Anda di halaman 1dari 8

Lex Crimen Vol. VI/No.

6/Ags/2017

KAJIAN YURIDIS TERHADAP PERBUATAN YANG tersebut adalah bertujuan untuk mengatasi
DIRENCANAKAN TERLEBIH DAHULU SEBAGAI pelbagai kelemahan dan kekurangan yang ada
UNSUR DELIK YANG MEMBERATKAN1 dalam KUHP yang berlaku sekarang yang
Oleh: Frezcilia Dewi Daleda2 merupakan peninggalan zaman penjajahan
yang dalam kenyataannya masih di pakai pada
ABSTRAK masa orde baru di zaman kemerdekaan ini yang
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk ternyata banyak pengaturan didalamnya yang
mengetahui apa yang menjadi alasan sudah tidak sesuai lagi dengan jiwa dan
pemberatan hukuman yang diatur dalam semangat Pancasila dan UUD 1945 maupun
Hukum Pidana dan apa yang mendasari unsur dengan situasi dan kondisi masyarakat saat ini.
direncanakan menjadi alasan pemberatan Bagian yang tidak terpisahkan dari hukum
hukuman. Dengan menggunakan metode pidana adalah masalah pemidanaan. Bukan
penelitian yuridis normatif, disimpulkan: 1. merupakan hukum pidana apabila suatu
Alasan yang menambah beratnya hukuman peraturan hanya mengatur norma tanpa diikuti
(strafverhogingsgronden) dalam KUHPidana dengan suatu ancaman pidana. Meskipun
adalah sebagaimana diatur dalam pasal 52 bukan yang terutama akan tetapi sifat daripada
yakni seorang yang melakukan perbuatan pidana merupakan suatu penderitaan. Pidana
pidana dalam kedudukannya sebagai pegawai yang dijatuhkan bagi mereka yang dianggap
negeri, tentang pengulangan (recidive) baik bersalah merupakan sifat derita yang harus
recidive umum yang diatur dalam pasal 486, dijalaninya walaupun demikian sanksi yang
487, dan 488 KUHPidana maupun recidive harus dijalaninya walaupun demikian sanksi
khusus pasal 489 (2), 492 (2), 495 (2), 501 (2) pidana bukanlah semata-mata bertujuan untuk
dan 516 (2) KUHPidana serta gabungan memberikan rasa derita.
perbuatan yang dapat dihukum (somenloop ) Ada tujuan lain dari pemidanaan yang
titel VI Buku I KUHPidana pasal 63, 64, 65 & 66 secara akademis telah dituangkan dalam
KUHPidana. 2. Unsur direncanakan terlebih Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum
dahulu didalam perumusan delik merupakan Pidana. Dinyatakan bahwa pemidanaan adalah:
unsur yang memberatkan ancaman hukuman. 1. Mencegah dilakukannya tindak pidana
Unsur ini bukanlah unsur yang menentukan ada dengan menegakkan norma hukum demi
tidaknya perbuatan pidana tetapi hanya pengayoman masyarakat;
merupakan suatu unsur tambahan dalam arti 2. Memasyarakatkan terpidana dengan
tidak terbuktinya unsur tersebut tidaklah mengadakan pembinaan sehingga
berarti perbuatan pidana itu tidak pernah menjadikannya orang yang baik dan
dilakukan. Unsur direncanakan terlebih dahulu berguna;
dalam KUHPidana diatur dalam pasal 353, 355 3. Menyelesaikan konflik yang
tentang penganiayaan biasa berencana dan ditimbulkannya oleh tindak pidana,
penganiayaan berat berencana serta pasal 340 memulihkan keseimbangan dan
tentang pembunuhan berencana dan pasal 342 mendatangkan rasa damai dalam
tentang pembunuhan tidak berencana. masyarakat;
Kata kunci: Perbuatan yang direncanakan, 4. Membebaskan rasa bersalah pada
unsur delik, memberatkan. terpidana.3
Selanjutnya diutarakan bahwa pemidanaan
PENDAHULUAN tidak dimaksudkan untuk menderitakan dan
A. Latar Belakang tidak diperkenankan merendahkan martabat
Dewasa ini masalah hukum pidana banyak manusia.4 Pemidanaan merupakan suatu
dibicarakan dan menjadi sorotan baik dalam proses. Sebelum proses ini berjalan, peran
teori maupun dalam praktek dan bahkan ada hakim penting sekali. Ia mengkongkritkan
usaha untuk menyusun KUHP Nasional. Usaha sanksi pidana yang terdapat dalam suatu
peraturan dengan menjatuhkan pidana bagi
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Prof.Atho Bin
terdakwa dalam kasus tertentu. Pengaturan ini
Smith,SH. MH; Dr. Cornelius Tangkere, SH, MH
2 3
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Ibid, hal.2
4
100711004 Ibid.

116
Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017

memuat tujuan ganda yang hendak dicapai 1. Apakah yang menjadi alasan pemberatan
dalam pemidanaan. hukuman yang diatur dalam Hukum
Dalam tujuan pertama jelas tersimpul Pidana?
pandangan perlindungan masyarakat. Tujuan 2. Apa yang mendasari unsur direncanakan
keduanya mengandung maksud bukan saja menjadi alasan pemberatan hukuman?
untuk merehabilitasi akan tetapi juga
meresosialisasi terpidana dan C. Metode Penulisan
menginterprestasikan yang bersangkutan Metode penelitian yang digunakan dalam
kedalam masyarakat. Tujuan ketiga sejalan penelitian adalah metode kepustakaan yang
dengan pandangan hukum adat dalam arti bersifat yuridis normatif, ilmu hukum memiliki
reaksi adat itu dimaksudkan untuk cara yang khas dalam membantu mencerahkan
mengembalikan keseimbangan (magis) yang persoalan-persoalan hukum yang dihadapi
terganggu oleh perbuatan yang berlawanan masyarakat.7
dengan hukum adat. Jadi pidana yang
dijatuhkan diharapkan dapat menyelesaikan PEMBAHASAN
konflik atau pertentangan dan juga A. Hal-hal Yang Memberatkan Hukuman
mendatangkan rasa damai dalam masyarakat. Dalam Hukum Pidana
Tujuan yang keempat bersifat spiritual KUH Pidana mengenal 3 macam alasan
sebagaimana dicerminkan dalam Pancasila umum yang menambah beratnya hukuman
sebagai dasar Negara Republik Indonesia.5 yaitu8:
Sedangkan pernyataan bahwa pemidanaan 1. Kedudukan sebagai pejabat (hoedanigheid)
tidak dimaksudkan untuk menderitakan dan pasal 52
tidak diperkenankan merendahkan martabat 2. Mengulangi (recidive)
manusia, merupakan pemberian makna kepada 3. Gabungan perbuatan yang dapat dihukum
pidana dalam sistem hukum Indonesia. (samenloop) titel IV Buku I KUHPidana
Meskipun pidana itu pada hakekatnya
merupakan suatu nestapa, namun pemidanaan ad. 1 Kedudukan sebagai pejabat
tidak dimaksudkan untuk menderitakan dan Pasal 52 KUHPidana berbunyi:
tidak diperkenanakan merendahkan martabat “Jikalau seorang pegawai negeri melanggar
manusia. Ketentuan ini akan berpengaruh kewajibannya yang istimewa dalam
terhadap pelaksanaan pidana yang secara nyata jabatannya karena melakukan perbuatan
akan dikenakan kepada terpidana. yang boleh dihukum atau pada waktu
Dimasukkannya unsur “berencana” dalam melakukan perbuatan yang boleh dihukum
pedoman pemidanaan berarti bahwa unsur memakai kekuasaan, kesempatan atau daya
“berencana” harus diperhatikan oleh hakim upaya yang diperoleh dari jabatannya maka
dalam menjatuhkan pidana dengan hukumannya boleh ditambah dengan
mempertimbangkan unsur-unsur6: sepertinganya”.9
1. Kesalahan pembuat; Materi Pasal 52 KUHPidana mengatur
2. Motif dan tujuan dilakukannya tindak tentang alasan penambahan hukuman baik
pidana; melakukan kejahatan ataupun pelanggaran.
3. Cara melakukan tindak pidana; dan Ada dua syarat yang ditentukan dalam pasal ini
4. Sikap dan bathin pembuat. yaitu syarat yang pertama ialah bahwa orang
Dalam kaitannya dengan skripsi ini unsur itu harus pegawai negeri sedangkan syarat yang
direncanakan menjadi kajian pokok karena dari kedua ialah bahwa pegawai negeri itu harus
klasifikasi tindak pidana unsur direncanakan melanggar kewajibannya yang istimewa dalam
merupakan alasan pemberatan hukuman yang jabatannya atau memakai kekuasaan,
materinya dapat disimak dalam pembahasan
7
selanjutnya. Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitan Hukum
Normatif, Bayumedia
8
R. Atang Ranamihardja, Hukum Pidana Azas-Azas Pokok
B. Perumusan Masalah Pengertian Teori Serta Pendapat Beberapa Sarjana,
Tarsito Bandung 1984, hal.53-55
5 9
Ibid R. Soesilo, KUHP Serta Komentar-Komentamya Lengkap
6
Ibid Pasal Demi Pasal, Politea Bogor 1988, hal. 67.

117
Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017

kesempatan atau daya upaya (alat) yang di - Mengulangi kejahatan yang sama atau
peroleh dari jabatannya. oleh undang-undang dianggap sama
Hal yang dilanggar itu harus kewajiban yang yaitu semua pasal-pasal yang
istimewa bukan kewajiban biasa misalnya dicantumkan dalam pasal 486
seorang agen polisi yang kewajibannya menjaga KUHPidana. Juga pasal-pasal 487 dan
ketertiban dan ketentraman umum, melakukan 488 KUHPidana
pencarian peristiwa ini tiak termasuk karena - Diantara perbuatan kejahatan yang
yang dilanggar itu kewajiban biasa akan tetapi satu dengan yang lain telah ada
jika seorang agen polisi sedang diperintahkan putusan hakim.
untk menjaga uang di bank Negara jangan - Harus hukuman penjara
sampai dicuri orang. Sedangkan ia malahan - Mengulangi perbuatan kejahatan itu
mencuri uang itu maka ia melanggar kewajiban tidak boleh lebih dari 5 tahun
istimewa dalam jabatannya sehingga terhitung sejak si terhukum menjalani
hukumannya dapat ditambah menurut pasal hukumannya baik selumhnya maupun
ini.10 sebagian”
Memakai kekuasaan, kesempatan atau alat - Hukuman untuk kejahatan yang
yang diperoleh dari jabatannya itu umpamanya dilakukannya berikut di tampah
sebagai pegawai penyelidik atau pegawai sepertiganya.”
penuntut perkara melakukan kejahatan b. Mengulangi (Recidive) khusus.
merampas kemerdekaan orang, seorang Contoh yang tercantum dalam pasal-
bendaharawan negeri menggelapkan uang yang pasal 489 (2), 492 (2), 495 (2), 501 (2)
harus ia simpan, seorang agen polisi melakukan KUHPidana. 13
pembunuhan dengan mempergunakan senjata Dalam ilmu hukum pidana modem
api yang oleh dinas diserahkan kepadanya.11 “mengulangi” (recidive) itu di bagi dalam
Yang ditambah dengan sepertiganya itu 2 bagian yaitu :
hukumannya, jadi baik hukuman pokok a. dalam hal ini kemungkingan si Pembuat
maupun hukuman tambahan akan tetapi dalam delik itu mengulangi perbuatan
prakteknya hanya mengenai hukuman pokok kejahatannya delik terdesak oleh
saja karena hukuman tambahan susah untuk keadaan (ekonomi) keluarganya setelah
dilakukan. ia melakukan kejahatan yang pertama.
Contoh : Seseorang yang telah berbuat
Ad. 2 Mengulangi (Recidive) suatu kejahatan kemudian dihukum
Recidive adalah apabila seseorang penjara dan terpaksa meninggalkan
melakukan beberapa perbuatan yang anak-anak dan istrinya dan oleh karena
merupakan beberapa delict yang berdiri sendiri itu ia tidak bisa mencari nafkah
akan tetapi yang atas salah satu atau lebih telah keluarganya. Mengingat akan hal ini dan
dijatuhi hukuman oleh hakim.12 demi untuk kepentingan keluarganya
R. Atang Ranoemihardja menulis bahwa : maka ia melakukan kejahatan lagi
“yang dimaksud dengan mengulani misalnya melarikan diri dari lembaga
(recidive) ialah suatu tindakan di pembuat pemasyarakatan dan melakukan
(dader) dimana sebelum lalu 5 tahun setelah pencurian lagi.
putusan hakim dan sejak ia menjalani b. Mengulangi karena kebiasaan (habituele
hukuman penjara karena telah melakukan recidive)
suatu kejahatan, kemudian mengulangi lagi Dalam hal ini si Pembuat delik memang
melakukan perbuatan kejahatan lain”.52 mempunyai bakat dan kebiasaan untuk
Dalam KUHPidana terdapat dua macam melakukan kejahatan, oleh karena itu
“mengulangi” yaitu : biasa disebut “orang ang pekerjaannya
a. mengulangi (Recidive) umum Syarat- melakukan kejahatan” (beroepsimis
syaratnya ialah: dader) atau “orang yang kebiasaannya

10
Ibid
11
Ibid
12 13
Satochid Kartanegara, Op Cit, hal. 233. Ibid

118
Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017

melakukan kejahatan” (gevoonte Ad.2 Specific recidive.


14
misdadejr). Jenis recidive ini terdapat bila seseorang
Dasar hukum untuk memberatkan hukuman melakukan kejahatan dan terhadap kejahatan
dalam recidive karena orang yang demikian itu itu dijatuhi hukuman oleh hakim. Kemudian ia
membulatkan telah mempunyai tabiat yang melakukan kejahatan lagi yang sama (sejenis)
jahat dan oleh sebab itu dianggap merupakan dengan kejahatan pertama, maka persamaan
bahaya bagi masyarakat dan bagi ketertiban kejahatan yang dilakukan kemudian itu
umum. merupakan dasar untuk memperberat
Tujuan hukuman antara lain adalah untuk hukuman.
mencegah kejahatan. Dan seperti diketahui
mencegah kejahatan ditujukan pada mereka Ad. 3 Gabungan perbuatan yang dapat dihukum
yang berbuat jahat dengan demikian (samenloop).
diharapkan agar mereka setelah menjalani Adapun yang dimaksud dengan samenloop
hukuman, akan takut melakukan kejahatan lagi. adalah “apabila seseorang melakukan suatu
Akan tetapi jika ternyata, penjahat perbuatan dan dengan melakukannya
melakukan kejahatan lagi maka merupakan perbuatan itu ia melanggar beberapa peraturan
bukti bahwa ia tidak dapat ditakut-takuti. hukum pidana atau apabila seseorang
Dipandang dari sudut kriminologi nampak melakukan beberapa perbuatan itu merupakan
bahwa alasan itu dianggap kurang tepat sebab pelanggaran terhadap hukum pidana atau
apabila seseorang sudah pernah menjalani merupakan beberapa delik yang belum dijatuhi
hukuman maka orang tersebut tidak takut lagi keputusan hukum oleh hakim dan beberapa
dan tidak akan segan-segan lagi untuk delict yang dilakukan oleh satu orang itu diadili
menjalani hukuman lagi sebaliknya jika sekaligus.16
dipandang dari sudut pandang orang yang Pokok soal dalam samenloop ini adalah
belum pernah menjalani hukuman maka halnya hukuman apa dan berapa hukum yang dapat
adalah lain sebab ancaman hukuman yang lebih dijatuhkan atas din seseorang yang telah
berat itu akan menakut-nakutinya dan orang itu melakukan beberapa perbuatan dan perbuatan
juga akan takut untuk melakukan kejahatan. itu masing-masing merupakan delict dipandang
Menurut doktrin dari sudut sifatnya sistem dan jenis dan besarnya (straftoementing)
recidive itu dibagi dalam:15 ajaran samenloop didalam praktek tidak
1. Generale Recidive aktau recidive umum menimbulkan kesulitan.
2. Special Recidive atau recidive khusus. Bila ajaran senmnloop ini dipandang dari
sudut straftoemeiting maka akan nampak
Ad. 1 Recidive umum bahwa didalam praktek ajaran itu tidak
Adalah apabila seseorang melakukan menimbulkan kesulitan sebab apabla hukuman
kejahatan terhadap kejahatan mana telah yang diancamkan terhadap berbagai jenis delict
dijatuhi hukuman, maka apabila ia kemudian itu diteliti, maka dikenal beberap asas (stelsel)
melakukan kejahatan lagi yang dapat yaitu disebut:
merupakan bentuk kejahatan apapun, ini dapat 1. Hukuman minimal umum (algemene
dipergunakan sebagai alasan untuk strqfinining). Azas ini adalah yang dianut
memperberat hukuman. Contoh : A melakukan oleh KUHPidana, sedangkan yang
kejahatan pencurian karenanya it dijatuhi dimaksudkan adalah hukuman yang
hukuman. Setelah A menjalani hukuman itu, ia terendah. Dan hukuman yang terendah
kembali dalam masyarakat. Akan tetapi A ini adalah :
kemudian melakukan kejahatan penganiayaan - Penjara dan hukuman kurungan 1
terhadap D. Berdasar sifat recidive ini, maka hari;
perbuatan penganiayaan itu dapat merupakan - Denda (denda terendah)
alasan untuk memberatkan hukuman yang 2. Hukuman maksimum (algemne
dijatuhkan atas dirinya. strqfinaximum). Asas ini hanya mengenai
hukuman badan (virijheidstraj). Menurut

14
Ibid
15 16
Ibid Ibid

119
Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017

asas ini ditentukan bahwa hukuman (2) Jika perbuatan mengakibatkan luka berat
penjara itu adalah paling tinggi 15 tahun yang bersalah dikenakan pidana penjara
kecuali bila terdapatkeadaan-keadaan paling lama tujuh tahun.
yang memberatkan hukuman. (3) Jika perbuatan mengakibatkan mati dia
3. Hukuman menerima khusus (specific dikenakan pidana penjara paling lama
strqfinaximus) yang dimaksud oleh asas sembilan tahun.
ini adalah bahwa tiap-tiap delict diancam Apabila penganiayaan dilakukan dengan
dengan hukuman yang terberat bagi direncanakan terlebih dahulu maka menurut
masing-masing delict.57 pasal 353 KUHP hukuman menjadi empat tahun
penjara dan meningkat lagi menjadi tujuh
Hal ini perlu dijelaskan untuk diketahui tahun apabila luka berakibat matinya orang
karena semunloop justru disandarkan pada menjadi lima belas tahun penjara.
hukuman yang terberat. Dengan demikian Bahwa pasal 353 Kitab Undang-Undang
maka dalam praktek tidak timbul kesulitan asal Hukum Pidana adalah delik penganiayaan
hakim tidak memberi hukuman yang lebih sebagaimana dirumuskan pada pasal 351 Kitab
rendah daripada hukuman minimal umum dan Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
tidak lebih besar dari hukumann maksimal ditambah dengan unsur “direncanakan terlebih
umum. Gabungan (semunloop) peristiwa dahulu”.
pidana ini dibedakan atas tiga macam: Ancaman hukuman dalam pasal 351 KUHP
1. Gabungan suatu perbuatan (gendaadsehe ditentukan bahwa penganiayaan r dengan
samenloop concursus idealis); pasal 63 hukuman penjara selama-lamanya dua tahun
KUHPidana. delapan bulan atau denda sebanyak-banyaknya
2. Perbuatan yang diteruskan (voorgezete tiga ratus rupiah. Dan menjadi lima tahun
handeling) pasal 64 KUHPidana. manakalah mengakibatkan luka berat, tujuh
3. Gabungan beberapa perbuatan tahun jika mengakibatkan matinya orang.
(meerdadsehe samenloop encursus realis) Sedangkan pasal 355 KUHP menyebutkan :18
pasal 65 dan 66 KUHPidana. (1) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan
rencana lebih dahulu diancam dengan
B. Direncanakan Terlebih Dahulu sebagai pidana penjara paling lama dua belas
Unsur Delik Memberatkan Pidana tahun.
Hal yang memberatkan pidana terdapat (2) Jika perbuatan mengakibatkan mati yang
manakalah didalam perumusan sesuatu delik bersalah dikenakan pidana penjara paling
terdapat unsur-unsur dari pada delik pokok lama lima belas tahun.
disamping itu ditambah dengan unsur-unsur Penganiayaan berat dilakukan dengan
yang memberatkan ancaman hukuman. direncanakan terlebih dahlu, menurut Pasal
Kita Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) 355 KUHP maksimum hukuman menjadi dua
dalam pasal 353, 355, 340 dan 342 belas tahun penjara dan apabila berakibat
mencantumkan unsur “direncanakan” sebagai matinya orang menjadi lima belas tahun
unsur delik. penjara.
Pemahaman serta pembuktian adanya unsur Bahwa pasal 353 Kitab Undang-Undang
“direncanakan terlebih dahulu” selaku unsur Hukum Pidana adalah delik penganiayaan
memberatkan hukuman dapat difahami sebagaimana dirumsukan pada pasal 351 Kitab
manakalah materi pasal-pasal 40 tersebut Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
diulas kemudian dilihat kaitannya dengan delik ditambah dengan unsur “direncanakan terlebih
pokok yakni pasal 351, 354, 338 dan 341 KUHP. dahulu”.
Pasal 353 KUHP berbunyi sebagai berikut:17 Ancaman hukuman dalam pasal 35 KUHP
(1) Penganiayaan dengan rencana terlebih ditentukan bahwa penganiayaan dihukum
dahulu diancam dengan pidana penjara dengan hukuman penjara selama-lamanya dua
paling lama empat tahun. tahun delapan bulan atau denda sebanyak-
banyaknya tiga ratus rupiah. Dan menjadi lima

17 18
Moelijatno, KUHP, Bima Aksara 1988, hal. 25 Ibid

120
Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017

tahun manakalah mengakibatkan luka berat, dokter terhadap seorang pasien. Keberatan ini
tujuh tahun jika mengakibatkan matinya orang. diakui kebenarannya, maka perumusan diganti
Adanya unsur “direncanakan terlebih menjadi “penganiayaan” dengan penjelasan
dahulu” ancaman hukuman dan delik pokok bahwa ini berarti terbuat sesuatu dengan
(pasal 351 KUHP) menjadi lebih berat yakni: tujuan (oogmerk) untuk mengakibatkan rasa
- Dua tahun delapan bulan menjadi dapat sakit.
tahun; Doktrin mengajarkan bahwa perbuatan
- Lima tahun menjadi tujuh tahun penjara; penganiayaan yang disebutkan pada pasal 351
- Tujuh tahun menjadi sembilan tahun. KUHP ditafsirkan sebagai:
Demikian pula halnya pada penganiayaan “Setiap perbuatan yang dilakukan dengan
berat dengan ditambah unsur “direncanakan sengaja untuk menimbulkan rasa sakit atau luka
terlebih dahulu” yang dirumuskan pada pasal kepada orang lain (het opzettelijk pijn of letsel
355 KUHP menjadi lebih berat ketimbang delik toebrengen aan een ander).”21
pokok pasal 354 KUHP. Unsur direncanakan Penafsiran sebagaimana yang diberikan
terlebih dahulu alam pasal 355 KUHP telah sebenarnya untuk menghindarkan kesulitan-
menambah berat hukuman dari: kesulitan sebagaimana dialami dengan
- Penjara delapan tahun menjadi dua belas penafsiran “dengan sengaja memberikan
tahun manakala mengakibatkan luka berat; penderitaan badan kepada orang lain (het
dan opzetlijk lichemmelijk leed toebrengen aan een
- Penjara sepuluh tahun menjadi lisa belas ander).
tahun jika mengakibatkan matinya orang. Hoge Raad juga memberikan penafsiran
Tentang perbuatan penganiayaan undang- tentang penganiayaan sebagai berikut:
undang tidak memberikan batasannya. “Setiap perbuatan yang dilakukan dengan
Menurut yurisprudensi, yang diartikan sengaja untuk menimbulkan rasa sakit atau luka
dengan “penganiayaan” (mishandeling)” yaitu : kepada orang lain yang semata-mata
“Sengaja menyebabkan perasaan tidak enak merupakan tujuan daripada perbuatan
(penderitaan), rasa sakit (pijn) atau luka”.19 tersebut”.22
Kata penganiayaan tidak menunjuk kepada Menurut penafsiran Hoge Raad perbuatan
perbuatan tertentu seperti misalnya kata yang dilakukan dengan sengaja untuk
“mengambil” dalam pencurian. menimbulkan rasa sakit atau luka kepada orang
Maka dapat dikatakan bahwa kinipun lain itu, tidak boleh merupakan suatu daya
nampak ada perusahan secara materil. Tetapi upaya untuk mencapai tujuan yang
tidak nampak secara jelas apa wujud akibat diperbolehkan.
yang harus disebabkan. R. Wirjono Jadi dalam contoh misalnya :
Prodjodikoro, menuliskan : a. Orang tua sekedar untuk menjaga tata
“Kebetulan maksud perbentuk undang- tertib di dalam lingkungan keluarganya
undang dapat terlihat dalam sejarahnya memukul anaknya. Pada hakekatnya
terbentuknya pasal yang bersangkutan dari perbuatan orang tua tersebut memenuhi
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana perumusan penganiayaan.
Belanda. Mula-Mula dalam rancangan b. Perbuatan seorang dokter ahli bedah.
undang-undang dari Pemerintah Belanda Sebenarnya perbuatan seorang dokter ahli
diketemukan perumusan “dengan sengaja bedah itu menimbulkan rasa sakit dan luka
mengakibatkan rasa sakit dalam tubuh terhadap orang lain, akan tetapi seperti
orang lain dan dengan sengaja merugikan diketahui perbuatan itu dilakukan tidak
kesehatan orang lain”.20 semata-mata untuk menimbulkan rasa sakit
Perumusan tersebut dalam pembicaraan dan luka kepada orang lain akan tetapi
Parlemen Belanda dianggap tidak tepat oleh justru untuk menyembuhkan orang lain.
karena meliputi juga perbuatan seorang Manakalah kedua contoh penganiayaan
pendidik terhadap anak dan perbuatan seorang tersebut dikaji dari segi interpretasi doktrin
maka perbuatan orang tua terhadap anaknya
19
R. Soesilo, Op-Cit, hal. 221.
20 21
R. Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Satochid Kartanegara. Op-Cit. hal. 77
22
Di Indonesia, PT Eresco Jakarta, Bandung, 1980, hal. 53 Ibid, hal. 510

121
Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017

itu tetap merupakan perbuatan penganiayaan


sebab perbuatan itu dengan sengaja dilakukan B. Saran
untuk menimbulkan rasa sakit kepada orang 1. Para penegak hukum yang berkecimpung
lain dan demikian pada perbuatan seorang ahli dalam lapangan hukum acara pidana harus
bedah tersebut, sebab di dalam hal itu ia juga mendalami betul-betul ilmu pengetahuan
dengan sengaja melakukan sesuatu perbuatan hukum pidana serta ilmu hukum lainnya
yang menimbulkan rasa sakit atau luka kepada agar dalam menerapkan aturan-aturan
orang lain. hukum pidana dapat dengan mudah
Sedangkan dari sudut interpretasi Hoge mempraktekkan jika diperhadapkan dengan
Rand baik perbuatan orang tua terhadap fakta-fakta yang terjadi dilapangan.
anaknya sendiri maupun p`erbuatan seorang 2. Baik jaksa penuntut umum dalam surat
ahli bedah terhadap pasiennya bukan atau dakwaannya maupun hakim dalam
tidak merupakan penganiayaan sebab pertimbangan hukum putusan harus
walaupun penganiayaan itu dilakukan dengan dengan sungguh-sungguh mencermati
sengaja untuk menimbulkan masa sakit dan setiap pelaku tindak pidana yang
luka kepada orang lain akan tetapi perbuatan melakukan tindak pidana yang dilakukan
itu dilakukan justru untuk mencapai tujuan dengan direncanakan terlebih dahulu.
yang diperkenankan hingga perbuatan yang
dilakukannya itu hanya merupakan daya upaya DAFTAR PUSTAKA
untuk mencapai tujuan tersebut. Andi Hamzah, Stelsel Pidana & Pemidanaan Di
Indonesia, Pradnya Paramita,
PENUTUP Jakarta, 1993.
A. Kesimpulan Bambang Poernomo. Asas-asas Hukum Pidana.
1. Alasan yang menambah beratnya hukuman Ghalia Indonesia: Jakarta, 1976.
(strafverhogingsgronden) dalam KUHPidana Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan
adalah sebagaimana diatur dalam pasal 52 Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti,
yakni seorang yang melakukan perbuatan Jakarta, 1986.
pidana dalam kedudukannya sebagai H.A.K. Moch. Anwar, Hukum Pidana Bagian
pegawai negeri, tentang pengulangan Khusus (KUHP Buku II), Jilid I, Alumni
(recidive) baik recidive umum yang diatur Bandung, 1982.
dalam pasal 486, 487, dan 488 KUHPidana Cesare Biccana, Perihal Kejahatan Dan
maupun recidive khusus pasal 489 (2), 492 Hukuman, Genta Publishing,
(2), 495 (2), 501 (2) dan 516 (2) KUHPidana Jogjakarta Maret 2011, Cetakan
serta gabungan perbuatan yang dapat Pertama.
dihukum (somenloop ) titel VI Buku I Indi Hamzah, Pengantar Hukum Acara Pidana
KUHPidana pasal 63, 64, 65 & 66 Indonesia, Indonesia, 1984.
KUHPidana. J.M. Van Bennelen, Hukum Pidana I,
2. Unsur direncanakan terlebih dahulu Terjemahan Kasuan, Bina Cipta
didalam perumusan delik merupakan unsur Jakarta 1984.
yang memberatkan ancaman hukuman.
Unsur ini bukanlah unsur yang menentukan E.Y. Kanter, S.R. Sianturi, Azas-Azas Hukum
ada tidaknya perbuatan pidana tetapi Pidana Indonesia dan
hanya merupakan suatu unsur tambahan Penerangannya, Alumni, Bandung,
dalam arti tidak terbuktinya unsur tersebut 1982.
tidaklah berarti perbuatan pidana itu tidak J. E. Sahetapy, Suatu Studi Khusus Mengenai
pernah dilakukan. Unsur direncanakan Ancaman Pidana Mati Terhadap
terlebih dahulu dalam KUHPidana diatur Pembunuhan Berencana, CV.
dalam pasal 353, 355 tentang penganiayaan Rajawali Jakarta, 1981.
biasa berencana dan penganiayaan berat J.N. Van Bemmelen, Hukum Pidana I,
berencana serta pasal 340 tentang diterjemahkan oleh Bina Cipta 1984.
pembunuhan berencana dan pasal 342 Jimly Assidiqie, Pembaharuan Hukum Pidana
tentang pembunuhan tidak berencana. Indonesia : Studi Tentang Bentuk-

122
Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017

Bentuk Pidana Dalam Tradisi Hukum


Fiqh dan Relevansinya Bagi Usaha
Pembaharuan KUHP Nasional,
Angkasa, Bandung, 1996.
Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitan
Hukum Normatif, Bayumedia
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-teori Dan
Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung,
1992.
Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, Alumni,
Bandung, 1985
Niniek Suparmi, Eksistensi Pidana Denda Dalam
Sistim Pidana dan Pemidanaan,
Sinar Grafika Jakarta 2007.
Moelijatno, KUHP, Bima Aksara 1988.
Satochid Kartanegara, Hukum Pidana Kumpulan
Kuliah, Bagian Dua, Balai Lektur
Mahasiswa.
--------------------, Hukum Acara Pidana
Indonesia, Universitas Indonesia
1964/1965.
--------------------, Hukum Pidana Bagian Satu,
Balai Lektur Mahasiswa.
R. Atang Ranamihardja, Hukum Pidana Azas-
Azas Pokok Pengertian Teori Serta
Pendapat Beberapa Sarjana, Tarsito
Bandung 1984.
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) serta Komentar-
Komentarnya Lengkap Pasal Demi
Pasal, Politeia, Bogor, 1996.
R. Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana
Tertentu Di Indonesia, PT Eresco
Jakarta, Bandung, 1980.
Roeslan Saleh, Stelsel Pidana Indonesia, Aksara
Baru, Jakarta, 1987.
S.R. Sianturi dan Mompang L. Pangabean,
Hukum Penitensia Di Indonesia,
Almni AHM-Petehaem, Jakarta,
1996.
Smith & Hogan, Criminal Law, 4th,
Butterworths, London, 1978.
Soerjono Soekamti, Pengantar Penelitian
Hukum, Cet. III. UI Press Jakarta
1986.

123

Anda mungkin juga menyukai