Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN HARGA DIRI RENDAH

DI RUMAH BERDAYA DENPASAR

PADA TANGGAL 1-7 FEBRIARI 2021

OLEH

KHOIRUNNISA SALSABILA

C1118044

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA USADA BALI

2021
BAB I

KONSEP DASAR PENYAKIT

A. DEFINISI

Harga diri rendah menurut Keliat (2010) adalah kondisi seseorang yang
menilai keberadaan dirinya lebih rendah dibandingkan orang lain yang berpikir
adalah hal negatif diri sendiri sebagai individu yanggagal, tidak mampu, dan tidak
berprestasi. Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti,dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri.Gangguan harga diri dapat di jabarkan sebagai perasaan yang
negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, serta merasa gagal
mencapai keinginan (Farida,2011).
Harga diri rendah situasional terjadi bila seseorang mengalami trauma yang
terjadi secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan, cerai, putus sekolah,
putus hubungan kerja,perasaan malu karena sesuatu telah terjadi,misalnya
pemerkosaan, dituduh KKN, dipenjara secara tiba-tiba (Fitria, 2013).
Menurut Keliat (2007), harga diri rendah dapat digambarkan sebagai
perasaan yang negatif terhadap diri sendiri dan dirinya gagal mencapai keinginan.
Selain itu juga harga diri rendah adalah evaluasi dari kemampuan diri yang negatif
dan dipertahankan dalam waktu yang lama (Nanda,2005 dalam Direja 2011).
Harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima di
lingkungan dan gambaran-gambaran negatif tentang dirinya (Barry,2009)
Berdasarkan berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gangguan
harga diri rendah adalah gangguan konsep diri dimana harga diri merasa gagal
mencapai keinginan, perasaan tentang diri yang negatif dan merasa dirinya lebih
rendah dibandingkan orang lain. Gangguan harga diri rendah merupakan masalah
bagi banyak orang dan diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang
sampai berat. Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang negatif membenci diri
sendiri dan menolak diri sendiri.
B. ETIOLOGI
1. Faktor predisposisi (Stuart Gail 2013)

Faktor predisposisi harga diri rendah meliputi sebagai berikut:

a. Faktor yang mempengaruhi harga diri, meliputi penolakan orang tua,


harapan orang tua yang tidakrealistis, kegagalan yang berulang, kurang
memiliki tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan
ideal diri yang tidak realistis.
b. Factor yang mempengaruhi performa peran adalah steriotif peran
gender,tuntutan peran kerja,dan harapan peran budaya,nilai- nilai budaya
yang tidak dapat di ikuti oleh individu. Di masyarakat umumnya peran
seseorang disesuaikan dengan jenis kelamin. Misalnya seorang wanita
dianggapkurang mampu, kurang mandiri, kurang obyektif dan rasional.
Sedangkan pria dianggap kurang sensitif, kurang hangat kurang ekspresif
dibanding wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau pria
berperan tidak sesuai lazimnya maka dapat menimbulkan konflik diri
maupun hubungan sosial.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri meliputi ketidakpercayaan
orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur social.
Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan anak menjadi
kurang percaya diri,ragu dalam mengambil keputusan dan dihentikan
rasa bersalah ketika akan melakukan sesuatu. Kontrol orang tua yang
berat pada anak remaja akan menimbulkan perasaan benci pada orang
tua. Teman sebaya merupakan faktor lain yang berpengaruh pada
identitas
d. Faktor biologis

Adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon


secara umum yang dapat pula berdampak pada keseimbangan
neurotransmiter diotak.
2. Faktor Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi yang
dihadapi individu dan ia tidak mampu menyesuaikan situasi atas stresor dapat
mempengaruhi komponen. Stresor yang dapat mempengaruhi gambaran diri
adalah hilangnya bagian tubuh, tindakan operasi, proses patologi penyakit,
perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh kembang, prosedur
tindakan dan pengobatan. Sedangkan stressor yang dapat mempengaruhi
harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari
orang tua dan orang yang berarti.
Faktor pencetus dapat berasal dari sumber internal ataupun eksternal, yaitu :
 Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kesehatan.
 Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis
transisi peran
- Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang
berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-
norma budaya ,nilai-nilai serta tekanan untuk menyesuaikan diri.
- Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
- Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaaan
sehat kekeadaan sakit. transisi ini dapat dicetuskan oleh :
 Kehilangan bagian tubuh
 Perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh.
 Perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang
normal.
 Prosedur medis dan keperawatan. (Stuart, 2013).
C. PROSES TERJADINYA MASALAH

Harga diri rendah kronis merupakan proses kelanjutan dari harga diri
rendah situsional yang tidak diselesaikan atau dapat juga terjadi karena individu
tidak pernah mendapatkan feed back dari lingkungan tentang perilaku klien
sebelumnya bahkan mungkin kecenderungan lingkungan yang selalu memberi
respon negatif untuk mendorong individu menjadi harga diri rendah.
Harga diri rendah kronis disebabkan banyak faktor. Awalnya individu
berada pada situasi yang penuh dengan stressor. Penilaian individu terhadap diri
sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri
rendah situsional, jika lingkungan tidak memberi dukungan positif atau justru
menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan
individu mengalami harga diri rendah kronis.
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi diri Konsep Diri Harga Diri Rendah Difusi Identitas Depersonalisasi

(Stuart, 2013)

a. Respon Adaptif :
Aktualisasi diri dan konsep diri yang positif serta bersifat membangun
(konstruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan ketidak
seimbangan dalam diri sendiri.
b. Respon Maladaptif :
Aktualisasi diri dan konsep diri yang negatif serta bersifat merusak
(destruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan
ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
c. Aktualisasi Diri :
Respon adaptif yang tertinggi karena individu dapat mengespresikan
kemampuan yang dimiliki.

d. Konsep Diri Positif :


Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahan secara jujur dan
dalam menilai suatu masalah individu berfikir secara positif dan realistis.
e. Harga Diri Rendah :
Transisi antara respon konsep diri adaptif dan maladaptif.
f. Difusi Identitas :
Suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai identifikasi masa
kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.
g. Depersonalisasi
Suatu perasaan yang tidak realistis dan keasingan dirinya dari lingkungan hal
ini berhubungan dengan tingkat ansietas panik dan kegagalan dalam
D. KLASIFIKASI

Gangguan diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :


a. Situasional Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus dioperasi,
kecelakaan,dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja. Pada pasien
yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena prifasi yang kurang
diperhatikan. Pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang
tidak sopan, harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak
tercapai karena dirawat/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai.
(Makhripah & Iskandar, 2012).
b. Kronik Yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama,yaitu
sebelum sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir yang negativ. Kejadian
sakit dan dirawat akan menambah persepsi negativ terhadap dirinya. Kondisi
ini mengakibatkan respons yang maladaptif, kondisi ini dapat ditemukan pada
pasien gangguan fisik yang kronis atau pada pasien gangguan jiwa
(Makhripah & Iskandar.2012)
Harga diri rendah adalah penilaian subjektif individu terhadap dirinya, perasaan
sadar atau tidak sadar dan persepsi terhadap fungsi, peran, dan tubuh (kusumawati
2010).
Menurut Stuart (2013) harga diri rendah dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Harga diri rendah situsional adalah keadaan dimana individu yang
sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif
mengenai dalam berespon terhadap suatu kejadian (kehilangan &
perubahan).
b. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami
evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu
lama.
E. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala dari harga diri rendah pada seseorang berbeda-beda dan
bervariasi antara individu satu dengan yang lainnya, tetapi biasanya
dimanifestasikan (Keliat 2007) sebagai berikut :
1. Mengkritik diri sendiri

2. Perasaan tidak mampu

3. Pandangan hidup yang pesimis

4. Merasa bersalah dan khawatir

5. Sulit bergaul

6. Tidak menerima pujian

7. Lebih banyak menunduk

8. Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri

9. Gangguan hubungan social

10. Rasa bersalah terhadap diri sendiri, menyalahkan , mengkritik, mengejek diri
sendiri
11. Merendah martbat : saya tidak bisa, saya bodoh, saya tidak tahu apa-apa,
saya tidak mampu

12. Bicara lambat dengan nada suara lemah.

Ciri-ciri harga diri rendah (kusumawati, 2010) adalah sebagai berikut :

1. Perasaan bersalah/penyesalan
2. Menghukum diri
3. Merasa gagal
4. Gangguan hubungan interpersonal
5. Mengkritik diri sendiri dan orang lain
6. Menganggap diri lebih penting dari orang lain.
F. POHON MASALAH

Risiko Tinggi Prilaku Kekerasan

Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi ....Effect

Isolasi Sosial

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah ....Core Problem

Koping Individu Tidak Efektif ....Cause

G. PENATALAKSANAAN

Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri
rendah kronis adalah :
a. Sistem limbik yaitu pusat emosi dilihat dari emosi pada klien dengan harga
diri rendah yang kadang berubah seperti sedih dan merasa tidak berguna atau
gagal terus menerus. Adapun jenis alat untuk mengetahui gangguan struktur
otak yang dapat digunakan yaitu :
1. Electroencephalogram (EEG) suatu pemeriksaan yang bertujuan
memberikan informasi penting tentang kerja dan fungsi otak
2. CT Scan untuk mendapatkan gambaran otak tiga dimensi.
3. Single Photon Emision Tomography (SPECT) melihat wilayah otak dan
tanda-tanda abnormalitas pada otak dan menggambarkan perubahan aliran
darah yang terjadi.
4. Magnetic Resonance Imaging (MRI) suatu teknik radiologi dengan
menggunakan magnet, gelombang radio dan komputer untuk mendapatkan
gambaran struktur tubuh atau otak dan dapat mendeteksi perubahan yang
kecil sekalipun dalam struktur tubuh atau otak.
BAB II

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

A. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan
(direja, (2011). Data-data tersebut dikelompokan menjadi faktor predisposisi,
presipitasi terhadap stresor, sumber koping dan kemampuan yang dimiliki oleh
klien. Data-data yang diperoleh selama pengkajian juga dapat dikelompokan
menjadi data subjektif dan data objektif. Data subjektif merupakan data yang
disampaikan secara lisan oleh klien maupun keluarga klien melalui proses
wawancara. Sedangkan data objektif adalah data yang ditemukan secara nyata
pada klien melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN (Strategi Pelaksanaan)
No Diagnosa Tindakan Pertemuan Selan
Keperawatan Sp1 Sp2 Sp3 Sp4
1. Gangguan Pasien 1. Identifikasi 1. Evaluasi 1. Evaluasi 1. Evaluasi 1. Eva
konsep diri : kemampuan kegiatan kegiatan kegiatan kegi
harga diri melakukan kegiatan pertama yang pertama dan pertama, kedua, latih
rendah dan aspek positif dipilih dan kedua yang dan ketiga yang beri
pasien (buat daftar berikan pujian. telah dilatih dan telah dilatih dan puji
kegiatan) 2. Bantu pasien berikan pujian. berikan pujian. 2. Lati
2. Bantu pasien menilai memilih 2. Bantu pasien 2. Bantu dilan
kegiatan yang dapat kegiatan kedua memilih pasien memilih sam
dilakukan saat ini yang akan kegiatan ketiga kegiatan terh
(pilih dari daftar dilatih yang akan keempat yang 3. Nila
kegiatan) : buat 3. Latih kegiatan dilatih akan dilatih kem
daftar kegiatan yang kedua (alat dan 3. Latih kegiatan 3. Latih yang
dapat dilakukan saat cara) ketiga (alat dan kegiatan man
ini 4. Masukkan pada cara) keempat (alat 4. Nila
3. Bantu pasien jadual kegiatan 4. Masukkan pada dan cara) harg
memilih salah satu untuk latihan: jadual kegiatan 4. Masukkan pasi
kegiatan yang dapat dua kegiatan untuk latihan: pada jadual men
dilakukan saat ini masing-masing tiga kegiatan, kegiatan untuk
untuk dilatih dua kali per hari masing-masing latihan: empat
4. Latih kegiatan yang dua kali per hari kegiatan,
dipilih (alat dan cara masing-masing
melakukannya dua kali per hari
5. Masukkan pada
jadual kegiatan
untuk latihan dua
kali per hari
Keluarga 1. Diskusikan 1. Evaluasi 1. Evaluasi 1. Evaluasi 1. Eva
masalah yang kegiatan kegiatan kegiatan kegi
dirasakan dalam keluarga dalam keluarga dalam keluarga dalam kelu
merawat klien. membimbing membimbing membimbing dala
2. Jelaskan pasien pasien pasien mem
pengertian, tanda melaksanakan melaksanakan melaksanakan pasi
dan gejala, dan kegiatan kegiatan yang kegiatan, beri mela
proses terjadinya kebersihan diri, telah dilatih, pujian. kegi
harga diri rendah beri pujian. beri pujian. 2. Bersama dipi
(gunakan booklet). 2. Bersama 2. Bersama keluarga pasi
3. Jelaskan cara keluarga keluarga melatih pasien puji
merawat harga diri melatih pasien melatih pasien dalam 2. Nila
rendah terutama dalam dalam melakukan kem
memberikan pujian melakukan melakukan kegiatan kelu
semua hal yang kegiatan kedua kegiatan ketiga keempat yang mem
positif pada pasien. yang dipilih yang dipilih dipilih pasien pasi
4. Latih keluarga pasien pasien 3. Jelaskan follow 3. Nila
memberi tanggung 3. Anjurkan 3. Anjurkan up ke PKM, kem
jawab kegiatan yang membantu membantu tanda kambuh, kelu
dipilih pasien: pasien sesuai pasien sesuai rujukan, mela
bimbing dan beri jadwal dan jadwal dan 4. Anjurkan kont
pujian. memberi pujian. memberi pujian. membantu PKM
5. Anjurkan pasien sesuai
membantu pasien jadual dan
sesuai jadwal dan memberikan
cara memberikan pujian.
pujian
D. EVALUASI

Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan
yang telah dilakukan. Evaluasi dapat dilakukan menggunakan pendekatan S.O.A.P
yaitu subjektif, objektif, analisa, perencanaan, pada klien dan perencanaan pada
perawat.

Evaluasi dapat bagi 2 yaitu evaluasi proses atau formatif, yang dilakukan setiap
selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan
membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan.

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola


pikir :

S: Respon subjektif terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan

O: Respon objektif terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan

A: Analisa ulang atas data subjektif & objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontra
indikasi dengan masalah yang ada.

P: Perencanaan atau tindak lanjut dapat berdasarkan hasil analisa pada respon
klien.

Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
pada klien.Adapun evaluasi keperawatan pasa klien HDR :
a. Dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
c. Menerima perubahan tubuh yang terjadi
d. Dapat memilih beberapa cara mengatasi perubahan yang terjadi
e. Dapat beradaptasi dengan cara yang dipilih
f. Pada keluarga dapat membina hubungan saling percaya
g. Keluarga dapat merawat klien dengan HDR dan gangguan citra tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

Deden & Rusdi.2013. Keperawatarn Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyan Publising.

Fitria N.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penelitian Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperwatan. Jakarta : Salamba Medika

Kliat.2011. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC

Prabowo Eko.2014. Konsep Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha


Medika

Anda mungkin juga menyukai