PENDAHULUAN
Sidoarjo dari hasil Susenas 2005 adalah sebesar 12,51/1000 KH, yang berarti
dalam setiap 1000 KH terdapat sekitar 12 bayi meninggal.
Hal yang sangat menentukan dalam derajat kesehatan anak dapat dicermati
secara runtut sejak dini melalui kondisi ibu dan didapatkan data usia perkawinan
wanita dibawah 17 tahun sekitar 13,08%, padahal usia ini masih termasuk kriteria
anak sebagaimana tercantum dalam UU No 23 Tahun 2002 tentang perlindungan
anak. Meskipun pertolongan persalinan bayi oleh tenaga medis di Sidoarjo sekitar
86,04% dan 13% lainnya lahir di luar Kabupaten Sidoarjo, namun masih ada
sekitar 0,06% pertolongan persalinan oleh tenaga non medis (dukun bayi). Dari
data tersebut menunjukkan benang merah bahwa masih tingginya kematian bayi
di Sidoarjo ada yang disebabkan oleh usia perkawinan wanita yang terlalu muda
dan masih adanya pertolongan persalinan oleh tenaga non-medis.
Begitu juga permasalahan gizi, walaupun terdapat kecenderungan
penurunan, namun masih menjadi issue strategis, di tahun 2004 tercatat 1,13%
anak balita berstatus gizi buruk, 11,50% anak balita berstatus gizi kurang, dan
permasalahan gizi lebih mengena pada 5,22% anak balita. Sedangkan di tahun
2005, tercatat 1,01% anak berstatus gizi buruk dengan kasus tertinggi di
Kecamatan Candi (2,79%), Porong (2,7%), dan Krian (2,1%). Disamping itu,
didapatkan pula 11,64% anak balita berstatus gizi kurang, yang sebarannya
hampir merata di seluruh kecamatan dengan kasus terbesar di Kecamatan Jabon
(20,47%), Tanggulangin (19,14%), dan Waru (13%), dan permasalah gizi lebih
mengenai 4,54% anak balita.
Keadaan tersebut dapat menyebabkan kematian, yang sebenarnya dapat
dicegah atau diminimalisir melalui pendekatan deteksi dini dan penatalaksanaan
yang tepat. Salah satunya yaitu pentingnya dukungan dan faktor keterampilan
tenaga kesehatan khususnya mengenai penanganan neonatal serta pelayanan
kesehatan bayi yang berkualitas di rumah sakit.
Beberapa intervensi yang dapat dilakukan untuk mencegah atau
meminimalisir sedini mungkin kematian bayi antara lain pemberian antibiotik
untuk ketuban pecah dini, manajemen suhu bayi baru lahir, imunisasi Tetanus
toxoid, pemberian vitamin A, Steroid Antenatal, persalinan bersih, makanan
tambahan, dan pemberian Air Susu Ibu (ASI). Dari semua intervensi pencegahan
tersebut, pemberian ASI pada bayi merupakan bentuk intervensi yang terbaik
untuk menurunkan Angka Kematian Bayi. Disamping itu, dengan memberikan
ASI atau menyusui dapat meminimalisir biaya untuk membeli susu formula guna
memenuhi kebutuhan gizi bayi. Hal inilah yang mendasari Rumah Sakit Daerah
Kabupaten Sidoarjo mengembangkan ”Program Laktasi”, guna mendukung
terwujudnya sistem asuhan neonatal yang lebih komprehensif demi kesehatan ibu
dan bayi. Sedangkan tujuan khusus dari program ini adalah untuk membekali
petugas kesehatan mengenai keterampilan dasar dalam konseling laktasi dan
memberikan pengetahuan dan praktik menyusui / laktasi yang tepat bagi para ibu
sehingga lebih berhasil dalam menyusui bayinya.
Dengan adanya program ini, Rumah Sakit Daerah Kabupaten Sidoarjo
juga senantiasa berpartisipasi dalam mewujudkan tujuan pembangunan kesehatan
menuju Indonesia Sehat 2010 yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam
lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia.
- Penyakit keganasan
Bagi Ibu
Mencegah perdarahan pasca persalinan.
Mempercepat involusi uterus.
Mengurangi anemia.
Mengurangi risiko kanker ovarium & payudara.
Mengurangi Kanker Indung Telur (Ovarium) dan kanker rahim.
Menambah panjang kembalinya kesuburan pasca melahirkan, sehingga:
Memberi jarak antar anak yang lebih panjang atau menunda
kehamilan berikutnya
Karena kembalinya menstruasi tertunda, ibu menyusui tidak
membutuhkan zat besi sebanyak ketika mengalami menstruasi
Sebagai metoda KB sementara, dengan syarat:
- Bayi berusia belum 6 bulan dan
- Ibu belum haid kembali dan
- Bayi diberi ASI eksklusif
Ibu lebih cepat langsing. Penelitian membuktikan bahwa ibu menyusui
enam bulan lebih langsing setengah kg dibanding ibu yang menyusui
empat bulan.
Bagi Keluarga
Mudah pemberiannya
Menghemat biaya
Anak sehat, jarang sakit
Bagi Negara
Menghemat devisa
Mengurangi polusi
Menghemat subsidi kesehatan
Mengurangi morbiditas dan mortalitas anak
Menghasilkan SDM yang bermutu
Apabila semua bayi ”tidak” minum ASI dalam 6 bulan pertama, Berapa
devisa negara untuk susu formula??
1 tahun à 4.500.000 bayi lahir
Untuk memberi bayi makanan buatan selama 6 bulan pertama
diperlukan 5 kaleng pada bulan pertama, 7 kaleng di bulan kedua
dan 8 kaleng sebulan pada 4 bulan berikutnya (total: 44 kaleng).
1 kaleng susu formula 400 g à Rp 40.000 (tahun 2004), selama 6 bulan:
bayi yang menyusu, membuat orang tua memiliki waktu yang lebih banyak untuk
memperhatikan anak-anaknya yang lain serta tugas keluarga.
Kriminalitas menurun
Dari kedua tabel di atas dapat diketahui bahwa data LOS pada tahun 2008
dan 2009 di rawat inap bayi adalah tergolong rendah atau dibawah standar yaitu 4
dan 3 hari. Sedangkan standar LOS adalah 6 – 9 hari. Hal ini menunjukkan
rendahnya hari perawatan pasien bayi di Rumah Sakit Daerah Kabupaten
Sidoarjo.
3. Rincian Biaya
Dana yang dikeluarkan untuk program laktasi di Rumah Sakit Daerah
Kabupaten Sidoarjo adalah sebagai berikut :
Kegiatan Indoor
a. Simposium awam tentang ”Pentingnya ASI” Rp. 2.500.000,-
b. Simposiun awam tentang ”Teknik Menyusui Rp. 2.500.000,-
c. Pelatihan Konselor ASI Rp. 70.167.500,-
d. Pelatihan Manajemen Laktasi Rp. 46.670.000,-
Kegiatan Outdoor
Pelatihan Konselor Menyusui di Rumah Sakit
Harapan Kita Jakarta Rp. 7.000.000,-
Kegiatan Promosi
a. Sosialisasi Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dalam
Bentuk banner sebanyak 5 buah Rp. 1.000.000,-
b. Pembuatan Leaflet IMD sebanyak 200 lembar Rp. 2.000.000,-
c. Sosialisasi IMD dalam bentuk PIN
Sebanyak 100 buah Rp. 1.000.000,-
Jumlah Rp. 132.837.500,-
4. Prestasi
Prestasi yang pernah diraih oleh Rumah Sakit Daerah Kabupaten Sidoarjo
dalam Program Laktasi antara lain:
1994 Memperoleh penghargaan Rumah Sakit Sayang Bayi
1997 Memperoleh penghargaan Rumah Sakit Sayang Ibu
2001 Memperoleh penghargaan Rumah Sakit Sayang Bayi ke II
2005 Memperoleh penghargaan pengelola terbaik RSSIB TK propinsi
pelaku kesehatan di bidang kesehatan berfungsi sebagai unit kerja yang kuat.
Semoga dengan diselenggarakannya program ini, Rumah Sakit Daerah Kabupaten
Sidoarjo dapat dikenal oleh masyarakat awam dan berbagai program yang
diselenggarakan dapat sehingga dapat mengurangi angka kematian bayi.
Dokumentasi (terlampir).
Perda/Perbup (terlampir).