Anda di halaman 1dari 21

p-ISSN 1979-9624 Jurnal Perspektif

e-ISSN 2776-3900 Vol. 14, No. 1, Juni 2021

EVALUASI PELATIHAN PENYULUH AGAMA ISLAM NON PNS:


IMPLEMENTASI, HAMBATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP
KOMPETENSI ALUMNI

Agustina
Balai Diklat Keagamaan Palembang, Kementerian Agama, Palembang
agustinadjihadi.ad@gmail.com

Diterima: 23 Februari | Disetujui: 15 April | Dipublikasikan: 22 April

Abstrak
Penyuluh Agama adalah corong pemerintah dalam menyampaikan pesan-pesan agama,
namun saat ini seringkali dipandang belum menyesuaikan kompetensinya dengan perubahan
zaman sehingga perlu mengikuti pelatihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kesesuaian tujuan pelatihan dan kebutuhan penyuluh, input, implementasi dan dampak
pelatihan terhadap peningkatan kompetensi penyuluh. Penelitian ini melibatkan 1209 (seribu
dua ratus sembilan) alumni pelatihan Penyuluh Agama Islam non PNS dari 28 propinsi sebagai
responden survey daring, dan 32 alumni pelatihan dari 6 kabupaten di dua propinsi yaitu
Sumatera Selatan dan Lampung sebagai responden wawancara sehingga total responden 1241
(seribu dua ratus empat puluh satu) orang. Data dikumpulkan melalui tiga teknik yaitu
mendistribusikan angket daring, melakukan in depth interview untuk mengelaborasi hasil
angket sebagai teknik triangulasi metode, dan telaah dokumentasi, lalu dianalisis
menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
relevansi tujuan pelatihan dan kebutuhan Penyuluh Agama Islam Non PNS; aspek kurikulum
dan silabus pelatihan perlu mendapat perhatian untuk perbaikan kualitas kedepan; aspek
pengelolaan kelas dan penggunaan strategi widyaiswara perlu lebih baik; dan analisis dampak
menunjukkan bahwa mayoritas peserta pelatihan telah memiliki peningkatan kompetensi ilmu
agama dan Kompetensi Komunikasi sangat baik, dan peningkatan Kompetensi Sosial dan
kompetensi moral cukup baik, namun masih kurang baik dalam aspek keterampilan
menjalankan fungsi advokatif.

Key Words: Evaluasi, Pelatihan, Penyuluh Agama Islam Non PNS

Agustina (Evaluasi Pelatihan Penyuluh….) 1


p-ISSN 1979-9624 Jurnal Perspektif
e-ISSN 2776-3900 Vol. 14, No. 1, Juni 2021

Abstract

[EVALUATION ON TRAINING FOR ASSISTED ISLAMIC COUNSELORS: IMPLEMENTATION,


OBSTACLES AND IMPACTS ON ALUMNI’S COMPETENCY]. Islamic Counselors are the
mouthpieces of the government in conveying religious messages, but they are often seen lack of
competence in carrying out the duty so they need to take part in training. This study aims to
determine the suitability of training objectives and the Counselors’ needs, input, implementation
and impact of training on enhancing the counselors’ competence in carrying out their duty. This
study involved 1209 alumni of assisted Islamic Counselors from 28 provinces in Indonesia as
online survey respondents, and 32 training alumni from 6 districts in two provinces, namely
South Sumatra and Lampung as interview respondents so that the total respondents were 1241
people. The data were collected through three techniques, namely distributing online
questionnaires, conducting in-depth interviews as a method of triangulation, and reviewing
documentation, then analyzing using qualitative descriptive method. The results showed that 1)
the training objectives were relevant with the needs of assisted Islamic Counselors; and 2) the
training curriculum and syllabus, the classroom management and the strategies need to be
improved. Besides, the impact analysis noted that the majority of training participants showed
better competence in religious and communication competencies, but showed no improvement
advocacy skill.

Key Word: Evaluation, Training, Assisted Islamic Counselors

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0


International License

Agustina (Evaluasi Pelatihan Penyuluh….) 2


p-ISSN 1979-9624 Jurnal Perspektif
e-ISSN 2776-3900 Vol. 14, No. 1, Juni 2021

PENDAHULUAN Penyuluh Agama memegang peran


yang sangat penting dalam roda
Penyuluh Agama merupakan pembangunan dan karenanya layak
salah satu dari dua jabatan fungsional untuk mendapatkan perhatian yang
yang ditetapkan oleh Menteri baik.
Pendayagunaan Aparatur Negara Namun, dinilai dari baik
untuk dibina oleh Kementerian kompetensi maupun kinerjanya, para
Agama. Memandang tingkat penyuluh agama selama ini sering
urgensinya, jabatan Penyuluh Agama dipandang belum menyesuaikan diri
telah menjadi sebuah corong dengan peran yang diemban dan
pemerintah dalam menyampaikan belum menyesuaikan dengan zaman
pesan-pesan agama maupun pesan- kekinian yang terus berubah, sehingga
pesan program pemerintah. Dalam diperlukan penyesuaian peran
keputusan bersama Menteri Agama RI penyuluh agama Islam agar dapat
dan Kepala Badan Kepegawaian lebih memberikan nilai tambah bagi
Negara Nomor 574 tahun 1999 dan pembangunan bidang keagamaan di
nomor 178 tahun 1999 tentang Indonesia (Amirulloh, 2016: 40). Dari
jabatan fungsional penyuluh agama perubahan peran inilah diharapkan
dan angka kreditnya, keputusan kompetensi mumpuni yang
bersama Menteri Agama RI dan Kepala dipersyaratkan akan menjadi target
Badan Kepegawaian Negara nomor pencapaian setiap penyuluh yang
574 tahun 1999, disebutkan secara berimbas pada kinerja sesuai
jelas bahwa terdapat fungsi Penyuluh kompetensinya.
Agama yaitu: fungsi informatif dan Untuk meningkatkan wawasan
edukatif, dimana penyuluh agama Penyuluh Agama Islam Non PNS
memposisikan dirinya sebagai juru dalam memberikan bimbingan dan
dakwah yang berkewajiban penyuluhan kepada masyarakat yang
mendakwahkan ajaran agamanya, baik dan berkesinambungan, pelatihan
menyampaikan penerangan agama bagi Penyuluh Agama Islam Non PNS
dan mendidik masyarakat dengan dilakukan dengan sangat masif pada
sebaik-baiknya sesuai ajaran agama; tiap Balai Diklat Keagamaan se-
kedua, fungsi konsultatif, dimana Indonesia, dan baik implementasi
penyuluh agama mengabdikan dirinya maupun hasilnya relatif sangat jarang
untuk turut memikirkan dan dievaluasi secara global. Evaluasi
memecahkan persoalan-persoalan pelatihan sendiri merupakan bidang
yang dihadapi masyarakat, baik secara yang banyak diminat para peneliti
pribadi, keluarga maupun sebagai kepelatihanan, namun khusus untuk
masyarakat umum; dan ketiga adalah pelatihan Penyuluh termasuk area
fungsi advokatif, dimana penyuluh yang masih relatif sedikit dilakukan
agama memiliki tanggungjawab moral penelitian. Sudjarwo (2008) meneliti
dan sosial untuk melakukan evaluasi kinerja penyelenggaraan
pembelaan terhadap umat/masyarakat pendidikan dan pelatihan
binaan terhadap berbagai ancaman, Kepemimpinan Tingkat IV pada Balai
gangguan, hambatan, dan tantangan Pelatihan Keagamaan Semarang
yang merugikan akidah, mengganggu dengan hasil status kinerja input
ibadah dan merusak akhlak. Ketiga kurang, status kinerja proses baik, dan
fungsi ini menunjukkan bahwa jabatan

Agustina (Evaluasi Pelatihan Penyuluh….) 3


p-ISSN 1979-9624 Jurnal Perspektif
e-ISSN 2776-3900 Vol. 14, No. 1, Juni 2021

status kinerja output sedang. kompetensi Penyuluh Agama Islam,


Menurutnya kurangnya kinerja dalam menurut Amirulloh (2016: 55),
aspek input disebabkan oleh pengikutsertaan para penyuluh agama
rendahnya komitmen terhadap Islam ini pada pelatihan masih sering
penyediaan faktor sumber pelayanan. dianggap belum memuaskan karena
Dari beberapa penelitian materi yang disampaikan belum sesuai
evaluasi pelatihan dapat disimpulkan dengan kebutuhan dan realitas kondisi
bahwa pelaksanaan pelatihan tidak kelayakan penyuluhan di lapangan.
selalu berbanding lurus dengan Hal ini tentu saja dapat
meningkatnya kompetensi Penyuluh mempengaruhi hasil pelatihan yang
Agama Islam secara signifikan diperoleh oleh para pesertanya.
dikarenakan berbagai kekurangan. Belum memuaskannya
Pada tingkat lembaga pelatihan ini kompetensi penyuluh agama dan
pada kenyataannya memang urgensi untuk mengevaluasi pelatihan
penyelenggaraan pelatihan Penyuluh Penyuluh Agama Islam pada lembaga-
Agama Islam masih tidak selalu lembaga pelatihan seperti yang
dibarengi dengan sistem evaluasi yang dipaparkan diatas, menjadi latar
komprehensif dalam rangka menilai belakang penulis untuk melakukan
efektivitasnya hingga upaya penelitian evaluasi program pelatihan
peningkatan kualitas peningkatan kompetensi Penyuluh
penyelenggaraannyapun dinilai Agama Islam Non PNS yang
kurang intens. Selama ini, pada tingkat diselenggarakan oleh Balai Diklat
Balai Pelatihan, evaluasi yang diadakan Keagamaan. Adapun masalah pokok
adalah meliputi hanya evaluasi saat yang diangkat dalam penelitian ini
pelatihan (bersifat formatif) dan belum dirumuskan dalam pertanyaan berikut,
mengevaluasi peserta pasca pelatihan 1) Apakah sudah terdapat
(bersifat sumatif), dengan kata lain kesesuaian tujuan program
evaluasi pada kisaran output dan pelatihan dengan kebutuhan
belum outcome. Evaluasi pelatihan penyuluh Agama Islam Non PNS
yang kurang komprehensif ini bukan dalam menjalankan tusinya?
tidak mungkin telah menyebabkan 2) Seberapa baik strategi untuk
penyelenggaraan pelatihan hanya mendukung tujuan-tujuan yang
terkesan sebagai kegiatan formalitas, telah ditetapkan, terutama dalam
karena tidak memberikan pengaruh aspek kurikulum dan silabus?
yang signifikan tehadap kinerja 3) Bagaimana proses implementasi
Penyuluh Agama Islam secara umum. program pelatihan Peningkatan
Maka peneliti memandang Kompetensi Penyuluh Agama
penting untuk mengetahui apakah Islam di Balai Pelatihan
program pelatihan Penyuluh Agama Keagamaan se-Indonesia?
Islam Non PNS yang dilaksanakan 4) Apakah terdapat peningkatan
pada Balai Diklat Keagamaan telah kompetensi peningkatan
mencapai tujuan dengan baik, yaitu kompetensi Penyuluh Agama
meningkatkan kompetensi dan Islam di Balai Pelatihan
keterampilan Penyuluh Agama dalam Keagamaan se-Indonesia setelah
menjalankan tugas dan fungsinya. mengikuti program pelatihan?
Terkhusus pada pelatihan peningkatan

Agustina (Evaluasi Pelatihan Penyuluh….) 4


p-ISSN 1979-9624 Jurnal Perspektif
e-ISSN 2776-3900 Vol. 14, No. 1, Juni 2021

5) Hambatan-hambatan apa yang menggunakan metode pembelajaran


ditemui oleh Para Penyuluh yang tepat, dan menggunakan media
Agama Islam non PNS saat yang sesuai dengan tema
menjalankan tusinya di lapangan? pembelajaran dan kondisi peserta
Berdasarkan deskripsi dan pelatihan.
rumusan permasalahan tersebut,
penelitian ini bertujuan untuk; 1) Hakikat Pelatihan
Mengkaji kesesuaian tujuan program Terdapat perbedaan yang
pelatihan dengan analisis kebutuhan mendasar antara istilah pendidikan
pelatihan Peningkatan Kompetensi dan pelatihan. Masadeh (2012: 64)
Penyuluh Agama Islam di Balai menjelaskan bahwa pelatihan
Pelatihan Keagamaan se- Indonesia, 2) dilengkapi dengan pengalaman-
Menidentifikasi strategi untuk pengalaman praktis, sedangkan
mendukung tujuan-tujuan yang telah pendidikan biasanya memiliki
ditetapkan terutama dalam hal kursil, pendekatan yang lebih umum,
3) Mengkaji proses implementasi bertujuan untuk mengembangkan
program pelatihan Peningkatan pengetahuan, keterampilan dan nilai-
Kompetensi Penyuluh Agama Islam di nilai moral dan pemahaman
Balai Pelatihan Keagamaan se- keseluruhan aspek dalam kehidupan
Indonesia, 4) Menganalisis hasil dan tidak terbatas pada bidang
peningkataan kompetensi tertentu. Jika berorientasi pada fokus,
Peningkatan Kompetensi Penyuluh menurut Hadipoerwono (1999: 76),
Agama Islam di Balai Pelatihan pendidikan difokuskan sebagai suatu
Keagamaan se-Indonesia setelah pembinaan dalam proses
mengikuti pelatihan dan 5) perkembangan manusia, dimana
Menjabarkan hambatan yang ditemui manusia itu berpikir sendiri dan
para Penyuluh saat menjalankan mendorong berkembangnya
tusinya di lapangan. kemampuan dasar yang ada padanya.
Secara praktis, hasil penelitian ini Sedangkan pelatihan adalah
diharapkan memberi pembinaan kecakapan, kemahiran,
manfaatterhadap; Pengambil ketangkasan (skill building) dalam
Kebijakan, untuk dijadikan sebagai pelaksanaan tugas. Bisa disimpulkan
masukan dalam merumuskan berbagai bahwa pendidikan berorientasi pada
kebijakan sebagai upaya teori, dilakukan di dalam kelas,
meningkatkan kapasitas sumber daya berlangsung lama dan biasanya
pendukung implementasi pelatihan menjawab “Why”, sedangkan pelatihan
penyuluh agama; Pengembang berorientasi pada praktek, dilakukan di
Kurikulum, untuk dijadikan sebagai lapangan berlangsung singkat dan
dasar pijakan untuk pengembangan menjawab “How”.
dan penyempurnaan implementasi Goldstein dan Ford (2002:1)
pelatihan Penyuluh Agama Islam; dan menyatakan bahwa "training is defined
Instruktur/narasumber pelatihan, as the systematic acquisition of skills,
untuk dapat digunakan sebagai acuan rules, concept, or attitudes that result in
dalam membuat desain rencana improved performance in another
pembelajaran pelatihan penyuluh environment". Ini berarti pelatihan
agama, mengembangkan materi, menjadi proses penerimaan

Agustina (Evaluasi Pelatihan Penyuluh….) 5


p-ISSN 1979-9624 Jurnal Perspektif
e-ISSN 2776-3900 Vol. 14, No. 1, Juni 2021

keterampilan, aturan, konsep dan kekuasaan untuk menentukan atau


sikap-sikap tertentu secara sistematis memutuskan suatu hal. Defenisi
yang menyebabkan terjadinya kompetensi lain oleh Spencer and
peningkatan kinerja dalam lingkungan Spencer (1993: 9) menyebutkan, “A
kerjanya. Senada dengan ini, Kamil competency is an underlying
(2010: 4) mendefinisikan pelatihan characteristic of an individual that is
sebagai serangkaian aktifitas yang causally related to criterion-referenced
dilaksanakan untuk meningkatkan effective and/or superior performance
keterampilan, pengetahuan, in a job or situation“. Kompetensi
pengalaman, keahlian ataupun dinyatakannya sebagai suatu
perubahan sikap dari individu dalam karakeristik yang mendasar dari
jangka waktu yang relatif singkat dan seseorang individu, yaitu penyebab
lebih mengutamakan praktik daripada yang terkait dengan acuan kriteria
teori. Namun, penggunaan kata tentang kinerja yang efektif. Rusman
pendidikan dan pelatihan ini seringkali (2010: 23) mendefinisikan kompetensi
berdampingan, disingkat menjadi merupakan perilaku rasional untuk
Pelatihan. mencapai tujuan yang dipersyaratkan
Dari defenisi-defenisi diatas sesuai dengan kondisi yang
tentang pelatihan, dapat disimpulkan dipersyaratkan. Disimpulkan dari
bahwa pelatihan merupakan sebuah defenisi-defenisi diatas, kompetensi
program untuk meningkatkan dapat dipahami sebagai kecakapan
kompetensi objek yang dipelatihan, atau kemampuan.
dimana dalam penelitian ini Menurut Keputusan Bersama
merupakan para Penyuluh Agama Menteri Agama dan Kepala Badan
Islam Non PNS. Kepegawaian Negara Nomor 574
Tahun 1999 dan Nomor 178 Tahun
Kompetensi Penyuluh Agama 1999, disebutkan bahwa kompetensi
Penyuluh Agama, sebagaimana Penyuluh Agama meliputi; 1)
tercantum dalam Keputusan Menteri Bimbingan atau penyuluhan agama
Agama RI nomor 79 Tahun 1985 dan dan pembangunan: melaksanakan
Keputusan Menteri Agama RI Nomor bimbingan penyuluhan, melaksanakan
164 Tahun 1996 (Kemenag: 8), adalah konsultasi, menyusun rencana
pembimbing umat beragama dalam penyuluhan, menganalisis potensi
rangka pembinaan mental, moral dan wilayah, menyusun materi penyuluhan,
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha menyusun laporan penyuluhan, 2)
Esa. Disebutkan bahwa Penyuluh Pengembangan bimbingan atau
Agama Islam adalah pembimbing penyuluhan agama dan
umat dalam rangka pembinaan pembangunan: menyusun juklak
mental, moral, dan ketaqwaan kepada (petunjuk pelaksanaan) dan juknis
Tuhan dan memberikan pengertian (petunjuk teknis), mengembangkan
dan penjabaran tentang segala aspek metode bimbingan dan penyuluhan,
pembangunan melalui bahasa agama. menyusun konsep kepenyuluhan dan
Sedangkan kompetensi secara mengembangkan materi bimbingan
bahasa diartikan dalam Kamus Besar dan penyuluhan, 3) Pengembangan
Bahasa Indonesia (KBBI: 2017) versi profesi: membuat karya tulis ilmiah
daring sebagai wewenang atau dan membimbing penyuluh yang

Agustina (Evaluasi Pelatihan Penyuluh….) 6


p-ISSN 1979-9624 Jurnal Perspektif
e-ISSN 2776-3900 Vol. 14, No. 1, Juni 2021

adadibawahnya, dan 4) Penunjang agama, 8) Perilaku NAPZA dan


tugas: mengikuti seminar atau yang HIV/AIDS, yang bertugas untuk
setara, aktif dalam organisasi dan membantu instansi berwenang dalam
mengikuti pendidikan yang tidak proses rehabilitasi pengguna NAPZA
sesuai dengan bidang tugasnya. dan ODHA dengan pendekatan
Dalam Keputusan Dirjen spiritual.
Bimbingan Masyarakat Islam No 298
tahun 2017 tentang Pedoman METODE PENELITIAN
Penyuluh Agama Islam Non PNS Penelitian ini menggunakan
halaman 13-14 disebutkan bahwa mixed method (dengan data kuantitatif
Penyuluh Agama Islam Non PNS dan kualitatif) dengan desain studi
berkordinasi dengan Penyuluh Agama kasus melalui Model Evaluasi CIPP
Islam Fungsional untuk melakukan (context, input, process, dan product)
penyuluhan agama Islam dalam yang dikembangkan oleh Stufflebeam
bidang keislaman dan pembangunan dkk. Penggunaan model CIPP dalam
sosial keagamaan, baik di lingkungan penelitian evaluatif ini bertujuan untuk
Kemenag maupun lembaga mitra menghasilkan temuan yang
lintas sektoral, dengan spesialisasi menyeluruh dan komprehensif
sebagai berikut; 1) Penyuluh terhadap seluruh aspek dalam
Pemberantasan Buta Huruf Alquran, implementasi program pelatihan
yang bertugas untuk bertahap karena model evaluasi ini
menjadikan kelompok binaan dapat digambarkan lebih komprehensif jika
membaca dan menulis huruf Alquran, dibandingkan dengan model evaluasi
2) Penyuluh Keluarga Sakinah, yang lainnya Madaus, et al (2001) dan
berperan untuk membentuk keluarga merupakan model evaluasi holistik
sakinah pada masyarakat, 3) Penyuluh yang elemen-elemennya beroreantasi
Zakat, yang bertugas untuk sistem serta terstruktur dalam
meningkatkan pendayagunaan zakat mengakomodasi kebutuhan evaluasi
dari dan untuk masyarakat, 4) universal.
Penyuluh Wakaf, yang bertugas untuk Penelitian ini dilakukan dengan
meningkatkan potensi dan prosedur daring dan tatap muka.
pendayagunaan wakaf dari dan untuk Penelitian daring melibatkan 1209
masyarakat, 5) Penyuluh Produk Halal, (seribu dua ratus sembilan) orang
yang bertugas menciptakan Penyuluh Agama Non PNS yang
masyarakat muslim Indonesia yang pernah mengikuti pelatihan pada 13
sadar halal, 6) Penyuluh Balai Pelatihan Keagamaan yang
Kerukunan Umat Beragama, yang tersebar di Indonesia yang berasal dari
bertugas mendorong masyarakat total 28 propinsi.
untuk menciptakan kerukunan dalam
kehidupan beragama, 7) Penyuluh
Radikalisme dan Aliran Sempalan,
yang bertugas untuk membantu
instansi berwenang dalam
pencegahan tumbuhnya perilaku
radikal dan aliran sempalan di
masyarakat dengan pendekatan

Agustina (Evaluasi Pelatihan Penyuluh….) 7


p-ISSN 1979-9624 Jurnal Perspektif
e-ISSN 2776-3900 Vol. 14, No. 1, Juni 2021

penelitian ini telah dianalisis


dengan metode uji analisis validitas
isi. Peneliti menyusun sebuah Tabel
Spesifikasi berdasarkan indikator-
indikator pelaksanaan pelatihan
untuk dimasukkan dalam format
kuisioner dan menyesuaikan butir-
butir pernyataannya dengan
kusioner tersebut. Dalam
memvalidasi konten, penulis juga
meminta pendapat ahli (expert
Grafik 1. Responden Penelitian Daring judgment) berdasarkan spesifikasi
Peneliti juga melakukan visitasi ke yang telah disusun sebelumya.
lapangan dengan melibatkan 32 (tiga 2) Wawancara Mendalam (In-depth
puluh dua) responden Penyuluh Agama Interview.)
Non PNS yang berasal dari 5 (lima) Wawancara dalam penelitian ini
kota/kabupaten di propinsi Sumatera dilakukan secara individual pada
Selatan dan Lampung. satuan kerja KUA responden yang
tersebar dalam 6 kecamatan di
propinsi Sumsel dan Lanmpung,
secara spesifik bertujuan untuk
mengelaborasi atau memperkaya
infiormasi yang telah diperoleh.
Adapun jenis wawancara yang
dilakukan peneliti adalah
wawancara terstruktur. Bersama
dengan hasil angket dan analisis
dokumentasi, hasil wawancara
Grafik 2. Responden Wawancara menjelaskan secara deskriptif
Pengambilan data dilakukan tentang aspek-aspek penelitian
dalam kurun waktu 13 Agustus hingga secara elaboratif.
17 September 2020, analisis data
hingga penulisan hasil penelitian 3) Telaah Dokumentasi
dilakukan pada Oktober-Desember Penulis menggunakan metode
2020. Data dikumpulkan melalui tiga dokumentasi untuk evaluasi salah
teknik berikut. satu sub indikator dalam evaluasi
1) Penyebaran Kuesioner Online. konteks yaitu menganalisis tujuan
Kuisioner didistribusikan secara program pelatihan Penyuluh
online kepada para Penyuluh Agama Islam Non PNS dan evaluasi
Agama Islam non PNS se- input yaitu kurikulum dan silabus
Indonesia. Adapun jenis kuesioner pelatihan Penyuluh Agama Islam
yang digunakan adalah kuesioner Non PNS sebagai salah satu teknik
online dengan pertanyaan tertutup triangulasi bersamaan dengan
sebanyak 19 (sembilan belas) butir teknik wawancara dan penyebaran
pertanyaan dengan opsi respon angket.
dengan Skala Likert. Validitas
masing-masing instrument dalam

Agustina (Evaluasi Pelatihan Penyuluh….) 8


p-ISSN 1979-9624 Jurnal Perspektif
e-ISSN 2776-3900 Vol. 14, No. 1, Juni 2021

Adapun prosedur analisis data yang kuat antara kebutuhan Penyuluh


mengacu pada prosedur analisis data Agama Islam non PNS dalam
Miles & Hubermen (1994), yaitu bahwa menjalankan tusinya dengan tujuan
analisis data dalam penelitian kualitatif, pelatihan Penyuluh Agama Islam Non
secara umum dimulai sejak PNS.
pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data, dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi. Dalam
menganalisis data, peneliti melakukan
teknik berikut:
1) Analisis angket daring secara
kuantitatif: skoring, mentabulasi,
melakukan interpretasi.
2) Analisis hasil wawancara dengan Grafik 3. Relevansi Tujuan Pelatihan
menggunakan persentase untuk dengan Kebutuhan Penyuluh di
mengelaborasi hasil yang diperoleh Lapangan
sebelumnya dari angket daring.
3) Analisis dokumentasi yaitu dengan 1) Input/Masukan Kursil Pelatihan
membandingkan teks naskah kursil Teknis Substantif Penyuluh Agama
Pelatihan yang memuat tujuan Islam Non PNS
pelatihan dan mengkaitkannya Mayoritas responden sudah
dengan kebutuhan alumni yang menilai positif aspek kursil, meski
ditanyakan via wawancara. terdapat angka yang cukup besar yang
menyatakan ketidakpuasannya
terhadap kursil yang ada.
TEMUAN DAN PEMBAHASAN

1. Temuan
a. Aspek Relevansi Kebutuhan dan
Tujuan Program Pelatihan Penyuluh
Agama Islam Non PNS dalam
Menjalankan Tusinya
Para Penyuluh Agama Islam Non
PNS menilai pelatihan yang mereka
ikuti telah memiliki relevansi yang Grafik 4. Kurikulum dan Silabus
sangat baik dengan kebutuhan mereka
di lapangan, ditunjukkan baik oleh hasil Untuk butir pernyataan tentang
angket maupun wawancara. Adapun kursil, ada sub pertanyaan yang
telaah dokumen mencatat meminta masukan responden materi
mengkonfirmasi kesesuaian antara yang perlu dimasukkan dan selama ini
tujuan pelatihan dan kebutuhan dan belum terakomodir dalam kursil
tusi penyuluh Agama Islam di lapangan. Pelatihan Penyuluh Agama Non PNS.
Dari ketiga hasil yang sama yang
diperoleh dengan tiga teknik
pengumpulan data yang berbeda
disimpulkan bahwa terdapat relevansi

Agustina (Evaluasi Pelatihan Penyuluh….) 9


p-ISSN 1979-9624 Jurnal Perspektif
e-ISSN 2776-3900 Vol. 14, No. 1, Juni 2021

sebesar 43%. Ini berarti hampir separuh


responden berpendapat bahwa aspek
strategi dan metode pembelajaran
perlu ditingkatkan lebih baik.

Grafik 5. Masukan Materi untuk Kursil

Responden menghendaki adanya Grafik 6. Implementasi Strategi


beragam isu untuk dimasukkan Pelatihan
kedalam kursil, dimana saat wawancara Dalam aspek ini, terdapat sub
juga terdapat banyak pendapat pertanyaan yang meminta responden
menyebutkan bahwa muatan pelatihan memberikan masukan aspek mana dari
masih sangat umum dan diharapkan strategi dan metode pembelajaran yang
untuk dapat lebih menukik pada diterapkan widyaiswara yang perlu
spesialisasi dengan porsi yang lebih diperbaiki.
banyak. Hal ini diungkapkan salah
satunya oleh salah satu penyuluh
agama di Kota Lahat, “Kami
membutuhkan penguatan pada bidang
spesialisasi kami yang sumber belajar
mandirinya masih sangat kurang,
misalnya pada bidang Narkoba.
Wawasan yang kami peroleh dari
pelatihan masing bersifat sangat umum, Grafik 6. Aspek Strategi yang Perlu
hingga kami masih kesulitan dalam Diperbaiki
menjalankan tugas dalam spesialisasi
Terdapat 408 responden
tersebut”.
menyebutkan bahwa metode
pembelajaran masih kurang variatif dan
2) Analisis Implementasi Strategi
cenderung monoton, sebagian lagi
Pelatihan Teknis Subtantif Penyuluh
menyebutkan bahwa pembelajaran
Agama Islam Non PNS
berlangsung terlalu serius, sebanyak
Strategi dan metode
367 responden menyebut bahwa
pembelajaran yang diterapkan dalam
widyaiswara terlalu banyak memberikan
pelatihan merupakan sebuah aspek
teori, sedangkan peserta membutuhkan
yang cukup banyak mendapat
praktek dan problem-solving yang
perhatian responden. Terdapat
kontekstual, sebanyak 298 responden
persentase yang cukup besar yang
menyebutkan bahwa kurang interaksi
merasakan ketidakpuasan dalam hal
dua arah antara WI dan peserta, peserta
strategi dan metode pembelajaran yang
kurang dilibatkan, sementara peserta
diterapkan widyaiswara, yaitu total
menghendaki keterlibatan yang lebih

Agustina (Evaluasi Pelatihan Penyuluh….) 10


p-ISSN 1979-9624 Jurnal Perspektif
e-ISSN 2776-3900 Vol. 14, No. 1, Juni 2021

aktif dalam pembelajaran karena


komunikasi satu arah cenderung
membuat peserta lebih cepat
mengantuk. Hal yang sama
dikemukakan oleh responden saat
wawancara berlangsung, salah satunya
oleh salah satu penyuluh pada salah
satu KUA di Pagaralam, “Widyaiswara Grafik 7. Kompetensi Ilmu Agama
diharapkan dapat mengaktifkan peserta b) Kompetensi Komunikasi
untuk lebih banyak terlibat dalam Kompetensi komunikasi adalah
pembelajaran, hingga kami benar-benar kemampuan berkomunikasi yang baik
maksimal dalam memahami apa yang meliputi mampu menyampaikan
disampaikan”. ceramah agama atau khotbah serta
kedua, mampu berkomunikasi yang
3) Peningkatan Kompetensi Penyuluh baik dalam menyampaikan konsultasi
Agama Islam Non PNS agama. Dari hasil angket diperoleh data
Aspek peningkatan kompetensi bahwa sebanyak 59% responden
penyuluh ditanyakan dalam angket menilai dirinya mengalami peningkatan
daring dikarenakan jawaban yang kompetensi komunikasi sangat baik
diperoleh secara daring diharapkan pasca diklat.
telah cukup representatif dan lebih
tinggi objektivitasnya dibandingkan
jawaban self-evaluation melalui
wawancara. Responden biasanya akan
merasa sungkan untuk menilai diri
sendiri secara langsung jika
dibandingkan dengan melakukan self-
evaluation secara tertutup melalui
angket daring.
a) Kompetensi Ilmu Agama Grafik 8. Kompetensi Komunikasi
Mayoritas responden merasakan
mendapatkan peningkatan kompetensi c) Kompetensi Sosial
agama yang signifikan pasca mengikuti Kompetensi sosial adalah
pelatihan Penyuluh Agama Non PNS. kecakapan dalam bermasyarakat, di
Hal ini mengindikasikan bahwa muatan antaranya aktif di dalam organsiasi
materi agama dalam Pelatihan keagamaan atau kemasyarakatan. Hasil
Penyuluh Agama Non PNS sudah angket menunjukkan bahwa sebanyak
sangat memadai. total 74% responden merasa terdapat
peningkatan kompetensi sosial pasca
diklat secara signifikan, namun
sebanyak total 26% responden menilai
peningkatan dalam kompetensi
sosialnya kurang dan tidak baik.

Agustina (Evaluasi Pelatihan Penyuluh….) 11


p-ISSN 1979-9624 Jurnal Perspektif
e-ISSN 2776-3900 Vol. 14, No. 1, Juni 2021

sedangkan hanya total 13% responden


yang merasa kurang dan tidak baik. Hal
ini mengindikasikan bahwa mayoritas
responden menilai bahwa terdapat
peningkatan yang signifikan pasca
diklat dalam menjalankan fungsi
informatif.

Grafik 9. Kompetensi Sosial

d) Kompetensi Moral
Kompetensi moral meliputi
berakhlak baik dan tidak sedang terlibat
dalam masalah hukum. Berdasarkan
hasil angket, diperoleh data bahwa
hanya sebanyak 27% responden menilai
peningkatan kompetensi moralnya
Grafik 11. Fungsi Informatif
pascadiklat sangat baik, sebanyak 43%
responden mengalami peningkatan
b) Fungsi Edukatif
yang cukup baik, sedangkan total 30%
Dari hasil angket diperoleh data
responden menganggap pelatihan tidak
bahwa sebanyak 46% responden
memiliki dampak signifikan langsung
menilai dirinya mengalami peningaktan
terhadap kompetensi moral Penyuluh
keterampilan dalam menjalankan fungsi
Agama Islam Non PNS. Berikut ini data
edukatif sangat baik, sebanyak 43%
dalam bentuk grafik.
merasa peningkatan tersebut cukup
baik, sedangkan hanya total 11%
responden yang merasa kurang dan
tidak baik. Hal ini mengindikasikan
bahwa mayoritas responden menilai
bahwa terdapat peningkatan yang
signifikan pasca diklat dalam
menjalankan fungsi edukatif.

Grafik 10. Kompetensi Moral

4) Peningkatan Keterampilan dalam


Menjalankan Fungsi Penyuluh
Agama Islam Non PNS
a) Fungsi Informatif
Dari hasil angket diperoleh data
bahwa sebanyak 655 responden menilai
dirinya mengalami peningakatan Grafik 12. Fungsi Edukatif
keterampilan dalam menjalankan fungsi
informatif sangat baik, sebanyak 33% c) Fungsi Konsultatif
merasa peningkatan tersebut cukp baik,

Agustina (Evaluasi Pelatihan Penyuluh….) 12


p-ISSN 1979-9624 Jurnal Perspektif
e-ISSN 2776-3900 Vol. 14, No. 1, Juni 2021

Dari hasil angket diperoleh data


bahwa sebanyak 38% responden
menilai dirinya mengalami peningkatan
keterampilan dalam menjalankan fungsi
konsultatif sangat baik, sebanyak 43%
merasa peningkatan tersebut cukup
baik, sedangkan hanya 10% responden
yang merasa kurang baik dan 9% Grafik 14. Fungsi Advokatif
responden merasa tidak baik. Hal ini
mengindikasikan bahwa mayoritas 5) Hambatan yang dialami Penyuluh
responden menilai bahwa terdapat dalam Mengaplikasikan Ilmu dan
peningkatan yang signifikan pasca Mengembangkan Hasil Pelatihan
diklat dalam menjalankan fungsi Terkait dengan hasil pelatihan,
konsultatif. peneliti menginvestigasi hambatan apa
saja yang dialami oleh para alumni
pelatihan dalam mengaplikasikan ilmu
dan mengembangkan hasil pelatihan di
lapangan. Terdapat beragam jawaban
yang variatif yang diperoleh dari
responden angket namun dirangkum
secara singkat dalam grafik berikut ini.

Grafik 13. Fungsi Konsultatif

d) Fungsi Advokatif
Dari hasil angket diperoleh data
bahwa sebanyak 27% responden
menilai dirinya mengalami peningkatan
keterampilan dalam menjalankan fungsi
konsultatif sangat baik, sebanyak 30%
merasa peningkatan tersebut cukup
baik, sebanyak 33% responden merasa
kurang baik dan 10% responden
merasa tidak baik. Berbeda dari ketiga
fungsi diatas, fungsi advokatif dianggap
sebagian responden tidak banyak
mengalami peningkatan pasca diklat.
Hal ini diindikasikan oleh total 43%
responden merasa tidak mengalami
peningakatan dalam menjalankan
fungsi advokatif.

Agustina (Evaluasi Pelatihan Penyuluh….) 13


p-ISSN 1979-9624 Jurnal Perspektif
e-ISSN 2776-3900 Vol. 14, No. 1, Juni 2021

melakukan pertemuan tatap muka, dan


masih belum terampilnya
menggunakan TIK untuk menggantikan
tatap muka yang biasa dilakukan.
Hal ini menandakan bahwa
diperlukannya penguatan keterampilan
TIK yang mumpuni untuk para
penyuluh agama bisa tetap eksis
menjalankan tugasnya di tengah-
tengah masyarakat, diperlukannya
penguatan penggunaan beragam
strategi dalam mengatasi resistensi dan
kultur masyarakat yang tidak responsif
terhadap dakwah, dan diperlukan
dukungan terhadap para penyuluh
agama Islam Non PNS dalam aspek
pengadaan sarana dan prasarana serta
media penunjang, yang dalam hal ini
dapat dilakukan oleh Kelompok kerja
Penyuluh (Pokjaluh) Kabupaten masing-
masing.

2. Pembahasan
Pelatihan Penyuluh Agama Islam
telah memiliki relevansi tujuan yang
baik dengan kebutuhan para Penyuluh
Agama dalam menjalankan tusinya di
lapangan, seperti yang ditunjukkan oleh
hasil evaluasi konteks dalam penelitian
ini.
Evaluasi Input, yang mengkaji
keadaan objektif meliputi strategi,
Grafik 15. Hambatan dalam prosedur dan sumber daya yang
Mengaplikasikan Ilmu dan Hasil dilakukan dalam melaksanakan
Pelatihan program demi tercapainya tujuan,
dalam hal ini adalah masukan
Jika dipersentasekan dan dibuat instrumentasi/instrumental input
dalam bentuk grafik lingkaran maka (kurikulum dan silabus pelatihan),
hasilnya tiga hambatan terbesar adalah menunjukkan hasil, mayoritas
minimnya sarpras dan media responden sudah menilai positif aspek
penunjang, jarak tempuh dan kesulitan kursil, meski terdapat angka yang
akses transportasi ke lokasi binaan, dan cukup besar yang menyatakan
karakter masyarakat/kultur atau ketidakpuasannya terhadap kursil yang
kebiasaan daerah. Selain itu dimasa ada yaitu sekitar 41%. Terdapat 20%
pandemic ini, para Penyuluh responden menghendaki kursil memuat
dihadapkan pada hambatan sulitnya materi spesialiasi penyuluh, sebanyak

Agustina (Evaluasi Pelatihan Penyuluh….) 14


p-ISSN 1979-9624 Jurnal Perspektif
e-ISSN 2776-3900 Vol. 14, No. 1, Juni 2021

15 % menghendaki adanya penajaman yang menjadi responden.


dalam materi strategi dan metode Selanjutnya pada Evaluasi Proses,
kepenyuluhan, dan sebanyak 12% yang meneliti implementasi program
menghendaki adanya materi khusus Pelatihan Penyuluh Agama Islam Non
tentang komunikasi publik/public PNS untuk mencapai tujuan pelatihan,
speaking/retorika dakwah, 11 % dalam hal ini adalah implementasi
menghendaki adanya material tentang strategi pelatihan oleh widyaiswara,
teknologi infiormasi dan komunikasi menunjukkan hasil hampir separuh
(TIK), sedangkan sisanya memberikan responden yaitu sebanyak total 47%
masukan materi-materi lain. Dapat merasa tidak puas dengan pengelolaan
disimpulkan bahwa responden kelas oleh WI. Hal ini mengindikasikan
menghendaki adanya isu-isu lain untuk bahwa aspek pengelolaan kelas
dimasukkan dalam kurikulum dan menjadi unsur yang perlu diperbaiki
silabus pelatihan, dan hal yang sama dalam pelatihan Penyuluh Non PNS.
juga ditunjukkan dari hasil wawancara Dalam wawancara, para responden
langsung, dimana sebagian besar dari menyebut bahwa pengelolaan kelas
responden menyebutkan bahwa kursil yang dianggap perlu diperbaiki adalah
Pelatihan Penyuluh Agama Islam Non dalam hal interaksi antar WI, yaitu
PNS masih terlalu umum, dan tidak perlunya pelibatan peserta pelatihan
banyak menyentuh aspek spesialisasi lebih tinggi dalam tiap aktivitas
para penyuluh hingga ilmu yang pelatihan, dan kedisiplinan waktu dalam
diperoleh banyak yang tidak “menukik” pembelajaran. Terdapat persentase
untuk diterapkan di lapangan. yang cukup besar yang merasakan
Urgensi untuk memperbaiki ketidakpuasan dalam hal strategi dan
muatan kurikulum dan silabus dalam metode pembelajaran yang diterapkan
pelatihan Penyuluh Agama Islam non widyaiswara, yaitu total sebesar 43%. Ini
PNS ini terutama dalam muatan berarti hampir separuh responden
keterampilan berkomunikasi ini relevan berpendapat bahwa aspek strategi dan
dengan apa yang disebut oleh Adrian metode pembelajaran perlu
(2019: 33-34) bahwa kegiatan Penyuluh ditingkatkan lebih baik. Aspek dari
Agama Islam dalam menjalankan fungsi strategi dan metode pembelajaran yang
penyuluhan dapat berjalan dengan baik diterapkan widyaiswara yang perlu
jika memiliki pola komunikasi yang baik. diperbaiki adalah metode pembelajaran
Disebutkan olehnya bahwa kegiatan masih kurang variatif dan cenderung
penyuluhan dalam konteks disiplin ilmu monoton, bahwa widyaiswara terlalu
komunikasi pada hakikatnya adalah banyak memberikan teori, sedangkan
proses interaksi hubungan antara peserta membutuhkan praktek dan
penyuluh dengan binaannya yang problem-solving yang kontekstual,
disebut juga Khazanah Sosial, dengan kurang interaksi dua arah antara WI dan
pola komunikasi. Pola komunikasi yang peserta, peserta kurang dilibatkan,
merupakan sebuah sistem gambaran sementara peserta menghendaki
atau rancangan darikegiatan keterlibatan yang lebih aktif dalam
komunikasi yang berlangsung antara pembelajaran.
Penyuluh dan binaannya inilah yang Terdapat banyak ragam metode
perlu diperkuat menurut aspirasi dari dan teknik penyampaian materi dalam
para penyuluh agama Islam non PNS pelatihan, namun menurut Clark (2019)

Agustina (Evaluasi Pelatihan Penyuluh….) 15


p-ISSN 1979-9624 Jurnal Perspektif
e-ISSN 2776-3900 Vol. 14, No. 1, Juni 2021

tidak ada satu metode penyampaian menjalankan Fungsi Advokatif yang


yang terbaik dibandingkan ragam dianggap sebagian responden tidak
metode lainnya. Menurutnya, pelatihan banyak mengalami peningkatan pasca
akan berjalan dengan baik jika para diklat. Hal ini diindikasikan oleh total
pelatih menggabungkan beragam hanya 57% responden yang merasa
metode tersebut dalam pelatihan, mengalami peningkatan keterampilan
tergantung dari kebutuhan dan situasi dalam menjalankan fungsi advokatif,
kontekstual saat itu. yang lebih penting dan 43% tidak.
menurutnya adalah, “Learning takes Analisis hambatan yang dialami
place when the trainees have penyuluh dalam mengaplikasikan ilmu
psychological attachment in the training dan mengembangkan hasil pelatihan
activities”. Hal yang lebih penting menunjukkan bahwa hambatan yang
adalah memastikan bahwa widyaiswara paling banyak dialami alumni pelatihan
benar-benar terlibat penuh dan adalah minimnya sarpras dan media
mengaktifkan para peserta dalam tiap pendukung kegiatan kepenyuluhan,
aktivitas pelatihan.Selain itu, Ramli dkk karakter masyarakat/kultur masyarakat
(2018) juga menyebutkan bahwa daerah yang masih konvensional
efektifvitas pelatihan dan performa dengan ilmu baru, dan
alumninya di tempat tugasnya respon/kepedulian masyarakat yang
sangatlah tergantung dari tingkat minim. Hal-hal ini sebaiknya menjadi
partisipasi mereka saat mengikuti bahan untuk problem-solving dalam
aktivitas-aktivitas pelatihan. pelatihan hingga penyuluh dapat
Selanjutnya adalah Evaluasi memecahkan berbagai hambatan
Produk, yang meneliti tingkat tersebut dengan baik.
ketercapaian tujuan Pelatihan dalam hal Terkait dengan dampak pelatihan,
ini peningkatan kompetensi dan ditegaskan oleh Sheeba dkk., (2020:
peningkatan berjalannya fungsi para 264), bahwa hanya hadir dalam
penyuluh agama Islam Non PNS, program pelatihan tidak akan membuat
menunjukkan hasil, mayoritas peserta alumninya mendapat keuntungan
pelatihan telah memiliki peningkatan apapun jika mereka tidak
kompetensi ilmu agama dan mengaplikasikan KSA (Knowledge,
Kompetensi Komunikasi sangat baik, Skills, and Abilities, atau Pengetahuan,
dan peningkatan Kompetensi Sosial dan Keterampilan dan Kemampuan)
kompetensi moral cukup baik. Hal ini kedalam tindakan-tindakannya. “Merely
mengindikasikan bahwa muatan attending training programs will not
pelatihan yang bersinggungan dengan make employees proficient unless or
ilmu agama dan ilmu komunikasi sudah until it (the KSAs) is put into action.
memadai, sedangkan muatan pelatihan Whatever the employees learn
yang bersinggungan dengan ilmu sosial (knowledge, skills, and change in
dan moral masih perlu ditingkatkan. behavior) in the trainings it should be
Mayoritas responden juga menilai applied on the job”. Disinilah urgensi
bahwa terdapat peningkatan yang komitmen peserta pelatihan untuk
signifikan pasca diklat dalam membekaskan dampak pelatihan dalam
menjalankan fungsi informatif, fungsi tusinya sebagai Penyuluh menjadi
edukatif dan fungsi Konsultatif. Namun sedemikian besar, jika tidak mau KSA
berbeda dengan keterampilan yang telah diterima sepanjang pelatihan

Agustina (Evaluasi Pelatihan Penyuluh….) 16


p-ISSN 1979-9624 Jurnal Perspektif
e-ISSN 2776-3900 Vol. 14, No. 1, Juni 2021

menguap begitu saja. Kordinasi yang meningkatkan kinerja pegawai dan


baik antara penyuluh senior dan menghasilkan prestasi yang
Kelompok Kerja Penyuluh menjadi memuaskan dalam suatu organisasi
penting sebagai tindak lanjut pelatihan. atau instansi.
Berdasarkan hal-hal tersebut,
dapat disebutkan bahwa terdapat PENUTUP
banyak isu yang perlu diperbaiki yang
menjadi tantangan pelatihan kedepan A. Simpulan
oleh Balai Diklat Keagamaan, yaitu 1. Telah terdapat kesesuaian antara
untuk memperbaiki muatan kurikulum tujuan pelatihan dan kebutuhan
dan silabus dalam pelatihan Penyuluh penyuluh agama seperti yang
Agama Islam non PNS ini terutama diindikasikan oleh hasil evaluasi
dalam muatan keterampilan konteks dalam penelitian.
berkomunikasi, meningkatkan aspek 2. Evaluasi Input, yang mengkaji
strategi dan metode pembelajaran oleh keadaan objektif meliputi strategi,
widyaiswara, dan meningkatkan prosedur dan sumber daya yang
efektivitas pelatihan untuk memperoleh dilakukan dalam melaksanakan
dampak kompetensi penyuluh yang program demi tercapainya tujuan,
lebih baik. Bagi pokjaluh, isu dalam hal ini adalah masukan
hambatan menjadi penting sebagai instrumentasi/instrumental input
referensi untuk membangun lagi (kurikulum dan silabus pelatihan),
kesolidan internalnya dalam mengatasi menunjukkan hasil, mayoritas
masalah-masalah yang dialami para responden sudah menilai positif
penyuluh dl lapangan. Dengan aspek kursil, meski terdapat angka
kerjasama yang baik dari berbagai yang cukup besar yang
unsur pelatihan, para peserta akan menyatakan ketidakpuasannya
mendapatkan hasil yang maksimal terhadap kursil yang ada yaitu
untuk dapat diterapkan di unit kerjanya. sekitar 41%.
Perbaikan dalam isu-isu dalam 3. Evaluasi Proses, yang meneliti
pelatihan Penyuluh diatas relevan implementasi program Pelatihan
dengan yang disebutkan Elizar dan Penyuluh Agama Islam Non PNS
Tanjung (2018: 47) bahwa pelaksanaan untuk mencapai tujuan pelatihan,
suatu program pelatihan dan dalam hal ini adalah implementasi
pengembangan dapat dikatakan strategi pelatihan oleh widyaiswara,
berhasil apabila dalam diri para peserta menunjukkan hasil hampir separuh
pelatihan dan pengembangan tersebut responden merasa tidak puas
terjadi suatu proses tranformasi. dengan pengelolaan kelas oleh WI.
Menurutnya proses transformasi Hal ini mengindikasikan bahwa
tersebut dapat dinyatakan berlangsung aspek pengelolaan kelas menjadi
dengan baik apabila terjadi paling unsur yang perlu diperbaiki dalam
sedikit dua hal yaitu: peningkatan pelatihan Penyuluh Non PNS.
kemampuan dalam melaksanakan tugas 4. Evaluasi Produk, yang meneliti
dan perubahan perilaku yang tercermin tingkat ketercapaian tujuan
pada sikap, disiplin, dan etos kerja dari Pelatihan dalam hal ini peningkatan
karyawan tersebut.dengan demikian arti kompetensi dan peningkatan
penting pelatihan adalah untuk berjalannya fungsi para penyuluh

Agustina (Evaluasi Pelatihan Penyuluh….) 17


p-ISSN 1979-9624 Jurnal Perspektif
e-ISSN 2776-3900 Vol. 14, No. 1, Juni 2021

agama Islam Non PNS, para alumninya. Berdasarkan hasil


menunjukkan hasil Mayoritas penelitian diatas, peneliti
peserta pelatihan telah memiliki merekomendasikan kepada berbagai
peningkatan kompetensi ilmu pihak untuk dapat menjembatani
agama dan Kompetensi kondisi penyuluh dalam realita dengan
Komunikasi sangat baik, dan mengambil tantangan pelatihan
peningkatan Kompetensi Sosial dan kedepan yang lebih berkualitas.
kompetensi moral cukup baik. Rekomendasi dirumuskan sebagai
Mayoritas responden juga menilai berikut, kepada,
bahwa terdapat peningkatan yang 1. Pengembang kursil Pelatihan
signifikan pasca diklat dalam Penyuluh Agama pada tingkat
menjalankan fungsi informatif, pusat, untuk dapat memperkaya
fungsi edukatif dan fungsi kurikulum dan silabus dengan
Konsultatif. Namun berbeda muatan yang spesifik menyentuh
dengan keterampilan menjalankan spesialisasi penyuluh juga isu-isu
Fungsi Advokatif yang dianggap modern kontekstual yang relevan
sebagian responden tidak banyak dengan tantangan kekinian para
mengalami peningkatan pasca penyuluh di lapangan, dan lebih
diklat. meningkatkan muatan pelatihan
5. Terkait dengan hasil pelatihan, yang bersinggungan dengan ilmu
analisis hambatan yang dialami sosial dan moral, dan muatan
penyuluh dalam mengaplikasikan pelatihan yang relevan dengan
ilmu dan mengembangkan hasil peningkatan keterampilan
pelatihan menunjukkan bahwa Penyuluh Agama Islam dalam
hambatan yang paling banyak menjalankan Fungsi Advokat.
dialami alumni pelatihan adalah 2. Pelaksana pelatihan di tingkat Balai
minimnya sarpras dan media Diklat dalam hal ini para
pendukung kegiatan Widyaiswara pengampu Pelatihan
kepenyuluhan, karakter Penyuluh di tingkat Balai Diklat
masyarakat/kultur masyarakat Keagamaan untuk dapat
daerah yang masih konvensional meningkatkan keterampilan
dengan ilmu baru, dan pengelolaan kelas terutama dalam
respon/kepedulian masyarakat aspekinteraksi antar WI, yaitu
yang minim. Hal-hal ini sebaiknya perlunya pelibatan peserta
menjadi bahan untuk problem- pelatihan lebih tinggi dalam tiap
solving dalam pelatihan hingga aktivitas pelatihan, dan kedisiplinan
penyuluh dapat memecahkan waktu dalam pembelajaran.
berbagai hambatan tersebut Kepada para WI pengampu juga
dengan baik. direkomendasikan untuk
meningkatkan metode simulasi dan
B. Rekomendasi problem-solving dalam pelatihan
hingga penyuluh dapat
Tantangan pelatihan kedepan tak memecahkan berbagai hambatan
pelak membutuhkan kajian yang lebih dalam menjalankan tusi di
serius untuk lebih meningkatkan lapangan secara kontekstual
dampak pelatihan yang lebih baik pada dengan baik.

Agustina (Evaluasi Pelatihan Penyuluh….) 18


p-ISSN 1979-9624 Jurnal Perspektif
e-ISSN 2776-3900 Vol. 14, No. 1, Juni 2021

3. Kelompok Kerja Penyuluh menjalankan tusinya. Keberadaan


(Pokjaluh) di tingkat Pokjaluh diharapkan dapat
Kabupaten/Kota sebagai wadah berkontribusi lebih intensif
antar Penyuluh Agama Islam untuk terhadap penanangan
dapat mengaktifkan kordinasi dan problematika para penyuluh di
komunikasi yang baik dalam lapangan hingga akan dapat
bersama-sama memecahkan banyak membantu para penyuluh
berbagai permasalahan yang meyukseskan berbagai program
dihadapi penyuluhnya dalam yang diemban meningkatkan

Agustina (Evaluasi Pelatihan Penyuluh….) 19


p-ISSN 1979-9624 Jurnal Perspektif
e-ISSN 2776-3900 Vol. 14, No. 1, Juni 2021

DAFTAR PUSTAKA

Adrian, Bob. (2019). Khazanah Sosial, Vol. 1 No. 1:31-48. “Pola Komunikasi Penyuluh Agama
Islam Di Daerah 3T”. Diambil kembali dari: http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/ks
Khazanah Sosial, Vol. 1 No. 1: 31-48 DOI: 10.15575/ks.v1i1.7144.

Amirulloh. (2016). Analisis Pengembangan Kompetensi Penyuluh Agama Pada Diten Bimas Islam
Kementerian Agama Republik Indonesia Dalam Memelihara Kerukunan Umat Beragama.
Jakarta: Young Progressive Muslims.

Clark, R.C. (2019). Evidence-based training methods: A guide for training professionals. American
Society for Training and Development.

Elizar, dan Tanjung, Hasrudy. (2018). “Pengaruh Pelatihan, Kompetensi, Lingkungan Kerja
terhadap Kinerja Pegawai”. Maneggio: Jurnal Ilmiah Magister Manajemen, vol 1, No. 1,
September 2018, 46-58 Diambil kembali dari,
http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/MANEGGIO ISSN 2623-2634 (online). DOI:
https://doi.org/10.30596/maneggio.v1i1.2239

Goldstein, I.L., & Ford, J. K. (2002). Training in Organization. Belmont: Wadsworth

Hadipoerwono. (1999). Tata Personalia. Bandung: Djembatan.

Kamil, Mustofa. (2010). Model Pendidikan dan Pelatihan, Konsep dan Aplikasi. Bandung:
Alfabeta.

Kamus Besar Bahasa Indonesia versi daring. (2017). http://kbbi.web.id/kompetensi.

Madaus, G.F., M. Scriven, & D. L. Stufflebeam (Eds.). (2001). Evaluation models. Boston: Kluwer-
Nijhoff.

Masadeh, Mouse. (2012). ―Training, Education, Development and Learning: What Is The
Difference?‖. European Scientific Journal, May, Vol. 8, No.10 pp.62-68.

Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1994). Qualitative data analysis: An expanded sourcebook.
Thousand Oaks: Sage Publications.

Ramli, A.A., Anuar, F.L.M.K., Rosli, I., & Jamalidan, S. A. (2018). The Relationship of Design,
Implementation, Monitoring and Evaluation in Training and Development towards
Employee Performance in Food and Beverage Industry. Global Business & Management
Research, 10(3)

Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru) Edisi


Kedua. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Sudjarwo. (2008). Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan


Tingkat IV pada Balai Pelatihan Keagamaan Semarang. Tesis yang Tidak Dipublikasikan.
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang.

Agustina (Evaluasi Pelatihan Penyuluh….) 20


p-ISSN 1979-9624 Jurnal Perspektif
e-ISSN 2776-3900 Vol. 14, No. 1, Juni 2021

Sheeba, M. Jyothi dan Prabu B Christopher. (2020). “Exploring the Role of Training and Development In
Creating Innovative Work Behaviors and Accomplishing Non-Routine Cognitive Jobs For
Organizational Effectiveness”.Journals of Critical Reviews Vol 7, Issue 4, 2020 Pp 263-267).

Spencer, Lyle, M.Jr. dan Signe M.Spencer. (1993). Competence at Work. New York: John Wiley&Sons, Inc.

Kumpulan Keputusan dan Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah:\

Kementerian Agama RI. (2005). Naskah Akademik Bagi Penyuluh Agama Puslitbang Kehidupan
Keagamaan. Jakarta: Kemenag.

Kementerian Agama dan Kepala Badan Kepegawaian Negara. Keputusan bersama Menteri Agama RI
dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 574 tahun 1999 dan nomor 178 tahun 1999
tentang jabatan fungsional penyuluh agama dan angka kreditnya. (1999). JakartaL Kemenag.

Agustina (Evaluasi Pelatihan Penyuluh….) 21

Anda mungkin juga menyukai