Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Tawuran antar pelajar atau mahasiswa, sepertinya sudah menjadi kegiatan rutin para
pelajar atau mahasiswa di Indonesia. Tawuran layaknya penyaluran identitas diri akan
kemampuan dan kebanggannya terhadap diri sendiri, kelompok, atau almamater. Mereka tidak
memikirkan buruknya berkelahi atau tawuran. Mereka hanya memikirkan kepentingan sesaat.
Tawuran pelajar bukan hal yang bisa dianggap enteng,tawuran pelajar sekarang tidak hanya
terjadi di kota-kota besar saja melainkan juga menjalar ke daerah-daerah.Permasalahan remeh
dapat menyulut pertengkaran individual yang berlanjut menjadi perkelahian massal dan tak
jarang melibatkan penggunaan senjata tajam,senjata api, bahkan akhir-akhir ini banyak pelajar
menggunakan bahan kimia seperti air keras sebagai senjatanya.
Dewasa ini,kekerasan sudah dianggap sebagai pemecah masalah yang sangat efektif yang
dilakuka oleh para remaja.Hal ini seolah menjadi bukti nyata bahwa seorang yang terpelajar pun
leluasa melakukan hal-hal yang bersifat anarkisme dan premanisme.Tentu saja perilaku buruk ini
tidak hanya merugikan orang yang terlibat dalam perkelahian itu sendiri tetapi juga merugikan
orang lain yang tidak terlibat secara lagsung.
Dapat dijadikan salah satu landasan informasi bagi teman-teman sekalian mengenai arti,
bentuk, serta contoh dari perilaku yang termasuk dalam perilaku yang menyimpang
Dapat mengurangi kemungkinan terjadinya perilaku menyimpang seperti tawuran misalnya
karena hal itu sama sekali tiada guna atau tidak berguna.
Dapat memberitahukan kepada teman-teman sekalian mengenai faktor dan dampak dari
perilaku menyimpang(tawuran)
PEMBAHASAN
Menurut Hirschi (dalam Mussen dkk, 1994). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa
salah satu
penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan
yang baik bagi anak (hawari, 1997).
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja
dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi anak (hawari,
1997). Jadi disinilah peran orangtua sebagai penunjuk jalan anaknya untuk selalu berprilaku
baik.
2. Faktor Sekolah
Sekolah tidak hanya untuk menjadikan para siswa pandai secara akademik namun juga
pandai secara akhlaknya . Sekolah merupakan wadah untuk para siswa mengembangkan diri
menjadi lebih baik. Namun sekolah juga bisa menjadi wadah untuk siswa menjadi tidak baik, hal
ini dikarenakan hilangnya kualitas pengajaran yang bermutu. Contohnya disekolah tidak jarang
3.Faktor Lingkungan
Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perilaku remaja.
Seorang remaja yang tinggal dilingkungan rumah yang tidak baik akan menjadikan remaja
tersebut ikut menjadi tidak baik. Kekerasan yang sering remaja lihat akan membentuk pola
kekerasan dipikiran para remaja. Hal ini membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak adanya
kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar disekitar rumahnya
juga bisa mengakibatkan tawuran.
B. Orang Tua
a. Orang tua harus mengawasi kegiatan anaknya. Apabila si anak belum pulang ke rumah seperti
biasanya, sebaiknya orang tua proaktif menanyakan ke anak melalui telepon seluler, atau ke
teman atau ke sekolahan.
b. Memberikan perhatian yang lebih untuk para remaja yang sejatinya sedang mencari jati diri
C. Lingkungan
a. Patroli polisi dan satpol PP diintensifkan saat jam pulang sekolah, karena siswa atau mahasiswa
yang berbeda almamater biasanya akan cepat tersulut emosinya saat mereka berpapasan dengan
jumlah yang banyak.
b. Masyarakat berperan aktif jika ada tanda-tanda akan terjadi tawuran, atau sudah terjadi tawuran
dengan menelepon polisi atau melalui jejaring sosial facebook dan twitter melalui akun
@NTMCLantasPolri agar polisi segera datang dan mengendalikan suasana.
c. Memfasilitasi para pelajar untuk baik dilingkungan rumah atau dilingkungan sekolah untuk
melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat diwaktu luangnya. Contohnya : membentuk
ikatan remaja masjid atau karangtaruna dan membuat acara-acara yang bermanfaat, mewajibkan
setiap siswa mengikuti organisasi atau ekstrakulikuler disekolahnya
d. Para pedagang jangan menjual bebas senjata tajam dan bahan-bahan kimia yang berbahaya.
3.1. Kesimpulan
Faktor yang menyebabkan tawuran remaja tidak lah hanya datang dari individu siswa itu
sendiri. Melainkan juga terjadi karena faktor-faktor lain yang datang dari luar individu,
diantaranya faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor lingkungan.
Para pelajar yang umumnya masih berusia remaja memiliki kencenderungan untuk melakukan
hal-hal diluar dugaan yang mana kemungkinan dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain,
maka inilah peran orangtua dituntut untuk dapat mengarahkan dan mengingatkan anaknya jika
sang anak tiba-tiba melakukan kesalahan. Keteladanan seorang guru juga tidak dapat dilepaskan.
Guru sebagai pendidik bisa dijadikan instruktur dalam pendidikan kepribadian para siswa agar
menjadi insan yang lebih baik.
Begitupun dalam mencari teman sepermainan. Sang anak haruslah diberikan pengarahan dari
orang dewasa agar mampu memilih teman yang baik. Masyarakat sekitar pun harus bisa
membantu para remaja dalam mengembangkan potensinya dengan cara mengakui keberadaanya.
3.2. Saran
Dalam menyikapi masalah remaja terutama tentang tawuran pelajar diatas, penulis
memberikan beberapa saran. Diantaranya :
a. Keluarga sebagai awal tempat pendidikan para pelajar harus mampu membentuk pola pikir yang
baik untuk para pelajar
b. Masyarakat mesti menyadari akan perannya dalam menciptakan situasi yang kondusif
c. Lembaga pendidikan formal sudah semestinya memberikan pelayanan yang baik untuk
membantu para pelajar mengasah kemampuan dan mengembangkan segala potensi yang ada
didalam dirinya