DASAR TEORI
14
15
Gambar 3.1.
Idealisasi beberapa Pola Aliran yang terjadi di Reservoir 2)
juga merupakan solusi dari persamaan tersebut. Misalkan suatu kasus dimana
sebuah sumur berproduksi dengan seri laju produksi tetap untuk setiap selang
waktu seperti diperlihatkan pada Gambar 3.2.
Untuk menentukan tekanan lubang sumur (Pwf) pada tn sewaktu laju saat
itu qn, dapat dipakai prinsip superposisi dengan metode sebagai berikut :
q1 dianggap berproduksi selama tn.
q2 dianggap berproduksi selama tn – t1.
q3 dianggap berproduksi selama tn – t2.
q4 dianggap berproduksi selama tn – t3.
... ..... - .....
qn dianggap berproduksi selama tn – tn-1.
Gambar 3.2.
Sejarah Produksi Berdasarkan Laju Alir dan Tekanan Dasar
Alir Sumur dengan Fungsi Waktu 2)
Pi−P ws =
−70 .6
qμB
kh {( (
ln
1688 φμ c t r
w2
k ( t p + Δt ) ) )}
−2 s
1688 φμ c t r 2
−70 .6
kh {( (
( 0−q ) μB
ln
k . Δt
w
−2 s ) )} .......................(3-6)
Kemudian persamaan (4-23) disusun menjadi :
t +Δ
Pws =Pi−70. 6
qμB
kh [ ]
ln p t
Δt
............................................................(3-7)
Atau :
t +Δ
Pws =Pi−162. 6
qμB
kh
log p t
[ ]
Δt
........................................................(3-8)
Gambar 3.3.
Laju Alir Ideal dan Sejarah Produksi
untuk Pressure Build Up Test 2)
20
t +Δt
selama penutupan sumur,apabila diplot terhadap log Δt merupakan garis
lurus dengan kemiringan :
162 .6qμB
m=
kh ,psi/cycle........................................................................(3-9)
Contoh yang ideal dari pengujian ini dapat dilihat dari Gambar 3.4. Jelas
bahwa perbeabilitas (k), dapat ditentukan dari slope “m”, sedangkan apabila garis
ini diekstrapolasikan keharga Horner Time sama dengan satu (equivalent dengan
penutupan yang tidak terhingga lamanya), maka tekanan pada saat ini teoritis
sama dengan tekanan awal reservoir tersebut.
Sesaat sumur ditutup akan berlaku hubungan :
1688 φμ ct r
Ρwf =Ρi+70.6
qμB
kh [ ln
k.tp
w
2
−2 s
]
1688 φμ c t r
= Ρi+16206
qμB
kh [ log
k.t p
w
2
−0 .869 s
]
1688 φμ ct r
=
Ρi+m log
[ ( k.t p
w
2
) −0. 869 s
] .......................................(3-10)
Ρ ws−Ρ wf 1688 φμ c t r 2 t + Δt
s=1 .151 (m )
+1. 151 log
kΔt
w
(
+1 . 151 log p
tp ) ( ) ....(3-
12)
21
t p + Δt
garis ekstrapolasinya. Kemudian faktor
( ) Δt dapat diabaikan sehingga :
Ρ1 jam−Ρwf
s=1 .151
[( m ) −log
( tr
φμ c
k
w2 )
+3 . 23
] .....................................(3-13)
dimana skin harus berharga positif.
Apabila harga s ini berharga positif berarti ada kerusakan (damaged) yang
pada umumnya dikarenakan adanya filtrat lumpur pemboran yang meresap
kedalam formasi atau endapan lumpur (mud cake) di sekeliling lubang bor
pada formasi produktif yang kita amati. skin yang negatif menunjukkan
perbaikan (stimulated), biasanya ini terjadi setelah dilakukan pengasaman
(acidizing) atau perekahan (hydraulic fracturing).
Sedangkan adanya hambatan aliran yang terjadi pada formasi produktif
akibat adanya skin effect, biasanya diterjemahkan kepada besarnya
penurunan tekanan, Ps yang ditentukan menggunakan persamaan :
Ps = 0.87 m s , psi...................................................................................(3-14)
Maka besarnya produktifitas formasi (PI) dan atau flow effisiensi (FE)
berdasarkan analisa pressure build-up ini dapat ditentukan menggunakan
persamaan :
q
PI = ¿
P −Pwf − ΔP s ,BPD / Psi................................................................(3-15)
Dan
P¿ −Pwf − ΔPs
FE=
[ P¿ −P wf ] x 100 %
.................................................................(3-16)
Sedangkan untuk mengetahui besarnya radius of investigation (ri) dapat
ditentukan menggunakan persamaan :
22
kt
ri=
√ 948 φμ c t
, ft
.....................................................................................(3-17)
Keterangan :
ct : kompresibilitas , psi-1.
Untuk reservoir yang bersifat infinite acting, tekanan rata-rata reservoir ini
adalah P* = Pi = Pave.
Gambar 3.4.
Sejarah Laju Alir untuk Ideal Pressure Buildup Test 2)
t p + Δt
Δt merupakan garis lurus. Ini merupakan hal yang ideal tanpa adanya
pengaruh awal dari wellbore storage.
23
Gambar 3.5.
Grafik Pressure Buld Up untuk Reservoir Ideal 2)
Gambar 3.6.
Tipe Pressure Build-up Bawah Lubang untuk Produksi
Pseudo Steady State Sebelum Shut-in 3)
25
Gambar 3.7.
Grafik Pressure Build-up Test Sebenarnya 2)
tekanan formasi dan berat kolom fluida tersebut. Apabila sumur diproduksikan
kembali dengan membuka kerangan di permukaan, maka mula-mula fluida yang
diproduksikan hanya berasal dari apa yang ada di dalam sumur sehingga laju
produksi mula-mula dari formasinya sama dengan nol (qsf=0). Gejala inilah yang
sering disebut dengan wellbore storage effect atau after flow. Dengan
bertambahnya waktu aliran pada suatu tekanan permukaan yang tetap, laju aliran
di dasar sumur akan berangsur-angsur sama dengan laju aliran di permukaan
(qsf=q) dan banyaknya fluida yang tersimpan di dalam lubang sumur akan
mencapai harga yang tetap. Hal ini menunjukkan bahwa gejala wellbore storage
berakhir.
Pengaruh dari wellbore storage akan mendominasi data awal dari suatu
pengujian sumur, dimana lamanya pengaruh wellbore storage ini tergantung pada
ukuran maupun konfigurasi lubang bor serta sifat–sifat fisik fluida maupun batuan
formasinya. Untuk menentukan kapan wellbore storage berakhir maka dibuat plot
antara ΔP = (Pws – Pwf) vs Δt pada kertas log–log, seperti terlihat pada Gambar
3.8.
Garis lurus dengan kemiringan 45º (slope = 1) pada data awal
menunjukkan adanya pengaruh wellbore storage. Dari garis ini, tentukan titik
awal penyimpangan dan ukur 1 – 1.5 cycle dari titik tersebut untuk menentukan
awal dari tekanan yang tidak dipengaruhi oleh wellbore storage (end of wellbore
storage).
Dengan diketahuinya wellbore storage yang terlihat dengan adanya unit
slope tersebut dapat diperkirakan wellbore storage coefficient (cs) dalam satuan
bbl/psi.
q × B × Δt
cs=
24 × ΔP .......................................................................................(3-20)
Keterangan :
q = laju produksi, STB/D.
B = faktor volume formasi, bbl/STB.
∆t = perbedaan waktu, jam.
∆P = perbedaan tekanan, psi.
28
∆P dan ∆t berasal dari sembarang titik yang dipilih dari unit slope.
Gambar 3.8.
Grafik ∆P vs ∆t pada Kertas Log-log 4)
tekanan (Pws) pada saat penutupan sumur (shut in) vs horner time ((tp + Δt ) /
Δt ), dari plot ini didapatkan harga m, P 1jam dan P*. Penggunaan metode Horner
secara manual dalam penerapannnya sering kali dijumpai kesulitan, terutama bila
data tekanan sebagian besar didominasi oleh efek wellbore storage dan skin effect
sehingga tidak dapat menginterpretasikan sifat reservoir yang sebenarnya.
Tahapan–tahapan interpretasi Pressure Build-Up Test dengan
menggunakan metode Horner adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan data–data pendukung, antara lain :
- Kumulatif produksi,
- Produksi rata–rata,
30
- Porositas,
- Kompressibilitas batuan,
- Jari–jari sumur,
- Faktor volume formasi,
- Viskositas fluida,
- Ketebalan lapisan produktif.
( P1jam −P wf )
S=1 , 151
[ m
−log
( k
φ×μ×c t ×( r w ) )
2
+3 , 23
]
10. Menghitung ri (radius of investigation) dengan persamaan :
1
k×t
ri=
[
948 ×φ×μ× ct ] 2
reservoir yang terbatas, hal diatas tidak dapat dilakukan mengingat bahwa dengan
adanya pengaruh dari batas reservoir maka tekanan pada umumnya akan jatuh
berada dibawah garis lurus Horner.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya
tekanan rata – rata reservoir ini, yaitu:
a. Metode Matthews – Brons – Hazebroek (Metode MBH)
b. Metode Miller – Dyes – Hutchinson (Metode MDH)
c. Metode Dietz.
3.4.2.1. Metode Matthews – Brons – Hazebroek (Metode MBH)
Penulis menggunakan metode ini, dilakukan dengan asumsi bahwa
mobilitas dan kompresibilitas fluida tidak bervariasi sampai sebatas radius
pengurasan atau dapat dikatakan bahwa tidak ada variasi sifat – sifat fluida dan
batuan reservoirnya.
Langkah – langkah pengerjaan metode ini adalah sebagai berikut:
a. Mendapatkan harga P* dari metode Horner (untuk reservoir yang terbatas, P*
ini dikernal sebagai “False Pressure”) dan mendapatkan harga kemiringannya
(slope, m).
b. Memperkirakan besanya harga tekanan rata – rata reservoir ( Ṕ) menggunakan
persamaan:
m
Ṕ=P¿ − P (t )
2.303 DMBH pDA
c. P DMBH atau dikenal sebagai “MBH Dimensionless Pressure” dibaca pada
ordinat Gambar (pada Lampiran A), tergantung pada bentuk dari daerah
pengurasannya, sedangkan harga absisnya ((t ¿¿ pDA ) ¿ didapat dengan
persamaan :
0.0002637∗k∗tp
t pDA =
∅ μ Ct A
derivative dan metode lainnya. Langkah kerja analisis Pressure Build Up dengan
perangkat lunak tersebut terdiri dan empat tahap utama, yaitu: inisialisasi, input
data, ektrak Delta P dan analisis model. Diagram alir langkah kerja tersebut dapat
dilihat pada Gambar 3.9. berikut. Hasil analisis Pressure Build Up adalah valid,
jika tahapan kerja analisis dilakukan dengan benar dan semua data yang
dibutuhkan adalah valid.
Penjelasan lebih lengkap tentang langkah kerja analisis pressure build up
menggunakan perangkat lunak Saphir versi 3.20 dijelaskan dalam sub bab berikut
ini.
Inisialisasi
Input Data
Ekstrak DeltaP
Analisis
Model N
o
Yes/Matc
h
Interpretation Report
STOP
Gambar 3.9.
Diagram Alir Perangkat Lunak Saphir 3.20 5)
Penjelasan lebih lengkap tentang langkah kerja analisis pressure build up
menggunakan perangkat lunak Saphir versi 3.20 dijelaskan dalam sub bab berikut
ini.
34
A. Inisialisasi
Inisialisasi merupakan tahap awal dalam langkah kerja analisis dengan
perangkat lunak Saphir 3.20. Tahap ini terdiri dan empat bagian, yaitu : Main
Options, Information, Units dan Comments.
1. Main Options
Pada tampilan layar Main option, input data yang dilakukan adalah jenis uji
sumur, jari-jari lubang sumur (rw), ketebalan lapisan produktif (h), porositas,
reference time dan reference phase yang diperoleh dari welltesting data sheet.
Gambar 3.10.
Layar Main Options 5)
2. Information
Berisi keterangan tentang uji sumur yang akan dianalisis, nama perusahaan
yang melaksanakan, nama formasi, nama sumur, waktu pelaksanaan PBU,
jenis pressure gauge yang digunakan, kedalaman pengukuran dan informasi-
informasi yang perlu untuk dilengkapi.
35
Gambar 3.11.
Layar information 5)
3. Units
Tampilan layar pada Gambar 3.12. berikut berfungsi untuk memilih satuan
yang digunakan.
Gambar 3.12.
Layar Pemilihan Satuan 5)
4. Comments
Comment digunakan untuk memberi catatan atau note di print out hasil
interpretasi.
Pada tahap inisialisai ini di-input data PVT, seperti : Faktor Volume Formasi
(Bo), Viskositas (μo) dan Kompresibilitas total (Ct).
36
Gambar 3.13.
Layar Input data PVT 5)
B. Interpretasi Tahap Pertama
Setelah tahap inisialisasi langkah kerja selanjutnya adalah interpretasi
tahap pertama. Pada tahap ini langkah kerja yang dilakukan, yaitu :
1. Load Q dan Load P,
2. Extract delta P,
3. Generate model,
4. Improvement.
Pada Gambar 3.14. berikut dapat dilihat tampilan layar interpretasi,
sedangkan penjelasarn lebih lengkap mengenai interpretasi tahap pertama akan
dijelaskan pada sub-sub bab berikut.
37
Gambar 3.14.
Layar Interpretasi Main Screen 5)
Gambar 3.15.
Layar Pemilihan Data 5)
Ekstrak DeltaP
Setelah data tekanan dan laju alir di-input-kan. Kemudian dilakukan
Ekstrak delta P. Langkah kerja yang dilakukan adalah menginputkan harga
smooling faktor (L), jumlah Filtration dan harga dari Pwf pada saat sumur ditutup
dt =0.
Gambar 3.16.
Layar Ekstraksi Parameter Delta P 5)
38
Dari Ekstrak delta P tersebut, dihasilkan log-log plot, history plot dan
semi-log plot (superposision plot) Gambar 3.17. merupakan contoh tampilan
layar hasil Ekstrak Delta P.
Gambar 3.17.
Layar Hasil Ekstraks DeltaP 5)
Pemilihan Model
Plot derivative yang dihasilkan dari Ekstrak delta P merupakan kurva yang
menggambarkan kondisi reservoir tersebut. Oleh karena itu, model yang dipilih
harus sesuai (match). Pemilihan model dilakukan dengan mernbandingkan plot
derivative data lapangan dan hasil ekstraksi, dengan katalog model kurva
pressure derivative yang tersedia (Lampiran B). Kemudian input data yang
berhubungan dengan model tersebut, diantaranya :
1. Model sumur (well models)
- storage dan skin.
- Fracture Uniform flux.
- Fracture Infinite Conductivity.
- fracture finite Conductivity.
- Sumur Horizontal.
- Limited Entry.
- Changing Weilbore Storage. dapat diterapkan untuk seluruh model.
39
Gambar 3.18.
40
qB μ
Pi−P (t )= P ( t +Δt ) ]
Buildup : 2 π kh [ D p
qB μ n
Pi−P (t )= ∑ (q −q ) P (t −t ) ¿
¿
Multirate : 2π kh i=1 i i−1 D i i−1
d. Skala Tekanan
Linier log.
sedangkan untuk analisis aliran dapat dipilih jenis plot antara lain:
- Wellbore storage : P vs ∆t.
- Pseudo-steady state : P vs ∆t.
- Radial flow : P vs log ∆t.
- Linear flow : P vs √ Δt .
- Bi-linear flow : P vs ¼ √ Δt .
- Spherical flow : P vs 1/ √ Δt .
Tipe dari plot fleksibel yang digunakan disini adalah Horner Plot yang
digunakan sebagai pembanding terhadap metode pressure derivative. Homer Plot
dibuat dengan memilih Time function dalam log (∆t) dan Superposition dalam
build-up seperti diperlihatkan pada tampilan layar fleksibel plot berikut ini .
Gambar 3.19.
Layar Fleksibel Plot 5)
42
Kemudian Horner plot terbentuk dan dapat dianalisis untuk mengetahui kondisi
reservoirnya. Contoh hasil fleksibel Plot dengan metode Horner dapat dilihat pada
Gambar 3.20.
Gambar 3.20.
Tampilan Layar Horner Plot 5)
D. Algoritma
Penentuan pressure derivative dan sejumlah “N” data pengukuran waktu
N
tekanan terhadap waktu, [(t1,∆p1)} i=1 berdasarkan algoritma Bourdet dkk adalah
berikut ini :
t ( δPδt ) =( δδPln t )
i i
ln ( t i + j . t i −k / t ) ΔPi − ln ( t i + j /t i ) ΔP i−k
=
[ ln ( t i / t i −k ) ΔP i+ j
ln ( t i+ j / t i ) ln ( t i+ j / t i −k )
+
i
2
ln ( t i+ j / t i ) ln ( t i / t i −k ) ln ( t i / t i−k ) ln ( t i + j / t i −k ) ]
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa untuk mengetahui ∆p i pada ti
memerlukan data (ti-1, ∆pi-1) dan (ti-1, ∆pi+1). Jika selang waktu antara dua data
tekanan pengukuran kecil dan mendekati nol, maka akan dihasilkan plot pressure
derivative yang mempunyai banyak gangguan (noise). Untuk mengurangi noise
43
y = a + mx .........................................................................................(3-23)
Perolehan slope dari kurva kedua ini berdasarkan cara statistik cara least
square, yang merupakan garis seminimumkan jumlah pangkat dua penyimpangan,
dengan syarat : untuk meminimumisasi fungsi, turunan pertamanya haruslah nol,
ini menghendaki turunan pertama terhadap a (Pi) sama dengan nol dan turunan
pertama pertama terhadap slope (a) juga sama dengan nol. Slope suatu garis
berdasarkan superposisi titik sebelumnya dinyatakan :
− n ∑ (ln H i Pi ) + ∑ (Pi ) ∑ ( ln H i )
m=
( ∑ ln H i )2 − n ∑ (ln H i )2 ...............................................(3-24)
Keterangan :
Pi : tekanan penutupan dari data ke i, psi.
Δt + t p
Hi :
( Δt ) waktu horner untuk data ke i.
m : slope kurva.
a : tekanan initial, psi.
n : jumlah data.
Gambar atau model dari kurva derivative dapat dilihat pada Lampiran B.
Adalah tekanan yang berasal dari fluida yang berada didalam pori-pori batuan
formasi. Faktor yang mempengaruhi tekanan hidrostatik adalah jenis dari fluida
itu sendiri dan kondisi geologi.
2. Tekanan Kapiler
Tekanan kapiler disebabkan oleh adanya gaya-gaya yang dipengaruhi
tegangan antar permukaan antar fluida yang bersinggungan, besar volume dan
bentuk pori serta sifat kebasahan batuan reservoir.
3. Tekanan Overburden
Tekanan overburden adalah tekanan yang terjadi akibat berat batuan yang
berada diatasnya. Besarnya pertambahan tekanan overburden sebanding dengan
bertambahnya kedalaman.
0. 007082 kh ( P s−P wf )
q=
re
μB ln
( )
rw
......................................................................(3-26)
Jika yang dialirkan minyak, maka persamaan menjadi :
0. 007082 kh
q=
re
( )
μ o B o ln
rw
....................................................................................(3-27)
Bila yang dialirkan terdiri dari minyak dan air maka persamaan menjadi :
0. 007082 kh k o k
q=
[ + w
r e μ o B o μ w Bw ]
μ o B o ln
( )
rw
.........................................................(3-28)
Keterangan :
k = Permeabilitas, md.
ko = Permeabilitas minyak, md.
kw = Permeabilitas air, md.
μo = Viskositas minyak, cp.
μw = Viskositas air, cp.
Bo = Faktor volume vormasi minyak, bbl/STB.
Bw = Faktor folume formasi air,bbl/STB.
re = Jari-jari pengurasan, ft.
rw = Jari-jari sumur, ft.
h = Ketebalan formasi, ft.
Bentuk lain yang sering digunakan untuk mengukur produktivitas sumur
adalah Specific Produktivity Indeks (SPI) yaitu perbandingan antara PI dengan
ketebalan. Bisa dirumuskan sebagai berikut
PI
SPI =
h .........................................................................................(3-29)
Keterangan :
h = Ketebalan, ft.
PI = Produktivitas formasi.
47
Gambar 3.21.
Grafik IPR yang Linear 6)
Bentuk dari garis IPR akan linier jika fluida yang mengalir satu fasa, tapi
jika fluida yang mengalir terdiri dari dua fasa (fasa minyak dan fasa air) maka
bentuk grafik IPR akan melengkung, dan harga PI tidak konstan lagi. Karena
kemiringan grafik IPR akan berubah secara kontinyu untuk setiap harga Pwf, maka
dalam hal ini Vogel memberikan pemecahannya yaitu dengan mengeplot IPR
48
antara Pwf/Ps vs q/qmax. Persamaan yang diberikan oleh Vogel adalah sebagai
berikut :
2
qo Ρ Ρ
qo max [ ] [ ]
=1−0 . 2 wf −0 .8 wf
Ρs Ρs
..........................................................(3-31)
Keterangan :
qo = Laju produksi minyak, bbl.
qo max = Laju produksi maksimum, bbl.
Pwf = Tekanan alir dasar sumur, psia.
Pr = Tekanan rata-rata reservoir, psia.
Gambar 3.22.
Grafik IPR untuk Aliran Dua Fasa 6)
q
J actual= ¿
P −Pwf ...........................................................................(3-33)
q
J ideal = ¿
P −Pwf −Δ skin .................................................................(3-34)
Sehingga :
P¿−Pwf − ΔPskin
FE= ¿
P −Pwf ..................................................................(3-35)
Dimana, ΔPskin = Kehilangan tekanan pada zone damage.
Dengan mengetahui harga FE maka dapat diperkirakan kondisi formasi di
sekitar lubang bor yaitu dengan adanya kerusakan formasi, maka besarnya FE
akan berkurang. Harga laju produksi maksimum yang dihasilkan adalah harga laju
produksi maksimum pada harga skin sama dengan nol.
Ρ ws−Ρ wf 1688 φμ c t r 2 t + Δt
s=1 .151 ( m )
+1. 151 log
kΔt
w
(
=1. 151 log p
tp ) ( ) ....(3-36)
Biasanya harga Δt dipilih satu (1) jam, sehingga Pws pada persamaan (3-37)
menjadi P1jam. P1jam ini harus diambil pada garis lurus atau garis ekstrapolasinya.
t p + Δt