Anda di halaman 1dari 92

LAPORAN AKHIR

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala atas selesainya


penyusunan Laporan Akhir kegiatan ”Kajian Beban Pencemaran Sungai Code”. Kajian tersebut
adalah sebagai bagian dari upaya pengelolaan terhadap kualitas air yang efektif. Sesuai dengan
PP Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air,
salah satu upaya dalam pengelolaan kualitas air adalah dengan pengendalian pencemaran air.
Hal ini dilakukan dengan memelihara fungsi air, sehingga kualitas air sesuai dengan baku mutu
kelas air.
Kajian Beban Pencemaran Sungai Code meliputi : a. Inventarisasi dan identifikasi sumber
pencemar, baik point source maupun non point source; b. Perhitungan beban pencemaran
sungai eksisting; dan c. Perhitungan Daya Tampung Beban Pencemaran (DTBP) sungai.
Perhitungan DTBP merupakan upaya penilaian untuk mencapai standar kualitas air sungai dan
pengendalian terhadap pencemaran sungai.
Kegiatan Kajian Beban Pencemaran Sungai Code Kota Yogyakarta ini merupakan
kerjasama antara Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta dengan Pusat Studi
Lingkungan Hidup (PSLH) Universitas Gadjah Mada. Semoga hasil kegiatan ini dapat menjadi
kerangka dasar atau acuan bagi pengambilan kebijakan penanganan kerusakan air secara khusus,
serta kebijakan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara umum di Sungai
Code.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan Kajian Beban Pencemaran Sungai Code Kota Yogyakarta ini. Kami mohon masukan,
saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan laporan ini.

Yogyakarta, Juli 2018


Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup
Universitas Gadjah Mada

Ir. Subaryono, M.A., Ph.D.


NIP. 19540609 198103 1 005

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE i
LAPORAN AKHIR

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Tabel iv
Daftar Gambar vi

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang I-1
1.2. Maksud dan Tujuan Penelitian I-2
1.3. Ruang Lingkup Kegiatan I-3
1.4. Hasil yang Diharapkan I-3
1.5. Acuan Peraturan Perundang-Undangan I-3

BAB 2. METODE PENELITIAN


2.1. Metode Identifikasi dan Inventarisasi Sumber Pencemar II-1
2.1.1. Beban Pencemar Industri II-4
2.1.2. Potensi Beban Pencemaran dari Domestik II-5
2.1.3. Potensi Beban Pencemaran dari Peternakan II-6
2.1.4. Potensi Beban Pencemaran dari Non Point Source (NPS) Penggunaan
II-7
Lahan
2.1.5. Potensi Beban Pencemar dari Hotel dan Rumah Sakit II-8
2.1.6. Potensi Beban Pencemaran dari Perikanan II-8
2.1.7. Beban Pencemaran Sampah II-9
2.1.8. Total Beban Pencemaran Air II-10
2.2. Status Mutu II-10
2.3. Penentapan Daya Tampung Beban Pencemaran II-11

BAB 3. DESKRIPSI WILAYAH


3.1. Luas dan Letak Wilayah III-1
3.2. Kondisi Topografi III-2
3.3. Kondisi Klimatologis III-3
3.4. Kondisi Geologi III-4
3.5. Penggunaan Lahan III-4
3.6. Kondisi Sosial Ekonomi III-7

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE ii
LAPORAN AKHIR

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Sumber Pencemar DAS Code Segmen Kota Yogyakarta IV-1
4.1.1. Sumber Pencemar Titik (Point Source) IV-5
4.1.2. Sumber Pencemar Bukan Titik (Non-Point Source) IV-18
4.2. Status Mutu Sungai Code Segmen Kota Yogyakarta IV-23
4.3. Beban Pencemaran Eksisting Sungai Code Segmen Kota Yogyakarta IV-25
4.4. Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Code Segmen Kota Yogyakarta IV-31

BAB 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


5.1. Kesimpulan V-1
5.2. Rekomendasi V-2

Daftar Pustaka
Lampiran

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE iii
LAPORAN AKHIR

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1. Faktor Emisi (generation load) Domestik Rumah Tangga II-6


2.2. Faktor Emisi Ternak (generation load) II-6
2.3. Faktor Emisi Pertanian II-7
2.4. Faktor Emisi Non Point source dari penggunaan lahan II-7
2.5. Faktor Emisi Hotel dan Rumah Sakit II-8
2.6. Faktor Emisi Perikanan II-8
2.7. Skor Nilai Kualitas Air Metode STORET II-11
3.1. Kecamatan di DAS Code Segmen Kota Yogyakarta III-1
3.2. Kelas Kemiringan Lahan di Kota Yogyakarta (Ha) III-2
3.3. Kelas Ketinggian di Kota Yogyakarta (Ha) III-3
3.4. Kondisi Klimatologi di Kota Yogyakarta Tahun 2015 III-4
3.5. Luas Penggunaan Lahan Berdasarkan Status Peruntukan Lahan Kota III-5
Yogyakarta Tahun 2007 – 2013
3.6. Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Yogyakarta Tahun 2007 – 2014 III-7
3.7. Kepadatan Penduduk Kota Yogyakarta Tahun 2007-2014 III-8
3.8. Nilai PDRB Menurut Lapangan Usaha Dasar Harga Konstan 2000 Kota III-9
Yogyakarta Tahun 2007 – 2013
3.9. Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Dasar Harga Konstan III-11
2000 Kota Yogyakarta Tahun 2007 – 2013
4.1. Pembagian Segmentasi dan Administrasi DAS Code Segmen Kota IV-2
Yogyakarta
4.2. Sumber Pencemar Hotel dan Perumahan IV-7
4.3. Sumber Pencemar Apotek, Klinik, dan Laboratorium IV-13
4.4. Sumber Pencemar Rumah Sakit IV-14
4.5. Sumber Pencemar Rumah Makan IV-15
4.6. Sumber Pencemar Industri IV-16
4.7. Beban Pencemaran Peternakan IV-19
4.8. Beban Pencemaran Rumah Tangga IV-21
4.9. Beban Pencemaran Sampah IV-22

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE iv
LAPORAN AKHIR

4.10. Status Mutu Sungai Code Segmen Kota Yogyakarta IV-23


4.11. Segmentasi Sungai Code Segmen Kota Yogyakarta IV-25
4.12. Uji Reliabilitas Hasil Pemodelan IV-28
4.13. Beban Pencemaran Eksisting Sungai Code (kg/hari) IV-29
4.14. Beban Pencemaran Sungai Code Segmen Kota Yogyakarta (kg/hari) IV-31
4.15. DTBP Sungai Code Segmen Kota Yogykarta (kg/hari) IV-33
4.16. DTBP per Kecamatan (kg/hari) IV-34
4.17. Alokasi Beban Pencemaran Sungai Code Segmen Kota Yogyakarta IV-35
(kg/hari)

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE v
LAPORAN AKHIR

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1. Tahapan Inventarisasi dan Identifikasi Sumber Pencemar Air II-2


2.2. Konsep Inventarisasi dan Identifikasi Sumber Pencemar Air II-3
2.3. Metode Perhitungan dan Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air II-12
2.4. Peta Titik Sampel Sungai Code II-13
3.1. Grafik Luas Penggunaan Lahan Perumahan Kota Yogyakarta Tahun 2007 – III-6
2013
3.2. Grafik Luas Penggunaan Lahan Berdasarkan Status Peruntukan Lahan Kota III-6
Yogyakarta Tahun 2007 – 2013
4.1. Peta Penggunaan Lahan DAS Code Segmen Kota Yogyakarta IV-3
4.2. Peta Segmentasi DAS Code Segmen Kota Yogyakarta IV-4
4.3. Beban Pencemaran Titik DAS Code Segmen Kota Yogyakarta IV-5
4.4. Peta Sebaran Sumber Pencemar Titik di DAS Code Segmen Kota Yogyakarta IV-6
4.5. Sumber Pencemar NPS DAS Code Segmen Kota Yogyakarta IV-18
4.6. Status Mutu Sungai Code Segmen Kota Yogyakarta Tahun 2018 IV-24
4.7. Grafik Hasil Pemodelan yang Belum Terkalibrasi IV-27
4.8. Grafik Hasil Pemodelan yang Sudah Terkalibrasi IV-27
4.9. Peta Beban Pencemaran Eksisting Sungai Code Segmen Kota Yogyakarta IV-30
4.10. Kualitas Air Sungai Code terhadap Baku Mutu IV-32
4.11. Peta DTBP Sungai Code Segmen Kota Yogyakarta IV-37

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE vi
BAB 1.

Pendahuluan
LAPORAN AKHIR

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut PP Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran air, kajian Daya Tampung Beban Pencemaran (DTBP) perlu dilakukan oleh
pemerintah pusat maupun daerah sebagai penilaian untuk mencapai standar kualitas air yang
telah disyaratkan. Daya tampung lingkungan hidup menurut UU No.32 Tahun 2009 Tentang
Pengelelolaan dan Perlindungan Lingkungan adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya.
Lingkungan perairan, daya tampung beban pencemaran (DTBP) atau Total Maximum Daily Load
(DTBP) atau assimilative capacity adalah batas kemampuan suatu sumber air untuk menerima
masukan beban pencemaran tanpa mengakibatkan air tersebut menjadi cemar. Perhitungan
DTBP tersebut, sebagai upaya pengendalian terhadap pencemaran pada sungai.
Upaya pengelolaan yang tepat terhadap sumberdaya air dengan cara pemantauan dan
pemodelan (Ozcan, et al., 2016). Pemantauan kualitas air berfungsi untuk memberikan informasi
faktual tentang kondisi (status) kualitas air masa sekarang, kecenderungan masa lalu dan prediksi
perubahan lingkungan masa depan. Informasi dasar yang dihasilkan dari kegiatan pemantauan
dapat dijadikan acuan untuk menyusun perencanaan, evaluasi, pengendalian dan pengawasan
lingkungan serta penentuan baku mutu air dan air limbah. Data hasil pemantauan dapat
digunakan sebagai dasar pertimbangan, penyusunan kebijakan ataupun pengambilan keputusan
dan evaluasi kebijakan pengelolaan lingkungan dalam peraturan perundangan lingkungan hidup
di daerah.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE I-1
LAPORAN AKHIR

Strategi pengendalian pencemaran pada sungai dapat dilakukan dengan penetapan DTBP
di Indonesia. Selain itu, hal ini dapat digunakan untuk penyusun tata ruang dan secara umum
untuk penyusunan kebijakan pengendalian pencemaran air (PPA). Pemodelan DTBP
menerapkan adanya alokasi beban pencemaran baik yang berasal sumber pencemar titik
maupun sumber pencemar non titik, sehingga secara teknis dapat dilakukan pengendalian
pencemaran air berdasarkan pengendalian sumber pencemar. Pemodelan DTBP pada kegiatan
ini menggunakan progam Water Quality Analysis Simulation Program (WASP) yang dapat
menganalisis kondisi kualitas air di suatu sungai dengan prinsip konservasi massa. Pemodelan ini
mempunyai prinsip dasar yang sama terhadap model QUAL2E yang menggunakan pendekatan
neraca massa. Kajian penetapan kelas air pada Sungai Code dilakukan untuk memperoleh dasar
ilmiah mengenai peruntukan Sungai Code setiap segmennya.

1.2. Maksud dan Tujuan Penelitian


Maksud dari kegiatan kajian beban pencemaran di Sungai Code adalah tersediaanya data
kajian beban pencemaran di Daerah Aliran Sungai Code sebagai salah satu penetapan kebijakan
pembangunan lingkungan hidup, khususnya pengelolaan sumberdaya air dan sebagai instrument
pengendalian air yang diperlukan untuk mengatur pemberian izin pembuangan limbah cair ke
sungai bagi suatu usaha dan atau kegiatan.
Tujuan dari kegiatan ini dijabarkan sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi sumber pencemar yang masuk ke Sungai Code
2. Menganalisis kualitas air Sungai Code ditinjau dari parameter fisik, kimia, dan biologis
dari daerah hulu sampai hilir
3. Menganalisis beban pencemaran Sungai Code
4. Menganalisis tingkat partisipasi masyarakat di bantaran sungai dalam meningkatkan
beban pencemaran Sungai Code
5. Tersediaanya data parameter baik fisik, kimia, dan biologi yang dapat digunakan untuk
penentuan baku mutu lingkungan untuk mendukung penyusun peraturan walikota dan
menyusun strategi untuk pengelolaan Sungai Code.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE I-2
LAPORAN AKHIR

1.3. Ruang Lingkup Kegiatan


Ruang lingkungan kegiatan “Kajian Beban Pencemaran Sungai Code” sebagai berikut.
1. Inventarisasi data dan peta sumber pencemar
2. Mengumpulkan data sekunder berupa jumlah sumber, jenis, dan lokasi sumber
pencemar
3. Menghitung beban pencemaran dalam bentuk point source dan non point source
4. Memetakan distribusi besaran beban pencemaran menurut segmentasi Sungai Code
segmen Kota Yogyakarta
5. Penyusunan laporan

1.4. Hasil yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari kajian ini meliputi:

1. Tersediaanya informasi kontribusi beban pencemaran dari masing-masing sumber


pencemar menurut segmen di Sungai Code segmen Kota Yogyakarta
2. Tersediaanya peta distribusi lokasi sumber pencemar dan beban pencemaran
menurut segmen di Sungai Code segmen Kota Yogyakarta
3. Didapatkannya jumlah beban pencemaran eksisting yang masuk ke Sungai Code
segmen Kota Yogyakarta
4. Didapatkan informasi jumlah beban pencemaran yang diperbolehkan dibuang ke
sungai atau angka daya tampung beban pencemaran Sungai Code segmen Kota
Yogyakarta

1.5. Acuan Peraturan Perundang-Undangan


Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum dalam melakukan kegiatan
“Kajian Beban Pencemaran Sungai Code” sebagai berikut.
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
2. Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2015 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2016 tentang
Baku Mutu Air Limbah.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE I-3
BAB 2.

Metode Penelitian
LAPORAN AKHIR

BAB 2
METODE PENELITIAN

2.1 Metode Identifikasi dan Inventarisasi Sumber Pencemar

Inventarisasi sumber pencemar air adalah kegiatan penelusuran, pendataan, dan


pencacahan terhadap seluruh aktivitas yang berpotensi menghasilkan air limbah yang masuk ke
dalam sumber air. Sementara itu identifikasi sumber pencemar air adalah kegiatan penelaahan,
penentuan dan/atau penetapan besaran dan/atau karakteristik dampak dari masing-masing
sumber pencemar air yang dihasilkan dari kegiatan inventarisasi. Lokasi dan distribusi sumber
pencemar pada wilayah administrasi atau Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat diidentifikasi
berdasarkan peta topografi/rupa bumi, administrasi dan tata guna lahan, sedangkan jenis dan
jumlah sumber pencemar dapat diperoleh dari data instansi terkait.
Beban pencemar merupakan besaran satuan berat zat pencemar dalam satuan waktu,
misal 1 ton BOD/hari. Berdasarkan Pedoman Inventarisasi dan Identifikasi sumber pencemar air
pada Lampiran I Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010, besar emisi
pencemar yang berasal dari sumber tertentu (point sources) ditentukan berdasarkan data-data
primer yang telah diperoleh di lapangan atau data-data sekunder hasil pemantauan pihak pelaku
usaha/kegiatan/ instansi yang berwenang sebagai inspektor. Data kuantitas dan kualitas emisi
pencemar baik itu yang berasal dari limbah domestik maupun non-domestik dievaluasi dan dikaji
dengan menggunakan metoda estimasi yang sama.
Tahapan kegiatan Inventarisasi dan Identifikasi sumber pencemar terdiri dari persiapan,
konseptualisasi, verifikasi lapangan, penentuan besaran sumber pencemar dan karakteristik
sumber pencemar. Hasil dari kegiatan inventarisasi dan identifikasi sumber pencemar meliputi:
Jenis, lokasi, badan air penerima, Besaran beban dan karakteristik sumber pencemar serta peta
kontribusi masing-masing kegiatan untuk masing-masing parameter pencemar. Tahapan
inventarisasi dan identifikasi sumber pencemar air dapat dilihat pada Gambar 2.1.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE II - 1
LAPORAN AKHIR

Gambar 2.1. Tahapan Inventarisasi dan Identifikasi Sumber Pencemar Air

Pencemar adalah bahan/material yang masuk kedalam lingkungan dan meningkatkan


background level substansi tersebut di alam. Seringkali, sebenarnya alam tidak memiliki substansi
tersebut sampai manusia menambahkannya. Menurut sumbernya, pencemar secara umum dibagi
dua yaitu Point Source dan Non Point atau Diffuse Source. Pencemar point source merupakan
sumber tunggal yang dapat diidentifikasi yang umumnya bersifat lokal dengan volume relatif
tetap seperti dari pipa pembuangan instalasi pembuangan air limbah (IPAL) kegiatan industri,
permukiman, hotel, rumah sakit, pusat perdagangan, laboratorium klinik dan gedung-gedung
komersial. Sumber pencemaran non point adalah sumber pencemar tersebar (diffuse) atau bukan
titik (non point source/NPS) yang bukan berasal dari sumber tunggal teridentifikasi. Umumnya
NPS dibawa oleh air limpasan (runoff) pada saat atau setelah terjadinya hujan. Sumber pencemar
tersebut meliputi air limpasan dari berbagai jenis penggunaan lahan (land based) seperti
pertanian (sawah dan perkebunan), hutan dan lahan terbangun (built-up area) di perkotaan.
Konsep Inventarisasi dan Identifikasi Sumber Pencemar Air dapat dilihat pada Gambar 2.2.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE II - 2
LAPORAN AKHIR

Gambar 2.2 Konsep Inventarisasi dan Identifikasi Sumber Pencemar Air

Beban pencemar merupakan besaran satuan berat zat pencemar dalam satuan waktu,
misal 1 kg BOD/hari. Metode perhitungan beban pencemaran dilakukan menggunakan dua
pendekatan sebagai berikut :
1. Metode perhitungan langsung menggunakan data kadar dan debit ait limbah hasil
pengukuran di lapangan. Beban pencemar yang dapat dihitung dengan metode
langsung ini adalah beban pencemar yang bersumber industri, hotel, rumah sakit
serta domestik yang memiliki IPAL ( Point Source).
2. Metode perhitungan tidak langsung dengan menggunakan faktor emisi atau faktor
effluent, digunakan untuk memperkirakan beban pencemar dari sumber pencemaran
yang sulit diukur kualitas dan kuantitasnya secara langsung. Umumnya digunakan
untuk memperkirakan besarnya beban pencemar dari industri, hotel, rumah sakit
serta domestik yang tidak memiliki IPAL. Disamping itu metode tidak langsung ini
juga sering digunakan untuk memperkirakan besarnya beban pencemar dari kegiatan
peternakan, perikanan, sampah serta non point source dari penggunaan lahan
misalnya pertanian (sawah dan perkebunan), hutan dan lahan terbangun (built-up
area) di perkotaan.

Faktor emisi/effluent merupakan rerata statistik dari jumlah massa pencemar yang
diemisikan untuk setiap satuan aktivitas kegiatan. Faktor emisi sering juga disebut dengan
pollutan load unit (PLU). Berikut ini diuraikan metode perhitungan beban pencemar langsung
dan tidak langsung untuk berbagai jenis sumber pencemar.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE II - 3
LAPORAN AKHIR

2.1.1. Beban Pencemar Industri


Berdasarkan Pedoman Inventarisasi dan Identifikasi sumber pencemar air pada Lampiran
I Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010, besar emisi pencemar yang
berasal dari sumber tertentu (point source) ditentukan berdasarkan data primer yang telah
diperoleh di lapangan atau data sekunder hasil pemantauan pihak pelaku usaha/kegiatan/
instansi yang berwenang sebagai inspektor. Beban pencemar yang dihasilkan dari industri
maupun sumber tertentu (point source) lainnya dengan basis perkiraan emisi untuk 1 tahun
/periode pelaporan dihitung dengan persamaan berikut :

I,i = Ci x V x OpHrs /1 000 000


Dimana :
I,i = besar beban/ emisi pencemar i, kg/tahun
Ci = konsentrasi jenis pencemar i dalam buangan air limbah, mg/L (data
pemantauan di lapangan)
V = laju alir buangan air limbah, L/jam
OpHrs = jumlah jam operasional per tahun, jam/tahun
1 000 000 = faktor konversi, mg/kg

Berikut ini tahapan Perhitungan Beban Pencemar untuk industri menurut JICA (SEMAC,
2009):
1. Menggunakan data hasil monitoring berupa konsentrasi dan debit air limbah.
2. Jika data konsentrasi tersedia, sedangkan data debit air limbah tidak ada, maka
menggunakan debit air limbah yang terdapat pada izin.
3. Jika data konsentrasi dan debit air limbah tidak tersedia, maka menggunakan
pollutan load unit (PLU) atau faktor emisi, dapat menggunakan basis jumlah
penduduk atau output produksi seperti yang dilakukan World Bank (Industrial
Pollution Projection System).
4. Beban pencemar untuk industri yang tidak memiliki data hasil monitoring dan data
dari izin dapat menggunakan nilai median (nilai tengah) dari beban pencemar sektor
yang sama yang telah dihitung.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE II - 4
LAPORAN AKHIR

PLU atau FE sektor industri didapatkan dengan menggunakan basis penggunaan air,
jumlah karyawan, kapasitas produksi atau output produksi seperti yang dilakukan World Bank
(Industrial Pollution Projection System, 1997) dan WHO (Rapid Inventory Assesment in
Environmental Pollution, 1993) dan JICA (SEMAC, 2009).

2.1.2. Potensi Beban Pencemaran dari Domestik


Air limbah domestik rumah tangga secara umum juga dapat dikategorikan ke dalam dua
kategori, yaitu; (1) Sumber titik (point source) yang dihitung dengan metode langsung, jika telah
diolah kedalam instalasi pengolahan air limbah terpusat skala perkotaan (off-site sistem) dan
IPAL komunal (on-site sistem), (2) Beban pencemar domestik yang dihitung dengan metode
tidak langsung menggunakan faktor emisi, jika tidak melalui pengolahan di IPAL, bisa
menggunakan septic tank atau langsung dibuang ke badan air. Sumber pencemar rumah tangga
dalam kajian ini adalah air limbah yang dihasilkan dari kegiatan dapur, mencuci dan toilet.
Beban potensi pencemaran dari rumah tangga dari IPAL (off-site dan on-site sistem)
dihitung dengan cara mengkalikan kadar (kualitas) air limbah dengan debit air limbah. Kadar air
limbah tersebut diperoleh melalui analisis laboratorium air limbah dari effluent IPAL.
Untuk beban pencemar dari rumah tangga tanpa IPAL diestimasi dengan cara
mengkalikan jumlah penduduk per unit pemetaan dikalikan dengan faktor emisi paramater
pencemar tertentu per orang per hari dan koefesien transfer beban. Faktor emisi (generate load)
merupakan potensi emisi sumber pencemar yang diperoleh dari hasil penelitan. Sedangkan
koefisien transfer beban (delivery load) adalah angka perkiraan yang menunjukan persentasi
jumlah beban pencemaran yang masuk ke sumber air. Beberapa peneliti menyebutkan “ river
reaching coeffecient” atau “run off rasio” untuk mengkuantifikasikan persentase beban
pencemaran yang masuk ke sungai. Tabel 2.1 memperlihatkan Faktor Emisi (generation load)
Domestik Rumah Tangga.
Rumus yang digunakan untuk menghitung potensi beban pencemaran dari sumber rumah
tangga Balai Lingkungan Keairan Puslitbang SDA (BLK, PSDA), Kementerian PU (2004) adalah
sebagai berikut:

PBP = Jumlah Penduduk x Faktor emisi X rasio ek x alpha


PBP = Potensi beban pencemaran

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE II - 5
LAPORAN AKHIR

Tabel 2.1 Faktor Emisi (generation load) Domestik Rumah Tangga

No Parameter Pencemar Faktor Emisi

1 TSS 38
2 BOD 40
3 COD 55
Sumber : BLK-PSDA, 2004

Rasio ekivalen kota (discharge load):


1) Kota =1
2) Pinggiran Kota = 0,8125
3) Pedalaman = 0,625
Alpha () : Koefesien transfer beban (delivery load)
Nilai  = 1, digunakan untuk daerah yang lokasinya berjarak antara 0 sampai 100 meter
dari sungai
Nilai  = 0,85, untuk lokasi yang berjarak diantara 100 – 500 meter dari sungai
Nilai  = 0,3, untuk lokasi yang berjarak lebih besar dari 500 meter dari sungai.

2.1.3. Potensi Beban Pencemaran dari Peternakan


Beban pencemaran dari peternakan dalam kajian ini dihitung dengan menggunakan
faktor emisi. Data yang diperlukan dalam perhitungan ini adalah jenis dan jumlah ternak.
Sementara itu, faktor emisi (generation load) yang digunakan merupakan hasil Balai Lingkungan
Keairan, Puslitbang SDA, Kementerian Pekerjaan Umum (2013) sebagaimana diperlihatkan pada
Tabel 2.2. Berdasarkan hasil penelitian BLK-PSDA (2004), di Indonesia rata-rata beban pencemar
yang masuk ke badan air (delivery load) dari kegiatan peternakan sekitar 20%.
Tabel 2.2 Faktor Emisi Ternak (generation load)

Sumber : BLK-PSDA, 2013.


PBT= Jumlah Ternak x Faktor emisi X 20%

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE II - 6
LAPORAN AKHIR

2.1.4. Potensi Beban Pencemaran dari Non Point Source (NPS) Penggunaan Lahan
Perhitungan potensi beban pencemaran air yang bersumber dari aktifitas pertanian
diperoleh berdasarkan data luas lahan pertanian. Sementara itu faktor emisi (generation load)
parameter pencemaran untuk pertanian diperoleh dari Balai Lingkungan Keairan, Puslitbang
SDA, Kementerian Pekerjaan Umum (2004) seperti pada Tabel 2.3. Rata-rata beban pencemar
pertanian yang masuk ke badan air (delivery load) di Indonesia sekitar 10% dari sawah dan 1%
dari palawija dan perkebunan lainnya. Sementara itu, faktor emisi non point source dari
penggunaan lahan seperti hutan dan lahan terbangun di perkotaan menurut kajian ICWRMIP
(2015) seperti yang disajikan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Faktor Emisi Pertanian

Palawija Perkebunan
Sawah
Parameter (kg/ha/musim Lain/Tegalan/Kebun campuran
(kg/ha/musim tanam)
tanam) (kg/ha/musim tanam)

BOD 225 125 32,5


TN 20 10 3
TP 10 5 1,5
TSS 0,46 2,4 1,6
Pestisida 0,16 0,08 0,025
Sumber : BLK-PSDA, 2004

Tabel 2.4 Faktor Emisi Non Point source dari penggunaan lahan

Parameter Hutan (kg/ha/hr) Lahan terbangun (kg/ha/hr)

BOD 9,32 15,34


Sumber: ICWRMIP (2015)

COD diperoleh dengan mengkalikan BOD dengan 1,5.


PBTN (sawah) per Musim Tanam = Luas Lahan x Faktor emisi X 10%
PBTN (palawija dan perkebunan lain) per Musim Tanam = Luas Lahan x Faktor emisi X 1%
PBTN(kg/hari) = PBTN Per Musim Tanam / Jumlah hari musim tanam
PNPS dari hutan dan lahan terbangun= Luas Lahan x Faktor emisi X 1%

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE II - 7
LAPORAN AKHIR

2.1.5. Potensi Beban Pencemar dari Hotel dan Rumah Sakit


Potensi beban pencemar dari hotel dan rumah sakit yang tidak memiliki IPAL dilakukan
menggunakan faktor emisi yang dikembangkan oleh Balai Lingkungan Keairan, Pulitbang SDA,
Kementerian Pekerjaan Umum (2013) seperti pada Tabel 2.5. Sedangkan beban pencemar dari
hotel dan rumah sakit yang memiliki IPAL dihitung menggunakan metode langsung sebagaimana
perhitungan beban pencemaran untuk industri yang memiliki IPAL.

Tabel 2.5 Faktor Emisi Hotel dan Rumah Sakit


Faktor Emisi (gr/hari)
Sumber Pencemar
BOD COD TSS

Rumah Sakit (per tempat tidur) 123 169,125 116,85

Hotel (per kamar) 55 75,625 52,25


Sumber: (BSD-PSDA, 2013)

2.1.6. Potensi Beban Pencemaran dari Perikanan


Beban pencemaran yang berasal dari kegiatan perikanan (aquakultur) yang dilakukan di
badan air dihitung menggunakan faktor emisi yang diadopsi dari kajian Integrated Citarum
Water Resources Management Investment Project (ICWRMIP) 2015 seperti pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Faktor Emisi Perikanan

Keramba Jaring Lainnya (tumpangsari


Parameter Kolam (Raceway)
Apung (Cage) di sawah)

BOD (gr/㎡/hari) 76,68 15,31 7,34


TN (gr/㎡/hari) 14,96 2,99 1,42
TP (gr/㎡/hari) 4,15 0,83 0,39
Sumber: ICWRMIP (2015)

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE II - 8
LAPORAN AKHIR

2.1.7. Beban Pencemaran Sampah


Sumber pencemaran air juga memperhitungkan potensi beban pencemaran air yang
berasal dari sampah, mengingat umumnya sungai di Indonesia dicemari oleh limbah cair dan
limbah padat yang berupa sampah.
Besarnya sampah yang masuk ke sungai diperkirakan dengan menggunakan asumsi
bahwa kemampuan pemerintah dan masyarakat dalam menangani sampah tersebut terbatas.
Rumus yang digunakan dalam perhitungan potensi beban pencemaran air yang bersumber dari
sampah adalah :
1. Jumlah Sampah
Estimasi jumlah sampah yang dihasilkan per orang per hari menggunakan perkiraan jumlah
sampah yang dihasilkan setiap individu per hari menurut kategori kota, hasil kajian
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Beban sampah total per kecamatan dihitung
dengan menggunakan rumus berikut ini :
Beban sampah (kg/hr) = Berat sampah/orang/hari x jumlah penduduk
Jika data dalam satuan volume, maka berat sampah dihitung dengan menggunakan rumus :
Berat sampah (kg) = Berat jenis sampah (kg/l) x volume sampah
Berat jenis sampah organik =0,61 kg/l (Kastaman, 2006). Namun dalam hal ini, perhitungan
sampah menggunakan asumsi per orang menghasilkan sampah 1 kg/orang/hari.

2. Sampah yang tidak tertangani


Berat sampah yang tidak tertangani dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Berat sampah tidak tertangani (kg/hr) = % sampah yg tidak tertangani X beban sampah

3. Beban BOD Sampah


Penelitian yang dilakukan oleh INEGI dan SEMARNAP pada sungai di Mexico tahun 1998
dalam Nila Aliefia Fadly (2008) menyatakan bahwa 1 kg sampah organik memiliki nilai BOD
sebesar 2,82 gr. Nilai inilah yang menyatakan beban BOD sampah (W sampah) tersebut.
Perhitungan potensi beban sampah dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Beban BOD sampah (kg/hr) = Berat sampah tidak tertangani (kg/hr) x (2,82/1000)
Untuk nilai COD dan TSS dihitung dengan menggunakan asumsi:
COD = 1,375 x BOD dan TSS=0,95 x BOD

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE II - 9
LAPORAN AKHIR

2.1.8. Total Beban Pencemaran Air


Rekapitulasi beban pencemaran dilakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut :
1. Menggabungkan beberapa jenis sumber pencemar menjadi satu entitas sumber
pencemar, yaitu:
➢ Industri terdiri dari Industri, pertambangan, minyak dan gas
➢ Prasarana dan Jasa terdiri dari hotel dan rumahsakit
➢ Domestik terdiri dari air limbah dari rumah tangga yang memiliki IPAL dan yang
tidak memiliki IPAL, serta dari sampah
➢ Peternakan berasal dari air limbah dari hanya kegiatan peternakan
➢ Perikanan berasal dari air limbah dari kegiatan perikanan saja
➢ Non point source merupakan gabungan dari pertanian, hutan dan lahan
terbangun
2. Total beban pencemaran air berbasis DAS dan administrasi merupakan hasil
penjumlahan beban pencemaran industri, domestik, prasarana dan jasa, peternakan,
perikanan dan non point source.

2.2 Status Mutu

Berdasarkan pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003
tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air, salah satu metode yang digunakan untuk
menentukan status mutu kualitas air adalah metode STORET. Metode tersebut sesuai digunakan
untuk data pemantauan kualitas air secara time series. STORET merupakan metode dari US-EPA
dengan cara membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan
untuk peruntukananya. Hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu (hasil pengukuran < baku
mutu) maka diberi skor 0, sedangkan jika hasil pengukuran tidak memenuhi baku mutu air (hasil
pengukuran > baku mutu) maka diberi skor. Penentuan skor berdasarkan Tabel 2.7. Berdasarkan
sistem nilai dari US-EPA mengklasifikasikan mutu air menjadi empat kelas, yaitu:

(1) Kelas A : skor 0 → memenuhi baku mutu


(2) Kelas B : skor -1 s/d 10 → cemar ringan
(3) Kelas C : sedang, skor -11 s/d -30 → cemar sedang
(4) Kelas D : buruk, skor ≥ -31 → cemar berat

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE II - 10
LAPORAN AKHIR

Tabel 2.7. Skor Nilai Kualitas Air Metode STORET

Bobot
Jumlah Parameter/Sampel Nilai
Fisika Kimia Biologis
Maks -1 -2 -3
<10 Min -1 -2 -3
Rerata -3 -6 -9
Maks -2 -4 -6
>=10 Min -2 -4 -6
Rerata -6 -12 -18

2.3 Penentapan Daya Tampung Beban Pencemaran


Total Maximum Daily Loads (DTBPs) yaitu jumlah maksimum beban pencemar yang
diperbolehkan dibuang ke sumber air tanpa menyebabkan sumber air tersebut tercemar. Rumus
yang digunakan untuk menghitung DTBP adalah sebagai berikut:

DTBP = Sumber Tertentu+ Sumber Tak tentu +Kualitas air + Faktor Pengaman

Berkaitan dengan pemberian izin, perhitungan DTBP dapat dipergunakan untuk


menetapkan Mutu Air Limbah dan lokasi kegiatan/usaha sebagai salah satu persyaratan
pemberian izin. Faktor-faktor yang menentukan daya tampung beban pencemar sungai secara
umum adalah sebagai berikut:
a. Kondisi hidrologi, hidrolika dan morfologi sungai termasuk kualitas air sumber air
yang ditetapkan DTBP-nya
b. Kondisi klimatologi dan meteorologi sungai seperti suhu udara, titik embun, kecepatan
angin, tutupan awan ,dan bayangan.
c. Baku mutu air atau kelas air sungai
d. Beban pencemar sumber tertentu/point source
e. Beban pencemar sumber tak tentu/non-point source
f. Karakteristik dan perilaku zat pencemar yang dihasilkan sumber pencemar
g. Pemanfaatan atau penggunaan sungai
h. Faktor pengaman (margin of safety) yang merupakan nilai ketidakpastian dalam
perhitungan. Ketidakpastian tersebut bersumber dari tidak memadainya data dan informasi
tentang hidrolika dan morfologi sungai, juga kurangnya pengetahuan mengenai karakteristik
dan perilaku zat pencemar.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE II - 11
LAPORAN AKHIR

Sedangkan metode yang digunakan secara teknis dalam perhitungan DTBP dan alokasi
beban pencemaran dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Metode Perhitungan dan Penetapan Daya Tampung beban Pencemaran Air

Metode yang digunakan untuk perhitungan daya tampung beban pencemaran Sungai
Code segmen kota Yogyakarta adalah pemodelan numerik terkomputerisasi dengan progam
computer WASP (Water Quality Analysis Simulation Progam). Paramater yang digunakan untuk
perhitungan beban pencemaran Sungai Code segmen Kota Yogyakarta adalah BOD ( Biochemical
Oxygen Demand). Penentuan titik sampel pada Sungai Code terdapat pada Gambar 2.4.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE II - 12
LAPORAN AKHIR

Gambar 2.4. Peta Titik Sampel Sungai Code

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE II - 13
BAB 3.
Deskripsi Wilayah
LAPORAN AKHIR

BAB 3
DESKRIPSI WILAYAH

3.1 Luas dan Letak Wilayah


Daerah Aliran Sungai (DAS) Code segmen Kota Yogyakarta mempunyai luas 8,34 km 2.
Secara administratif berada di Kota Yogyakarta. Secara geografis lokasi kajian berada pada
koordinat 429850 – 432068 mU dan 9141198 – 9134501 mT. Terdapat 11 kecamatan yang
berada pada DAS Sungai Code segmen Kota Yogyakarta. Kecamatan Mergangsan mempunyai
persentase 24.670%, dengan luas 2.062 km2. Kecamatan tersebut sebagai kecamatan yang
paling luas pada lokasi kajian. Kecamatan Matrijeron mempunyai luas area paling sempit, yaitu
0.006 km2. Secara administratif, kecamatan yang berada pada lokasi kajian dijabarkan luasan
area pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Kecamatan di DAS Code Segmen Kota Yogyakarta

Kecamatan Luas (m2) Persentase (%)


Tegalrejo 0.240 2.871
Jetis 1.025 12.266
Gondokusuman 1.176 14.067
Gedongtengen 0.290 3.469
Umbulharjo 1.254 15.001
Danurejan 0.943 11.281
Gondomanan 0.743 8.894
Pakualaman 0.440 5.259
Mergangsan 2.062 24.670
Kraton 0.179 2.143
Mantrijeron 0.006 0.078
Jumlah 8.359 100

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE III - 1
LAPORAN AKHIR

Kota Yogyakarta mempunyai posisi yang strategis sebagai ibu kota provinsi, sehingga
perkembangan sosial ekonomi cenderung lebih signifikan daripada kabupaten yang lain. Batas-
batas Kota Yogyakarta sebagai berikut.
• Batas sebelah Utara : Kabupaten Sleman
• Batas sebelah Timur : Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul
• Batas sebelah Selatan : Kabupaten Bantul
• Batas sebelah Barat : Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul

3.2 Kondisi Topografi


Kondisi togografi merupakan elemen dasar dari suatu wilayah untuk mengetahui
karakteristik fisik suatu daerah. Karakter fisik akan mempengaruhi pola dan jenis pembangunan
yang akan diterapkan di wilayah tersebut. Kemiringan lereng dan ketinggian dari permukaan
laut merupakan indikator untuk mengetahui kondisi topografi daerah tersebut. Sebagian besar
(89,55%) lokasi kajian mempunyai topogtafi datar (0-2%), sedangkan 9,20% mempunyai
topografi landau (2-15%). Topografi curam dan sangat curam berada di bantaran sungai. Berikut
ini merupakan kondisi kemiringan lahan di DAS Code segmen Kota Yogyakarta disajikan pada
Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Kelas Kemiringan Lahan di Kota Yogyakarta (Ha)

Luas Kemiringan Lahan (Ha)


No Kecamatan
0-2% 2-15% 15-40% >40
1 Mantrijeron 244,43 12,18 4,38 0,00
2 Kraton 140,00 0,00 0,00 0,00
3 Mergangsan 105,05 25,94 0,00 0,00
4 Umbulharjo 764,54 45,04 1,66 0,73
5 Gondokusuman 328,58 67,76 2,66 0,00
6 Danurejan 75,86 27,64 5,94 0,56
7 Pakualaman 63,00 0,00 0,00 0,00
8 Gondomanan 105,92 6,08 0,00 0,00
9 Gedongtengen 84,44 8,32 2,82 0,42
10 Jetis 148,32 20,74 0,48 0,46
11 Tegalrejo 254,66 24,02 8,82 3,50
Jumlah 2314,80 237,72 26,76 5,67
Persentase (%) 89,55 9,20 1,04 0,22
Sumber: Kantor Pertanahan Kota Yogyakarta

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE III - 2
LAPORAN AKHIR

Ketinggian lokasi kajian berada pada ketinggian kurang dari 200mpal. Kondisi
ketinggiannya dapat dibagi menjadi dua kelas ketinggian, yaitu 1.252 Ha wilayah berada pada
ketinggian <100 mdpl dan 1.434 Ha berada pada ketinggian 100-199 m dpl. Ketinggian <100
mdpl berada di Kecamatan Mantrijeron, Kraton, Mergangsan, Umbulharjo, dan Gondomanan.
Sedangkan wilayah yang mempunyai ketinggian 100-199 mdpl berada di Kecamatan
Mergangsan, Umbulharjo, Gondokusuman, Danurejan, Pakualaman, Gondomanan,
Gedongtengen, dan Tegalrejo. Ketinggian pada lokasi kajian dijabarkan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Kelas Ketinggian di Kota Yogyakarta (Ha)

Luas Ketinggian (Ha)


No Kecamatan Jumlah
<100m 100-199m
1 Mantrijeron 261 0 261
2 Kraton 140 0 140
3 Mergangsan 202 29 231
4 Umbulharjo 607 206 813
5 Gondokusuman 0 399 399
6 Danurejan 0 110 110
7 Pakualaman 0 63 63
8 Gondomanan 42 70 112
9 Gedongtengen 0 96 96
10 Jetis 0 170 170
11 Tegalrejo 0 291 291
Jumlah 1.252 1.434 2.686
Sumber: BPN Kota Yogyakarta (Kota Yogyakarta dalam angka 2016)

3.3 Kondisi Klimatologis


Kondisi klimatologi di Kota Yogyakarta dilihat dari suhu udara, kelembaban udara,
tekanan udara, kecepatan angin, curah hujan dan hari hujan. Pada tahun 2015, suhu udara di
Kota Yogyakarta berada pada kisaran 20.00-33.30oC, sedangkan kelembaban udara mencapai
77-88%. Sementara kondisi tekanan udara mencapai 996,3,9-1.000,0 Mbs. Untuk kecepatan
angin berada pada kisaran 0,40-1,20 Knot. Curah hujan tertinggi pada tahun 2015 terjadi pada
bulan Januari yang mencapai 366 Mm dan terendah 0 Mm pada bulan Juli hingga September.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE III - 3
LAPORAN AKHIR

Begitu pula dengan kondisi hari hujan, tertinggi ada di bulan Januari yang mencapai 24 hari
hujan.
Tabel 3.4. Kondisi Klimatologi di Kota Yogyakarta Tahun 2015
Rata-rata Tekanan Kecepatan Curah
No Bulan Suhu Udara (oC) Kelembaban Udara Angin Hujan Hari Hujan
Udara (%) (Mbs) (Knot) (Mm)

1 Januari 23.00-31.00 85.00 996.90 1.20 366 24


2 Februari 23.10-31.80 85.00 996.70 - 332 19
3 Maret 23.20-32.00 86.00 997.40 - 313 21
4 April 23.40-31.90 87.00 996.30 - 303 21
5 Mei 22.70-31.90 84.00 998.10 0.50 172 8
6 Juni 21.10-31.20 82.00 998.30 0.40 14 3
7 Juli 20.10-31.00 80.00 998.90 0.80 0 -
8 Agustus 20.00-31.20 79.00 999.30 1.00 0 1
9 September 20.90-31.70 77.00 1000.00 - 0 -
10 Oktober 21.70-33.30 79.00 999.80 1.00 32 -
11 November 24.40-33.10 81.00 997.20 - 228 13
12 Desember 23.80-31.60 88.00 997.20 - 239 22
Sumber: Kota Yogyakarta dalam angka 2016

3.4 Kondisi Geologi


Kota Yogyakarta yang terletak di daerah lereng Gunung Merapi mempunyai jenis tanah
regosol atau vulkanis muda. Formasi Geologi yang terdapat di Kota Yogyakarta adalah batuan
sedimen old andesit. Sebagian besar tanahnya adalah regosol. Terdapat tiga sungai yang mengalir
dari Utara ke Selatan yaitu Sungai Gajah Wong yang mengalir di bagian Timur Kota Yogyakarta,
Sungai Code di bagian tengah dan Sungai Winongo di bagian Barat kota.

3.5 Penggunaan Lahan


Penggunaan lahan dominan di Kota Yogyakarta pada tahun 2007-2013 adalah lahan
perumahan. Namun jika dilihat dari grafiknya, luas lahan perumahan menunjukkan
kecenderungan menurun. Luas lahan perumahan dari 2104,36 Ha pada tahun 2007, menurun
menjadi 2100,72 Ha tahun 2013. Begitu pula dengan guna lahan pertanian juga mengalami
penurunan, dari 134,05 Ha di tahun 2007 menjadi 109,15 Ha di tahun 2013.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE III - 4
LAPORAN AKHIR

Tabel 3.5. Luas Penggunaan Lahan Berdasarkan Status Peruntukan Lahan Kota Yogyakarta
Tahun 2007 – 2013
Luas Penggunaan Lahan (Ha)
No Jenis Penggunaan Lahan
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

1. Perumahan 2104,36 2106,34 2105,11 2105,39 2104,31 2105,07 2100,72


2. Jasa 275,47 275,56 275,71 279,37 279,64 279,59 280,57
3. Perusahaan 275,62 277,57 284,49 286,14 289,58 294,19 300,73
4. Industri 52,23 52,23 52,23 52,23 52,23 52,23 52,23
5. Pertanian 134,05 130,03 124,17 118,59 115,96 111,81 109,15
6. Non Produktif 20,11 20,04 20,11 20,11 20,11 18,94 18,43
7. Lain-lain 388,16 388,16 388,12 388,16 388,16 388,16 388,16
Jumlah 3250 3250 3250 3250 3250 3250 3250
Sumber: BPN Kota Yogyakarta (Kota Yogyakarta dalam angka 2008-2014)

Sementara untuk penggunaan lahan yang mengalami peningkatan adalah sektor jasa
seperti kegiatan perdagangan. Peningkatan dari luas guna lahan 275,47 Ha pada tahun 2007,
menjadi 280,57 Ha pada tahun 2013. Peningkatan ini menggambarkan dinamika perekonomian
Kota Yogyakarta yang ditopang oleh sektor jasa. Berikut grafik perkembangan guna lahan di
Kota Yogyakarta tahun 2007 – 2014.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE III - 5
LAPORAN AKHIR

2107

Luas Penggunaan Lahan (Ha)


2106

2105

2104

2103

2102

2101

2100

2099

2098

2097
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Perumahan

Sumber: BPN Kota Yogyakarta (Kota Yogyakarta dalam angka 2008-2014)


Gambar 3.1. Grafik Luas Penggunaan Lahan Perumahan Kota Yogyakarta Tahun 2007 – 2013

450

400
350
Luas Penggunaan Lahan (Ha)

300
250
200

150
100
50

0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Jasa Perusahaan Industri Pertanian Non Produktif Lain-lain

Sumber: BPN Kota Yogyakarta (Kota Yogyakarta dalam angka 2008-2014)


Gambar 3.2. Grafik Luas Penggunaan Lahan Berdasarkan Status Peruntukan Lahan Kota
Yogyakarta Tahun 2007 – 2013

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE III - 6
LAPORAN AKHIR

3.6 Kondisi Sosial Ekonomi


Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu
pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Indikator tingkat pertumbuhan
penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah penduduk sehingga akan diketahui pula
kebutuhan dasar penduduk seperti kualitas pelayanan publik dan sebagainya.
Jumlah penduduk di Kota Yogyakarta pada tahun 2014 mencapai 413.936 jiwa yang
terdiri dari 210.468 laki-laki dan 217.123 perempuan. Tahun 2014 mengalami peningkatan
jumlah penduduk 0,02% dibandingkan tahun 2013 yang berjumlah 406.660 jiwa. Jika dilihat
dari perkembangan jumlah penduduk Kota Yogyakarta dari tahun 2007 sampai 2014, jumlah
penduduk tertinggi ada pada tahun 2010 yang mencapai 457.568 jiwa, sedangkan yang
terendah ada di tahun 2013. Berikut ini data perkembangan jumlah penduduk Kota Yogyakarta
tahun 2007-2014.

Tabel 3.6. Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Yogyakarta Tahun 2007 – 2014
No Tahun Laki-Laki Perempuan Jumlah Laju Pertumbuhan (%)
1. 2007 216.474 217.738 434.212
2. 2008 221.273 222.936 444.236 0,02
3. 2009 227.079 228.867 455.946 0,03
4. 2010 227.766 229.902 457.568 0,00
5. 2011 217.378 222.765 440.143 -0,04
6. 2012 210.468 217.123 427.591 -0,03
7. 2013 198.892 207.768 406.660 -0,05
8. 2014 202.296 211.640 413.936 0,02
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Yogyakarta, 2015

Kepadatan penduduk dihitung untuk mengetahui rata-rata jumlah penduduk dalam 1 km.
Kepadatan penduduk di Kota Yogyakarta pada tahun 2007-2014 cenderung mengalami
penurunan. Pada tahun 2007, kepadatan penduduk mencapai 13.360 jiwa/km2, kemudian
mengalami peningkatan hingga 14.079 jiwa/km2 pada tahun 2010. Namun kembali mengalami
penurunan hingga 12.513 jiwa/km2 pada tahun 2013 dan kembali meningkat pada tahun 2014
menjadi 12.736 jiwa/km2.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE III - 7
LAPORAN AKHIR

Tabel 3.7. Kepadatan Penduduk Kota Yogyakarta Tahun 2007-2014

Luas Wilayah Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk


No Tahun
(km2) (jiwa) (jiwa/km2)
1. 2007 32,5 434.212 13.360
2. 2008 32,5 444.236 13.669
3. 2009 32,5 455.946 14.029
4. 2010 32,5 457.568 14.079
5. 2011 32,5 440.143 13.543
6. 2012 32,5 427.591 13.157
7. 2013 32,5 406.660 12.513
8. 2014 32,5 413.936 12.736
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Yogyakarta, 2015

Distribusi penduduk di Kota Yogyakarta tersebar ke dalam 14 kecamatan. Pada tahun


2014, kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi yaitu Kecamatan Ngampilan dengan
kepadatan mencapai 22.977 jiwa/km2. Jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, kepadatan
penduduk di Kecamatan Ngampilan telah mengalami banyak penurunan, kepadatan penduduk
tahun 2007 mencapai 25.388 jiwa/km2. Sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk
terendah yaitu Kecamatan Umbulharjo dengan kepadatan penduduk hanya 8.329 jiwa/km 2. Jika
dilihat dari tahun-tahun sebelumnya, kepadatan ini sudah mengalami banyak peningkatan, pada
tahun 2007 kepadatan penduduk hanya mencapai 3.828 jiwa/km2. Berikut data kepadatan
penduduk per kecamatan di Kota Yogyakarta tahun 2007 – 2014.
Analisis Pertumbuhan PDRB merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan
untuk melihat perkembangan kesejahteraan masyarakat dari sudut pandang ekonomi. Melalui
dinamika dari berbagai kegiatan ekonomi yang ada, akan dapat diidentifikasi karakteristik
wilayah berikut potensi – potensi dan kelemahan yang memperlukan perhatian demi kemajuan
wilayah yang semakin baik di masa mendatang.
Nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) di Kota Yogyakarta pada tahun 2013
tercatat sebesar 6,50 triliun rupiah atau meningkat sebesar 347,22 milyar rupiah dari tahun
sebelumnya. Dari rentang tahun 2007-2013, rata-rata pertumbuhan PDRB Kota Yogyakarta
mencapai 5,27%/tahun. Sementara apabila dilihat secara detil per tahun, perkembangan PDRB
tahun 2013 yang sebesar 5,64% relatif menurun apabila dibandingkan dengan tahun

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE III - 8
LAPORAN AKHIR

sebelumnya yang mencapai 5,76%. Akan tetapi jika dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB
Daerah Istimewa Yogyakarta, perekonomian Kota Yogyakarta masih relatif tinggi dengan laju
pertumbuhan PDRB yang lebih besar.

Tabel 3.8. Nilai PDRB Menurut Lapangan Usaha Dasar Harga Konstan 2000
Kota Yogyakarta Tahun 2007 – 2013

NILAI PDRB (JUTA RUPIAH)


No Sektor/Sub sektor
2007 2008 2009 2010 2011* 2012** 2013***
1 Pertanian 19.209 18.141 17.358 17.455 17.755 17.940 18.189

a Tanaman Bahan Makanan 2.051 2.166 2.139 2.082 2.072 2.090 2.101

b Tanaman Perkebunan 202 209 207 211 215 218 221

c Peternakan dan hasil-hasilnya 16.623 15.456 14.687 14.824 15.128 15.285 15.520

d Kehutanan 0 0 0 0 0 0 0

e Perikanan 333 310 325 338 340 347 347

2 Pertambangan dan Penggalian 279 258 265 272 293 296 296

a Minyak dan gas bumi 0 0 0 0 0 0 0

b Pertambangan tanpa migas 0 0 0 0 0 0 0

c Penggalian 279 258 265 272 293 296 296

3 Industri Pengolahan 539.154 543.050 554.574 594.845 606.849 598.159 638.805

a Industri migas 0 0 0 0 0 0 0

b Industri tanpa migas 539.154 543.050 554.574 594.845 606.849 598.159 638.805

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 64.197 65.488 67.212 68.725 71.776 75.935 79.698

a Listrik, Gas dan Air Bersih 57.014 58.761 60.691 61.893 64.887 68.384 71.743

b Gas 0 0 0 0 0 0 0

c Air bersih 7.183 6.727 6.521 6.832 6.889 7.551 7.955

5 Bangunan 390.323 412.972 413.965 426.740 449.854 475.073 504.309

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.188.152 1.253.025 1.334.570 1.393.112 1.460.971 1.559.069 1.649.536

a Perdagangan Besar dan Eceran 357.251 368.169 385.983 394.601 404.601 427.014 446.258

b Hotel 144.342 172.001 183.619 194.860 214.874 246.464 269.881

c Restoran 686.559 712.855 764.968 803.651 841.496 885.591 933.397

7 Pengangkutan dan Komunikasi 910.568 984.782 1.048.667 1.098.384 1.185.006 1.268.866 1.366.604

a Pengangkutan 474.068 509.601 550.145 568.881 601.050 652.800 712.551

1. Angkutan rel 35.299 37.014 41.170 42.896 31.587 33.824 32.763

2. Angkutan jalan raya 255.767 262.285 272.733 275.652 281.869 285.368 297.003

3. Angkutan laut 0 0 0 0 0 0 0

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE III - 9
LAPORAN AKHIR

NILAI PDRB (JUTA RUPIAH)


No Sektor/Sub sektor
2007 2008 2009 2010 2011* 2012** 2013***
4. Angkutan sungai dan danau 0 0 0 0 0 0 0

5. Angkutan udara 159.105 185.357 209.985 222.473 257.457 301.414 348.968

6. Jasa penunjang angkutan 23.897 24.945 26.257 27.860 30.137 32.194 33.817

b Komunikasi 436.500 475.181 498.522 529.503 583.956 616.066 654.053

1. Pos dan telekomunikasi 413.494 449.872 472.091 501.248 552.703 584.094 619.496

2. Jasa penunjang komunikasi 23.006 25.309 26.431 28.255 31.253 31.972 34.557

Keuangan, Sewa dan Jasa


8 651.986 696.816 728.374 770.658 820.764 886.591 923.102
Perusahaan

a Bank 113.075 146.480 155.568 168.030 181.667 207.738 232.718

b Lembaga keuangan bukan bank 52.252 51.390 56.932 60.364 64.027 66.605 68.661

c Jasa penunjang keuangan 5.068 5.164 5.492 6.017 6.544 6.511 6.486

d Sewa bangunan 439.198 448.705 463.318 486.181 514.288 547.044 555.025

e Jasa perusahaan 42.375 45.077 47.064 50.066 54.238 58.693 60.212

9 Jasa-jasa 1.012.551 1.046.616 1.079.864 1.135.751 1.203.297 1.269.751 1.318.358

a Pemerintahan umum 633.910 657.982 675.252 709.318 749.899 794.460 829.269

1. Administrasi pemerintahan 402.233 416.565 427.498 451.814 477.395 508.891 534.737

2. Jasa pemerintahan lainnya 231.677 241.417 247.754 257.504 272.504 285.569 294.532

b Swasta 378.641 388.634 404.612 426.433 453.398 475.291 489.089

1. Sosial kemasyarakatan 192.560 196.662 197.694 202.130 208.683 217.251 222.234

2. Hiburan dan rekreasi 37.917 39.453 42.028 44.406 46.994 48.937 52.442

3. Perorangan & rumah tangga 148.164 152.519 164.890 179.897 197.721 209.103 214.413

PDRB Kota Yogyakarta 4.776.401 5.021.148 5.244.849 5.505.942 5.816.565 6.151.680 6.498.897

PDRB Provinsi DIY 18.291.512 19.212.481 20.064.257 21.044.042 22.131.774 23.309.218 24.567.476

Sumber:
1. PDRB Kota Yogyakarta Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2012, dan 2009-2013, (BPS Kota Yogyakarta, 2015)
2. Kota Yogyakarta Dalam Angka 2014, (BPS Kota Yogyakarta, 2015)
3. PDRB Provinsi DIY Menurut Lapangan Usaha 2008-2012, (BPS Provinsi DIY, 2015)
4. Provinsi DIY Dalam Angka 2009 dan 2014, (BPS Provinsi DIY, 2015)
Keterangan: (*) Angka Sementara (**) Angka Sangat Sementara (***) Angka Sangat-Sangat Sementara

Apabila dilihat dari perkembangan struktur perekonomiannya, diketahui bahwa dalam


rentang tahun 2007 – 2013 perekonomian Kota Yogyakarta didominasi oleh sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran serta sektor Pengangkutan dan Komunikasi. Apabila dikaitkan
dengan karakteristik wilayahnya yang merupakan wilayah pusat perkotaan yang sekaligus

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE III - 10
LAPORAN AKHIR

merupakan pusat pemerintahan dan perekonomian di Daerah Istimewa Yogyakarta, maka wajar
bahwa perekonomian Kota Yogyakarta didominasi oleh sektor – sektor tersier.
Selama tahun 2007 – 2013, sektor perdagangan, hotel dan restoran telah memberikan
kontribusi sebesar 461,38 milyar rupiah terhadap peningkatan PDRB atau setara dengan
26,79%. Sedangkan untuk kontribusi sektor pengangkutan dan komunikasi mencapai 456,036
milyar atau sebesar 26,48%. Sektor dengan kontribusi paling rendah adalah sektor primer yang
terdiri dari sektor pertanian dan pertambangan penggalian dengan nilai kontribusi terhadap
peningkatan PDRB yang negatif.

Tabel 3.9. Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Dasar Harga Konstan 2000
Kota Yogyakarta Tahun 2007 – 2013
Pertumbuhan Sektoral (%) 2007-2013 Kontribusi
terhadap
No Sektor/Sub sektor Persentase Pergeseran
2008 2009 2010 2011 2012 2013 Peningkatan
(%) (Juta Rp) PDRB (%)

1 Pertanian -5,56 -4,32 0,56 1,72 1,04 1,39 -0,91 -1.020 -0,06

a Tanaman Bahan Makanan 5,61 -1,25 -2,66 -0,48 0,87 0,53 0,40 50 0,00

b Tanaman Perkebunan 3,47 -0,96 1,93 1,90 1,40 1,38 1,51 19 0,00

c Peternakan dan hasil-hasilnya -7,02 -4,98 0,93 2,05 1,04 1,54 -1,14 -1.103 -0,06

d Kehutanan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0,00

e Perikanan -6,91 4,84 4,00 0,59 2,06 0,00 0,69 14 0,00

2 Pertambangan dan Penggalian -7,53 2,71 2,64 7,72 1,02 0,00 0,99 17 0,00

a Minyak dan gas bumi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0,00

b Pertambangan tanpa migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0,00

c Penggalian -7,53 2,71 2,64 7,72 1,02 0,00 0,99 17 0,00

3 Industri Pengolahan 0,72 2,12 7,26 2,02 -1,43 6,80 2,87 99.651 5,79

a Industri migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0,00

b Industri tanpa migas 0,72 2,12 7,26 2,02 -1,43 6,80 2,87 99.651 5,79

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 2,01 2,63 2,25 4,44 5,79 4,96 3,67 15.501 0,90

a Listrik, Gas dan Air Bersih 3,06 3,28 1,98 4,84 5,39 4,91 3,90 14.729 0,86

b Gas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0,00

c Air bersih -6,35 -3,06 4,77 0,83 9,61 5,35 1,72 772 0,04

5 Bangunan 5,80 0,24 3,09 5,42 5,61 6,15 4,36 113.986 6,62

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,46 6,51 4,39 4,87 6,71 5,80 5,62 461.384 26,79

a Perdagangan Besar dan Eceran 3,06 4,84 2,23 2,53 5,54 4,51 3,78 89.007 5,17

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE III - 11
LAPORAN AKHIR

Pertumbuhan Sektoral (%) 2007-2013 Kontribusi


terhadap
No Sektor/Sub sektor Persentase Pergeseran
2008 2009 2010 2011 2012 2013 Peningkatan
(%) (Juta Rp) PDRB (%)

b Hotel 19,16 6,75 6,12 10,27 14,70 9,50 10,99 125.539 7,29

c Restoran 3,83 7,31 5,06 4,71 5,24 5,40 5,25 246.838 14,33

7 Pengangkutan dan Komunikasi 8,15 6,49 4,74 7,89 7,08 7,70 7,00 456.036 26,48

a Pengangkutan 7,50 7,96 3,41 5,65 8,61 9,15 7,03 238.483 13,85

1. Angkutan rel 4,86 11,23 4,19 -26,36 7,08 -3,14 -1,23 -2.536 -0,15

2. Angkutan jalan raya 2,55 3,98 1,07 2,26 1,24 4,08 2,52 41.236 2,39

3. Angkutan laut 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0,00

4. Angkutan sungai dan danau 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0,00

5. Angkutan udara 16,50 13,29 5,95 15,73 17,07 15,78 13,99 189.863 11,02

6. Jasa penunjang angkutan 4,39 5,26 6,11 8,17 6,83 5,04 5,96 9.920 0,58

b Komunikasi 8,86 4,91 6,21 10,28 5,50 6,17 6,97 217.553 12,63

1. Pos dan telekomunikasi 8,80 4,94 6,18 10,27 5,68 6,06 6,97 206.002 11,96

2. Jasa penunjang komunikasi 10,01 4,43 6,90 10,61 2,30 8,09 7,02 11.551 0,67

8 Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan 6,88 4,53 5,81 6,50 8,02 4,12 5,97 271.134 15,74

a Bank 29,54 6,20 8,01 8,12 14,35 12,02 12,78 119.643 6,95

b Lembaga keuangan bukan bank -1,65 10,78 6,03 6,07 4,03 3,09 4,66 16.409 0,95

c Jasa penunjang keuangan 1,89 6,35 9,56 8,76 -0,50 -0,38 4,20 1.418 0,08

d Sewa bangunan 2,16 3,26 4,93 5,78 6,37 1,46 3,98 115.827 6,72

e Jasa perusahaan 6,38 4,41 6,38 8,33 8,21 2,59 6,03 17.837 1,04

9 Jasa-jasa 3,36 3,18 5,18 5,95 5,52 3,83 4,50 305.807 17,75

a Pemerintahan umum 3,80 2,62 5,04 5,72 5,94 4,38 4,58 195.359 11,34

1. Administrasi pemerintahan 3,56 2,62 5,69 5,66 6,60 5,08 4,86 132.504 7,69

2. Jasa pemerintahan lainnya 4,20 2,62 3,94 5,83 4,79 3,14 4,08 62.855 3,65

b Swasta 2,64 4,11 5,39 6,32 4,83 2,90 4,36 110.448 6,41

1. Sosial kemasyarakatan 2,13 0,52 2,24 3,24 4,11 2,29 2,42 29.674 1,72

2. Hiburan dan rekreasi 4,05 6,53 5,66 5,83 4,13 7,16 5,55 14.525 0,84

3. Perorangan dan rumah tangga 2,94 8,11 9,10 9,91 5,76 2,54 6,35 66.249 3,85

PDRB Kota Yogyakarta 5,12 4,46 4,98 5,64 5,76 5,64 5,27 1.722.496 100

PDRB Provinsi DIY 5,03 4,43 4,88 5,17 5,32 5,40 5,04 6.275.964 100

Sumber:
1. PDRB Kota Yogyakarta Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2012, dan 2009-2013, (BPS Kota Yogyakarta, 2015)
2. Kota Yogyakarta Dalam Angka 2014, (BPS Kota Yogyakarta, 2015)
3. PDRB Provinsi DIY Menurut Lapangan Usaha 2008-2012, (BPS Provinsi DIY, 2015)
4. Provinsi DIY Dalam Angka 2014, (BPS Provinsi DIY, 2015)
Keterangan: (*) Angka Sementara (**) Angka Sangat Sementara (***) Angka Sangat-Sangat Sementara

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE III - 12
LAPORAN AKHIR

Sementara itu dilihat dari pertumbuhan sektoralnya, diketahui bahwa terdapat tiga sektor
dengan nilai laju pertumbuhan yang relatif besar bila dibandingkan dengan sektor – sektor
lainnya. Sektor tersebut yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran (5,62%), sektor
pengangkutan dan komunikasi (7,00%) dan sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan
(5,97%).

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE III - 13
BAB 4.

Hasil dan Pembahasan


LAPORAN AKHIR

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sumber Pencemar DAS Code Segmen Kota Yogyakarta


Inventarisasi dan identifikasi sumber pencemar menggunakan pendekatan sektoral untuk
menentukan besaran nilai beban pencemaran. Kegiatan sektoral yang berpotensi menimbulkan
pencemaran pada kegiatan ini berupa kegiatan rumah tangga, peternakan, pertanian, sampah,
rumah sakit, hotel, rumah makan, dan industri. Asumsi sektoral untuk kegiatan rumah tangga
tidak mempunyai IPAL dan mempunyai pendekatan faktor emisi. Data yang digunakan berasal
dari survey instansi, berupa data sekunder seperti data Kabupaten dalam Angka dari Badan Pusat
Statistik (BPS) tahun Tahun 2017. Data kualitas air (sungai dan limbah) diperoleh dari Dinas
Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta Tahun 2018 dan data debit sungai dari data primer.
Sumber pencemar menggunakan pendekatan spasial dengan perangkat lunak Sistem Informasi
Geografis, sehingga dapat diperoleh besaran beban pencemaran setiap segmennya. Indikator
beban pencemaran yang digunakan adalah BOD (Biochemical Oxygen Demand).
BOD menunjukan banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikoorganisme dalam
lingkungan air untuk mendegradasi bahan organik yang ada dalam air menjadi karbondioksida
dan air, sehingga semakin tinggi BOD, oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan bahan
organik akan semakin besar. Semakin tinggi nilai BOD, maka kondisi perairan akan semakin
tercemar. Hal ini juga dipengaruhi oleh masing-masing sektor pencemar yang mempengaruhi
nilai beban pencemaran.
Kegiatan penelaahan, penentuan, dan penetaan besaran masing-masing sumber
pencemar berasal dari data sekunder (instansi terkait) dan analisa spasial tutupan lahan dengan
menggunakan perangkat lunak SIG (Sistem Informasi Geografis), sehingga dapat diperoleh
besaran beban pencemaran setiap segmenya. Gambar 4.1. menunjukan peta penggunaan lahan
di DAS Code segmen Kota Yogyakarta. Data tersebut berasal dari citra quickbird tahun 2017.
Data penggunaan lahan dikombinasikan dengan data sekunder BPS tahun 2017 untuk

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 1
LAPORAN AKHIR

menentukan nilai beban pencemaran NPS. Gambar 4.2. menunjukan peta segmentasi DAS Code
segmen Kota Yogyakarta yang digunakan sebagai unit analisis nilai beban pencemaran Sungai
Code. Segmentasi Sungai Code dan batas administrasi Sungai Code segmen Kota Yogyakarta
dijelaskan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Pembagian Segmentasi dan Administrasi DAS Code Segmen Kota Yogyakarta

Segmen Kecamatan Luas (km2) Persentase per Segmen


Segmen 1 Tegalrejo 0,240 16,731
Jetis 0,612 42,644
Gondokusuman 0,583 40,625
Segmen 2 Jetis 0,413 35,771
Gondokusuman 0,593 51,313
Gedongtengen 0,081 7,018
Danurejan 0,068 5,898
Segmen 3 Jetis 0,000 0,008
Gedongtengen 0,209 11,664
Danurejan 0,875 48,843
Gondomanan 0,346 19,320
Pakualaman 0,361 20,160
Mergangsan 0,000 0,005
Segmen 4 Gondomanan 0,282 44,100
Pakualaman 0,079 12,275
Mergangsan 0,217 33,980
Kraton 0,062 9,645
Segmen 5 Umbulharjo 0,106 7,906
Gondomanan 0,115 8,595
Mergangsan 1,002 74,771
Kraton 0,117 8,729
Segmen 6 Umbulharjo 1,148 57,465
Mergangsan 0,843 42,188
Kraton 0,000 0,023
Mantrijeron 0,006 0,324

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 2
LAPORAN AKHIR

Gambar 4.1. Peta Penggunaan Lahan DAS Code Segmen Kota Yogyakarta

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 3
LAPORAN AKHIR

Gambar 4.2. Peta Segmentasi DAS Code Segmen Kota Yogyakarta

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 4
LAPORAN AKHIR

4.1.1. Sumber Pencemar Titik (Point Source)

Sumber pencemar titik merupakan sumber pencemar yang lokasi secara spesifik dapat
diketahui. Sumber pencemar titik dalam kajian ini antara lain berupa industri dan pariwisata,
perdagangan, apotik, klinik, dan laboratorium, rumah sakit, hotel, dan rumah makan. Kendala
dari identifikasi nilai beban pencemaran titik adalah ketersediaan data terkait besaran limbah
yang dikeluarkan, sehingga nilai beban pencemar untuk sumber pencemar titik berupa nilai
estimasi berdasarkan nilai baku mutu limbah Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta
Nomor 7 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah. Sumber pencemar titik yang mendominasi
di DAS Code segmen Kota Yogyakarta adalah hotel dan perumahan. Beban pencemar yang
berasal dari hotel dan perumahan sebesar 57%, apotek, klinik, dan laboratorium sebesar 22%,
rumah sakit sebesar 9%, rumah makan sebesar 6%, dan industry sebesar 6% (Gambar 4.3).
Sebaran sumber pencemar titik secara spasial pada Gambar 4.4.

Gambar 4.3. Beban Pencemaran Titik DAS Code Segmen Kota Yogyakarta

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 5
LAPORAN AKHIR

Gambar 4.4. Peta Sebaran Sumber Pencemar Titik di DAS Code Segmen Kota Yogyakarta

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 6
LAPORAN AKHIR

A. Sumber Pencemar Hotel dan Perumahan


Jumlah hotel dan perumahan yang berada pada DAS Code segmen Kota Yogyakarta
sejumlah 150. Sumber pencemar tersebut tersebar merata di DAS Code segmen Kota Yogyakarta.
Hotel maupun perumahan paling banyak terdapat pada bagian tengah dari Kota Yogyakarta,
yaitu pada segmen 3. Secara administratif, berada pada Kecamatan Gedongtengen,
Gondomanan, dan Pakualaman. Nilai beban pencemaran jenis sumber pencemar hotel dan
perumahan diestimasi berdasarkan Perda DIY No 7 Tahun 2016, tentang baku mutu air limbah.
Keberadaan hotel dan perumahan sebagai sumber pencemar titik yang mendominasi di DAS
Code. Kota Yogyakarta mempunyai sektor ekonomi unggulan berupa jasa, sehingga
pertumbuhan hotel semakin signifikan. Lokasi sumber pencemar tersebut berdasarkan segmentasi
sungai dijabarkan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Sumber Pencemar Hotel dan Perumahan

No Segmen Nama Alamat BP (kg/hari)


1 Segmen 1 Hotel Mercure Phonix Jl Sudirman 9-11 0,07
2 Segmen 1 The Phoenix Hotel Jl Sudirman 9-11 0,07
3 Segmen 1 Swiss Belhotel (AMDAL) Jl.Jend. Sudirman 69 0,07
4 Segmen 1 Griya Jogja Hotel and Resto Jl Pakuningratan 3 0,07
5 Segmen 1 Hotel Indraloka Jl; Cik Di Tiro No. 10 0,07
6 Segmen 1 Hotel Gedung Agung Jl.Dewi Sartika 0,07
7 Segmen 1 Hotel Citradrem Jl AM Sangaji 28 0,07
8 Segmen 1 Hotel Citradrem Jl AM Sangaji 28 0,07
9 Segmen 1 Hotel Sagan Jl. Kartini 4 Terban 0,07
Jl.Kartini No.4
10 Segmen 1 Hotel Sagan Yogyakarta 0,07
11 Segmen 1 Hotel Harris Junior/ POP TUGU Jl. AM. Sangaji 18 0,07
12 Segmen 1 Hotel Hadiningrat Terace Jl.Prof Dr. Sarjito 0,07
13 Segmen 1 Hotel Mustokoweni Jl AM Sangaji 72 0,07
14 Segmen 1 Hotel Tentrem (AMDAL) Jl. AM. Sangaji 72 0,07
15 Segmen 2 Hotel Bliss Malioboro (AMDAL) Jl Abu Bakar Ali No 1 0,07
Sitisewu GT I/38
16 Segmen 2 Hotel Bhineka Sosromenduran 0,07
17 Segmen 2 Hotel Bhineka Siti Sewu GT.1/38 0,07
18 Segmen 2 Hotel Bhineka Siti Sewu GT.1/38 0,07
THE DJOGDJA HERITAGE Jl.Hos Sudarso
19 Segmen 2 HOTEL No.29.KOTABARU 0,07
20 Segmen 2 Grand Zuri Hotels Jl Mangkubumi 18 0,07

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 7
LAPORAN AKHIR

No Segmen Nama Alamat BP (kg/hari)


Jl Gowongan Kidul
21 Segmen 2 Hotel sakanti 34 0,07
Jl. Gowongan Kidul
22 Segmen 2 Hotel Gowongan Inn 50 0,07
Jl. Gowongan Kidul
23 Segmen 2 Hotel Riss 41 0,07
Jl. Gowongan Kidul
24 Segmen 2 Hotel Riss pengembangan 41 0,07
Jl Gowongan Kidul
25 Segmen 2 Home Hotel 57 0,07
Jl. Gowongan Kidul
26 Segmen 2 Hotel Estu 57 0,07
Jl I Dewa Nyoman
27 Segmen 2 Hotel Batik Oka No 30 0,07
Jl I Dewa Nyoman
28 Segmen 2 Hotel Fave Kotabaru Oka No 30 0,07
29 Segmen 2 Hotel Arjuna Jl. Mangkubumi 44 0,07
30 Segmen 2 Wisma Quest/ HARPER (AMDAL) Jl P Mangkubumi 52 0,07
31 Segmen 2 Hotel the 101 Jl Mangkubumi 103 0,07
Jl.P.Diponegoro
32 Segmen 2 Hotel Senyum No.27 Yogyakarta 0,07
Jl. Masjid 7
33 Segmen 3 Hotel Puri Tumenggung Pakualaman 0,07
34 Segmen 3 Hotel Puri Tumenggung JL.Masjid No.7.pk 0,07
35 Segmen 3 Hotel Rajawali Jl.Jagalan No.6 0,07
36 Segmen 3 Hotel Dirgahayu Jl KHA Dahlan 123 0,07
37 Segmen 3 Hotel Dirgahayu Jl.KHA Dahlan 123 0,07
38 Segmen 3 Hotel Putra Sabar Jl. Jagalan 23 0,07
Jl Gajah Mada No
39 Segmen 3 Hotel Zest 28 0,07
Jl Gajah Mada No
40 Segmen 3 Hotel The Nooraya Grand 30 0,07
41 Segmen 3 Hotel sewutomo JL Jagalan NO 28 0,07
42 Segmen 3 Hotel The Malioboro Heritage Jl. Ketandan No 5 0,07
ARCS Hotel Gajah Mada/Jambu
43 Segmen 3 Luwuk Jl. Gajah Mada 67 0,07
Jl.Ketadan Kulon
44 Segmen 3 Hotel Griya Malioboro No.9 0,07
Jl Ketandan Wetan
45 Segmen 3 Hotel Pusaka GM 1/43 0,07
Jl.Bausasran No.54
46 Segmen 3 Hotel Bausasran PURWOKINANTI 0,07
47 Segmen 3 Hotel Maxone Malioboro Jl Bausasran 12 0,07
48 Segmen 3 Rusunawa Juminahan Kel. Tegal Panggung 0,07
DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA
KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 8
LAPORAN AKHIR

No Segmen Nama Alamat BP (kg/hari)


Jl.Pajeksan No.10
49 Segmen 3 Amaris Malioboro Sosromenduran 0,07
50 Segmen 3 Hotel Amaris Malioboro Jl.Pajeksan No.10 0,07
51 Segmen 3 Hotel Randu Palace Jl.Mataram No.9 0,07
52 Segmen 3 Hotel Mutiara Utara Jl Malioboro 18 0,07
53 Segmen 3 Hotel Mutiara Selatan Jl Malioboro 18 0,07
54 Segmen 3 Hotel Akur Jl. Mataram 8 0,07
55 Segmen 3 Ameera Hotel Jl. Dagen 13-15 0,07
Jl Sosrokusuman DN
56 Segmen 3 Malioboro garden I / 163 0,07
57 Segmen 3 Hotel Puri Jl Sosrokusuman 0,07
58 Segmen 3 Hotel Malioboro Jl Malioboro 42 0,07
Jl Sosrokusuman DN
59 Segmen 3 Hotel Intan I/ 109 Yk 0,07
60 Segmen 3 Hotel Peti Mas Jl.Dagen No.27 0,07
61 Segmen 3 Hotel Lilik Jl. Dagen 16 0,07
62 Segmen 3 Hotel Amarta Jl. Dagen 12 0,07
63 Segmen 3 Hotel Cahaya Kasih Jl Dagen 74 0,07
64 Segmen 3 Hotel Whiz Jl. Dagen 8 0,07
65 Segmen 3 Wisma Persada Jl Dagen 6 0,07
66 Segmen 3 Hotel Persada Jl.Dagen No.06 0,07
67 Segmen 3 Hotel Persada Jl.Dagen No.06 0,07
68 Segmen 3 Hotel Family Jl. Dagen 14 0,07
Jl.Dagen.Kompleks
69 Segmen 3 Hotel Batik Palace T.Yuwono 0,07
Jl.Sosromenduran
70 Segmen 3 Hotel Summer Quest GT 1/269 0,07
71 Segmen 3 Hotel Suryaputri Jl. Tukangan 29 0,07
72 Segmen 3 Hotel Grage Ramayana Jl. Sosrowijayan 33 0,07
73 Segmen 3 Hotel Grage Ramayana Jl. Sosrowijayan 0,07
Jl Sosrowijayan 23-
74 Segmen 3 Hotel Malioboro Inn 25 0,07
75 Segmen 3 Malioboro Palace Hotel Jl. Jogonegaran 0,07
76 Segmen 3 Hotel Malioboro Palace Jl. Sosrowijayan 3-5 0,07
77 Segmen 3 Hotel Pyrenees Jl. Sosrowijayan 1 0,07
78 Segmen 3 Hotel Monica Jl Sosrowijayan 9 0,07
79 Segmen 3 Hotel Indonesia Jl. Sosrowijayan 9 0,07
Jl Hayam Wuruk No
80 Segmen 3 Hotel SKY Jogja 51 0,07
81 Segmen 3 Hotel Amalia ( Monica) Jl Sosrowijayan 0,07

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 9
LAPORAN AKHIR

No Segmen Nama Alamat BP (kg/hari)


Sosrowijayan GT I
82 Segmen 3 Hotel Gloria Amanda 197 0,07
Jl.Pasar Kembang
83 Segmen 3 Hotel Fave Malioboro No.21 0,07
Jl Pasar Kembang
84 Segmen 3 Abadi Hotel Jogja No.49 0,07
Jl Pasar Kembang No
85 Segmen 3 Abadi Hotel Jogja 49 0,07
86 Segmen 3 Hotel Mendut Jl. Pasar kembang 0,07
Jl Pasar Kembang
87 Segmen 3 Hotel Trim 2 NO. 9 0,07
Jl.Pasar Kembang
88 Segmen 3 Hotel Trim Dua/ WHIZ No.9 0,07
89 Segmen 3 Hotel Trim 1 Jl Pasarkembang 2 0,07
Jl.Pasar Kembang
90 Segmen 3 Hotel Unisi No.41 0,07
Jl. Pasar Kembang
91 Segmen 3 Hotel Istana Batik No. 29 0,07
Jl Pasar Kembang
92 Segmen 3 Hotel Malioboro Suite No. 29 0,07
Jl.Pasar Kembang
93 Segmen 3 Hotel Availa/Pariwisata No.53 Yogyakarta 0,07
94 Segmen 4 Hotel Musafira Revisi Jl Surokarsan 15 0,07
95 Segmen 4 Hotel Musafira Jl Surokarsan 15 0,07
96 Segmen 4 Hotel Respati Kasih Jl. Sukokarsan No. 17 0,07
Jl.Lobaningratan
97 Segmen 4 Hotel Tenaya Prawirodirjani 0,07
Jl. Bintaran Kidul
98 Segmen 4 Hotel Bintaran No.10 0,07
Jl. Bintaran Kidul
99 Segmen 4 Hotel Atria Bintaran No.10 0,07
Jl. Bintaran Kidul
100 Segmen 4 Hotel Atria Bintaran No.10 0,07
101 Segmen 4 Hotel Wilis Jl Sultan Agung 12 0,07
Jl.Panembahan
Senopati 8
102 Segmen 4 Hotel Senopati A,Prawirodirjan 0,07
103 Segmen 4 Hotel Asoka Jl senopati 27 0,07
Hotel Asoka PT LINTAS INSANA
104 Segmen 4 WISESA Jl senopati 27 0,07
105 Segmen 5 Hotel Agung Kencana Jl. M. Supeno 55 0,07
Jl. Kol Sugiono No.
106 Segmen 5 Hotel Candra Dewi 23 0,07

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 10
LAPORAN AKHIR

No Segmen Nama Alamat BP (kg/hari)


Gg. Permadi MG
107 Segmen 5 Hotel Cailendra Extension II/1555 Nyutran 0,07
Gg. Permadi MG
108 Segmen 5 Hotel Cailendra Extension II/1555 Nyutran 0,07
109 Segmen 5 Hotel Wisanti Jl Taman siswa 79 0,07
110 Segmen 5 Hotel Wisanti Revisi DPL Jl Taman siswa 79 0,07
111 Segmen 5 Hotel Wisanti Expreess Jl Taman siswa 79 0,07
112 Segmen 5 Hotel Wisanti Expreess Jl.Tamsis No.79 0,07
113 Segmen 5 Cempaka Hotel Jl Tamansiswa 75 0,07
114 Segmen 5 Hotel Tasneem Jl Brigjed Katamso 0,07
115 Segmen 6 Perum Asrama Mutiara Jl Wirosaban 0,07
116 Segmen 6 Puri Wirosaban Jl P Wirosobo 0,07
Jl.KI Ageng
Pemarahan
117 Segmen 6 Perum Green Kaira Ruko Kel.Sorosutan 0,07
118 Segmen 6 Hotel Cantya Jl.Sisingamangaraja 0,07
Jl Sisingamangaraja
119 Segmen 6 Hotel Olimpic 21 B 0,07
Jl.Prawirataman 3
No.660
120 Segmen 6 Hotel SKY/Indic Heritage Brontukusuman 0,07
Jl.Gerilya/Prawirota
121 Segmen 6 Hotel Prawirotaman Gallery man II 0,07
jl.Prawirotaman II
122 Segmen 6 Hotel Greenhost Prawirotaman No.629 0,07
Jl Prawirotaman MG
123 Segmen 6 Hotel Prayogo Baru 3/611 0,07
Jl Gerilya 613,
124 Segmen 6 Hotel Greenhost Prawirotaman PRAWIROTAMAN 0,07
Jl Prawirotaman 38
125 Segmen 6 Hotel Pandanaran A 0,07
Jl. Sidokabul, No. 50
126 Segmen 6 Perum Graha Sidokabul Sorosutan 0,07
Jl. Prawirotaman II
127 Segmen 6 Hotel Java Villas MG 111/460 0,07
128 Segmen 6 Hotel Rose Jl. Prawirotaman 28 0,07
129 Segmen 6 Hotel Tilamas Jl. Prawirotaman 36 0,07
Jl.Prawirotaman
130 Segmen 6 Grand Rosela Hotel No.28 0,07
Jl. Prawirotaman
131 Segmen 6 Hotel Duta No.26 0,07
JL PAKEL BARU UH
VI/ 1113, RT.27.
132 Segmen 6 KOS PAKEL BARU RW.08 0,07

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 11
LAPORAN AKHIR

No Segmen Nama Alamat BP (kg/hari)


133 Segmen 6 Hotel Eclipse Jl. Prawirotaman 33 0,07
134 Segmen 6 Hotel Perwita Sari Jl. Prawirotaman 31 0,07
135 Segmen 6 Hotel Airlangga Jl. Prawirotaman 6-8 0,07
136 Segmen 6 Hotel Cinka Garini Jl Nitikan Baru 30 0,07
137 Segmen 6 Hotel Cinka Garini Jl Nitikan Baru 30 0,07
Jl. Sisingamangaraja
138 Segmen 6 Hotel Indah Palace 74 0,07
139 Segmen 6 Kirana Lowanu Resi Densi Jl.Lowanu RT 06/16 0,07
140 Segmen 6 Perum Lowanu Avenue Jl.Lowanu RT 18 0,07
Jl Lowanu Rt 60,
141 Segmen 6 Kirana Lowanu dan RUKO RW 16 0,07
JL PAKEL BARU NO
142 Segmen 6 HOTEL WISMA MELATI 34 A 0,07
143 Segmen 6 Hotel Grand COKRO Jl.Menteri Supeno 0,07
144 Segmen 6 Hotel Cokro Styles Jl. Mentri Supeno 0,07
145 Segmen 6 Hotel Cokro Styles Jl. Mentri Supeno 0,07
Jl. Menteri Supeno
146 Segmen 6 Heryon Hotel No. 0,07
147 Segmen 6 Hotel Raditia Graha Jl Sorosutan 2 0,07
Jl. Menteri Supeno
148 Segmen 6 Hotel Graha Somaya No.28 0,07
149 Segmen 6 Hotel Kartini Jl Parangtritis 16 0,07
150 Segmen 6 Hotel The Cube Jl parangtritis 16 0,07

B. Sumber Pencemar Apotek, Klinik, dan Laboratorium


Pencemaran tidak hanya berasal dari limbah domestik maupun industri, tetapi pelayanan
kesehatan juga mempunyai kontribusi terhadap pencemaran. Khususnya fasilitas kesehatan yang
membuang limbah tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. Apotek, klinik, dan laboratorium
merupakan bagian dari fasilitas pelayanan kesehatan yang berpotensi mencemari badan air.
Terdapat 37 jenis sumber pencemar tersebut yang tersebar pada segmen 1 hingga segmen 5 DAS
Code segmen Kota Yogyakarta. Jenis sumber pencemar tersebut cenderung berada pada bagian
utar, yaitu segmen 1 dan segmen 2, khususnya pada Kecamatan Gondokusuman. Apotek, klinik,
dan laboratorium yang terdapat pada DAS Code berdasarkan segmentasi sungai dijabarkan pada
Tabel 4.3.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 12
LAPORAN AKHIR

Tabel 4.3. Sumber Pencemar Apotek, Klinik, dan Laboratorium

No Segmen Nama Alamat BP (kg/hari)


1 Segmen 1 Klinik NMW Jl.Pakuningratan 6 0,105
2 Segmen 1 Klinik Estetika Jl. Cikditiro 15 0,105
3 Segmen 1 Klinik Estetika Jl. Cikditiro 15 0,105
4 Segmen 1 Lab. Pramita Jl. Cik Di Tiro 0,105
5 Segmen 1 Apotek UGM&dokter Jl. Prof Dr Sardjito 0,105
JL C. SIMANJUNTAK
6 Segmen 1 LARISSA SKIN CARE NO 78 0,105
LARISSA AESTHETIC JL C. SIMANJUNTAK
7 Segmen 1 CENTER NO 78 0,105
8 Segmen 2 Klinik "Jogja Kidney Center" Jl. Abu Bakar No.10 0,105
9 Segmen 2 HI Lab DiagnosticCenter Jl. Yos Sudarso 27 0,105
10 Segmen 2 Hilab dignostic center Jl Yos Sudarso 27 0,105
11 Segmen 2 Klinik Mata Sehati Jl.Yos Sudarso 27 KB 0,105
12 Segmen 2 Klinik CITO Jl. Atmo Sukarto 4 0,105
Jl. I. P Nyoman Oka No.
13 Segmen 2 IMPRESSIONS 5 0,105
14 Segmen 2 Impression Body care Jl I Dewa Nyoman O 5 0,105
15 Segmen 2 Rifa Women's Clinic Jl Gowongan Kidul 52 0,105
16 Segmen 2 Klinik Onkologi Kotabaru Jl. Pattimura 6 0,105
17 Segmen 2 Klinik Kecantikan Miracle Jl Suroto 3 0,105
18 Segmen 2 ERHA Klinik Jl. Supandi No.18 0,105
19 Segmen 2 Lab. Klinik PRODIA Jl. Mangkubumi 50 0,105
20 Segmen 2 London Beauty Centre Jl. Suroto 12 0,105
21 Segmen 2 London Beauty Centre Jl. Suroto 12 0,105
22 Segmen 2 Natasha Skin Care Jl. Sabirin 5 0,105
23 Segmen 2 Klinik Teta Beauty Jl. P. Mangkubumi 111 0,105
24 Segmen 2 Medical Center 'KUCALA' Jl. Suroto 18 0,105
25 Segmen 3 Griya Shiatsu Jl P Senopati 19 0,105
26 Segmen 3 Balai pengobatan Intan Jl. Masjid 3, pakualaman 0,105
Rehap Total Puskesmas
27 Segmen 3 Danurejan 1 Jl Ronodigdayan 0,105
28 Segmen 3 Realino Klinik Jl. Mataram 66 0,105
Klinik kecantikan dan
29 Segmen 4 Estetika Matahari Jl. Brig Katamso 246 0,105
30 Segmen 4 Puskesmas Gondomanan I Gondomanan 0,105
31 Segmen 4 Puskesmas Gondomanan II Ledok Gondomanan 0,105
32 Segmen 4 Puskesman Gondomanan Prawirodirjan 0,105
33 Segmen 4 Lab Prodia Jl Bintaran Kulon 0,105
34 Segmen 5 Natasha Skin Care Jl Brigjen Katamso 300 0,105

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 13
LAPORAN AKHIR

No Segmen Nama Alamat BP (kg/hari)


35 Segmen 5 BRIMEDIKA 0,105
Jl Brojopermana Rw 22,
36 Segmen 5 Puskesmas Mergangsan Wirogunan 0,105
37 Segmen 5 Puskesmas Pakualaman Jl Jayangprawiran No 13 0,105

C. Sumber Pencemar Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan salah satu jenis pelayanan kesehatan yang pengelolaan
limbahnya cenderung kompleks, karena limbah yang dihasilkan dapat berupa limbah cair, padat,
dan gas. Selain itu, jenis limbahnya dapat dibedakan menjadi limbah medis dan non-medis.
Limbah non-medis berupa limbah aktivitas domestik (sisa makanan) maupun aktivitas kantor.
Karakteristik limbahnya dipengaruhi oleh tingkat pengolahan, sarana yang terdapat di rumah
sakit, dan tingkat aktivitas yang berada di rumah sakit. Jenis limbah sumber pencemar tersebut
mengandung bahan organik maupun anorganik, sehingga sangat mempengaruhi nilai beban
pencemaran parameter kualitas air BOD. Terdapat 10 rumah sakit di DAS Code Segmen Kota
Yogyakarta disajikan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Sumber Pencemar Rumah Sakit

No Segmen Nama Alamat BP (kg/hari)


1 Segmen 1 RS Ibu&anak Amanah Jl. P Diponegoro 6-8 0,180
2 Segmen 1 RSKIA Amanah Jl. Diponegoro 0,180
3 Segmen 1 RS Dr Yap Jl Cik Di Tiro 5 0,180
4 Segmen 1 RSU Panti Rapih Jl Cik Di Tiro 30 0,180
5 Segmen 2 RS. DR. SORTARTO YK Jl. Juwadi No.19, Kotabaru 0,180
6 Segmen 3 RS.Bersalin Dr.Muzayyanah Jl.Purwanggan No.45 0,180
7 Segmen 3 RSU.Bethesda Lempuyangwangi Jl.Hayam Wuruk 6 0,180
8 Segmen 3 RSU.Bethesda Lempuyangwangi Jl.Hayam Wuruk 6 0,180
9 Segmen 5 RS.Pratama Kota JL. KOL SUGIONO NO 98 0,180
10 Segmen 6 RS Bersalin Gratis RZI Jl. Parangtritis 7 0,180

D. Sumber Pencemar Rumah Makan


Sumber pencemar rumah makan mempunyai kontribusi 6% dari keseluruhan sumber
pencemar titik yang berada di DAS Code segmen Kota Yogyakarta. Jenis sumber pencemar
tersebut tersebar merata di lokasi kajian, dari segmen 1 hingga segmen 6 (Tabel 4.5.). Limbah
dari aktivitas rumah makan dapat mengandung bahan organik, sehingga dapat mencemari badan
air. Apabila limbah rumah makan langsung dibuang ke perairan juga dapat menimbulkan bau

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 14
LAPORAN AKHIR

tidak enak. Kontaminan yang berada pada limbah tersebut, dipengaruhi oleh bahan makanan,
proses pembuatan, dan tahap pembersihan. Selain limbah dapur, juga terdapat limbah toilet.
Senyawa organik yang terdapat pada limbah rumah makan berupa karbonhidrat, protein,
minyak, dan lemak.

Tabel 4.5. Sumber Pencemar Rumah Makan

No Segmen Nama Alamat BP (kg/hari)


1 Segmen 1 RM. Shabu Auce Jl. Jend Sudirman No. 03 0,04
2 Segmen 1 RM. Shabu Auce Dan PujaSera Jl. Jend Sudirman No. 03 0,04
3 Segmen 1 RM Pizza Hut Jl. Jend sudirman 0,04
4 Segmen 1 KFC Jl. Sudirman 59 Wisma Hartono 0,04
5 Segmen 1 RM. Pondok Cabe Jl. C. Simanjuntak 41 B 0,04
6 Segmen 1 Papa Ronz Pizza Jl. AM. Sangaji 43 0,04
Restoran Kentucky Fried Chicken Jl. C. Simanjuntak No.
7 Segmen 1 (KFC) 72 A 0,04
Restoran Kentucky Fried Chicken Jl. C. Simanjuntak No.
8 Segmen 1 (KFC) 72 A 0,04
9 Segmen 2 Gama candi resto Jl. Mangkubumi 2-4 0,04
10 Segmen 2 Mirota Bakery Resto Jl. Faridan M Noto 7 0,04
11 Segmen 2 Mirota Bakery Resto Jl. Faridan M Noto 7 0,04
12 Segmen 2 RM Adem Ayem Jl. P. Mangkubumi 101 0,04
13 Segmen 2 Pusat Makan Mangkubumi Jl. Mangkubumi 103 0,04
14 Segmen 2 RM. Adem ayem Jl. Jend Sudirman 60 0,04
15 Segmen 2 RM. Adem ayem Jl. Jend Sudirman 60 0,04
16 Segmen 3 STARBUCKS COFEE JL MALIOBORO NO 41 0,04
17 Segmen 3 Legend cofe Jl.Abu Bakar Ali 28 0,04
18 Segmen 3 Legend cofe Jl.Abu Bakar Ali 28 0,04
19 Segmen 4 Bakmi Kadin Jl.Bintaran Kulon No.6 0,04
Jl. Sultan Agung N0.24
20 Segmen 4 RM Sultan Agung Cuise Yogyakarta 0,04
21 Segmen 5 Coffee shop Miami Bistro Jl. Kol Sugiyono 69 0,04
JL PRAWIROTAMAN
22 Segmen 6 VIA VIA RESTO NO 30 0,04
23 Segmen 6 Aglioo Pizza Jl. Prawirotaman No.43 0,04
JL PRAWIROTAMAN
24 Segmen 6 EASYGOIN NO 12 0,04
25 Segmen 6 Kafe Gading Jl Prawirotaman 9 0,04

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 15
LAPORAN AKHIR

E. Sumber Pencemar Industri


Sumber pencemar industri di lokasi kajian mempunyai kontribusi yang relatif rendah,
yaitu 6%. Jenis sumber pencemar tersebut tersebar merata dari segmen 1 hingga segmen 6 Sungai
Code. Jenis industri dalam hal ini cenderung beranekaragaman, berupa area perdagangan, lokasi
wisata, bengkel, maupun industri alumunium. Nilai beban pencemarnya cenderung bervariasi.
Keterbatasan data limbah untuk setiap jenis kegiatan industri, sehingga nilai beban
pencemarannya berdasarkan nilai baku mutu limbah Peraturan Daerah DIY Nomor 7 tahun 2016
tentang baku mutu air limbah. Terdapat 61 jenis sumber pencemar industri. Sumber pencemar
industri yang berada dilokasi kajian dijabarkan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Sumber Pencemar Industri

No Segmen Nama Alamat BP (kg/hari)


1 Segmen 1 Swalayan Superindo Jl. Jend. Sudirman 49-51 0,02
a.Penataan dan rehabilitasi
2 Segmen 1 Pasar Terban Jl C Simanjuntak 0,02
3 Segmen 1 b. DPL Pasar Terban Jl C Simanjuntak 0,02
4 Segmen 1 Hana Collection Jl. C. Simanjuntak 22 0,02
5 Segmen 1 Pertokoan DR. YAP Jl. C. Simanjuntak 22 0,02
6 Segmen 1 Pertokoan DR. YAP Jl. C. Simanjuntak 22 0,02
7 Segmen 1 Pands Collektion Jl. C. Simanjuntak 0,02
Jl. C. Simanjutak No. 73
8 Segmen 1 Karita Muslim Yogyakarta 0,02
Jl. C. Simanjutak No. 73
9 Segmen 1 Karita Muslim Yogyakarta 0,02
Jl. C. Simanjutak No. 73
10 Segmen 1 Karita Muslim Yogyakarta 0,02
11 Segmen 1 Mirota Kampus Jl.C.Simanjuntak 70 0,02
Jl. P. Mangkubumi No. 11
12 Segmen 2 ABC Motor Yogyakarta 0,02
PT.PLN (Persero) Unit
13 Segmen 2 Jawa-Bali Jl.Mangku Bumi 16 0,02
14 Segmen 2 Toko klambik Apik Jl Pattimura no 9 0,02
15 Segmen 2 Logo Jl. Patimura No. 13 0,02
16 Segmen 2 Bengkel FA Candra Jl.Gowongan lor JT. III /21 A 0,02
17 Segmen 2 Toko Gramedia Jl. Sudirman 54-56 0,02
Taman Pintar Laporan
18 Segmen 3 Pendahuluan Jl Panembahan Senopati 0,02
Taman Pintar Laporan
19 Segmen 3 Antara Jl Panembahan Senopati 0,02

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 16
LAPORAN AKHIR

No Segmen Nama Alamat BP (kg/hari)


Taman Pintar Laporan
20 Segmen 3 Akhir RKL Jl Panembahan Senopati 0,02
Taman Pintar Laporan
21 Segmen 3 Akhir Andal Jl Panembahan Senopati 0,02
22 Segmen 3 Toko Wijaya Jl. M. Suryotomo 7 0,02
23 Segmen 3 Loji Town Square Jl Sriwedani 8 0,02
24 Segmen 3 Gudang Progo Jl. Sandiloto 6 Yk 0,02
25 Segmen 3 Toko&gudang Fortuna Jl. Suryotomo 12 0,02
26 Segmen 3 Ramayana Dept.Store Jl. Ahmad Yani 66-68 0,02
27 Segmen 3 Toko Naga Mas Jl Mayor Suryotomo No 22 0,02
Toko dan Gudang
28 Segmen 3 PT.Remujung Jl.Sriwedari No.16 0,02
29 Segmen 3 Toko Grosir pecah belah Jl. Remujung 3 0,02
30 Segmen 3 Toko UD Naga Mas Jl Mayor Suryotomo No 25 0,02
31 Segmen 3 Toko Bella Jl.Ketandan Lor No.29 0,02
32 Segmen 3 Batik Danarhadi Jl. Malioboro 25 0,02
33 Segmen 3 Toko Liman Jl Malioboro 47 0,02
Jl.Malioboro No.73
34 Segmen 3 Toko Batik Adiningrat Yogyakarta 0,02
35 Segmen 3 Malioboro Mall Jl. Malioboro 52-58 0,02
PT. Perush. Perdag. Komplek EMPL KAI
36 Segmen 3 Indonesia (PPI) Lempuyangan 0,02
37 Segmen 3 Ramayana Dept.Store jl Malioboro 125 0,02
Kantor + Gudang Bahan
38 Segmen 3 Bangunan Jl.Tukangan No.51 0,02
39 Segmen 3 Show room Nasha Jl. Tukangan 49 0,02
40 Segmen 3 Gudang Semen Holcim Sta. Lempuyangan 0,02
41 Segmen 3 Parkir ABA Malioboro Jl. Abu Bakar Ali 0,02
Parkir Jogja Tronik MALL
42 Segmen 4 Sayap Utara Jl.Brig Katamso 75-77 0,02
Parkir Jogja Tronik MALL
43 Segmen 4 Sayap Selatan Jl.Brig Katamso 75-77 0,02
44 Segmen 4 Merpati murni Jl. Bintaran kidul 0,02
45 Segmen 4 Lion Super Indo Jl. Bintaran kulon 0,02
Jl Menteri Supeno No 41,
46 Segmen 5 Borobudur Silver Sorosutan 0,02
47 Segmen 5 Ruko Eka Menunggal Jl.Ment Supeno No.15A 0,02
48 Segmen 5 Karita Muslim Square Jl Tamansiswa 148 0,02
49 Segmen 5 PT. Sinar obor Jl. Ireda No 53 0,02
50 Segmen 5 PT. Sinar obor Jl. Ireda No 53 0,02
51 Segmen 6 Pasar Karang Kajen Jl.Sisingamangaraja 0,02
52 Segmen 6 Pasar Karang Kajen Jl.Sisingamangaraja 0,02

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 17
LAPORAN AKHIR

No Segmen Nama Alamat BP (kg/hari)


53 Segmen 6 ws.Aluminium Jl.Lowanu No.179 0,02
54 Segmen 6 CV. Mulia Jaya Jl. Lowanu 56 0,02
55 Segmen 6 WL.Almunium Jl.Pakel Baru Selatan No.14 0,02
56 Segmen 6 AGEN LPG PT MITA VERA Jll. SOROSUTAN No. 17 0,02
57 Segmen 6 PT. Busana Indo Intima Jl. Sorosutan 11 0,02
58 Segmen 6 RS.Aluminium Jl.Sorosutan No.6/860 0,02
Toko Mirota Menteri
59 Segmen 6 Supeno Jl. Menteri Supeno 38 0,02
60 Segmen 6 Pemb. Pasar tunjungsari Jl. Menteri Supeno 46 Yk 0,02
61 Segmen 6 Gudang + Pengecer Triplek Jl.Kol Sugiono 38 0,02

4.1.2. Sumber Pencemar Bukan Titik (Non-Point Source)

Sumber pencemar bukan titik atau Non Point Source (NPS) dipengaruhi oleh sektor
peternakan dan rumah tangga (domestik dan sampah). Sumber pencemar NPS dihitung
berdasarkan data spasial luasan area dari penggunaan lahan tahun 2017 dan data BPS Kota
Yogyakarta tahun 2017. Perhitungan tersebut supaya potensi sumber pencemar pada lokasi
kajian dapat terwakilkan. Sumber pencemar NPS sangat dipengaruhi oleh limpasan yang masuk
pada Sungai Code. Sumber pencemar NPS didominasi oleh sumber pencemar rumah tangga
dapat dilihat pada Gambar 4.5.

SUMBER PENCEMAR NPS


BP Peternakan BP Sampah
0% 1%

BP Rumah Tangga
99%

Gambar 4.5. Sumber Pencemar NPS DAS Code Segmen Kota Yogyakarta

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 18
LAPORAN AKHIR

A. Sumber Pencemar Peternakan


Sumber pencemar peternakan dihitung berdasarkan jumlah ternak dan faktor emisi setiap
jenis ternak. Data diperoleh dari Kota Yogyakarta dalam angka tahun 2017. Asumsi yang
digunakan jumlah ternak terdistribusi merata pada lingkungan permukiman yang berada di DAS
Code segmen Kota Yogykarta. Penggunaan lahan yang terdapat di DAS Code 99% berupa lahan
terbangun atau permukiman, sehingga diterapkan rerata timbang terhadap luasan permukiman
dengan jumlah ternak yang terdapat pada setiap batas administrasi. Ternak yang diestimasi
potensi BOD nya antara lain: kerbau, sapi potong, sapi perah, kuda, domba, babi, burung
puyuh, ayam, dan itik. Jumlah ternak yang paling banyak terdapat di Kota Yogyakarta adalah
ayam, sejumlah 47.199 ekor.
Ternak yang menghasilkan beban pencemaran BOD paling besar adalah sapi. Sapi
mempunyai nilai emisi yang paling tinggi, yaitu 292 g/ekor/hari. Kecamatan Jetis dan Tegalrejo
yang mempunyai jumlah ternak relatif banyak daripada kecamatan lainnya. Beban pencemaran
berdasarkan kecamatan dan segmentasi Sungai Code dijabarkan pada Tabel 4.7. Beban
pencemaran dari sektor peternakan yang terdapat di lokasi kajian sebesar 37,797 kg/hari.
Segmen 3 mempunyai beban pencemaran peternakan paling besar, yaitu 15,34 kg/hari, dimana
Kecamatan Gedongtengen mempunyai kontribusi paling besar terhadap beban pencemaran
peternakan pada segmen 3 lokasi kajian. Nilai beban pencemaran tersebut merupakan nilai
beban pencemaran hasil inventarisasi, sehingga perlu dilakukan kalibrasi dengan hasil pemodelan
dan kualitas air sungai Sungai Code segmen Kota Yogyakarta.

Tabel 4.7. Beban Pencemaran Peternakan

Segmen Kecamatan Luas (km2) BP Peternakan (kg/hari)


Gondokusuman 0,583 0,74
Segmen 1 Jetis 0,612 1,17
Tegalrejo 0,240 2,68
Danurejan 0,068 0,03
Gedongtengen 0,081 9,08
Segmen 2
Gondokusuman 0,593 0,94
Jetis 0,413 0,98
Danurejan 0,875 0,22
Gedongtengen 0,209 15,09
Segmen 3 Gondomanan 0,346 0,02
Jetis 0,000 0,00
Mergangsan 0,000 0,00

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 19
LAPORAN AKHIR

Segmen Kecamatan Luas (km2) BP Peternakan (kg/hari)


Pakualaman 0,361 0,01
Gondomanan 0,282 0,04
Kraton 0,062 0,04
Segmen 4
Mergangsan 0,217 0,52
Pakualaman 0,079 0,01
Gondomanan 0,115 0,01
Kraton 0,117 0,04
Segmen 5
Mergangsan 1,002 1,14
Umbulharjo 0,106 0,53
Kraton 0,000 0,00
Mantrijeron 0,006 0,01
Segmen 6
Mergangsan 0,843 0,64
Umbulharjo 1,148 3,86
Jumlah 8,359 37,797
Sumber: Hasil Analisis, 2018

B. Sumber Pencemar Rumah Tangga


Sumber pencemar rumah tangga dihitung sebagai beban pencemaran yang berasal dari
limbah rumah tangga. Sumber pencemar rumah tangga merupakan bagian dari sumber pencemar
domestik. Limbah yang dihasilkan berupa limbah toilet, cuci, dan kegiatan dapur. Asumsi yang
digunakan untuk estimasi nilai beban pencemaran rumah tangga adalah rumah tangga yang tidak
mempunyai IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Perhitungan beban pencemaran rumah
tangga menggunakan nilai faktor emisi per orang, yaitu 40 gr/orang/hari. Koefisien transfer
beban sebesar 1, karena potensi terjadinya runoff yang yang relatif tinggi pada lahan terbangun.
Beban pencemaran rumah tangga dapat masuk ke sungai melalui limpasan.
Hasil perhitungan beban pencemaran BOD dari sektor rumah tangga berdasarkan
segmentasi sungai dan batas administrasi kecamatan disajikan pada Tabel 4.8. Beban
pencemaran paling banyak pada lokasi kajian berada pada segmen 6, sebesar 2.556,81 kg/hari,
sedangkan nilai beban pencemaran sektor rumah tangga paling kecil berada pada segmen 3,
sebesar 637,16 kg/hari. Nilai beban pencemar tersebut merupakan hasil inventarisasi dari data
BPS dan nilai faktor emisi, sehingga perlu kalibrasi dengan hasil pemodelan dan nilai kualitas air
sungai hasil pemantauan. Kecamatan Umbulharjo mempunyai beban pencemaran paling tinggi
pada segmen 6, yaitu 2.038,08 kg/hari. Hal ini karena Kecamatan Umbulharjo mempunyai
jumlah penduduk yang paling banyak di Kota Yogyakarta, yaitu 88.667 jiwa.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 20
LAPORAN AKHIR

Tabel 4.8. Beban Pencemaran Rumah Tangga

Segmen Kecamatan Luas (km2) BP Rumah Tangga (kg/hari)


Gondokusuman 0,583 766,35
Segmen 1 Jetis 0,612 407,86
Tegalrejo 0,240 252,68
Danurejan 0,068 44,87
Gedongtengen 0,081 51,13
Segmen 2
Gondokusuman 0,593 967,96
Jetis 0,413 342,13
Danurejan 0,875 371,58
Gedongtengen 0,209 84,99
Gondomanan 0,346 105,12
Segmen 3
Jetis 0,000 0,08
Mergangsan 0,000 0,06
Pakualaman 0,361 75,33
Gondomanan 0,282 239,95
Kraton 0,062 67,76
Segmen 4
Mergangsan 0,217 414,22
Pakualaman 0,079 45,86
Gondomanan 0,115 46,77
Kraton 0,117 61,32
Segmen 5
Mergangsan 1,002 911,46
Umbulharjo 0,106 280,39
Kraton 0,000 0,16
Mantrijeron 0,006 4,29
Segmen 6
Mergangsan 0,843 514,28
Umbulharjo 1,148 2038,08
Jumlah 8,359 8094,705
Sumber: Hasil Analisis, 2018

C. Sumber Pencemar Sampah


Potensi beban pencemaran sampah diestimasi dari data jumlah penduduk. Beban
pencemaran sampah berasal dari potensi pencemaran limbah cair dan padat. Asumsi yang
digunakan setiap orang membuang sampah 1 kg/hari, dengan emisi 0,0028 kg/hari. Perhitungan
nilai potensi beban pencemaran sampah ini juga memperhitungkan jarak ekuivalen permukiman
terhadap sungai. Di DAS Code, letak permukimannya cenderung berada dekat dengan sungai.
Semakin dekat dengan sungai, potensi pembuangan sampah ke sungai akan semakin tinggi.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 21
LAPORAN AKHIR

Kondisi permukimannya yang relative homogen, maka nilai ekuivalen disamaratakan, sebesar
0,8 dan potensi runoff sebesar 0,5.
Nilai beban pencemaran sampah setiap segmentasi sungai dan batas administrasi
kecamatan disajikan pada Tabel 4.9. Beban pencemaran sampah secara total pada lokasi kajian
(hasil inventarisasi) sebesar 68,481 kg/hari. Nilai beban pencemaran paling besar cenderung
berada pada segmen 6, dengan Kecamatan Umbulharjo memberikan kontribusi paling besar
terhadap beban pencemaran di segmen 6. Sektor ini menyumbang 1% dari total beban
pencemaran BOD di DAS Code segmen Kota Yogyakarta.

Tabel 4.9. Beban Pencemaran Sampah

Segmen Kecamatan Luas (km2) BP Sampah (kg/hari)


Gondokusuman 0,583 6,48
Segmen 1 Jetis 0,612 3,45
Tegalrejo 0,240 2,14
Danurejan 0,068 0,38
Gedongtengen 0,081 0,43
Segmen 2
Gondokusuman 0,593 8,19
Jetis 0,413 2,89
Danurejan 0,875 3,14
Gedongtengen 0,209 0,72
Gondomanan 0,346 0,89
Segmen 3
Jetis 0,000 0,00
Mergangsan 0,000 0,00
Pakualaman 0,361 0,64
Gondomanan 0,282 2,03
Kraton 0,062 0,57
Segmen 4
Mergangsan 0,217 3,50
Pakualaman 0,079 0,39
Gondomanan 0,115 0,40
Kraton 0,117 0,52
Segmen 5
Mergangsan 1,002 7,71
Umbulharjo 0,106 2,37
Kraton 0,000 0,00
Mantrijeron 0,006 0,04
Segmen 6
Mergangsan 0,843 4,35
Umbulharjo 1,148 17,24
Jumlah 8,359 68,481
Sumber : Hasil Analisis, 2018

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 22
LAPORAN AKHIR

4.2 Status Mutu Sungai Code Segmen Kota Yogyakarta


Status mutu sebagai upaya untuk mengetahui kondisi kualitas air sungai secara
keseluruhan (berdasarkan beberapa parameter sungai; fisika, kimia, dan biologis). Perhitungan
status mutu Sungai Code pada kajian ini menggunakan metode IP (Indeks Pencemar). Secara
umum, prinsip perhitungan status mutu menggunakan metode Indeks Pencemar adalah
membandingkan nilai pengukuran setiap paramater kualitas air terhadap baku mutu air sungai.
Baku mutu yang digunakan untuk menentukan status mutu kualitas air Sungai Code adalah baku
mutu air kelas II. Menurut Peraturan Perintang No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air, kualitas air sungai yang belum ditentukan kelas airnya
menggunakan baku mutu air kelas II. Data yang digunakan untuk analisis status mutu kualitas air
Sungai Saddang menggunakan data hasil observasi tahun 2018. Lokasi titik pemantauan tersebut
sebagai berikut. (lihat Tabel 4.10)

Tabel 4.10. Status Mutu Sungai Code Segmen Kota Yogyakarta

Lokasi Sampel Simbol Skor IP Status Mutu


Headwater S1 8.26 Cemar Sedang
Jembatan Gondolayu S2 8.21 Cemar Sedang
Jembatan Kleringan S3 9.60 Cemar Sedang
Jembatan Jambu S4 8.99 Cemar Sedang
Jembatan Sayyidan S5 9.18 Cemar Sedang
Jembatan Tungkak S6 9.43 Cemar Sedang
Dekat Perumahan Wirosaban S7 8.65 Cemar Sedang
Sumber: Hasil Analisis, 2018

Perhitungan status mutu air Sungai Code menggunakan metode IP dilakukan dengan
membandingkan data pengukuran kualitas air sungai tahun 2018 terhadap baku mutu air sungai
kelas II. Parameter kualitas air yang digunakan untuk menganalisis status mutu meliputi
parameter fisik, kimia, dan biologis. Paramater tersebut adalah Residu Terlarut (TDS), Residu
Tersuspensi (TSS), DO, BOD, COD, Total fosfat sebagai P, Detergen sebagai MBAS, Fecal
Coliform. Dan Total Coliform. Metode IP dan STORET mempunyai prinsip perhitungan yang
sama, yaitu membandingkan antara hasil pengukuran kualitas air terhadap baku mutu air sungai
kelas II, tetapi formula dan jumlah data yang digunakan berbeda. Metode STORET merupakan
metode yang digunakan untuk menentukan status mutu air sungai dengan beberapa data
berkala, sedangkan IP dapat digunakan untuk menghitung nilai status mutu pada satu kali
periode sampling.
DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA
KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 23
LAPORAN AKHIR

Status mutu Sungai Code segmen Kota Yogyakarta tahun 2018 adalah cemar sedang. Nilai
skor bervariasi. Kriteria status mutu air Sungai Code meliputi memenuhi baku mutu (skor≤1),
cemar ringan (1 <skor IP<5), cemar sedang (5≤skor IP≤10), dan cemar berat (skor>10). Nilai
skor IP dari hulu hingga hilir segmen Kota Yogyakarat dapat dilihat pada Gambar 4.6. Skor
terbesar berada pada lokasi pemantauan S3, dan skor terendah pada lokasi pemantauan S2.
Secara keseluruhan penggunaan lahan pada Sungai Code segmen Kota Yogyakarta adalah lahan
terbangun. Intensitas pembuangan limbah yang berbeda. S3 merupakan hilir dari segmen 2.
Berdasarkan data sebaran sumber pencemar titik, segmen tersebut mempunyai jumlah sumber
pencemar titik yang cukup banyak dibandingkan dengan segmen lainnya. Segmen 7 merupakan
hilir dari Sungai Code segmen Kota Yogyakarta. Berdasarkan morfometri sungai, segmen 7
mempunyai kedalaman sungai yang dalam daripada segmen sungai lainnya).

Gambar 4.6. Status Mutu Sungai Code Segmen Kota Yogyakarta Tahun 2018
(Sumber: Hasil Analisis, 2018)
Parameter yang melebihi baku mutu air sungai kelas II adalah total fosfat (S2, S3, S4, S5,
dan S6) dan BOD (S5 dan S6). Sumber pencemar BOD dapat diakibatkan oleh limbah dari
kegiatan domestik, peternakan, industri, rumah sakit, dan hotel. Total fosfat dapat bersumber
dari kegiatan yang menggunakan produk detergen, seperti kegiatan laundry. Keberadaan fosfat
dapat menyebabkan kesuburan yang berlebih pada Sungai Code. Paramater lainnya masih
berada dibawah baku mutu air Sungai Code kelas II.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 24
LAPORAN AKHIR

4.3 Beban Pencemaran Eksisting Sungai Code Segmen Kota Yogyakarta


Beban pencemaran eksisting Sungai Code merupakan beban pencemaran hasil
inventarisasi yang telah dikalibrasi dengan hasil pemodelan dan hasil pemantauan kualitas air
pada Sungai Code. Model kualitas air yang digunakan pada kajian ini adalah WASP ( Water
Quality Simulation Progam). Progam WASP merupakan perangkat lunak yang dikelurkan oleh
USEPA (United States Enviromental Protection Agency). Model ini sebagai penyempurnaan dari
model-model sebelumnya, seperti QUAL I, QUAL II dan QUAL2E. Progam ini digunakan oleh
beberapa negara seperti Amerika Serikat, Tiongkok, India, Malaysia, Korea Selatan, dan Brazilia.
Hasil dari model ini adalah nilai total daya tampung beban pencemar limbah cair atau TMDL
(Total Maximum Daily Loads). Kalkulasi TMDL merupakan penjumlahan dari WLA (beban
pencemar titik) +WLS (beban pencemar non titik) + MOS (angka keamanan).
Alur dari pemodelan menggunakan WASP meliputi input, proses, output, dan kalibrasi.
Input data untuk progam WASP dilakukan secara manual pada progam tersebut. Data tersebut
meliputi peta topografi, data debit sungai, penampang melintang dan memanjang sungai,
kualitas air, lokasi sumber pencemar, debit limbah cair, dan data klimatologi. Proses dari
pemodelan ini meliputi penentuan jenis model yang digunakan. Jenis model yang digunakan
berupa model transport stream dan model kualitas air eutrofikasi (untuk menentukan nilai DTBP
BOD).
Segmentasi Sungai Code dapat dilihat pada Gambar 4.2. Terdapat 6 segmen sungai,
batas-batas dari segmen sungai dan panjang setiap segmen tersebut dijabarkan pada Tabel 4.11.
Segmen sungai paling panjang berada pada segmen 1, dengan panjang segmen 3,362 km.
Segmen paling pendek berada pada segmen 2, dengan panjang segmen 0,937 km. Panjang
segmen tersebut menjadi salah satu faktor morfometri sungai sebagai input pemodelan kualitas
air dan daya tampung pencemaran Sungai Code menggunakan progam WASP.

Tabel 4.11. Segmentasi Sungai Code Segmen Kota Yogyakarta

No Segmen Batas Atas Batas Bawah Panjang Segmen (m)


1 Segmen 1 Headwater (Jembatan Sardjito) Jembatan Gondolayu 3.362,28
2 Segmen 2 Jembatan Gondolayu Jembatan Kleringan 937,06
3 Segmen 3 Jembatan Kleringan Jembatan Jambu 1.386,25
4 Segmen 4 Jembatan Jambu Jembatan Sayyidan 1.527,88
5 Segmen 5 Jembatan Sayyidan Jembatan Tungkak 1.099,37
6 Segmen 6 Jembatan Tungkak Dekat Perumahan Wirosaban 2.504,03
Sumber: Hasil Analisis, 2018

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 25
LAPORAN AKHIR

Pemodelan kualitas air dan daya tampung beban pencemaran menggunakan progam
WASP. Parameter utama sebagai input dari model tersebut adalah debit aliran dan kualitas air.
Terdapat 3 metode yang digunakan untuk pemodelan debit aliran, yaitu nett flow,gros flow,
dan 1D network kinematic wave. Tipe aliran net flow menghitung arah aliran yang
berlawananan, sedangkan tipe aliran gross flow aliran yang berlainan tetap dihitung masing-
masing. Aliran kinematic wave dipengaruhi oleh kekasaran perainan (manning) dan lereng dasar
sungai. Perhitungan debit pada segmen muka air, data yang dibutuhkan berupa data kekasaran
sungai, kemiringan, kedalaman, dan lebar sungai. Beberapa komponen tersebut mempunyai nilai
default progam. Nilai tersebut dapat muncul, jika kolom nilai dikosongkan pada saat input nilai
paramater. Flow model yang digunakan pada kajian ini adalah nett flow.
Tahap kalibrasi sangat diperlukan dalam pemodelan. Hal ini digunakan untuk mengatur
nilai konstanta parameter dalam model untuk tujuan agar hasil running model sesuai atau
mempunyai kecenderungan yang sama dengan kondisi kualitas air di lapangan. Proses kalibrasi
ini biasanya menggunakan kondisi debit rendah maupun tinggi. Model ini juga dikembangan
untuk memodelkan kondisi sungai menggunakan beberapa skenario. Hal ini berguna untuk
mengetahui kondisi kualitas air pada setiap kondisi tertentu (sesuai dengan skenario).
Pemodelan beban pencemaran eksisting menggunakan dua data kualitas air, yaitu (1)
digunakaan sebagai initial condition (data bukan Maret 2018) (2) sebagai validasi hasil
pemodelan. Hasil pemodelan beban pencemaran eksisting Sungai Code dijelaskan pada Gambar
4.7 dan Gambar 4.8. Gambar 4.7 merupakan grafik perbandingan nilai antara hasil pemodelan
sebelum dikalibrasi dan data kualitas air hasil observasi. Terdapat perbedaan nilai yang cukup
signifikan. Hal ini karena pada model tidak mengakomodasi adanya meander maupun fitur
hidrologis yang dapat merubah kualitas air, sedangkan di Sungai Code banyak ditemui adanya
meander sungai. Asumsi yang digunakan adalah data kualitas air hasil laboratorium adalah benar.
Gambar 4.8. merupakan grafik hasil pemodelan kualitas air yang telah divalidasi dengan data
observasi kualitas air bulan April 2018. Proses kalibrasi menggunakan cara trial and error nilai
beban pencemaran Sungai Code.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 26
LAPORAN AKHIR

25,0
BOD Obs

20,0
Konsentrasi (mg/l)

15,0

10,0

5,0

0,0
0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0
Jarak dari hulu (km)

Gambar 4.7. Grafik Hasil Pemodelan yang Belum Terkalibrasi


Sumber: Hasil Analisis, 2018

6,0

5,0
Konsentrasi (mg/l)

4,0

3,0 BOD Obs


BOD Mod Terkalibrasi
2,0
Daya Tampung

1,0

0,0
0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0
Jarak dari hulu (km)

Gambar 4.8. Grafik Hasil Pemodelan yang Sudah Terkalibrasi


Sumber: Hasil Analisis, 2018

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 27
LAPORAN AKHIR

Proses kalibrasi nilai hasil pemodelan menggunakan metode trial and error nilai beban
pencemaran, hingga nilai output kualitas air hasil hasil pemodelan mendekati dengan nilai
observasi. Hasil nilai kualitas air yang telah terkalibrasi diuji menggunakan uji reliabilitas. Uji
tersebut digunakan untuk mengetahui keseseuaian nilai model dan nilai observasi. Hasil uji
reliabilitas hasil pemodelan yang telah dikalibrasi dijabarkan secara detail pada Tabel 4.12.
Asumsi yang digunakan pada kajian ini adalah nilai model dianggap dapat merepresentasikan
kondisi eksisting dengan derajat kesalahan 20%, karena terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi nilai BOD pada suatu perairan, khususnya kualitas air sungai. Nilai reliabilitas
yang mendekati 1 menunjukan bahwa antara nilai observasi dan model hampir sama. Nilai
reliabilitas untuk kajian ini sebesar 0,97.
Tabel 4.12. Uji Reliabilitas Hasil Pemodelan

Xi-Xrata2 (Xi-Xrata2 (Xi-Xrata2


No BOD Model BOD Obs Xi-Xrata2 Obs
Model Model)2 Obs)2
1 1.14 1.14 -1.69 -1.69 2.87 2.87
2 2.31 2.33 -0.53 -0.50 0.28 0.25
3 2.93 2.93 0.10 0.10 0.01 0.01
4 1.07 1.22 -1.76 -1.61 3.11 2.60
5 4.52 4.55 1.69 1.72 2.84 2.95
6 4.95 4.83 2.12 2.00 4.48 3.99
Jumlah = 16.92 17.00 13.58 12.67
Rm = 2.82 2.26 2.11
Ro = 2.83
Sm = 1.50
So = 1.45
Sm2= 2.26 rB= -0.00945
So2= 2.11 F= 1.07217
Sumber: Hasil Analisis, 2018

Beban pencemaran hasil pemodelan merupakan beban pencemaran eksisting yang


terdapat pada Sungai Code segmen Kota Yogyakarta. Baku mutu air sungai kelas 2 untuk
parameter BOD adalah 3 mg/l. Konsentrasi BOD di Sungai Code yang melebihi baku mutu
berada di bagian hilir, yaitu S6 dan S7. Jumlah penduduk yang tinggi dan aktivitas penduduk
yang semakin intensif, meningkatkan jumlah beban pencemaran. Kualitas air Sungai Code dari
hulu hingga hilir segmen Kota Yogyakarta terjadi peningkatan konsentrasi BOD. Berdasarkan
hasil pemodelan nilai beban pencemaran eksisting dijabarkan pada Tabel 4.13, sedangkan
distribusi secara spasial dapat dilihat pada Gambar 4.9.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 28
LAPORAN AKHIR

Tabel 4.13. Beban Pencemaran Eksisting Sungai Code (kg/hari)


Segmen Kecamatan BP Total Domestik Sampah Peternakan Apotek Klinik Lab Hotel dan Perumahan Industri RM RS
Gondokusuman 19,003 18,722 0,158 0,087 0,001 0,024 0,003 0,002 0,0042
Segmen
1 Jetis 10,142 9,992 0,085 0,047 0,001 0,013 0,002 0,001 0,0022
Tegalrejo 6,315 6,222 0,053 0,029 0,000 0,008 0,001 0,001 0,0014
Danurejan 16,259 16,019 0,136 0,075 0,001 0,021 0,002 0,002 0,0036
Segmen Gedongtengen 21,839 21,517 0,182 0,100 0,001 0,028 0,003 0,003 0,0048
2 Gondokusuman 350,620 345,441 2,922 1,613 0,024 0,448 0,052 0,043 0,0768
Jetis 124,393 122,555 1,037 0,572 0,008 0,159 0,018 0,015 0,0273
Danurejan 155,150 152,859 1,293 0,714 0,010 0,198 0,023 0,019 0,034
Gedongtengen 42,616 41,986 0,355 0,196 0,003 0,054 0,006 0,005 0,0093
Segmen Gondomanan 43,982 43,333 0,367 0,202 0,003 0,056 0,007 0,005 0,0096
3 Jetis 0,034 0,033 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 7E-06
Mergangsan 0,024 0,024 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 5E-06
Pakualaman 31,693 31,225 0,264 0,146 0,002 0,041 0,005 0,004 0,0069
Gondomanan 5,494 5,413 0,046 0,025 0,000 0,007 0,001 0,001 0,0012
Segmen Kraton 1,550 1,527 0,013 0,007 0,000 0,002 0,000 0,000 0,0003
4 Mergangsan 9,493 9,353 0,079 0,044 0,001 0,012 0,001 0,001 0,0021
Pakualaman 1,054 1,038 0,009 0,005 0,000 0,001 0,000 0,000 0,0002
Gondomanan 24,465 24,103 0,204 0,113 0,002 0,031 0,004 0,003 0,0054
Segmen Kraton 32,095 31,621 0,268 0,148 0,002 0,041 0,005 0,004 0,007
5 Mergangsan 477,827 470,769 3,983 2,198 0,032 0,611 0,071 0,058 0,1047
Umbulharjo 146,988 144,817 1,225 0,676 0,010 0,188 0,022 0,018 0,0322
Kraton 0,012 0,012 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 3E-06
Segmen Mantrijeron 0,326 0,322 0,003 0,002 0,000 0,000 0,000 0,000 7E-05
6 Mergangsan 37,987 37,426 0,317 0,175 0,003 0,049 0,006 0,005 0,0083
Umbulharjo 150,278 148,058 1,253 0,691 0,010 0,192 0,022 0,018 0,0329
Jumlah 1.709,638 1.684,386 14,250 7,865 0,115 2,185 0,254 0,208 0,375
Sumber: Hasil Analisis, 2018

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 29
LAPORAN AKHIR

Gambar 4.9. Peta Beban Pencemaran Eksisting Sungai Code Segmen Kota Yogyakarta
DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA
KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 30
LAPORAN AKHIR

Beban pencemaran berdasarkan batas administratif kecamatan dijabarkan pada Tabel


4.14. 98% beban pencemaran berasal dari sektor rumah tangga. Beban pencemaran paling
banyak berada di Kecamatan Gondokusuman. Total beban pencemaran sebesar 1.709,638
kg/hari. Hal ini karena jumlah penduduk dan sumber pencemar titik yang relatif lebih banyak
daripada kecamatan lain. Aktivitas penduduk yang signifikan berkorelasi positif terhadap nilai
beban pencemar. Kondisi tersebut dibuktikan dengan banyaknya fasilitas kesehatan, hotel,
perumahan, industri, rumah makan, dan rumah sakit. Gondokusuman terdapat pada bagian hulu
lokasi kajian.
Tabel 4.14. Beban Pencemaran Sungai Code Segmen Kota Yogyakarta (kg/hari)

Apotek Hotel dan


No Kecamatan BP Total Domestik Sampah Peternakan Klinik Lab Perumahan Industri RM RS
1 Gondokusuman 369,623 364,163 3,081 1,700 0,025 0,472 0,055 0,045 0,081
2 Jetis 134,568 132,580 1,122 0,619 0,009 0,172 0,020 0,016 0,029
3 Tegalrejo 6,315 6,222 0,053 0,029 0,000 0,008 0,001 0,001 0,001
4 Danurejan 171,409 168,877 1,429 0,789 0,012 0,219 0,025 0,021 0,038
5 Gedongtengen 64,455 63,503 0,537 0,297 0,004 0,082 0,010 0,008 0,014
6 Gondomanan 73,941 72,849 0,616 0,340 0,005 0,094 0,011 0,009 0,016
7 Mergangsan 525,331 517,572 4,379 2,417 0,035 0,671 0,078 0,064 0,115
8 Pakualaman 32,747 32,263 0,273 0,151 0,002 0,042 0,005 0,004 0,007
9 Kraton 33,657 33,160 0,281 0,155 0,002 0,043 0,005 0,004 0,007
10 Umbulharjo 297,265 292,875 2,478 1,368 0,020 0,380 0,044 0,036 0,065
11 Mantrijeron 0,326 0,322 0,003 0,002 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Jumlah 1709,638 1684,386 14,250 7,865 0,115 2,185 0,254 0,208 0,375
Sumber: Hasil Analisis, 2018

4.4 Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Code Segmen Kota Yogyakarta
Pedoman penetapan daya tampung beban pencemaran pada sumber air berdasarkan
nilai baku mutu air. Jika baku mutu air belum ditetapkan, maka untuk penentuan baku mutu air
sungai dapat menggunakan kualitas air kelas II. Hal ini telah diataur pada PP No.82 Tahun 2001.
Sungai Code segmen Kota Yogyakarta baku mutu airnya menggunakan kelas II. Baku mutu air
kelas II untuk parameter BOD sebesar 3 mg/l. Kualitas air sungai dari hulu hingga hilir mengalami
penurunan. Nilai BOD yang semakin meningkat. Kualitas air sungai yang berada di bawah baku
mutu hanya terdapat pada headwater (sebelum masuk Kota Yogykarta), sedangkan kualitas air
yang melalui Kota Yogyakarta berada di atas baku mutu air kelas II disajikan pada Gambar 4.10.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 31
LAPORAN AKHIR

6,0

5,0
Konsentrasi (mg/l)

4,0

3,0 BOD Obs


BOD Mod Terkalibrasi
2,0
Daya Tampung

1,0

0,0
0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0
Jarak dari hulu (km)

Gambar 4.10. Kualitas Air Sungai Code terhadap Baku Mutu

Berdasarkan hasil pemodelan daya tampung beban pencemaran Sungai Code, DTBP total
Sungai Code segmen Kota Yogyakarta sebesar 2.830,904 kg/hari. Nilai DTBP ini lebih kecil
daripada beban pencemaran eksisting Sungai Code segmen Kota Yogyakarta. Nilai beban
pencemaran eksisting Sungai Code sebesar 1.709,638 kg/hari, sehingga beban pencemaran
Sungai Code perlu masih dapat menampung beban pencemaran sebesar 1.121,27 kg/hari untuk
dapat memenuhi kualitas air sungai kelas II. DTBP Sungai Code secara detail dijelaskan pada
Tabel 4.15. Asumsi yang digunakan nilai beban pencemaran yang masuk ke sungai tidak boleh
melebihi nilai DTBP untuk mempertahankan kelas air sungai.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 32
LAPORAN AKHIR

Tabel 4.15. DTBP Sungai Code Segmen Kota Yogykarta (kg/hari)

Rumah Apotek Hotel dan Rumah Rumah


Segmen Kecamatan Total Sampah Peternakan Industri
Tangga Klinik Lab Perumahan Makan Sakit
Gondokusuman 1.096,410 1.080,215 9,139 5,044 0,074 1,401 0,163 0,133 0,2402
Segmen 1 Jetis 585,144 576,501 4,877 2,692 0,040 0,748 0,087 0,071 0,1282
Tegalrejo 364,357 358,975 3,037 1,676 0,025 0,466 0,054 0,044 0,0798
Danurejan 3,592 3,539 0,030 0,017 0,000 0,005 0,001 0,000 0,0008
Gedongtengen 4,824 4,753 0,040 0,022 0,000 0,006 0,001 0,001 0,0011
Segmen 2
Gondokusuman 77,455 76,311 0,646 0,356 0,005 0,099 0,012 0,009 0,017
Jetis 27,479 27,073 0,229 0,126 0,002 0,035 0,004 0,003 0,006
Danurejan 64,386 63,435 0,537 0,296 0,004 0,082 0,010 0,008 0,0141
Gedongtengen 17,685 17,424 0,147 0,081 0,001 0,023 0,003 0,002 0,0039
Gondomanan 18,252 17,983 0,152 0,084 0,001 0,023 0,003 0,002 0,004
Segmen 3
Jetis 0,014 0,014 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 3E-06
Mergangsan 0,010 0,010 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 2E-06
Pakualaman 13,152 12,958 0,110 0,061 0,001 0,017 0,002 0,002 0,0029
Gondomanan 86,174 84,901 0,718 0,396 0,006 0,110 0,013 0,010 0,0189
Kraton 24,316 23,957 0,203 0,112 0,002 0,031 0,004 0,003 0,0053
Segmen 4
Mergangsan 148,896 146,696 1,241 0,685 0,010 0,190 0,022 0,018 0,0326
Pakualaman 16,525 16,281 0,138 0,076 0,001 0,021 0,002 0,002 0,0036
Gondomanan 4,717 4,647 0,039 0,022 0,000 0,006 0,001 0,001 0,001
Kraton 6,188 6,097 0,052 0,028 0,000 0,008 0,001 0,001 0,0014
Segmen 5
Mergangsan 92,129 90,768 0,768 0,424 0,006 0,118 0,014 0,011 0,0202
Umbulharjo 28,340 27,922 0,236 0,130 0,002 0,036 0,004 0,003 0,0062
Kraton 0,009 0,009 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 2E-06
Mantrijeron 0,261 0,257 0,002 0,001 0,000 0,000 0,000 0,000 6E-05
Segmen 6
Mergangsan 30,385 29,937 0,253 0,140 0,002 0,039 0,005 0,004 0,0067
Umbulharjo 120,204 118,429 1,002 0,553 0,008 0,154 0,018 0,015 0,0263
Jumlah 2.830,904 2.789,091 23,596 13,023 0,191 3,618 0,420 0,345 0,620
Sumber: Hasil Analisis, 2018

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 33
LAPORAN AKHIR

Secara administratif, nilai DTBP setiap kecamatan di Kota Yogyakarta dijabarkan pada
Tabel 4.16. Kecamatan Gondokusuman mempunyai nilai DTBP yang lebih besar dari kecamatan
lainnya. Hasil nilai DTBP tersebut perlu dibandingkan dengan nilai beban pencemaran eksisting,
sehingga dapat diketahui kondisi beban pencemaran sungai. Kondisi beban pencemaran yang
telah melebihi daya tampung perlu dikurangi untuk mempertahankan kondisi kualitas air sungai
kelas II. Jika nilai beban pencemaran tersebut masih lebih besar daripada nilai beban pencemaran
eksisting, maka segmen sungai tersebut masih bisa menampung beban pencemaran sungai.
Kalkulasi nilai tersebut dijabarkan pada Tabel 4.17.

Tabel 4.16. DTBP per Kecamatan (kg/hari)

Rumah Apotek Hotel dan


No Kecamatan Total Sampah Peternakan Industri RM RS
Tangga Klinik Lab Perumahan

1 Gondokusuman 1.173,86 1.156,53 9,78 5,40 0,08 1,50 0,17 0,14 0,26

2 Jetis 612,64 603,59 5,11 2,82 0,04 0,78 0,09 0,07 0,13

3 Tegalrejo 364,36 358,97 3,04 1,68 0,02 0,47 0,05 0,04 0,08

4 Danurejan 67,98 66,97 0,57 0,31 0,00 0,09 0,01 0,01 0,01

5 Gedongtengen 22,51 22,18 0,19 0,10 0,00 0,03 0,00 0,00 0,00

6 Gondomanan 109,14 107,53 0,91 0,50 0,01 0,14 0,02 0,01 0,02

7 Mergangsan 271,42 267,41 2,26 1,25 0,02 0,35 0,04 0,03 0,06

8 Pakualaman 29,68 29,24 0,25 0,14 0,00 0,04 0,00 0,00 0,01

9 Kraton 30,51 30,06 0,25 0,14 0,00 0,04 0,00 0,00 0,01

10 Umbulharjo 148,54 146,35 1,24 0,68 0,01 0,19 0,02 0,02 0,03

11 Mantrijeron 0,26 0,26 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Jumlah 2.830,90 2.789,09 23,60 13,02 0,19 3,62 0,42 0,34 0,62
Sumber: Hasil Analisis, 2018

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 34
LAPORAN AKHIR

Tabel 4.17. Alokasi Beban Pencemaran Sungai Code Segmen Kota Yogyakarta (kg/hari)

Rumah Apotek Klinik Hotel dan Rumah Rumah


No Kecamatan Total Tangga Sampah Peternakan Lab Perumahan Industri Makan Sakit
1 Gondokusuman 804,24 792,36 6,70 3,70 0,05 1,03 0,12 0,10 0,18
2 Jetis 478,07 471,01 3,98 2,20 0,03 0,61 0,07 0,06 0,10
3 Tegalrejo 358,04 352,75 2,98 1,65 0,02 0,46 0,05 0,04 0,08
4 Danurejan -103,43 -101,90 -0,86 -0,48 -0,01 -0,13 -0,02 -0,01 -0,02
5 Gedongtengen -41,95 -41,33 -0,35 -0,19 0,00 -0,05 -0,01 -0,01 -0,01
6 Gondomanan 35,20 34,68 0,29 0,16 0,00 0,04 0,01 0,00 0,01
7 Mergangsan -253,91 -250,16 -2,12 -1,17 -0,02 -0,32 -0,04 -0,03 -0,06
8 Pakualaman -3,07 -3,02 -0,03 -0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
9 Kraton -3,14 -3,10 -0,03 -0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
10 Umbulharjo -148,72 -146,52 -1,24 -0,68 -0,01 -0,19 -0,02 -0,02 -0,03
11 Mantrijeron -0,07 -0,06 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Jumlah 1.121,27 1.104,70 9,35 5,16 0,08 1,43 0,17 0,14 0,25
Keterangan:
masih bisa menampung beban pencemaran
Sumber: Hasil Analisis, 2018

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 35
LAPORAN AKHIR

Beban pencemaran di sebagian besar kecamatan di Kota Yogyakarta telah melebihi daya
tampung sungai, sehingga perlu dikurangi untuk mempertahankan kelas air sungai (II). Terdapat
4 kecamatan yang masih bisa menampung beban pencemaran, yaitu Kecamatan Gondokusuman
(804,24 kg/hari), Jetis (478,07 kg/hari), Tegalrejo (358,04 kg/hari) dan Kecamatan
Gondomanan (35,20 kg/hari). Secara sektoral dijabarkan pada Tabel 4.17. Secara spasial DTBP
Sungai Code dapat dilihat pada Gambar 4.11. Secara umum, kondisi Sungai Code segmen Kota
Yogyakarta tidak memenuhi standar baku kelas II, tetapi masih dapat memenuhi baku air sungai
kelas III. Paramater kualitas air yang berperan sebagai faktor pembatas kualitas air Sungai Code
di segmen Kota Yogyakarta adalah BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan Total Posfat.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 36
LAPORAN AKHIR

Gambar 4.11. Peta DTBP Sungai Code Segmen Kota Yogyakarta


DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA
KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE IV - 37
BAB 5.

Kesimpulan dan Rekomendasi


LAPORAN AKHIR

BAB 5
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Code dapat
disimpulkan kondisi Sungai Code sebagai berikut.
1) Sumber pencemar Sungai Code segmen Kota Yogyakarta terbagi menjadi 2, yaitu sumber
pencemar titik dan bukan titik. Persentase sumber pencemar titik berupa Hotel dan
perumahan (57%), Apotek, klinik, dan lab (22%), Rumah Sakit (9%), Rumah Makan
(6%), dan industri (6%). Sumber pencemaran bukan titik berupa rumah tangga (99%),
sampah (1%), dan peternakan (0,01%). Beban pencemaran Sungai Code didominasi oleh
sektor rumah tangga.
2) Kualitas air (BOD) Sungai Code segmen Kota Yogyakarta bagian hilir sebagian besar
melebihi baku mutu air kelas II. Terjadi penurunan kualitas air dari hulu hingga hilir
3) Beban pencemaran sungai code sebesar 1.709,638 kg/hari. 98% beban pencemaran
berasal dari sektor domestik.
4) Sebagian besar kecamatan di Kota Yogyakarta yang masuk Daerah Aliran Sungai (DAS)
Code telah melebihi daya tampung sungai kelas II, kecamatan yang masih dapat
menampung beban pencemaran adalah Kecamatan Gondokusuman, Jetis, Tegalrejo, dan
Gondomanan (berdasarkan kajian daya tampung beban pencemaran), sedangkan
kondisi Sungai Code termasuk dalam kategori cemar sedang (metode Indeks
Pencemaran) dengan faktor pembatas kelas air II adalah parameter kualitas air fosfat dan
BOD.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE V-1
LAPORAN AKHIR

5.2 Rekomendasi
1) Perlu adanya progam yang bertujuan untuk mengurangi beban pencemaran yang masuk
pada Sungai Code, khususnya terkait limbah rumah tangga. Progam tersebut dapat
berupa pembuatan IPAL komunal untuk rumah tangga, pemanfaatan hasil limbah, dan
monitoring yang baik terhadap limbah industri (khususnya pada limbah yang dibuang
langsung ke sungai)
2) Lebih selektif dalam pemberian izin kegiatan untuk segmen sungai yang telah melebihi
daya tampung.
3) Membuat sistem kuota beban pencemaran dengan cara insentif dan disinsentif, wilayah
yang telah melebihi baku mutu beban pencemaran bisa menggunakan kuota dari wilayah
lain dengan memberikan biaya kerusakan yang telah ditimbulkan atau pungutan emisi.

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE V-2
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN AKHIR

DAFTAR PUSTAKA

Abdi, Z. 2011. Kajian Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Batanghari pada Penggal
Gasiang – Sungai Langkok Provinsi Sumatera Barat. Tesis. Program Pascasarjana Fakultas
Geografi UGM: Yogyakarta.
Alaerts, G., Sri, S. 1987. Metode Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional.
Hindriani H., Sapei A., dan Machfud. 2012. Pengendalian Pencemaran Sungai Ciujung
Berdasarkan Analisis Daya Tampung Beban Pencemaran. Jurnal Sumber Daya Air. Vol.9,
No.2. 169-184.
Iskandar, I. 2007. Panduan Pelatihan Pengelolaan Kualitas Air. Jakarta: Puslitbang Sumberdaya
Air Kementerian Pekerjaan Umum.
Jariyah N.A. dan Pramono I.B. 2013. Kerentanan Sosial Ekonomi dan Biofisik di DAS Serayu:
Collaborative Management. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. Vol. 10,
No 3: 141-156.
Sartohadi. 2004. Geomorfologi Tanah DAS Serayu Jawa Tengah. Majalah Geografi Indonesia.
VO. 18, No.:135-150.
Ozcan, Z., Kentel, E., Alp, E. 2016. Determination of Unit Nutrient Loads for Different Land Uses
in Wet Periods Through Modelling and Optimization for A Semi-Arid Region. Journal of
Hydrology 540, 40–49.
Thornthwaite,C.W. J.R. Mather. 1957. Instructions and Tables for Computing Potential
Evapotranspiration and The Water Balance. Publications in Climatology, Vol. 10, No. 3,
pp.185-311. Laboratory of Climatology, Drexel Institute of Technology, Centerton, New
Jersey.
Verstappen, H. 1983. Applied Geomorphological Surveys for Environmental Development.
Amsterdam: Elsevier.

Peraturan-Peraturan:
Perda Prov Jateng No 05 Tahun 2012 Tentang Air Limbah
Pergub Jatim No 72 Tahun 2013 Tentang Air Limbah
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010 tentang Tata Laksana Pengendalian
Pencemaran Air
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Kajian
Penetapan Kelas Air.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup

DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA


KAJIAN BEBAN PENCEMARAN SUNGAI CODE P-1
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Inventarisasi Jumlah Beban Pencemaran Titik di Sungai Code (satuan)

Segmen Kecamatan Luas (km2) Apotek Klinik Lab Hotel dan Perumahan Industri Rumah Makan Rumah Sakit
Gondokusuman 0,583 6 6 11 5 2
Segmen 1 Jetis 0,612 1 8 0 3 2
Tegalrejo 0,240 0 0 0 0 0
Danurejan 0,068 0 1 0 0 0
Gedongtengen 0,081 0 3 1 1 0
Segmen 2
Gondokusuman 0,593 14 3 3 4 1
Jetis 0,413 3 11 2 2 0
Danurejan 0,875 2 11 6 2 2
Gedongtengen 0,209 0 35 4 1 0
Gondomanan 0,346 1 5 14 0 0
Segmen 3
Jetis 0,000 0 0 0 0 0
Mergangsan 0,000 0 0 0 0 0
Pakualaman 0,361 1 10 0 0 1
Gondomanan 0,282 4 3 2 0 0
Kraton 0,062 0 0 0 0 0
Segmen 4
Mergangsan 0,217 1 5 2 2 0
Pakualaman 0,079 0 3 0 0 0
Gondomanan 0,115 0 0 0 0 0
Kraton 0,117 0 0 0 0 0
Segmen 5
Mergangsan 1,002 4 9 3 1 1
Umbulharjo 0,106 0 1 2 0 0
Kraton 0,000 0 0 0 0 0
Mantrijeron 0,006 0 2 0 0 0
Segmen 6
Mergangsan 0,843 0 17 3 4 1
Umbulharjo 1,148 0 17 8 0 0
Jumlah 8,359 37 150 61 25 10
Sumber : DLH, 2018
Lampiran 2 : Inventarisasi Jumlah Beban Pencemaran Bukan Titik (satuan)

Jumlah Sapi Burung


Kecamatan Kerbau Sapi Perah Kuda Kambing Domba Babi Ayam Itik
Penduduk Potong Puyuh
Mantrijeron 33103 0 4 0 0 0 2 0 0 2830 0
Kraton 17564 0 0 0 3 0 0 0 0 653 0
Mergangsan 30475 0 6 0 0 10 18 0 0 1920 18
Umbulharjo 88667 3 49 9 9 22 35 0 0 4710 175
Kotagede 36165 0 43 2 1 161 115 0 0 14901 60
Gondokusuman 47160 0 0 0 0 0 9 0 0 3661 6
Danurejan 19019 0 0 0 0 0 0 0 0 945 17
Pakualaman 9341 0 0 0 0 0 0 0 0 119 35
Gondomanan 13603 0 0 0 0 0 0 0 0 210 6
Ngampilan 16932 0 2 0 0 14 7 0 0 200 15
Wirobrajan 25831 0 51 0 0 0 12 0 100 3230 0
Gedongtengen 18216 0 0 0 0 5 5 0 0 175 29
Jetis 23911 0 0 0 0 4 0 0 0 5715 110
Tegalrejo 37757 0 83 0 0 47 90 236 0 7930 407
Jumlah 417744 3 238 11 13 263 293 236 100 47199 878
Sumber: BPS, 2017
Lampiran 3 : Perhitungan Status Mutu (Metode IP)

Tabel Perhitungan Metode Indeks Pencemar S1


Perhitungan IP
Baku
No Parameter Mutu Satuan Nilai
Kelas 2 Ci/Lij 1+(5*(LOG(IP))) Ci/Lij Baru
Kualitas Air

1 Residu Terlarut 1000 mg/l 172.00 0.17 -2.82 0.17


2 Residu Tersuspensi 50 mg/l 15.60 0.31 -1.53 0.31
3 DO 4 mg/l 6.87 0.04 0.04
4 BOD 3 mg/l 1.06 0.35 -1.26 0.35
5 COD 25 mg/l 5.88 0.24 -2.14 0.24
6 Total Fosfat sbg P 0.2 mg/l 26.39 131.94 11.60 11.60
7 Detergen sebagai MBAS 200 mg/l 0.11 0.00 -15.30 0.00
8 Fecal Coliform 1000 jml/100 ml 3.00 0.00 -11.61 0.00
9 Total Coliform 5000 jml/100 ml 75.00 0.02 -8.12 0.02
Rata-Rata 1.42
Max 11.60
IP 8.26
Tercemar Sedang

Tabel Perhitungan Metode Indeks Pencemar S2


Perhitungan IP
Baku
No Parameter Mutu Satuan Nilai
Kelas 2 Ci/Lij 1+(5*(LOG(IP))) Ci/Lij Baru
Kualitas Air

1 Residu Terlarut 1000 mg/l 200.00 0.20 -2.49 0.20


2 Residu Tersuspensi 50 mg/l 17.80 0.36 -1.24 0.36
3 DO 4 mg/l 7.08 -0.03 -0.03
4 BOD 3 mg/l 1.14 0.38 -1.10 0.38
5 COD 25 mg/l 6.51 0.26 -1.92 0.26
6 Total Fosfat sbg P 0.2 mg/l 25.44 127.18 11.52 11.52
7 Detergen sebagai MBAS 200 mg/l 0.10 0.00 -15.48 0.00
8 Fecal Coliform 1000 jml/100 ml 7.00 0.01 -9.77 0.01
9 Total Coliform 5000 jml/100 ml 75.00 0.02 -8.12 0.02
Rata-Rata 1.41
Max 11.52
IP 8.21
Tercemar Sedang
Tabel Perhitungan Metode Indeks Pencemar S3
Perhitungan IP
Baku
No Parameter Mutu Satuan Nilai
Kelas 2 Ci/Lij 1+(5*(LOG(IP))) Ci/Lij Baru
Kualitas Air

1 Residu Terlarut 1000 mg/l 232.00 0.23 -2.17 0.23


2 Residu Tersuspensi 50 mg/l 30.20 0.60 -0.09 0.60
3 DO 4 mg/l 6.45 0.18 0.18
4 BOD 3 mg/l 2.33 0.78 0.45 0.78
5 COD 25 mg/l 5.24 0.21 -2.39 0.21
6 Total Fosfat sbg P 0.2 mg/l 62.37 311.85 13.47 13.47
7 Detergen sebagai MBAS 200 mg/l 0.13 0.00 -14.90 0.00
8 Fecal Coliform 1000 jml/100 ml 3.00 0.00 -11.61 0.00
9 Total Coliform 5000 jml/100 ml 1100.00 0.22 -2.29 0.22
Rata-Rata 1.74
Max 13.47
IP 9.60
Tercemar Sedang

Tabel Perhitungan Metode Indeks Pencemar S4


Perhitungan IP
Baku
No Parameter Mutu Satuan Nilai
Kelas 2 Ci/Lij 1+(5*(LOG(IP))) Ci/Lij Baru
Kualitas Air

1 Residu Terlarut 1000 mg/l 240.00 0.24 -2.10 0.24


2 Residu Tersuspensi 50 mg/l 33.30 0.67 0.12 0.67
3 DO 4 mg/l 6.66 0.11 0.11
4 BOD 3 mg/l 2.93 0.98 0.95 0.98
5 COD 25 mg/l 5.24 0.21 -2.39 0.21
6 Total Fosfat sbg P 0.2 mg/l 41.81 209.05 12.60 12.60
7 Detergen sebagai MBAS 200 mg/l 0.10 0.00 -15.59 0.00
8 Fecal Coliform 1000 jml/100 ml 3.00 0.00 -11.61 0.00
9 Total Coliform 5000 jml/100 ml 2400.00 0.48 -0.59 0.48
Rata-Rata 1.70
Max 12.60
IP 8.99
Tercemar Sedang
Tabel Perhitungan Metode Indeks Pencemar S5
Perhitungan IP
Baku
No Parameter Mutu Satuan Nilai
Kelas 2 Ci/Lij 1+(5*(LOG(IP))) Ci/Lij Baru
Kualitas Air

1 Residu Terlarut 1000 mg/l 288.00 0.29 -1.70 0.29


2 Residu Tersuspensi 50 mg/l 34.00 0.68 0.16 0.68
3 DO 4 mg/l 7.29 -0.10 -0.10
4 BOD 3 mg/l 1.22 0.41 -0.95 0.41
5 COD 25 mg/l 7.78 0.31 -1.53 0.31
6 Total Fosfat sbg P 0.2 mg/l 47.52 237.60 12.88 12.88
7 Detergen sebagai MBAS 200 mg/l 0.57 0.00 -11.73 0.00
8 Fecal Coliform 1000 jml/100 ml 3.00 0.00 -11.61 0.00
9 Total Coliform 5000 jml/100 ml 2400.00 0.48 -0.59 0.48
Rata-Rata 1.66
Max 12.88
IP 9.18
Tercemar Sedang

Tabel Perhitungan Metode Indeks Pencemar S6


Perhitungan IP
Baku
No Parameter Mutu Satuan Nilai
Kelas 2 Ci/Lij 1+(5*(LOG(IP))) Ci/Lij Baru
Kualitas Air

1 Residu Terlarut 1000 mg/l 396.00 0.40 -1.01 0.40


2 Residu Tersuspensi 50 mg/l 53.40 1.07 1.14 1.14
3 DO 4 mg/l 6.87 0.04 0.04
4 BOD 3 mg/l 4.55 1.52 1.90 1.90
5 COD 25 mg/l 6.83 0.27 -1.82 0.27
6 Total Fosfat sbg P 0.2 mg/l 54.95 274.73 13.19 13.19
7 Detergen sebagai MBAS 200 mg/l 0.07 0.00 -16.28 0.00
8 Fecal Coliform 1000 jml/100 ml 3.00 0.00 -11.61 0.00
9 Total Coliform 5000 jml/100 ml 2400.00 0.48 -0.59 0.48
Rata-Rata 1.94
Max 13.19
IP 9.43
Tercemar Sedang
Tabel Perhitungan Metode Indeks Pencemar S7
Perhitungan IP
Baku
No Parameter Mutu Satuan Nilai
Kelas 2 Ci/Lij 1+(5*(LOG(IP))) Ci/Lij Baru
Kualitas Air

1 Residu Terlarut 1000 mg/l 296.00 0.30 -1.64 0.30


2 Residu Tersuspensi 50 mg/l 40.00 0.80 0.52 0.80
3 DO 4 mg/l 7.29 -0.10 -0.10
4 BOD 3 mg/l 4.83 1.61 2.03 2.03
5 COD 25 mg/l 8.10 0.32 -1.45 0.32
6 Total Fosfat sbg P 0.2 mg/l 33.43 167.16 12.12 12.12
7 Detergen sebagai MBAS 200 mg/l 0.05 0.00 -17.19 0.00
8 Fecal Coliform 1000 jml/100 ml 3.00 0.00 -11.61 0.00
9 Total Coliform 5000 jml/100 ml 93.00 0.02 -7.65 0.02
Rata-Rata 1.72
Max 12.12
IP 8.65
Tercemar Sedang

Anda mungkin juga menyukai