Jurnal TAPIs,Vol.9 No.2, Juli-
118
Desember,2013,hlm.32-33
108
Dibuatnya perjanjian perkawinan sebagaimana dalam Undang-Undang
dibuat dalam bentuk akta otentik dimuka notaris, akta otentik itu sangat penting
maka semua harta suami dan istri tersebut maka terjadinya pembauran. Perjanjian
tidak menyalahi tata susila dan ketentraman umum yang berlaku dalam
dianggap masih tabu dilakukan oleh masyarakat awam justru telah menjadi gejala
perkawinan, adanya putusan tersebut yang mana atas permohonan seorang warga
ranahnya ada peraturan yang berlaku dalam konteks hukum tanah nasional yaitu
109
ketentuan pada Undang-Undang Pokok Agraria dianutnya asas nasionalitas, yang
artinya bahwa hanya Warga Negara Indonesia saja yang berhak memiliki hak atas
adanya Pasal 21 ayat (1) dan ayat (3), Pasal 36 ayat (1) UUPA, Pasal 29 ayat (1),
ayat (3), ayat (4), dan Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan.
campuran yang mana diatur dalam Pasal 57 Undang-Undang No.1 Tahun 1974
campuran dalam Undang-Undang ini ialah perkawinan antara dua orang yang di
setelah perkawinannya tidak diperbolehkan untuk memiliki hak atas tanah yang
berupa Hak Milik, Hak Guna Usaha ataupun Hak Guna Bangunan. Karena dengan
selama perkawinan menjadi harta bersama. Oleh karena itu, ada pencampuran
harta yang diperoleh setelah perkawinan, dan Warga Negara Asing akan turut
menjadi pemilik atas harta bersama tersebut. Kemudian meliat lagi pada ketentuan
110
bahwa Warga Negara Asing tidak diperbolehkan meniliki Hak Milik, Hak Guna
ini hanya mengatur perjanjian perkawinan yang dibuat sebelum atau sesudah
yang mana antara suami isteri yang dengan alasan tertentu baru merasakan adanya
perkawinan.
mengikat sejak diucapkan dan bersifat final. Akibat hukum dari Putusan
dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat terhadap suatu norma hukum
yang dimohonkan oleh pemohon, oleh karenanya pada Pasal 29 ayat (1), (3), dan
yang mana tentunya tidak hanya mengikat para pihak-pihak yang berperkara,
111
namun juga mengikat atau ditunjukan bagi seluruh warga negara, lembaga atau
pejabat serta badan hukum di Indonesia. Oleh sebab itu tentunya juga berdasarkan
para notaris yang wewenangnya sebagai pejabat dalam pembuatan akta perjanjian
perkawinan dan juga Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil ataupun Kantor
perkawinan.
Konstitusi yang mana telah dijelaskan. Hal ini karena Mahkamah Konstitusi
memberikan kepastian hukum dan keadilan yang dijamin oleh UUD 1945 bagi
kawin, maka Mahkamah Konstitusi yang mana salah satu kewenangannya diatur
pada Pasal 24 C ayat (1) UUD 1945 yaitu menguji Undang-Undang terhadap
112
Untuk terpenuhinya suatu perjanjian yang sah, maka harus memenuhi syarat
sahnya suatu perjanjian yang mana diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata yaitu :
tidak sah. Maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan. Sedangkan apabila tidak
memenuhi syarat-syarat suatu hal tertentu maupun suatu sebab yang halal maka
perjanjian kawin dapat dibuat pada waktu, sebelum dilangsungkan atau selama
dilakukan pada waktu sebelum ataupun selama dalam masa ikatan perkawinan.
Karena hal ini telah diatur dalam Pasal 29 Undang-Undang Perkawinan jo.
Perjanjian perkawinan hanya lahir dengan akta notaris yang mana akta
113
penjelasan di atas wajib dibuat dengan akta notaris. Dijelaskan dalam Pasal 38
ayat (3) huruf c Undang-Undang Jabatan Notaris menegaskan bahwa isi akta
membuatnya, tapi tetap notaris tidak harus selalu mengabulkan kehendak atau
perkawinan yang dibuat notaris hanya mengganti pada bagian premisse saja.
apabila semua prosedur atau tata cara dan syarat yang sudah ditentukan dalam
UUJN dipenuhi, dan sebaliknya dapat dibuktikan atas gugatan ataupun putusan
perkawinan yang mana dibuatkan secara tertulis dan disahkan oleh pegawai
notariil (Pasal 147 KUHPerdata). Notaris sebagai pejabat umum tunduk pada
Peraturan Jabatan Notaris (PJN) yaitu Ord, Stbl 1860 No 3. Berdasarkan Pasal 1
119
Harlien Budiono. 2010. Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang
Hukum Kenotariatan. Bandung : Citra Aditya. Hm. 174
114
PJN menyebutkan bahwa notaris adalah pejabat umum satu-satunya berwenang
untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan
yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau oleh yang berkepentingan
semua sepanjang pembuatan akta itu oleh suatu peraturan umum tidak juga
Pada saat ini perjanjian kawin dapat dibuat secara tertulis baik notariil
maupun di bawah tangan. Apabila perjanjian kawin dibuat secara notariil, maka
dapat dibuat para pihak tanpa melibatkan notaris. Pasal 1 ayat (1) UUJN
undang-undang ini.120
dapat kita lihat dalam Pasal 15 ayat (1) bahwa notaris berwenang membuat akta
pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta.
Semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau
120
Santia Dewi dan Fauwas Diraja. 2011. Panduan Teori dan Praktik Notaris. PT Buku Seru.
Jakarta. Hlm 37
115
dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-
undang.
memberikan di antara para pihak beserta ahli warisnya atau orang-orang yang
mendapat hak dari mereka merupakan suatu bukti yang sempurna tentang apa
yang dimuat di dalamnya. Akta otentik merupakan suatu bukti yang mengikat
dalam arti bahwa apa yang ditulis dalam akta tersebut harus dipercaya oleh hakim,
dibuktikan. Akta otentik memberikan bukti yang sempurna, artinya ia sudah tidak
memerlukan suatu penambahan pembuktian, dan merupakan suatu alat bukti yang
bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus. Contohnya adalah akta
perjanjian kawin yang dibuat di bawah tangan kemudian akta tersebut dilegalisasi
kawin di bawah tangan adalah Pasal 10 ayat (2) Keputusan Menteri Agama
untuk suami, kedua untuk isteri, ketiga untuk peghulu dan keempat untuk
pengadilan”.
121
Habib Adjie.2008.Hukum Notaris Indonesia-Tabir Tematik Terhadap UU Nomor 30 Tahun
2004tentang Jabatan Notaris. Bandung, PT. Rafika Adisama. Hlm. 45
116
Secara empiris, perjanjian perkawinan di Indonesia bukan sesuatu yang
populer dan dianggap sebuah keharusan. Meski begitu, ada apresiasi yang harus
manakala terdapat harta kekayaan yang lebih besar pada suatu pihak daripada
kekayaan. Para pihak bebas menentukan hukum yang dikehendakinya atas harta
status harta masing-masing, apakah termasuk harta bersama, ataukah harta asal.
Pada dasarnya hukum Islam tidak secara rinci menjelaskan perjanjian perkawinan,
Islam serta memiliki unsur manfaat dan nilai kebaikan. Pada perjanjian
122
Syaifullahi Maslul, Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 69/Puu-Xiii/2015 Ditinjau Dari
Pemenuhan Hak-Hak Asasi Manusia Dan Asas-Asas Pembentukan Perjanjian , Jurnal
Mahkamah IAIM NU Metro, Vol. 1, No. 2, Desember 2016, 409-424
123
Damanhuri. 2007. Segi-Segi Hukum Perjanjian Perkawinan: Harta Bersama, (Bandung: Mandar
Maju) Hlm 14
117
perkawinan kita dapat menjumpai adanya manfaat dan maslahat dari adanya
perjanjian perkawinan bagi pasangan suami istri dan juga manfaat bagi pihak lain.
hukum yang berkeadilan kepada para pihak dalam mengarungi mahligai rumah
tangga. Pasangan suami isteri yang telah mengikatkan diri ke dalam suatu tali
karena itu UU mengatur bagaimana melindungi kedua belah pihak khusus yang
berkaitan dengan harta benda yang ada pada saat perkawinan maupun harta banda
para pihak ke tiga, yang memiliki hubungan kepentingan dengan harta benda para
selama perkawinan. Sehingga suami istri yang karena alasan tertentu baru
124
Adapun akibat hukum dari dibuatnya Perjanjian Perkawinan di antaranya adalah: 1.
Memisahkan harta kekayaan antara pihak suami dengan pihak istri sehingga harta kekayaan
mereka tidak bercampur. Oleh karena itu, jika suatu saat mereka bercerai, harta dari
masing-masing pihak terlindungi, tidak ada perebutan harta kekayaan bersama
ataugonogini. 2. Atas hutang masing-masing pihak pun yang mereka buat dalam
perkawinan mereka, masing-masing akan bertanggung jawabsendiri-sendiri. 3. Jika salah
satu pihak ingin menjual harta kekayaan mereka tidak perlu meminta ijin dari
pasangannya(suami/istri). 4. Begitu juga dengan fasilitas kredit yang mereka ajukan, tidak
lagi harus meminta ijin terlebih dahulu dari pasangan hidupnya (suami/istri) dalam hal
menjaminkan aset yang terdaftar atas nama salah satu darimereka
118
selama ikatan perkawinan. Perjanjian perkawinan ini mulai berlaku antara suami
dan isteri sejak perjanjian perkawinan dibuat dan disahkan dengan akta notaris. Isi
pihakpihak calon suami dan isteri, asal tidak bertentangan dengan Undang-
Undang, agama, dan kepatutan atau kesusilaan. Adapun terhadap bentuk dan isi
sebenarnya sudah tercermin pada syarat perjanjian yang tersebut dalam Pasal 1320
KUH Perdata dan Pasal 45-46 Kompilasi Hukum Islam. Hanya dalam KUHpdt
hukum, tetapi dalam fikih Islam pelanggaran terhadap syarat subyektif dan
obyektif akan berakibat batalnya perikatan. Jika perjanjian perkawinan yang telah
dibuat suami istri tidak dilaksanakan atau terjadi pelanggaran terhadap perjanjian
yang dibuat, maka secara otomatis memberi hak kepada istri untuk meminta
pembatalan nikah atau sebagai alasan gugat perceraian, hal ini seperti dinyatakan
perjanjian perkawinan yang telah disahkan merupakan bagian hak bagi semua
119
diselesaikan oleh penegak hukum yang berwenang Perjanjian taklik talak yang
telah melembaga di Indonesia, bukan hanya dilihat dari sudut pandang suatu
peraturan yang mengandung nilai dasar manfaat, keadilan dan kepastian hukum,
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
120
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada
akta yang dibuatnya adalah sebatas isi perjanjian yang telah memenuhi
memenuhi syarat sahnya perjanjian maka akta yang dibuat notaris dapat
hakim atas akta notaris bisa berbentuk (1) batal demi hukum; atau (2)
dapat dibatalkan.
perkawinan tersebut tidak merugikan pihak ketiga; selain itu notaris juga
disampaikan kepada notaris harus dokumen yang sah. Selain itu, kehati-
121
hatian notaris lainnya dapat diwujudkan dalam isi akta tersebut yang
5.2. Saran
1. Notaris sebagai profesi yang mulia dan bermartabat tentunya harus hati-
hati dalam menuangkan isi akta perjanjian kawin yang dikehendaki para
sebagai data formal dan materiil sebelum akta dibuat dan ditandatangani.
Untuk itu, sebelum membuat akta perjanjian kawin notaris harus yakin
dan percaya atas identitas para penghadap begitu juga objek/harta yang
2. Saran yang dapat penulis sampaikan yaitu dalam hal pelaksanaan teknis
122
perjanjian perkawinan khususnya pasca berlakunya putusan MK No.
123