Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

PENANGGULANGAN KEBAKARAN
PESAWAT ANGKAT ANGKUT DAN KONSTRUKSI BANGUNAN

DISAJIKAN OLEH:

DANANG PURWANTO

PEMBINAAN CALON AHLI K3 UMUM


DILAKSANAKAN OLEH :
PT. FRESH GALANG MANDIRI
18November s/d 30November 2019

Makalah AK3 Umum Page 1


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan hidayah-Nya kita dapat menyelesaikan makalah tentang penanggulangan
kebakaran, pesawat angkat dan angkut serta konstruksi bangunan.
Makalah ini merupakan bentuk aplikasi dari pelatihan calon ahli K3 umum yang
dilaksanakan oleh PT. Fresh consultan bekerja sama dengan Dinas tenaga kerjadan
transmigrasi tanggal 18November 2019– 30 November 2019. Makalah ini berisi tentang
Konstruksi Bangunan, Pesawat Angkat dan Angkut serta Penanggulangan Kebakaran yang
telah dipelajari pada pelatihan calon ahli K3 umum.
Akhirnya tidak lupa saya sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu tersusunnya makalah ini dan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Hormat Saya,

Danang Purwanto

Makalah AK3 Umum Page 2


DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................2
Daftar Isi.........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................4
1.2 Maksud dan Tujuan...................................................................................................4
1.3 Ruang Lingkup..........................................................................................................5
1.4 Dasar Hukum............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN………....................................................................................6
2.1 Kebakaran..............................................................................................................6
2.1.1 Definisi Kebakaran................................................................................................6
2.1.2 Penyebab kebakaran...............................................................................................6
2.1.3 Klasifikasi kebakaran……………………………………………………………..9
2.1.4 Penanggulangan Kebakaran ……………………………………………………..10
2.2 Pesawat Angkat dan Angkut .................................................................................12
2.2.1 Pengertian Pesawat Angkat dan Angkut................................................................12
2.2.2 Jenis-Jenis Pesawat Angkat dan Angkut................................................................12
2.2.3 Peralatan Angkat....................................................................................................12
2.2.4 Pita Transport.........................................................................................................16
2.2.5 Sumber Potensi Bahaya Pada Pesawat Angkat dan Angkut..................................18
2.2.6 Alat Angkut Ril......................................................................................................20
2.2.7 Pemeriksaan dan Pengujian...................................................................................21
2.2.8 Sumber Potensi Bahaya Pada Pesawat Angkat dan Angkut..................................22
2.2.9 Potensi Penyebabnya Kecelakaan..........................................................................22
2.3 Konstruksi Bangunan.............................................................................................27
2.3.1 Definisi Konstruksi Bangunan ..............................................................................27
2.3.2 Klasifikasi Proyek Konstruksi...............................................................................29
2.3.3 Jenis-Jenis Bahaya Pada Kegiatan Konstruksi .....................................................29
2.3.4 Strategi Penerapan K3 Pada Proyek Konstruksi ...................................................30
2.3.5 Pengawasan K3 onstruksi dan Sarana Bangunan .................................................31
BAB III KESIMPULAN.................................................................................................35
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................35
Daftar Pustaka.................................................................................................................36
Makalah AK3 Umum Page 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring semakin cepatnya perkembangan industri dengan penerapan teknologi tinggi
dan penggunaan bahan serta peralatan yang semakin kompleks, sehingga memerlukan tenaga
kerja yang ahli dan terampil. Berkembangnya ilmu dan teknologi dapat terlihat dalam
penggunaan mesin-mesin, peralatan produksi, bahan baku produksi ataupun bahan berbahaya
yang terus meningkat dan modern.
Penerapan teknologi dan penggunaan bahan tersebut tidak selamanya selaras dengan
keahlian dan keterampilan tenaga kerja yang mengoperasikannya. Semakin kompleks dan
canggihnya penerapan teknologi pada peralatan yang digunakan di proses industri yang
berlangsung, maka potensi bahaya yang ditimbulkan akan semakin tinggi, baik secara
langsung atau tidak langsung yang berdampak pada tenaga kerja dan lingkungan sekitarnya.
Mengingat pentingnya keselamatan tenaga kerja dan lingkungan kerja, maka
diperlukan adanya perlindungan dan tindakan pencegahannya. Untuk itu pemerintah
mengeluarkan berbagai peraturan untuk kesehatan dan keselamatan kerja seperti Undang
Undang (UU) No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, PERMENAKER No.PER-
01/MEN/1980 tentang K3 pada Kontruksi Bangunan, Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI
No.Per.05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut serta khususnya KEPMENAKER
No.KEP-186/MEN/1999 tentang Penanggulangan kebakaran di tempat kerja.
Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut diatas, maka diperlukan adanya inspeksi
mengenai keselamatan dan kesehatan kerja, karena unsur yang ada dalam keselamatan dan
kesehatan kerja tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi.
Konstruksi Bangunan, Pesawat Angkat Angkut dan Penanggulangan Kebakaran akan
menjadi topik pembahasan pada makalah ini.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun yang menjadi maksud dan tujuan dari makalah ini adalah:
1. Mendeskripsikan apa itu konstruksi bangunan, pesawat angkat dan angkut serta
penanggulangan kebakaran.
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari ketiga topik pembahasan tersebut.

Makalah AK3 Umum Page 4


3. Untuk mengetahui cara pengendalian dalam keselamatan dan kesehatan kerja dari
konstruksi bangunan, pesawat angkat dan angkut serta penanggulangan
kebakaran.
1.3 Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup materi ini meliputi bidang:
1. Konstruksi Bangunan
2. Pesawat Angkat dan Angkut
3. Penanggulangan Kebakaran

1.4 Dasar Hukum


Adapun dasar hukum dari materi inspeksi ini adalah:
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per.01/MEN/1980
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per.04/MEN/1980
tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api
Ringan
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor PER.-02/MEN/1983 tentang
Instalasi Alarm Kebakaran Automatik
4. Peratiran Menteri Tenaga Kerja RI No.Per.05/MEN/1985 tentang Pesawat
Angkat dan Angkut
5. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No.
KEP-174/MEN/1986 No. 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada Tempat Krgiatan Konstruksi
6. Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. Ins.11/M/BW/1997 tentang Pengawasan
Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran
7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Kep-186/MEN/1999
tentang Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
8. Peraturan Mentei Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
No.Per.09/MEN/VII/2010 tentang Operator dan Petugas Pesawat Angkat dan
Angkut

Makalah AK3 Umum Page 5


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KEBAKARAN

2.1.1 DEFINISI KEBAKARAN

Kebakaran merupakan bencana yang paling sering dihadapi dan biasa

digolongkan sebagai bencana alam atau bencana yang disebabkan oleh manusia.

Bahaya kebakaran dapat terjadi setiap saat, karena banyak peluang yang dapat

memicu terjadinya kebakaran. Definisi umum kebakaran adalah suatu peristiwa

terjadinya nyala api yang tidak dikehendaki, sedangkan definisi khususnya adalah

suatu peristiwa oksidasi antara tiga unsure penyebab kebakaran yaitu bahan padat,

bahan cair dan bahan gas.

Definisi kebakaran menurut DEPNAKER yaitu suatu reaksi oksidasi

eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu bahan bakar yang disertai

dengan timbulnya api atau penyalaan. Sedangkan menurut pengertian asuransi,

definisi kebakaran secara umum adalah sesuatu yang benar-benar terbakar yang

seharusnya tidak terbakar dan dibuktikan dengan adanya nyala api secara nyata,

terjadi secara tidak sengaja, tiba-tiba serta menimbulkan kecelakaan atau kerugian.

2.1.2 PENYEBAB KEBAKARAN

Unsur penyebab kebakaran terjadi karena ada tiga unsur / sumber yaitu:

1. Bahan padat seperti kayu, kain, kertas, plastik dan lain sebagainya dan jika

terbakar umumnya akan meninggalkan abu / bara.

2. Bahan cair seperti cat, alkohol dan berbagai jenis minyak.

Makalah AK3 Umum Page 6


3. Bahan gas seperti propane, butane, Ing serta yang lain sebagainya.

Adapun berbagai sebab kebakaran dapat diklarifikasikan sebagai berikut:

1. Kelalaian

Kelalaian merupakan penyebab terbanyak peristiwa kebakaran. Contoh dari

kelalaian ini misalnya lupa mematikan kompor, merokok ditempat yang tidak

semestinya, menempatkan bahan bakar tidak pada tempatnya, mengganti alat

pengaman dengan spesfikasi yang tidak tepat dan lain sebagainya.

2. Kurang Pengetahuan

Kurang pengetahuan tentang pencegahan kebakaran merupakan salah satu

penyebab kebakaran yang tidak boleh diabaikan. Contoh dari kurangnya

pengetahuan akan penyebab kebakaran misalnya tidak mengerti akan jenis bahan

bakar yang mudah menyala, tidak mengerti tanda-tanda bahaya kebakaran, tidak

mengerti proses terjadinya api dan lain sebagainya.

3. Peristiwa Alam

Peristiwa alam dapat menjadi penyebab kebakaran. Contohnya seperti gunung

meletus, gempa bumi, petir, panas matahari dan lain sebagainya.

4. Penyalaan Sendiri

Api bisa terbentuk bila tiga unsur api yaitu bahan yang mudah terbakar, panas dan

oksigen bertemu dan menyebabkan reaksi rantai pembakaran seperti contohnya

kebakaran di hutan yang disebabkan oleh panas matahari yang menimpa bahan

yang mudah terbakar di hutan.

Makalah AK3 Umum Page 7


5. Kesengajaan

Kebakaran bisa juga disebabkan oleh kesengjaaan misalnya dari unsure sabotase,

penghilangan jejak, mengharap pengganti dari asuransi dan lain sebagainya.

Api atau kebakaran merupakan peristiwa/reaksi kimia yang terjadi secara

cepat/berantai antara bahan bakar dan zat asam (udara) dalam perbandingan yang tepat dan

disertai adanya panas yang berasal dari berbagai bentuk energi yang dapat menjadi sumber

penyulutan dalam segitiga api.

Berdasarkan definisi di atas jelas bahwa pada dasrnya kebakaran atau api sendiri

terdiri dari 3 unsur yang saling terkait satu dengan yang lain yang disebut sebagai segitiga api

atau fire triangle yang apabila ketiga unsur tidak lengkap maka persyaratan dapat terjadinya

kebakaran tidak dapat terpenuhi. Ketiga unsur tersebut adalah:

1. Bahan yang mudah terbakar; yaitu barang padat, cair dan gas (kayu, kertas, textile,

bensin, minyak, acetelin, dll)

2. Panas/suhu; seperti panas dari sinar matahari, energy elektron (listrik statis atau

dinamis), panas dari energi mekanik (gesekan), reaksi kimia dan perubahan kimia

3. Oksige; yang dimana makin besar kadar oksigen maka api akan menyala makin

hebat.

Proses pembakaran tidak mungkin terjadi tanpa salah satu dari unsur tersebut diatas.

Kedengarannya sangat sederhana, tetapi sering kali sangat sulit dikendalikan apabila

kebakaran sudah terjadi. Namun demikian hal ini penting sekali dipahami dalam rangka

melakukan pencegahan atau penanggulangan kebakaran.

Kebarakan merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan, namun dapat terjadi

karena ulah manusia. Penyebab terjadinya kebakaran antara lain peristiwa listrik,

Makalah AK3 Umum Page 8


penimpanan/penggunaan bahan-bahan, spontaneous (bahan yang dapat terbakar sendiri),

merokok tidak pada temoatnya, gesekan atau benturan, house keeping yang tidak baik.

2.1.3 KLASIFIKASI KEBAKARAN NATIONAL FIRE PROTECTION

ASSOCIATION (NFPA) AMERIKA

National Fire Protection Association (NFPA) Amerika membagi kebakaran menjadi

beberapa jenis, sesuai dengan bahan yang terbakar. Bahan pemadam untuk masing-masing

kelas tersebut pun berbeda-beda yaitu seperti:

1. Kelas A

Termasuk dalam kelas ini adalah kebakaran pada bahan yang mudah terbakar,

contohnya; kertas, kayu, karet, maupun plastik. Cara mengatasinya bisa dengan

menggunakan air untuk menurunkan suhunya dampai dibawah titik penyulutan,

serbuk kimia kering untuk mematikan proses pembakaran atau menggunakan

bahan halogen untuk memutus reaksi berantai pembakaran.

2. Kelas B

Kebakaran pada kelas ini adalah yang melibatkan bahan seperti pada cairan

combustible dan cairan flammable, contohnya; bensin, minyak tanah, oli dan

bahan serupa. Cara mengatasinya dengan menggunakan bahan seperti foam lebih

disarankan.

3. Kelas C

Yang termasuk dalam kebakaran ini adalah alat0alat uang dijalankan oleh listrik.

Untuk mengatasi kebakarang dengan penyebab ini harus menggunakan bahan

pemadam kebakaran yang non konduktif agar terhindar dari sengatan listrik. Yang

Makalah AK3 Umum Page 9


terbaik adalah menggunakan CO2 atau halon, namun karen sifat dari halon yang

merusak lingkungan maka pemadaman dengan bahan halon sudah tidak lagi

diproduksi. Sebagai catatan kebakaran keals c bisa dipadamkan oleh bahan

pemadam kebakaran kelas a dan b asalkan aliran listrik terlebih dahulu dimatikan.

4. Kelas D

Termasuk dalam kelas ini adalah kebakaran pada bahan logam yang mudah

terbakar, contohnya; magnesium, titanium, zirconium, sodium dan potassium).

Bahan pemadamnya adalah powder khusus kelas d yaitu serbuk kimia Sodium

Klorida serta Grafit.

5. Kelas K

Yang termasuk dalam kebakaran kelas ini adalah yang melibatkan media

memasak misalnya minyak goring (baik yang berbahan dasar tumbuhan atau

hewan). Untuk mengatasinya bisa menggunakan serbuk kimia basah yang khusus

untuk kebakaran kelas ini. Perencanaan/penempatan alat atau fasilitas pemadam,

sehingga jika kebakaran terjadi dapat segera dipadamkan dan diatasi.

Usaha penyelamatan dengan menyediakan sarana dari daerah atau tempat bahaya,

seperti sirine/alarm, tangga dan pintu darurat (emergency door) serta membuat prosedur

kebakaran dan penyelamatan usaha pencegahan kebakaran akibat bencana alam, membuat

penyekat atau pemisah pada bangunan dan kamar-kamar mesin atau penyimpanan bahan-

bahan berbahaya seperti dinding, pintu pemisah (fire wall, fire door) dan lain-lain.

2.1.4 PENGANAGGULANGAN KEBAKRAN DI TEMPAT KERJA

Menurut Kepmenaker No. KEP. 186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan

Kebakaran di Tempat Kerja bahwa yang dimaksud dengan penganggulangan kebakaran

Makalah AK3 Umum Page 10


adalah segala upaya untuk mencegah timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya

pengendalian setiap perwujudan energi, pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana

penyelamatan serta pembentukan organisasi tanggap darurat untuk memberantan kebakaran.

Berdasarakan peraturan ini juga pengurus atau pengusaha wajib mencegah, mengurangi dan

memadamkan kebakaran, latihan penanggulangan kebakaran di tempat kerja. Upaya-upaya

tersebut meliputi:

 Pengendalian setiap bentuk energi

 Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan sarana evakuasi

 Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas

 Pembentukan unit penganggulangan kebakaran di tempat kerja

 Penyelenggaraan latihan dan gladi penganggulangan kebakaran secara berkala

 Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran dan

sarana evakuasi.

Makalah AK3 Umum Page 11


2.2 PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT

2.2.1 Pengertian Pesawat Angkat dan Angkut

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05 Tahun 1985 yang dimaksud

dengan pesawat angkat dan angkut adalah suatu pesawat atau alat yang digunakan

untuk memindahkan, mengangkat muatan baik bahan atau barang atau orang secara

vertikal dan atau horizontal dalam jarak yang ditentukan.

2.2.2 Jenis-jenis Pesawat Angkat dan Angkut

Jenis-jenis peswat angkat dan angkut menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja

No. 05 Tahun 1985 dibagi menjadi 4 jenis yaitu:

1. Peralatan angkat

2. Pita transport

3. Pesawat angkutan diatas landasan dan permukaan

4. Alat angkutan jalan ril

2.2.3 Peralatan Angkat

Sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05 Tahun 1985, Peralatan

Angkat adalah alat angkat yang dikonstruksi atau dibuat khusus untuk mengangkat

naik dan menurunkan muatan meliputi antara lain lier, takel, alat angkat listrik,

hidrolik, pneumatic, gondola, keran mobil, keran kelabang, keran pedestal, keran

menara, keran gantry, keran overhead, keran portal, keran magnet, keran lokomotif,

keran dinding dan keran sumbu putar.

Baut pengikat yang digunakan perlalatan angkat harus mempunyai kelebihan

ulir sekerup pada suatu jarak yang cukup untuk pengencang. Jika perlu harus
Makalah AK3 Umum Page 12
dilengkapi dengan mur penjamin atau gelang pegas efektif. Garis tengah tromol

gulung sekurang-kurangnya berukuran 30 kali diameter tali baja dan 300 kali

diameter kawat baja yang terbesar. Tromol gulung harus dilengkapi dengan flense

pada setiap ujungnya, sekurang-kurangnya 2½ kali garis tengah tali baja. Ujung tali

baja pada tromol gulung harus dipasang dengan kuat pada bagian dalam tromol dan

sekurang-kurangnya harus dibelit 2 kali secara penuh pada tromol saat kait beban

berada pada posisi yang paling rendah. Tali baja yang digunakan untuk mengangkat

harus:

1. Terbuat dari bahan baja yang kuat dan berkualitas tinggi

2. Mempunyai faktor keamanan sekurang-kurangnya 3½ kali beban

maksimum

3. Tidak boleh ada sambungan

4. Tidak ada simpul, belitan, kusut, berjumbai dan terkupas

Semua peralatan angkat harus dilengkapi dengan rem yang secara efektif dapat

mengerem suatu bobot yang tidak kurang dari 1½ beban yang diijinkan. Dalam

menaik, menurunkan dan mengangkat muatan dengan pesawat pengangkat harus

diatur dengan sandi isyarat yang seragam dan yang benar-benar dimengerti. Sebelum

memberikan isyarat untuk menaikkan muatan, pemberi isyarat harus yakin bahwa:

1. Semua tali, rantai, bandul atau perlengkapan lainnya telah dipasang

sebagaimana mestinya pada muatan yang diangkat

2. Muatan telah dibuat seimbang sebagaimana mestinya dan tidak akan

menyentuh benda sedemikian rupa sehingga sebagian dari muatan atau

benda akan berpindah.

Makalah AK3 Umum Page 13


Pada saat mengangkat barang, operator peralatan angkat harus menghindari

pengangkatan melalui orang-orang. Peralatan angkat tidak diperbolehkan

manggantung muatan pada waktu mengalami perbaikan ataupun bagian-bagian

bawahnya digunakan oleh mesin yang bergerak. Jika peralatan angkat beroperasi

tanpa muatan, penjaga sling atau penjaga rantai harus mengaitkan sling atau rantainya

pada kait secara kuat sebelum bergerak, operator harus menaikan kait secukupnya

agar orang-orang dan benda-benda tidak tersentuh.

Operator alat kerek tidak boleh meninggalkan peraltanannya dengan muatan

yang tergantung. Peswat, alat-alat, bahian instalasi listrik pada peralatan angkat harus

dibuat, dipasang, dipelihara sesuai dengan ketentuan-ketentuan instalasi listrik yang

berlaku. Semua peralatan angkat yang digerakan dengan tenaga listrik harus

dilengkapi dengan alat batas otomatis yang dapat menghentikan motor, bila muatan

melebihi posisi yang diijinkan maka peralatan listrik harus:

1. Dikonstruksi dari baja

2. Dibuat dengan angka keamanan sekurang-kurangnya

a. 8 untuk baja tuang

b. 5 untuk baja konstruksi atau baja tempa

c. Dilengkapi dengan rem otomatis yang mampu menahan muatan jika

muatan dihentikan.

Alat kontrol dari peralatan angkat listrik harus dilengkapi dengan suatu alat

yang dapat mengendalikan secara otomatis tuas atau tombol pada posisi netral, jika

tuas atau tombol tersebut dilepaskan. Setiap peralatan angkat yang dijalnkan dengan

tenaga listrik harus dilengkapi dengan alat pembatas otomatis yang dapat

menghentikan tanaga tarik beban, jika muatan melewati batas tertinggi yang diijinkan.

Makalah AK3 Umum Page 14


Setiap peralatan angkat harus dilengkapi dengan rem yang secara efektif dapat

mengerm sekurang-kurangnya 1½ beban yang dijinkan.

Berdasarkan pasar 34 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 5 Tahun 1985,

peralatan angkat pneumatik harus:

1. Dikonstruksi dari baja

2. Dibuat dari angka keamanan sekurang-kurangnya

a. 8 untuk baja tuang

b. 5 untuk baja konstruksi atau baja tempa

Silinder udara peralatan angkat pneumatik harus ditempatkan pada trolinya

secara kuat dan aman. Tuas pengontrol katup peralatan angkat pneumatik gantung

harus dilengkapi dengan alat yang dapat mengembalikan tuas kontrolnya secara

otomatis ke posisi netral, jika handle pada tali kontrol. Kemudian untuk setiap gondola

harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Tidak mempunyai rintangan-rintangan pada tali baja penggantungnya;

2. Kemampuan daya ikat tuas pengaman terjamin;

3. Kedudukan tali baja pada alurnya;

4. Kelebihan tali baja yang berada diatas tanah selama gondola tergantung

sekurang-kurangnya 1m.

Makalah AK3 Umum Page 15


Gambar 2.1. Peralatan Angkat Jenis Tower Crane

2.2.4 Pita Transport

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05 Tahun 1985 yang dimaksud

dengan Pita Transport adalah suatu pesawat atau alat yang digunakan untuk

memindahkan muatan secara kontinyu dengan menggunakan bantuan pita. Pita

transport antara lain adalah eskalator, ban berjalan dan rantai berjalan. Konstruksi

mekanis pita transport harus cukup kuat untuk menunjang muatan yang telah

ditetapkan baginya. Semua pita transport harus dibuat sedemikian rupa sehingga titik-

titik geser yang berbahaya antara bagian-bagian atau benda uang berpindah atau tetap

ditiadakan dan atau dilindungi.

Pita transport yang ditinggalkan dan sering dilalui harus dilengkapi dengan

tempat jalan kaki atau teras pada seluruh panjangnya dengan lebar tidak kurang dari

45cm dan mempunyai sandaran standar dan atau pengaman pinggir. Lantai atau taras

kerja pada tempat-tempat bongkat dan muat dalam kondisi anti slip. Lantai, teras dan

tempat jalan kaki disamping pita transport harus bersih dari sampah dan bahan-bahan

Makalah AK3 Umum Page 16


lain. Saluran air pada lantai harus disediakan disekitar pita transport. Penyebrangan

pada pita transport harus disediakan jembatan yang memenuhi syarat. Tenaga kerja

dilarang berdiri dikerangkat penahan pita transport terbuka pada saat memuat atau

memindahkan barang-barang atau pada saat membersihkan rintangan-rintangan.

Pita transport yang digerakan dengan tenaga mekanis pada tempat-tempat

membongkar dan memuat, pada akhir perjalanan dan awal pengambilan dan atau pada

berbagai tempat lain yang memadai harus diperlengkapi dengan alat untuk

menghentikan mesin ban transport dalam keadaan darurat. Pita transport yang

membawa muatan melebihi sudut kemiringan harus dilengkapi dengan alat mekanis

yang dapat mencegah mesin berbalik dan membawa muatan kembali kearah tempat

memuat, jika sumber tenaga dihentikan.

Jika dua ban transport atau lebih beroperasi bersama harus dipasang alat

pengaman yang dapat mengatur bekerja sedemikian rupa sehingga kedua pita

transport harus berhenti apabila salah satu pita transport tidak dapat bekerja secara

terus menerus. Jika pita transport membentang sampai pada tempat yang tidak

kelihatan dari pos kontrol, harus dilengkapi dengan gong, peluit atau lampu semboyan

dan harus digunakan oleh operator sebelum menjalankan mesin. Pita transport harus

dilengkapi dengan sistem pelumasan otomatis. Sudut kemiringan dari setiap eskalator

harus tidak melebihi 30 o dari arah bidang datar. Bidang injak eskalator terbuat dari

bahan yang padat, rata dan tidak licin dan bila terbuat dari logam yang mempunyai

kisi-kisi, tebal kisi-kisi sekurang-kurangnya 3mm.

Lantai pemberangkatan dan lantai pemberhentian setiap eskalator haris dari

bahan yang dapat menghasilkan sesuatu ikatan terhadap jejak kaki pemakai. Satu

motor listrik dilarang untuk menggerakan 2 atau lebih eskalator berdampingan, dan

Makalah AK3 Umum Page 17


dapat dilayani secara sendiri. Lantai eskalator harus mempunyai angka keamanan

sekurang-kurangnya 10 kecuali rantai yang terbuat dari baja tuang yang dianeling

dengan angka keamanan sekurang-kurangnya 20. Setiap eskalator harus dilengkapi

dengan sistem elektro mekanis yang bekerja secara otomatis yang dapat

menghentikan eskalator apabila sumber tanaga putus. Setiap eskalator yang digerakan

dengan listrik yang mempunyai pase banyak harus dilengkapi dengan peralatan yang

dapat mencegah motor berputar balik atau bila adanya kegagalan pase.

Gambar 2.2 Pesawat angat angkut jenis pita transport

Makalah AK3 Umum Page 18


2.2.5 Pesawat Angkutan di Atas Landasan dan Permukaan

Pesawat angkutan di atas landasan dan di atas permukaan ialah pesawat atau

alat yang digunakan untuk memindahkan muatan atau orang dengan menggunakan

kemudi baik di dalam atau di luar pesawat dan bergerak di atas suatu landasan

maupun permukaan. Pesawat angkutan di atas landasan dan di atas permukaan antara

lain adalah truk, truk Derek, traktor, gerobak, forklift dan kereta gantung. Semua

peralatan pelayanan pesawat angkutan di atas landasan dan di atas permukaan harus

dibuat sedemikian rupa sehingga mempunyai keseragaman dalam fungsi, gerak dan

warnanya. Semua perlengkapan pesawat angkutan di atas landasan dan di atas

permukaan sebelum digunakan harus diperiksa terlebih dahulu oleh operator. Pesawat

angkutan di atas landasan dengan motor bakar dilarang dijlalankan di daerah yang

terdapat bahaya kebakaran dan atau peledakan dan atau ruangan tertutuup. Pesawat

angkutan di atas andasan sebelum memuat dan membongkat muatan rem haris

digunakan jika di atas tanjakan roda harus diganjal. Pesawat angkutan di atas landasan

dengan motor bakar harus dijalankan dengan aman sesuai dengan kecepatan yang

telah ditentukan. Lantai kerja yang dilalui pesawat angkutan landasan harus:

1. Dikontruksi cukup kuat dan rata dengan memperhatikan kecepatan, jenis

roda dan ban yang digunakan

2. Tidak mempunyai belokan dengan sudut yang tajam, tanjakan yang terjal,

jalan yang bebas dan peralatan yang rendah.

3. Mempunyai tanda-tanda pada kedua sisi disepanjang jalan.

Truk, truk Derek, traktor dan sejenisnya harus dilengkapi dengan lampu-

lampu penerangan dan peringatan yang efektif. Untuk pelayanan pengangkutan

muatan menggunakan gerobak harus sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan.

Gerobak dorong yang beroda satu atau dua harus dilengkapi dengan pelindung tangan

Makalah AK3 Umum Page 19


pada gagangnya dan dilengkapi dengan alat pengunci yang digunakan saat gerobak itu

berhenti. Jika memuati gerobak dorong beroda tiga, muatan yang berat harus

ditempatkan dibagian belakang bawah dan muatan harus seimbang. Forklift harus

dilengkapi dengan atap pelindung operator dan bagian yang bergerak atau berputar

diberi tutup pengaman. Dalam keadaan jalan garpu harus berjarak setinggi-tingginya

15cm dari permukaan jalan. Bila mengendarai forklift dibelakang kendaraan lain

harus berjarang sekurang-kurangnya 10 meter dari belakang kendaraan depannya.

Forklift tidak boleh digunakan selain untuk mengangkat, mengangkut dan menumpuk

barang.

Gambar 2.3. Pesawat angkat dan angkut jenis pesawat angkutan di atas landasan

2.2.6 Alat Angkutan Ril

Alat angutan ril adalah alat angkutan yang bergerak di atas jalan ril. Alat

angkutan jalan ril antara lain adalah: lokomotif, gerbong dan lori. Bahan konstruksi

dan perlengkapan jalan ril harus cukup kuat, tidak cacat dan memenuhi syarat. Barang

tarik wesel, kawat-kawat sinyal atau bagian-bagian lain dari peralatan jalan ril yang

berbahaya haris dilindungai dan atau dilengkapi dengan peralatan pengaman. Jalan ril

harus diadakan pemeriksaan dalam waktu-waktu tertentu. Ril pengaman harus

Makalah AK3 Umum Page 20


dipasang tidak lebih dari 25cm dibagian dalam ril dengan lebar dimana tikungan

melebihi:

1. 250 pada jalan ril dengan lebar 1.435 m atau lebih

2. 400 pada jalan ril dengan lebar yang kurang dari 1.435 m

3. 200 pada semua jalan ril dengan sudut lereng 2 persen atau leboh.

Jalan ril diatas jembatan atau kuda-kuda yang panjangnya 30 meter atau lebih

harus dilengkapi dengan ril pengaman. Kuda-kuda jalan ril pada kedua sisinya harus

dilengkapi dengan peralatan jalan kaki pada bagian luarnya dan mempunyai ruang

bebas sekurang-kurangnya 1m antara pagar dan muatan dengan ukuran yang paling

besar. Lubang-lubang pembongkaran muatan di bawah jalan ril harus diberi tutup

terali yang memenuhi syarat. Jika alat angkutan jalan berada didekat bangunan,

sehingga tenaga kerja tidak dapat berdiri atau lewat dengan aman antara bangunan

dan pesawat yang berjalan maka harus dipasang alat penghalang disamping bangunan

dan dilarang adanya pintu pada bangunan yang menuju jalan ril.

Gambar 2.3 Pesawat angkat dan angkut jenis alat angkutan jalan ril

Makalah AK3 Umum Page 21


2.2.7 Pemeriksaan dan Pengujian

Setiap pesawat angkat dan angkut sebelum dipakai harus diperiksa dan diuji

terlebih dahulu dengan standar uji yang telah ditentukan. Untuk pengujian beban

lebih, harus dilaksanakan sebesar 125% dari jumlah beban maksimum yang diujikan.

Besarnya tahanan isolasi dan instalsi listrik pesawat angkat dan angkut harus

sekurang-kurangnya memenuhi yang ditentukan dalam PUIL (Peraturan Umum

Instalasi Listrik). Pemeriksaan dan pengujian ulang pesawat angkat dan ankut

dilaksanakan selambat-lambatnya 2 tahun setelah pengujian pertama dan pemerksaan

pengujian selanjutnya 1 tahun sekali. Pemeriksaan dan pengjuian ini dilakukan oleh

Pegawai Pengawas atau Ahli Keselamatan Kerja kecuali ditentukan lain. Biaya

pemeriksaan dan pengujian pesawat angkat dan angkut dibebankan kepada

pengusaha.

2.2.8 Sumber Potensi Bahaya pada Pesawat Angkat dan Angkut

Seperti kita ketahui pada suatu bagian-bagian pesawat angkat dan angkut

menerima beban kerja yang cukup besar dan tinggi. Bagian ini harus dibuat dengan

konstruksi yang kuat untuk dapat menahan beban kerja dan harus dilaksanakan

pengerjaannya dengan syarat-syarat tertentu sehingga dapat menjamin bahwa bagian

tersebut mampu menahan beban. Pemilihan bahan juga harus sesuai dengan standar

pembuatan pesawat angkat dan angkut yang digunakan dan mempunyai sertifikatbahan

yang memberikan keterangan sifat-sifat mekanik dan komposisi kimia bahan tersebut.

Disamping syarat-syarat konstruksi yang harus dipenuhi, juga harus dipenuhi

syarat-syarat alat perlengkapan termasuk juga alat-alat pengamannya, sehingga dapat

menjamin bahwa pesawat angkat dan angkut tersebut aman selama pengoperasian.
Makalah AK3 Umum Page 22
Kecelakaan pada pesawat angkat dan angkut dapat disebabkan karena pada

bagian tertentu dari pesawat angkat dan angkut mengalami kerusakan/perlemahan dan

mendapat beban yang sangat kuat yang diberikan melebihi beban maksimum yang

dijinkan. Meskipun konstruksi pesawat angkat dan angkut telah memenuhi

persyaratan, tetapi jika kualiytas pengoperasiannya tidak sesuai dengan prosedur akan

dapat juga mengakibatkan kecelakaan.

2.2.9 Potensi Penyebabnya Kecelakaan

Ada beberapa penyebab terjadinya kecelakaan/peledakan pada pesawat angkat dan

angkut, yaitu:

1. Pemilihan atau penggunaan bahan yang tepat

Pada dasarnya pemilihan bahan untuk konstruksi pesawat angkat dan angkut

haruslah dari bahan yang tepat dan memang diperuntukan untuk pembuatan

pesawat angkat dan angkut, sesuai dengan standar yang telah diakui diseluruh

dunia.

Pemilihan bahan yang salah dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan

yang pada akhirnya dapat menimbulkan peledakan, kebakaran, patah dan

pencemaran lingkungan kerja. Oleh karena itu, petunjung dan prosedur yang

diberikan dalam standar-standar tersebut harus benar-benar dilaksanakan. Selain

adanya kearpuhan pada bahan, juga dapat terjadi penuaan bahan. Hal ini dapat

terjadi karena:

a. Bahan didiamkan dalam waktu yang lama tanpa pembebanan, disebut juga

penuaan alam.

b. Bahan mengalami perubahan bentuk (deformasi) pada suhu kamar karena

didiamkan dalam waktu yang lama.

Makalah AK3 Umum Page 23


Oleh sebab itu, untuk mengetahui sejauh mana teradinya penuaan bahan, perlu

dilakukan penelitian di laboratorium terhadap bahan tersebut. Penelitian di

laboratorium dimaksudkan untuk mengetahui apakah bahan tersebut masih layak

digunakan sebagai bahan pesawat angkat dan angkut. Jika hal ini tidak

diperhatikan akan dapat menimbulkan terjadinya kerusakan-kerusakan pada

pesawat angkat dan angkut yang bersangkutan yang pada akhirnya mengakibatkan

kecelakaan.

2. Desain konstruksi yang menyimpang dari standar

Desain konstruksi peralatan mekanik harus dipersiapkan oleh pabrik pembuat

dengan membuat perencanaan gambar konstruksi peswat angkat dan angkut yang

menggambarkan secara detail ptongan-potongan (penampang), ukuran-ukuran

dimensi bagian yang lengkap dan jelas, sambungan-sambungan, cara

pengerjaannya dan perhitungan kekuatan konstruksinya.

Sangat penting untuk memperhitungkan kekuatan masing-masing bahan yang

berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan beban yang diterima

pesawat angkat dan angkut karena diharapkan bahan tersebuh mampu menahan,

menerima beban pada saat peralatan mekanik tersebut dioperasikan.

Perhitungan kekuatan konstruksi ini harus mengikuti standar-standar perhitungan

desain pembuatan suatu peralatan mekanik yang berlaku diseluruh dunia seperti

SNI, ASME, JIS, DIN, dll. Kesalahan dalam desain perhitungan kekuatan

konstruksi pesawat angkat dan angkut dapat mengakibatkan suatu kerusakan

apabila peralatan mekanik tersebut diopersikan.

3. Pemeriksaan yang tidak lengkap

Pemeriksaan tidak lengkap pada umunya terletak pada pemeriksaan yang

dilakukan sewaktu pesawat angkat dan angkut masih berada di dalam pabrik yang

Makalah AK3 Umum Page 24


meliputi pemeriksaan merusak dan pemeriksaan tidak merusak. Pemeriksaan

merusak dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan tarik, batas mulur dan

kandungan/komposisi kimia dari bahan yang digunakan dalam pembuatan

peralatan mekanik, sedangkan pemeriksaan tidak merusak dimaksudkan untuk

mengetahui kualitas sambungan las-lasannya apakah memenuhi syarat atau tidak,

misalnya retak-retak, gelembung udara/kotoran, dll, dimana dalam pemeriksaan

ini dilakukan dengan menggunakan sinar radio aktif (x-ray atau gamma ray)

maupun ultra sonic. Pemeriksaan ini umumnya berkaitan dengan perhitungan

konstruksi pesawat angkat dan angkut tersebut.

Bila hasil pemeriksaan merusak dan tidak merusak ini baik, maka dilakukan

pengujian statis dan dinamis atas pesawat angkat dan angkut. Pemeriksaan

terhadap pengujian statis dan dinamis ini harus dilakukan dengan seteliti mungkin

agar kemungkinan-kemungkinan terjadinya kerusakan sewaktu pesawat angkat

dan angkut dioperasikan dapat diperkecil atau dihilangkan sama sekali. Akibat

adanya kelemahan atau pemeriksaan yang tidak lengkap dapat mengakibatkan

kerusakan pada pesawat angkat dan angkut dan kemungkinan juga dapat

menyebabkan terjadinya patah.

4. Peralatan/perlengkapan yang tidak memenuhi persyaratan

Peralatan/perlengkapan pengaman suatu pesawat angkat dan angkut harus

mengikuti ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

semuanya harus dijaga dan diusahakan agar dapat berfungsi/bekerja dengan baik

dan akurat. Untuk itu diperlukan ketelitian dan perawatan secara teratur dan

termasuk juga mengadakan pemeriksaan/pengujian kembali atau kalibrasi pada

alat-alat pengaman tertentu.

Makalah AK3 Umum Page 25


5. Pengoperasian dan perawatan yang tidak sesuai dengan prosedur dan

pemeliharaan

Pelayanan/perawatan pesawat angkat dan angkut merupakan pekerjaan yang tidak

boleh diabaikan. Dengan perawatan secara teratur dan teliti akan lebih mudah

diketahui secara dini adanya kelainan-kelainan yang terdapat pada pesawat angkat

dan angkut seingga kerusakan yang lebih berat akan dapat dihindari.

6. Kelalaian operator

Kelalaian merupakan permasalahan yang cukup tinggi presntasinya dari

kerusakan-kerusakan yang terjadi yang disebabkan oleh faktor manusianya. Oleh

karena itu faktor manusia yang dominan adalah sikap mental terhadap keselamtan

kerja. Ada suatu pertanyaan “mengapa seorang pekerja melakukan pekerjaan

dengan ceroboh, dimana seharusnya dia dapat melakukannya dengan aman”. Hal

ini tentunya tidak terlepas dari kebiasaannya, yang biasanya menganggap mudah,

sudah biasa, bekerja seenaknya, kurang memperhatikan sehingga usaha

pencegahan kecelakaan kerja dianggap tidak penting. Kelalaian merupakan

permasalahan yang paling tinggi sampai mencapai 75% kerusakan terjadi

disebabkan oleh faktor manusia.

Makalah AK3 Umum Page 26


2.3 KONSTRUKSI BANGUNAN

2.3.1 Definisi Konstruksi Bangunan

Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana.

Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal

sebagai bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa area.

Secara ringkas konstruksi didefinisikan sebagai objek keseluruhan bangunan yang

terdiri dari bagian-bagian struktur. Misal, konstruksi struktur bangunan K3 Konstruksi

adalah bentuk/bangun secara keseluruhan dari struktur bangunan.

Pada umumnya definisi konstruksi bangunan itu terdiri dari dua suku kata

yaitu konstruksi (constraction) yang berarti membangun sedangkan bangunan yang

berarti suatu benda yang dibangun atau didirikan untuk kepentingan manusia dengan

tujuan, biaya dan waktu tertentu. Konstruksi bangunan berarti suatu cara atau teknik

membuat atau mendirikan bangunan agar memenuhi syarat kuat, awet, indah,

fungsional dan ekonomis.

Biasanya kegiatan konstruksi diawasi oleh manajer proyek, insinyur desain,

atau arsitek proyek. Orang-orang ini bekerja didalam kantor, sedangkan pengawasan

lapangan biasanya diserahkan kepada mandor proyek yang mengawasi buruh

bangunan, tukang kayu dan ahli bangunan lainnya untuk menyelesaikan fisik sebuah

konstruksi.

Karakteristik dari kegiatan konstruksi bangunan ini dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Memiliki masa kerja terbatas

2. Melibatkan jumlah tenaga kerja yang besar

3. Melibatkan banyak tenaga kerja kasar (labour) yang berpendidikan relatif

rendah

Makalah AK3 Umum Page 27


4. Memiliki intensitas kerja yang tinggi

5. Bersifat multi disiplin dan multi crafts

6. Menggunakan peralatan kerja beragam jenis, teknologi, kapasitas dan

kondisinya

7. Memerlukan mobilisasi yang tinggi (peralatan, material dan tenaga kerja)

Adapun masyarakat yang terkait dengan kegiatan konstruksi bangunan antara

lain:

1. Pemilik proyek; adalah penyandang dana sebagai pemilik yang

memberikan kepercayaan kepada kontraktor untuk melaksanakan kegiatan

suatu proyek konstruksi

2. Kontrakor; adalah perusahaan jasa konstruksi yang diberi kepercayaan

oleh pemilik proyek untuk mengerjakan suatu kegiatan proyek konstruksi

3. Sub-kontraktor; adalah perusahaan jasa yang membantu berbagai macam

tugas kontraktor dalam kegiatan proyek konstruksi bangunan

4. Pekerja proyek; adalah para pekerja yang bekerja pada kegiatan proyek

konstruksi

5. Pekerja subkon; adalah para pekerja dari penambahan subkon tertentu

yang berada di proyek konstruksi

6. Pemasok; adalah perusahaan yang bekerja dibidang jasa yang mensuplai

barang-barang atau alat-alat kebutuhan proyek konstruksi bangunan

7. Masyarakat; adalah masyarakat atau yang dapat ikut berpartisipasi dalam

kegiatan proyek konstruksi dalam berbagai macam kegiatan

8. Instruksi teknis; adalah pemerintah yang terkait dengan kegiatan proyek

konstruksi bangunan baik dalam bentuk administratif maupun terkait.

Makalah AK3 Umum Page 28


2.3.2 Klasifikasi Proyek Konstruksi

Pada proyek konstruksi bangunan terdapat beberapa klasifikasi berikut:

1. Proyek Konstruksi Bangunan Gedung (Building Constraction)

Proyek konstruksi bangunan gedung mencakup banguan gedung

perkantoran, sekolah, pertokoan, rumah sakit, rumah tinggal dan

sebagainya.

2. Proyek Bangunan Perumahan (Residential Constraction/Real Estate)

Disini proyek pembanguan perumahan / pemukiman (real estate)

dibedakan dengan proyek bangunan gedung secara rinsi yang didasarkan

pada pembangunannya.

3. Proyek Konstruksi Teknik Sipil/Proyek Konstruksi Rekayasa Berat

(Heavy Engineering Construction)

Umumnya proyek yang masuk jenis ini adalah proyek-proyek yang

bersifat infrastruktur seperti proyek bendungan, proyek jalan raya,

jembatan, terowongan, jalan kereta api, pelabuhan, dll.

4. Proyek Konstruksi Industri

Proyek konstruksi yang termasuk dalam jenis ini biasanya proyek industry

yang membutuhkan spesifikasi dari persyaratan khusus seperti untuk

kilang minyak, industri berat, industri dasar, pertambangan, nuklir dan lain

sebagainya.

2.3.3 Jenis-jenis Bahaya pada Kegiatan Konstruksi

1. Physical Hazard

Merupakan faktor kimia yang berupa kekeringan, suhu, getaran, cahaya, radiasi

2. Chemical Hazard

Merupakan faktor kimia yang dapat berupa bentuk padat, cair dan gas

Makalah AK3 Umum Page 29


3. Electrical Hazard

Merupakan bahaya sengatan listrik, kebakaran karena listrik karena banyaknya

instalasi listrik yang bersifat sementara dan kadang-kadang tidak terkendali

4. Mechanical Hazard

Merupakan bahaya kecelakaan yang diakibatkan oleh peralatan kerja tangan,

mesin atau pesawat sampai kepada alat berat

5. Physiological Hazard

Yang berkaitan dengan aspek kerja, pekerjaan yang monoton yang membuat

kejenuhan, lokasi tempat kerja yang sangat terpencil sehingga membuat

kebosanan

6. Biological Hazard

Merupakan jenis bahaya yang disebabkan oleh makhluk hidup ataupun virus.

2.3.4 Strategi Penerapan K3 pada Proyek Konstruksi

Penerapan K3 pada kegiatan konstruksi dapat dilakukan dengan urutan

sebagai berikut:

1. Identification

Setiap kegiatan proyek konstruksi memiliki karakteristik yang berbeda,

misalnya proyek bangunan tinggi, pembangunan bendungan, bangunan

pabrik dan sebagainya. Lakukan identifikasi polusi bahaya atau kegiatan

konstruksi yang akan dilaksanakan. Buat mapping potensi bahaya menurut

area atau bidang kegiatan masing-masing.

2. Evaluation

Dari hasil identifikasi dilakukan evaluasi tentang potensi bahaya untuk

menentukan skala prioritas berdasarkan hazards rating.

Makalah AK3 Umum Page 30


3. Develops the plan

Berdasarkan hasil identifikasi dan evaluasi diatas susun rencana

pengendalian dan pencegahan kecelakaan; terapkan konsep manajemen

keselamatan erja yang baku (SMK3) serta susunlah pekerjaan

implementasi dan program-program K3 yang akan dilakukan (buat dalam

bentuk elemen kegiatan)

4. Implementasi

Buat rencana kerja yang telah disusun untuk mengimplementasikan konsep

pengedalian dengan baik. Untuk mencapai kegiatan yang optimal sediakan

sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan program K3. Buatlah

kebijakan K3 terpadu.

5. Monitoring

Buatlah program untuk memonitor pelaksanaan K3, untuk mengetahui

apakah program-program telah terlaksanakan dengan baik atau tidak.

2.3.5 Pengawasan K3 Konstruksi dan Sarana Bangunan

1. Wajib lapor pekerjaan / proyek konstruksi bangunan

Setiap pekerjaan konstruksi bangunan yang akan dilakukan wajib

dilaporkan kepada direktur atau pejabat yang ditunjuk.

2. Akte pengawasan ketenagakerjaan proyek konstruksi bangunan

Yang terdiri dari data pelaksana konstruksi/pengawas perencana

konstruksi, data teknis proyek, berita acara pemeriksaan,kartu pemeriksaan

dan lembaran pemeriksaan. Dalam akte pengawasan ini terdapat batasan

yang dimana tempat kerja/pekerjaan konstruksi bangunan dengan waktu

Makalah AK3 Umum Page 31


proyek 6 bulan atau lebih harus diterbitkan akte ini dan harus diserahkan

pelaksana konstruksi kepada pemberi tugas/pemilik setelah proyek selesai.

3. Pengesahan akte

Setelah meneliti wajib lapor pekerjaan proyek/konstruksi bangunan

selanjutnya melakukan pemeriksaan K3 proyek oleh pengawas spesialis

K3 konstruksi dan menerbitkan akte pengawasan serta harus dilakukan

pemeriksaan berkala hingga proyek selesai.

Makalah AK3 Umum Page 32


Makalah AK3 Umum Page 33
BAB III
KESIMPULAN

3.1 KESIMPULAN
Secara garis besar dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat 3
unsur dasar terjadinya kebakaran yaitu; sumber panas, benda yang mudah terbakar dan
oksigen. Untuk menanggulanginya sudah diatur dalam Kepmenaker No. KEP. 186/ MEN/
1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja.
Pada pembahasan mengenai pesawat angkat dan angkut dapat diambil kesimpulan
bahwa pesawat angkat dan angkut adalah pesawat atau alat yang digunakan untuk mengangkat
atau memindahkan sebuah barang dengan jarak dan berat tertentu. Untuk pengoperasian
pesawat tersebut operator pesawat angkat dan angkut haruslah mentaati peraturan keselamatan
dan kesehatan kerja seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI
No.Per.05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut serta lebih rinci terdapat dalam
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.Per.09/MEN/VII/2010tentang
Operator dan Petugas Pesawat Angkat dan Angkut,
Untuk pembahasan pada konstruksi bangunan dapat disimpulkan bahwa hubungan
yang baik antara pegawai proyek, perusahaan dan pemerintah itu mutlak harus dipeerhatikan.
Sehingga perpaduan antara pengetahuan dan prosedur tentang K3 dari beberapa pihak dapat
dijalankan. Pelaksanaan prosedur K3 dalam pekerjaan konstruksi bangunan juga sudah diatur
dengan berbagai aturan yang jelas memberikan batasan-batasan dalam pekerjaan konstruksi
agar pekerjaan konstruksi berjalan dengan baik tanpa menimbulkan bahaya. Dalam prosedur
K3 juga telah memberikan langkah-langkah dalam mencegah dan menangani bahaya dan
kecelakaan dalam proyek konstruksi.

Makalah AK3 Umum Page 34


DAFTAR PUSTAKA

1. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


2. Peraturan Mneteri Tenaga Kerja No.05 Tahun 1985 tentang Pesawat Angkat dan
Angkut
3. Kementerian Tenaga Kerja.2015. Modul Pembinaan Calon Ahli Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Umum. Jakarta
4. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No.KEP-
174/MEN/1986 NO. 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
tempat Kegiatan Konstruksi
5. https://www.academia.edu/18195912/makalah-penanggulangan -bencana-tentang-
bencana-kebakaran
6. http://www.sanggarkesehatan.com/2015/06/makalah-kesehatan-dan-keselamatan-
kerja.html
7. http://sarisolo.multiply.com/journal/item/35/kecelakaan-kerja-di-perusahaan
8. http://slehpunya.wordpress.com/2009/02/02/implementasi-k3-di-indonesia/
9. http://rohmadiyono.wordpress.com/2016/08/04/pesawat-angkat-amp/
10. http://newtrainmakalahk3konstruksi.blogspot.com/2015/10/makalah-k3-di-bidang-
konstruksi.html?m=1

Makalah AK3 Umum Page 35

Anda mungkin juga menyukai