Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.

)
7(2) – September 2019: 109-117 (ISSN : 2303-2162)

Induksi Kalus Anggrek Lilin (Aerides odorata Lour.) dengan Pemberian beberapa
Konsentrasi 2,4 Diklorofenoksiasetat (2,4 D)
Callus Induction of Aerides odorata Lour. by Adding 2,4 Dichlorophenoxyacetic
Acid (2,4-D)
Azharia Khalida*), Suwirmen, Zozy Aneloi Noli
Laboratorium Riset Fisiologi Tumbuhan dan Kultur Jaringan, Jurusan Biologi, FMIPA, UNAND
*Koresponden: azhariakhalida03@gmail.com

Abstract

The research about callus induction of Aerides odorata L. by adding 2,4 Dichlorophenoxyacetic
Acid (2,4-D), has been done from August to October 2018 in Plant Physiology and Tissue
Culture Laboratory, Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Science,
Andalas University, Padang. The aim of this research was found the effective consentration of
2,4-D to induce somatic embryo of A.odorata. The research used Completely Randomized
Design (CRD) with 5 treatments and 6 replications. The treatments were: 0 mg/L 2,4-D; 0,25
mg/L 2,4-D; 0,5 mg/L 2,4-D; 0,75 mg/L 2,4-D; 1 mg/L 2,4-D. The result showed that the
treatmeant were able induction callus of A.odorata, with compact until the friable texture, color
of the resulting callus is yellowish green and greenish yellow. 2,4-D 1 mg/L was the best
concentration to increase fresh weight of callus.

Keywords: 2,4-D, Aerides odorata, callus

Pendahuluan yang paling sesuai untuk diterapkan karena


Aerides odorata Lour. merupakan salah mempunyai beberapa kelebihan diban-
satu spesies anggrek dari genus Aerides dingkan dengan teknik lainnya, seperti
dalam famili Orchidaceae. Spesies ini penghematan area, tenaga kerja, biaya, dan
dikenal dengan sebutan anggrek lilin waktu, juga jaminan terhindarnya
dikarenakan tangkai bunga yang dilapisi kehilangan genotip karena cekaman biotik
dengan lapisan lilin. Di Indonesia, dan abiotik serta kemudahan dalam
A.odorata sangat terkenal dan menjadi pertukaran plasma nutfah. Selain itu
incaran para kolektor bunga karena warna pelestarian tumbuhan secara in vitro
dan wanginya yang khas. Pemanfaatan mempunyai beberapa keuntungan, yakni
A.odorata sebagai obat sudah lama dapat menyimpan tanaman langka yang
diketahui sejak dahulu kala, namun tidak hampir punah, dapat menyimpan tanaman
sepopuler potensinya sebagai tanaman hias yang tidak menghasilkan biji, bebas
(Sulistiarini, 2008). Hal ini menyebabkan gangguan yang disebabkan oleh alam, dapat
terlalu banyak pengoleksian dari habitat disimpan dalam keadaan bebas penyakit,
aslinya dan dalam skala besar. Pada dan cukup dikerjakan dalam ruangan yang
Convention on International Trade in relatif kecil (Zulkarnain, 2009).
Endangered Spesies of Wild Fauna and Konservasi in vitro secara kultur
Flora (CITES) A.odorata terdaftar sebagai jaringan menjadi alternatif yang paling
Appendix II yang artinya spesies ini boleh aman dengan beberapa keuntungan yang
diperdagangkan tetapi masih dalam keten- berbeda untuk konservasi tanaman anggrek.
tuan dan jumlah yang terbatas. Sebagaimanana menurut Wulansari, Martin,
Salah satu upaya konservasi untuk Rantau dan Ermayanti (2013), teknik kultur
menjaga kelestariannya di alam dapat jaringan dapat menghasilkan bibit bermutu
dilakukan secara in vitro. Konservasi in dalam jumlah banyak, seragam, bebas
vitro merupakan teknik konservasi exsitu penyakit dan waktu yang relatif singkat.
110
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
7(2) – September 2019: 109-117 (ISSN : 2303-2162)

Terdapat beberapa cara yang dapat menginduksi kalus pada Paphiopedilum


dilakukan dalam teknik kultur jaringan niveum dengan penambahan 2,4-D.
diantaranya yaitu kultur sel, kultur Chaireok (2015) berhasil menginduksi
protoplas, kultur organ, embriogenesis kalus P. niveum pada konsentrasi 0,5 mg/l
somatik dan kultur kalus (George dan 2,4 D. Penelitian ini dilakukan bertujuan
Sherrington, 1984). untuk mengetahui konsentrasi terbaik 2,4 D
Kalus adalah jaringan yang belum dalam menginduksi kalus A.odorata.
terdiferensiasi dan terbentuk ketika sel
tanaman mengalami pembelahan yang Metoda Penelitian
tidak teratur, sebagai akibat dari perlukaan Penelitian ini menggunakan metoda
pada permukaan eksplan dan pengaruh eksperimen dengan Rancangan Acak
perlakuan zat pengatur tumbuh yang Lengkap (RAL) 5 perlakuan yaitu : 0 mg/L
diberikan pada media kultur (Zulkarnain, 2,4-D; 0,25 mg/L 2,4-D; 0,5 mg/L 2,4-D;
2009). Kalus merupakan sumber tumbuhan 0,75 mg/L 2,4-D; 1 mg/L 2,4-D. Masing-
yang sangat penting dalam meregenerasi masing perlakuan dilakukan pengulangan
tumbuhan baru. Setiap selnya mampu sebanyak 6 ulangan. Total unit percobaan
membentuk tumbuhan baru. Selain itu, adalah 5 x 6 = 30.
penggunaan kalus dapat menguntungkan
karena pembentukan kalus bisa diinisiasi Alat dan Bahan
dari jaringan manapun dari tumbuhan Alat dan bahan yang digunakan dalam
(Wahyuningtiyas, Resmisari, Nashichuddin, penelitian adalah alat dan bahan yang
2014). standar digunakan dalam kultur jaringan.
Dalam proses perbanyakan melalui Eksplan yang digunakan adalah bagian
kalus terdapat beberapa faktor yang dapat pucuk dari daun A.odorata.
mempengaruhi pertumbuhan kalus, antara
lain adalah medium yang digunakan, jenis Cara Kerja
eksplan, dan zat pengatur tumbuh Cara kerja terdiri dari beberapa tahap yaitu
(Trisnawarti dan Sumardi, 2000). sterilisasi alat, pembuatan larutan stok,
Beberapa zat pengatur tumbuh yang pembuatan media tanam, persiapan eksplan,
berperan dalam menginduksi kalus antara penanaman eksplan, pengamatan, dan
lain 2,4-D, picloram dan NAA analisis data.
(Purnamaningsih, 2002). Kelompok auksin
yang umum digunakan untuk menginduksi Pengamatan
kalus yaitu 2,4–D. 2,4-D merupakan auksin Pengamatan dilakukan setelah 12 minggu
terbaik untuk menginduksi pembentukan setelah tanam meliputi :
kalus dibandingkan dengan tipe auksin lain. a. Persentase hidup eksplan
Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Indah Pengamatan dilakukan setelah eksplan
dan Ermavitalini (2013) bahwa asam 2,4-D berumur 12 minggu setelah tanam (mst)
memiliki sifat yang lebih stabil, mudah dengan kriteria kalus yang tumbuh dan
diserap sel tanaman, tidak mudah terurai tidak mati pada masing-masing perlakuan,
oleh enzim-enzim yang di keluarkan sel dihitung dengan menggunakan persamaan:
tanaman ataupun oleh pemanasan pada Persentase hidup
proses sterilisasi, dan berfungsi sebagai = Jumlah eksplan yang hidup x 100 %
auksin yang kuat dan mampu mendorong Jumlah ulangan
aktivitas morfogenetika (perkembangan
bentuk). b. Respon Tumbuh Eksplan
Penelitian menggunakan 2,4-D Pengamatan respon tumbuh dilakukan
telah dilakukan pada Coelogyne cristata secara visual diakhir pengamatan 12 mst
yang telah berhasil membentuk kalus baik tunas, kalus embriogenik maupun
(Naing, Chung, Lim., 2011). Penelitian kalus non embriogenik. Warna kalus
induksi kalus dengan pemberian 2,4-D telah diamati secara visual meliputi hijau
dilakukan Kaewubon, Sangdam, kekuningan dan kuning kehijauan.
Thammasiri, dan Meesawat (2010), mampu
111
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
7(2) – September 2019: 109-117 (ISSN : 2303-2162)

c. Berat Segar Kalus yang berhasil melakukan kultur in vitro


Berat segar kalus ditimbang dengan terhadap anggrek A.odorata. Hal yang
timbangan Ohauss pada akhir pengamatan sama juga telah dilakukan oleh Azmi,
12 mst.
Tubagus dan Wiendi (2013) yang
Analisis data mengatakan bahwa penggunaan media ½
Analisis yang diperoleh dari hasil penelitian MS cukup baik dalam perbanyakan anggrek
ini, yaitu berupa persentase eksplan hidup Paphiopedilum glaucophyllum secara in
dan respon tumbuh disajikan secara vitro.
deskriptif dengan mengamati penampilan Tingginya persentase hidup eksplan
kalus (tekstur dan warna) sedangkan berat
juga ditentukan oleh sumber eksplan yang
segar kalus dilakukan analisa statistik.
digunakan. Pada penelitian ini sumber
Hasil dan Pembahasan eksplan yang digunakan berasal dari plb
Dari penelitian yang telah dilakukan tunggal yang masih muda dan bersifat
mengenai induksi kalus A.odorata dengan meristematik. Sebagaimana Hardjo (2016)
pemberian beberapa konsentrasi 2,4
menyatakan bahwa salah satu yang
Diklorofenoksiasetat (2,4-D) didapatkan
hasil sebagai berikut. menyebabkan keberhasilan dalam kultur in
Persentase Hidup Eksplan vitro tergantung dari sumber eksplan yang
digunakan. Hal yang sama juga dinyatakan
Persentase hidup eksplan pada plb oleh Purnamaningsih (2002) bahwa
A.odorata pada medium ½ MS dengan
perkembangan dari suatu eksplan pada
pemberian 2,4-D diamati pada 12 minggu
setelah tanam disajikan pada Tabel 1. kultur jaringan dapat berbeda tergantung
pada jenis eksplan yang digunakan.
Tabel 1.Persentase hidup eksplan A.odorata Penggunaan eksplan yang bersifat
pada medium ½ MS dengan pemberian
meristematik umumnya memberikan
2,4-D pada 12 minggu setelah tanam
(mst) keberhasilan dalam kultur jaringan. Netty
Konsentrasi 2,4- Persentase hidup eksplan (2010) menambahkan bahwa hampir semua
D (mg/L) (%) tumbuhan, bagian yang masih muda dimana
0 100
keadaan selnya masih aktif membelah
0,25 100
0,5 100 merupakan bagian tumbuhan yang paling
0,75 83,3 baik untuk dijadikan eksplan. Oleh karena
1 100 itu pemilihan eksplan yang meristematik
merupakan salah satu langkah terbaik
Berdasarkan Tabel 1, hasil pengamatan dalam kultur jaringan.
terhadap persentase hidup eksplan plb Pada perlakuan penambahan 0,75
A.odorata dengan penambahan 2,4-D mg/L 2,4-D tampak bahwa persentase hidup
berbagai konsentrasi menunjukkan eksplan mengalami penurunan. Hal ini
persentase hidup 100% kecuali pada diakibatkan karena eksplan mengalami
pemberian 0,75 mg/L 2,4-D (83,3%). Ada browning dan mengeluarkan senyawa fenol
beberapa faktor yang mempengaruhi bersifat toksik yang menyebabkan eksplan
persentase hidup eksplan salah satunya mati. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
yaitu media tumbuh. Pada penelitian ini Lerch (1981) bahwa pencoklatan jaringan
media yang digunakan adalah ½ MS, terjadi karena aktivitas enzim oksidase yang
dimana media tersebut telah memenuhi mengandung tembaga seperti polifenol
kebutuhan eksplan untuk tumbuh dengan oksidase dan tirosinase yang dilepaskan
baik. Media ½ MS juga digunakan oleh atau disintesis dan tersedia pada kondisi
Devi dan Singh (2013) dalam penelitiannya oksidatif.
112
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
7(2) – September 2019: 109-117 (ISSN : 2303-2162)

Crassman (1978) menambahkan senyawa aktif quinon yang tinggi yang


bahwa substrat untuk enzim ini ada kemudian memutar, memolimerase dan
bermacam-macam pada jaringan yang mengoksidasi protein menjadi senyawa
berbeda, yang umum adalah tirosin atau o- melanat yang makin meningkat.
hidroksifenol seperti asam klorogenik.
Enzim dan sustrat dalam keadaan normal
akan tertahan dalam ruang berbeda didalam
sel dan akan keluar bersama-sama pada saat
sel dilukai atau hampir mati. Fenol
mempunyai fungsi alami penting dalam
mengatur oksidasi IAA. Apabila fenol yang
terlarut dalam air digunakan pada eksplan
maka pertumbuhan tunas dan kalus akan A B
terpacu dan akan menjadi racun jika
konsentrasinya meningkat. Hutami (2008) Gambar 4. Respon eksplan plb A.odorata
dengan pemberian beberapa
menyatakan toksisitas fenol kemungkinan konsentrasi 2,4-D: A. Eksplan
dikibatkan oleh ikatan reversibel antara hidup, B. Eksplan mati.
hidrogen dan protein. Penghambatan
pertumbuhan yang tidak dapat diperbaiki
terjadi ketika fenol teroksidasi menjadi

Respon Tumbuh Eksplan


Respon tumbuh eksplan plb A.odorata pada medium ½ MS dengan pemberian 2,4-D diamati
pada 12 minggu setelah tanam disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Respon tumbuh eksplan plb A.odorata pada medium ½ MS dengan pemberian 2,4-D diamati
pada 12 minggu setelah tanam (mst).

Perlakuan mg/L 2,4- Respon tumbuh Tekstur kalus Warna kalus


D
0 Kalus, tunas Kompak Hijau, hijau kekuningan
0,25 Kalus, tunas Kompak Hijau kekuningan
0,5 Kalus, tunas Remah Hijau kekuningan
0,75 Kalus Remah Hijau kekuningan
1 Kalus, tunas Remah Kuning kehijauan

Berdasarkan Tabel 2, hasil pengamatan berbagai konsentrasi 2,4-D memberikan


terhadap respon tumbuh eksplan pengaruh pada pengamatan 12 minggu
menunjukkan bahwa semua eksplan setelah tanam.
memberikan respon yang bervariasi Semua perlakuan penambahan 2,4-
terhadap pertumbuhan. Pemberian 2,4-D D pada medium merangsang terbentuknya
berbagai konsentrasi tidak mempengaruhi kalus pada eksplan. Sebagaimana pada
respon tumbuh eksplan terhadap penelitian Devi et al. (2013) menyatakan
pembentukan kalus dan tunas. Sebagaimana bahwa anggrek A. odorata mampu
penelitian Utami, Sumardi, Taryono, membentuk kalus pada penambahan auksin
Semiarti (2007) terhadap anggrek dengan konsentrasi 2 mg/L. Hal yang sama
Phalaenopsis amabilis mampu membentuk juga dinyatakan oleh Astuti (2016) pada
kalus pada perlakuan kontrol. Sedangkan penelitian anggrek Vanda sumatrana
pada respon tumbuh eksplan terhadap eksplan mampu membentuk kalus pada
tekstur dan warna kalus, penambahan pemberian 2 mg/L 2,4-D. Fadhilah (2015)
113
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
7(2) – September 2019: 109-117 (ISSN : 2303-2162)

menyatakan pemberian 0,25 mg/L 2,4-D penelitian anggrek V. sumatrana


telah mampu membentuk kalus pada menyatakan perbedaan tekstur kalus. Kalus
eksplan daun Artemisia vulgaris. yang bertekstur kompak ditandai dengan
Mahadi (2016) menyatakan bahwa tekstur yang padat dan sel-selnya sulit
semakin tinggi konsentrasi zat pengatur dipisahkan, sedangkan kalus bertekstur
tumbuh yang ditambahkan dalam medium remah ditandai dengan sel-selnya mudah
menyebabkan laju pertumbuhan kalus dipisahkan. Menurut Fintarti (2010) adanya
semakin tinggi. Smith (1992) juga variasi tekstur dan warna kalus yang
menyatakan konsentrasi auksin yang tinggi terbentuk disebabkan oleh pengaruh
akan merangsang pembentukan kalus dan pemberian auksin yang di tambahkan
menekan morfogenesis. Menurut Samudin kedalam medium.
(2009) bahwa dalam kultur jaringan, Pada penelitian ini juga terbentuk
terutama hormon auksin dikenal sebagai tunas pada semua perlakuan (Gambar 5 F),
hormon yang mampu berperan kecuali pada pemberian 0,75 mg/L 2,4-D.
menginduksi terbentunya kalus. Pada Pada perlakuan kontol juga terbentuk tunas.
konsentrasi rendah hormon ini akan Hal ini dikarenakan eksplan yang
memacu munculnya akar, sedangkan pada digunakan adalah plb, jika tidak diberikan
konsentrasi tinggi mendorong terbentuknya penambahan zpt tetap akan melanjutkan
kalus. pertumbuhan membentuk akar dan tunas.
Pada penelitian ini pemberian 2,4D Tetapi jika diberikan perlakuan zpt maka
pada medium tidak menampakkan pengaruh akan merespon berdasarkan zpt yang telah
yang berbeda pada pertumbuhan eksplan diberikan. Sedangkan penambahan 2,4-D
membentuk kalus, tetapi tampak perbedaan dalam media akan merangsang pembelahan
pada tekstur dan warna kalus. Pada dan pembesaran sel pada eksplan sehingga
perlakuan kontrol dan 0,25 mg/L 2,4-D dapat memacu pembentukan dan
menampakkan tekstur kompak dan warna pertumbuhan kalus.
kalus hijau. Sedangkan pada perlakuan 0,5 Sebagaimana menurut Mahadi
mg/L 2,4-D sampai 1 mg/L 2,4-D (2016) bahwa pertumbuhan organ vegetatif
menampakkan tekstur yang remah dan dipengaruhi oleh aktivitas auksin dan
warna yang cendrung kekuningan. nitrogen dalam media, dan sumber nitrogen
Sebagaimana pernyataan Mahadi, organik paling tinggi terdapat pada media ½
Wulandari dan Omar (2014), salah satu MS dibandingkan dengan media lainnya.
peranan zat pengatur tumbuh 2,4-D adalah Hal inilah yang mendukung munculnya
membantu dalam proses pembelahan dan tunas khususnya pada perlakuan beberapa
pemanjangan sel.Semakin tinggi kandungan konsentrasi hormon 2,4-D. Menurut
zat pengatur tumbuh 2,4-D maka akan pernyataan Smith (1992) konsentrasi auksin
semakin cepat terjadi proliferasi sel yang rendah akan meningkatkan
sehingga akan membentuk kalus. Kalus pembentukan tunas. Sebagaimana
yang terbentuk adalah kumpulan sel-sel Balilashaki,Vahedi dan Karimi (2015)
muda yang mudah terurai bersifat remah, menyatakan pertumbuhan kalus dapat
hal inilah yang disebut kalus embriogenik. mengarah ke pembentukan tunas jika
Kalus yang terbentuk pada perlakuan mengarah pada tingginya
perlakuan beberapa konsentrasi 2,4-D yaitu konsentrasi sitokinin berbanding auksin dan
kalus bertekstur remah, sedangkan pada ini dapat membentuk tunas. Netty (2010)
perlakuan kontrol dan 0,25 mg/L 2,4-D menambahkan bahwa kalus dari jaringan
menampakkan kalus dengan tekstur muda (juvenil) ternyata lebih mudah
kompak. Hasil penelitian menunjukan membentuk tunas dari pada jaringan
semakin tinggi konsentrasi 2,4-D yang dewasa.
diberikan maka kalus yang terbentuk akan Pada penelitian penambahan 2,4-D
bertekstur remah (friabel). Hal ini berbagai konsentrasi belum mampu
menandakan adanya pengaruh zat pengatur menginduksi terbentuknya ES. Hal ini
tumbuh pada kualitas terbentuk kalus. disebabkan karena syarat terbentuknya ES
Sebagaimana menurut Astuti (2016) pada pada anggrek A. odorata belum terpenuhi.
114
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
7(2) – September 2019: 109-117 (ISSN : 2303-2162)

Zpt yang digunakan belum dapat diberikan menyebabkan warna kalus


menginduksi terbentunya ES secara semakin menguning. Hal ini berkaitan
langsung. Pada penelitian ini baru sampai dengan berkurangnya pigment klorofil pada
tahap terbentuknya kalus remah yang kalus (Rahayu,2003). Semakin tinggi
nantinya dapat memicu terbentuknya ES konsentrasi 2,4-D yang ditambahkan dalam
jika dilakukan sub kultur pada medium medium mempengaruhi penurunan klorofil
yang memiliki konsentrasi 2,4-D yang lebih dan karotenoid. Beberapa penelitian
rendah. Kalus remah ini merupakan kalus menyebabkan bahwa kenaikan kadar auksin
yang dapat menginduksi terbentuknya ES akan menurunkan kandungan klorofil
secara tidak langsung. Sebagaimana (Krismonohadi, 1989).
pernyataan Purnamaningsih (2002) ES Pada pengamatan terhadap tekstur
mulai terbentuk setelah dilakukan kalus, tampak bahwa semakin tinggi
pemindahan pada media pendewasaan. konsentrasi 2,4-D yang ditambahkan maka
Pengguanaan media dasar ½ MS dan tekstur kalus terlihat semakin remah. Hal
penambahan zpt dengan jenis dan ini sesuai dengan pernyataan Yelnititis
konsentrasi yang tepat dapat menginduksi (2012) Semakin tinggi 2,4-D yang
pembentukan ES. diberikan pada media maka kalus akan
Pada penelitian Rachmawati, terbentuk semakin remah. Sedangkan kalus
Purwito, Wiendi, Mattjik dan Winarto kompak terbentuk pada konsentrasi 2,4-D
(2014) terhadap anggrek Dendrobium dapat yang relatif rendah. Sedangkan jika 2,4-D
menginduksi ES pada penambahan zat terlalu tinggi maka akan mengakibatkan
pengatur tumbuh auksin 0,01 mg/L. Pada eksplan mati karena bersifat herbisida bagi
hasil penelitian Utami et al., (2007) tumbuhan.
terhadap anggrek Phalaenopsis amabilis Mekanisme kerja terbentukanya
dapat menginduksi kalus pada auksin kalus pada penambahan 2,4-D pada media
dengan pemberian konsentrasi 2 mg/L. yaitu ketika terjadi luka, menyebabkan
Sebagaimana pernyataan Dzuraibak (2014) kesetimbangan pada dinding sel berubah,
kalus diharapkan dapat membentuk embrio sebain protoplas mengalir keluar sehingga
somatik bila kondisi yang diperlukan kalus mulai terbentuk kalus yang berisi sel-sel
terpenuhi. George, Hall, Klerk (2008) aktif mengadakan pembelahan seperti
menambahkan bahwa embrio somatik tidak jaringan penutup luka (Pierik,1987). 2,4-D
dapat berkembang lebih lanjut sebelum berdifusi kedalam eksplan sehingga
konsentrasi auksin dikurangi atau bahkan merangsang mengaktifkan hormon endogen
dihilangkan sama sekali dari media kultur. dari eksplan yang megakibatkan terjadinya
Berdasarkan uraian diatas, ES dapat pembelahan pada eksplan. Setelah itu
terbentuk pada berbagai konsentrasi hormon endogen dalam eksplan menjadi
tergantung dari jenis tumbuhan dan zat seimbang sehingga terbentuklah kalus.
pengatur tumbuh yang digunakan. Kalus juga terbentuk diakibatkan karena
Perbedaan warna kalus salah perlukaan, kemudian eksplan memperbaiki
satunya disebabkan oleh perubahan sel dengan membentuk kalus pada sekitar
pigmentasi (Harjoko,1999). Secara visual luka sebagai upaya jaringan penutup luka.
meningkatnya konsentrasi auksin yang

A B C
115
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
7(2) – September 2019: 109-117 (ISSN : 2303-2162)

a
[
T
y
p
D E F
e
Gambar 5. Respon tumbuh eksplan pada medium ½ MS terhadap pemberian beberapa konsentrasi 2,4-D
12 minggu setelah tanam (mst). a
Keterangan: Respon tumbuh kalus (A-E) dan respon tumbuh tunas (F) (→).

Berat Segar Kalus memberikan pengaruh yang berbeda


q nyata
Berdasarkan hasil yang didapatkan terhadap peningkatan rata-rata uberat segar
menunjukkan bahwa pemberian 2,4-D tidak kalus A. vulgaris. Perlakuan tanpa 2,4-D
memberikan pengaruh yang berbeda nyata memberikan hasil yang berbeda o dengan
pada rata-rata berat segar kalus. Rata-rata perlakuan yang ditambahkan t 2,4-D.
berat segar kalus hampir sama pada semua Perlakuan yang meningkatkan eberat segar
perlakuan, kecuali pada konsentrasi 1 mg/L kalus terdapat pada konsentrasi 1,25 mg/L
2,4-D menampilkan berat segar yang lebih 2,4-D dan 1,5 mg/L 2,4-D. Hal ini
f
tinggi dari pada konsentrasi lainnya. Ini menandakan semakin tinggi konsentrasi
menunjukkan pemberian 2,4-D pada 2,4-D maka berat segar kalus r semakin
konsentrasi 0,25 mg/L sampai 0,75 mg/L o
bertambah sampai titik optimalnya.
belum mampu meningkatkan berat segar m
kalus, sedangkan konsentrasi 1 mg/L 2,4-D
40
merupakan kondisi yang cendrung lebih
baik menambah berat segar kalus 35
t
Berat Segar Kalus (mg)

dibandingkan konsentrasi lain. Hal ini h


30
dikarenakan zat pengatur tumbuh yang e
digunakan telah mampu mempengaruhi 25
pertumbuhan kalus. 20 d
Pembelahan sel yang optimal akan
menyebabkan pertumbuhan kalus yang 15 o
optimal sehingga menambah berat segar 10 c
kalus terutama pada perlakuan 1 mg/L 2,4- u
5
D. Sebagaimana Robles, Gueroud, Negre, m
Rossognol, Santos-Diaz (2016) menyatakan 0
bahwa penggunaan auksin 2,4-D dapat 0 0,25 0,5
e
0,75 1
mempercepat pertumbuhan kalus, n
konsentrasi 2,4-D (mg/L)
menaikkan tekanan osmotik, meningkatkan t
permeabilitas sel terhadap air, pengurangan
tekanan pada dinding sel, meningkatkan
o
Gambar 6. Rata-rata berat segar kalus dengan
sintesis protein, meningkatkan plastisitas,
pemberian beberapa r konsentrasi
dan pengembangan dinding sel.
2,4-D.
Pada penelitian Astuti (2016)
perlakuan terbaik untuk peningkatan berat Kesimpulan t
segar kalus terdapat pada konsentrasi 3,00 Dari penelitian yang telah h dilakukan
mg/L 2,4-D terhadap kalus V.sumatrana. mengenai induksi kalus A.odorata
e dengan
Fadhilah (2015) juga menyatakan bahwa pemberian beberapa konsentrasi 2,4-D
penambahan berbagai konsentrasi 2,4-D dapat disimpulkan bahwa pemberian 2,4-D
s
u
m
m
a
r
116
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
7(2) – September 2019: 109-117 (ISSN : 2303-2162)

1 mg/L dapat menginduksi kalus secara phenoxyacetic Acid (2,4-D). Jurnal


efektif. Biologi Universitas Andalas 4(4):
216-222.
Ucapan Terima Kasih Fintarti, M. 2010. Embriogenesis Somatik
Terima kasih penulis ucapkan kepada dari Kalus Pegagan (Centella
Kepala Laboratorium Fisiologi Tumbuhan asiatica L. Urban) dengan Pemberian
dan Tim Penguji (Ahmad Taufiq,M.Si, 2,4-Diklorofenoksiaasetat (2,4-D).
Zuhri Syam, MP dan Solfiyeni, MP) yang [Skripsi]. Padang. Universitas
telah memberi banyak masukan dan saran Andalas.
dalam penulisan artikel ini. George, E. F. dan Sherrington. 1984. Plant
Propagation by Tissue Culture.
Daftar Pustaka Eastern Press. Reading Berks.
Astuti, A.T. 2016. Induksi Embriogenesis George, E.F., M.A. Hall dan G.J. De Klerk.
Somatik Pada Vanda sumatrana 2008. Plant Propagation by Tissue
Schltr. dengan Berbagai Konsentrasi Culture 3rd Edition vol 1. Springer.
Asam 2,4-Diklorofenoksiasetat (2,4- Netherlands.
D). [Skripsi]. Padang. Universitas Hardjo, P.H. 2016. Proliferasi PLBs Vanda
Andalas. tricolor Lindl. var. Pallida. Prosiding
Azmi, T.K.W dan N.M.A. Wiendi. 2013. Seminar Nasional Biologi. ISBN:
Perbanyakan anggrek spesies 978-602-951-11-9.
Paphiopedilum glaucophyllum Indah, P.N dan D. Ermavitalini. 2013.
J.J.Smith melalui Proliferasi Tunas Induksi Kalus Daun nyamplung
Adventif Secara In vitro. J.Hort (Calophyllum inophylum Linn.) pada
Indonesia 4(3): 115-123. Beberapa Kombinasi Konsentrasi 6-
Balilashaki, K., M.Vahedi., dan R. Karimi. Benzylaminopurine (BAP) dan 2,4-
2015. In vitro direct regeneration Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D).
from node and leaf explant of Jurnal Sains dan Seni Pomits 2 (1).
Phalaenopsis cv. Surabaya. Plant Kaewubon, P., S.Sangdam, Thammasiri,
Tissue Culture & Bitechnology 25(2): Kanchit dan U.Meesawat. 2010.
193205. Plant Regeneration through Somatic
Chaireok, S. 2015. Cryopreservation of Embryogenesis from Callus-derived
Protocorm Like Bodies and Callus of PLBs of Tropical Slipper Orchid
Lady’s slipper orchids (Paphipedilum (Paphiopedilum niveum) (Rchb.f.)
niveum (Rchb.f.) Stein) by vitri- Pfitz.). Floriculture and Ornamental
vication and encapsulation vitri- Biotechnology 4( 1) 29-35.
vication.[Thesis].Songkla University. Lerch, K. 1981. Tyrosinase Kinetics A
Devi, H.S., S.I. Devi dan T.D. Singh. 2013. Semi Quantitative Model of
High Frequency Plant Regeneration Mechanism Of Oxidation of
Sydtem of Aerides odorata Lour. Monohydric And Dihydric Phenolic
Through Foliar And Shoot Tip Substrates. Dalam Hutami, S. Ulasan
Culture. Horti Agrobo 41(1):169- Masalah Pencolatan Pada Kultur
176. Jaringan. AgroBiogen 4(2):83-88.
Dzuraibak,R.F. 2014. Inisiasi Dan Mahadi, I., S. Wulandari dan A. Omar.
Proliferasi Kalus Serta Induksi 2014. Pengaruh Naftalen Acetyl Acid
Kalus Embriogenik Pada Kultur (NAA) dan Benzyl Amino Purin
Antera Kedelai (Glycine max L. (BAP) Terhadap Pembentukan Kalus
Merrill). [Thesis]. Program Studi Tanaman Rosella (Hibiscus
Biologi Tumbuhan. Institut Pertanian sabdariffa). Jurnal Biogenesis 11(1):
Bogor. Bogor. 1-7.
Fadhilah, N., Z.A. Noli dan Suwirmen. Mahadi, I., W.Syafi’i dan Y.Sari .2016.
2015. Induksi Kalus Artemisia Induksi Kalus Jeruk Kasturi (Citrus
vulgaris L. dengan Pemberian microcarpa) Menggunakan
Beberapa Konsentrasi 2,4 Dichloro- Hormon 2,4-D dan BAP dengan
117
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
7(2) – September 2019: 109-117 (ISSN : 2303-2162)

Metode in vitro. Jurnal Ilmu Rachmawati., Purwito., Wiendi., Mattjik


Pertanian Indonesia (JIPI) 21 (2): dan Winarto. 2014. Perbanyakan
8489. Massa Anggrek Dendrobium
Naing, A.H., J.D.Chung dan Ki B. Lim. Gradita 10 Secara In Vitro Melalui
2011. Plant Regeneration Through Embriogenesis Somatik. J. Hort
Indirec Somatic Embryogenesis in 24(3):196-209.
Coelogyne cristata Orchid. Trisnawarti, N dan N.I. Sumardi. 2000.
American Journal of Plant Sciences Kultur Ovule Jeruk Nipis (Citrus
2. 262-267. aurantifolia)Terhadap Keberhasilan
Netty, WS. 2010. Kultur Jaringan Embriogenesis Somatik. Balai
Tumbuhan. Universitas Andalas. Penelitian Buah. Solok.
Padang. Utami, E.S.W., I. Sumardi, Taryono, dan E.
Purnamaningsih, R. 2002. Regenerasi Semiarti. 2007. Embriogenesis
Tanaman Melalui Embrio Somatik Somatik Anggrek Bulan
dan Beberapa Gen yang Mengenda- (Phalaeonopsis amabilis L.)
likannya. Balai Penelitian Biotek- Struktur dan Pola Perkembangan.
nologi dan Sumber Daya Genetik Berk. Penel. Hayati 13(33-38).
Pertanian. Buletin Angrobio Wahyuningtiyas, L., R. S. Resmisari, Ach.
5(2):51-58. Nashichuddin. 2014. Induksi Kalus
Samudin, S. 2009. Pengaruh Kombinasi Akasia (Acacia mangium) dengan
Auksin-Sitokinin Terhadap Pertum- Penambahan Kombinasi 2,4-D dan
buhan Buah Naga. Media Litbang BAP Pada Media MS. Jurnal
Sulawesi Tengah. Vol II. No. 1. Biologi Universitas Islam Negeri
Badan Penelitian dan Pengem- Maulana Malik Ibrahim.
bangan Daerah Provinsi Sulawesi Wulansari, A., A.F. Martin., D.E. Rantau
Tengah. dan T.M. Ermayanti .2013.
Smith,R.H. 1992. Plant Tissue Culture: Perbanyakan Beberapa Aksesi
Techniques and Experiments. Talas (Colocasia esculenta L.)
Acadenic Press Inc. New York. Diploid Secara Kultur Jaringan dan
Sulistiarini,D. 2008. Keanekaragaman Jenis Konservasinya Mendukung Diver-
Anggrek Pulau Wawonii. Berk. sivikasi Pangan. Seminar Nasional
Penel. Hayati. 14:21–27. Riset Pangan, Obat-Obatan Dan
Robles-Martinez, M., A.P. Barba-de la Lingkungan Kesehatan. LIPI.
Rosa, F.Gueroud, A.Negre- Yelnititis. 2012. Pembentukan Kalus
Salvayre,M.Rossognol,M.S.Santos- Remah dari eksplan daun ramin
Diaz. 2016. Establishment of Callus (gonystylus bancanus (Miq) Kurz.).
and Cell Suspensions of Wild and Jurnal pemuliaan tanaman hutan.
Domesticated Opuntia Species: Zulkarnain, H. 2009. Kultur Jaringan
Study on Their Potential as A Tanamans:Solusi Perbanyakan
Source of Metabolite Production. Tanaman Budidaya. PT Bumi
Plant Cell Tissue and Organ Aksara. Jakarta.
Culture 124(1): 181189.

Anda mungkin juga menyukai