Anda di halaman 1dari 14

SEVEN JUMP PADA IBU POST PARTUM

Disusun oleh: Kelompok 4

Umi Apriani (A02019072)


Vita Nuriyah (A02019073)
Wahyu Apri S (A02019074)
Wahyu Indah P (A02019075)
Widi Septian (A02019076)
Wisnu Subekti (A02019077)
Yoga Pamungkas S (A02019078)
Yunita Dwi R (A02019079)
Zaenal Muhayat (A02019080)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
Kasus Modul 3

Ny. P hari kedua post partum masih mengeluh mules pada perut. Pasien mengaatakan ASI
belum keluar. Pasien mengatakan seluruh tubuhnya nyeri setelah persalinan. Pasien
mengatakan senang dengan kelahiran anaknya tetapi belum bisa merawatnya. Pasien
mengeluh masih nyeri pada luka operasi jika bergerak, mules diperut bertambah jika pasien
sedang menyusui bayinya. Dari pemeriksaan fisik balutan agak kotor, setelah dibuka luka
belum kering tetapi tidak ada tanda-tanda infeksi.

Langkah-langkah diskusi :
1. Mencari kata2 sulit didalam kasus dan mengartikannya sesuai dengan pengetahuan
mahasiswa
2. Membuat pertanyaan berdasar kasus tsb.
3. Diskusi menjawab pertanyaan2 pada nomer 2
4. Membuat mind mapping
5. Merumuskan tujuan belajar
6. Belajar secara mandiri.
7. Menjawab tujuan belajar

Step 1 :
- Post partum
- Nyeri
- ASI
- Infeksi
- Anamnesa
- Operasi SC
 Post partum = Postpartum adalah masa nifas yang dimulai sejak bayi lahir dan plasenta
bayi dilahirkan hingga keadaan kandungan kembali seperti saat sebelum hamil. masa ini
pada umumnya terjadi sekitar 6 minggu.
Nyeri = Rasa nyeri atau sakit adalah cara tubuh untuk mengatakan bahwa ada sesuatu
yang salah pada tubuh Anda. Nyeri adalah sesuatu hal yang normal, yang bisa dialami
siapa saja. Rasa sakit atau nyeri melibatkan interaksi yang rumit antara saraf sensorik,
saraf tulang belakang, dan otak Anda.
ASI = Air susu ibu adalah susu yang diproduksi oleh manusia untuk konsumsi bayi dan
merupakan sumber gizi utama bayi yang belum dapat mencerna makanan padat. Air susu
ibu diproduksi karena pengaruh hormon prolaktin dan oksitosin setelah kelahiran bayi
Infeksi = Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme yang menyerang jaringan.
Anamnesa = Anamnesa adalah : Cara pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara
baik langsung pada pasien ( Auto anamnese ) atau pada orang tua atau sumber lain ( Allo
anamnese ). 80% untuk menegakkan diagnosa didapatkan dari anamnese. Membuat
penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan pelaksanaannya.
Operasi SC = Operasi sesar atau bedah sesar, disebut juga dengan seksio sesarea adalah
proses persalinan dengan melalui pembedahan di mana irisan dilakukan di perut ibu dan
rahim untuk mengeluarkan bayi.

Step 2 :
1. Kenapa ibu masih merasakan mulas atau kontraksi setelah Melahirkan secara SC ?
2. Berapa lama Rasa Nyeri hilang setelah pasca operasi SC ?
3. Apa yang menyebabkan asi belum keluar padahal sudah persalinan ?
4. Kenapa ibu yang melahirkan SC merasa mulas jika menyusui bayinya?
5. Bagaimana cara memberi edukasi merawat bayi pada ortu pasca melahirkan?
6. Berapa lama luka operasi SC dapat membaik?
7. Apa yang menjadi faktor penyembuhan luka operasi SC?
8. Apa yang menyebabkan (Infeksi) pada Luka pada Operasi SC dan bagaimana cara
perawatan nya?
9. Kapan boleh hamil lagi setelah melahirkan secara SC?

Step 3 :
1. Saat persalinan, otot-otot menjadi kencang seiring Bunda mendorong buah hati keluar
dari rahim. Nyeri yang Bunda rasakan akibat kontraksi rahim setelah persalinan
terjadi karena otot rahim berusaha menyusut kembali ke ukurannya semula, sama
seperti kondisi rahim sebelum hamil.
2. Sebagian besar, seseorang sudah tidak merasakan nyeri dalam kurun waktu enam
minggu setelah melahirkan.
3. Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan ASI tidak keluar sesaat
setelah melahirkan: Stres atau kelelahan setelah melahirkan, misalnya karena depresi
postpartum, persalinan lama, atau operasi caesar darurat. Kondisi medis tertentu,
misalnya diabetes, gangguan tiroid, anemia, dan retensi plasenta.
4. Kontraksi ini didorong oleh hormon oksitosin, yang dikeluarkan dari kelenjar
hipofisis ibu. Kontraksi uterus ini seringkali dirasakan tidak nyaman, dan kadang
sampai nyeri. Bila sang ibu menyusui, oksitosin akan dikeluarkan lebih banyak,
sehingga mulas akan dirasakan lebih hebat.
5. Dengan memberi 5 tips perawatan bayi khususnya yang baru lahir (newborn)
diantaranya : Cara Menggendong Bayi. Belajar Menyusui. Merawat Tali Pusar. Bayi
Wajib Dijemur. Rajin Mengganti Popok.
6. Perlu diketahui, luka operasi caesar akan hilang perlahan-lahan. Sebagian besar,
seseorang sudah tidak merasakan nyeri dalam kurun waktu enam minggu setelah
melahirkan. Sedangkan untuk masalah rasa kebas, pegal, atau gatal di sekitar luka
operasi dapat berlangsung hingga enam bulan
7. Faktor – faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah faktor lokal yang
terdiri dari praktek management luka, hipovelemia, infeksi dan adanya benda asing.
Sedangkan faktor umum terdiri dari usia, nutrisi, steroid, sepsis, penyakit ibu seperti
anemia, diabetes dan obat-obatan
8. Gejala Infeksi pada Luka Operasi Caesar :
- Sakit parah pada luka
- Terdapat kemerahan diarea sayatan luka
- terjadi pembengkakan pada sayatan luka
- Rasa sakit yang semakin memburuk
- mengalami Demam tinggi
- Buang air Kecil terasa Sakit
- Kaki sakit dan bengkak
- Keputihan berbau busuk
- Pendarahan yang menyebabkan gumpalan besar
9. Jarak waktu ideal untuk hamil kembai usai operasi caesar adalah antara 12 sampai 36
bulan. Namun, jarak waktu ini bisa saja berubah lebih panjang bila ibu mengalami
komplikasi selama masa pemulihan. Tujuan dari jeda waktu ini adalah untuk
mengembalikan energi yang hilang selama menjalani kehamilan sebelumnya.
Step 4 : Main Mapping
Jenis Sectio

Pengertian Caesarea
Sectio Caesarea adalah suatu cara 1. Segmen Bawah: Insisi
melahirkan janin dengan Melintang
membuat sayatan pada dinding
2. Segmen Bawah: Insisi
uterus melalui dinding depan
perut dan vagina, atau sectio Membujur
caesarea adalah suatu 3. Sectio Caesarea Klasik
histerotomia untuk melahirkan
4. Sectio Caesarea
janin dalam rahim
Extraperitonea
5. Histerektomi Caesarea
6.
POST PARTUM PERSALINAN
SECTIO CAESAR RESIKO SC

Indikasi SC
KOMPLIKASI  Peningkatan insidensi
infeksi dan kebutuhan akan
 Ketuban pecah dini beberapa kompliasi yang serius antibiotika
 Kematian janin pasca tindakan SC adalah  Perdarahan yang lebih
perdarahan karena atonia uteri, berat dan peningkatan
 Panggul sempit
pelebaran insisi uterus, kesulitan risiko perdarahan
 Partus Lama mengeluarkan plasenta, hematoma
 letak sungsang ligamentum latum (broad  Nyeri pasca bedah
ligament). Selain itu infeksi pada  Risiko timbulnya masalah
 Kehamilan Ganda atau
traktus genitalia, pada insisi, dari jaringan parut
kembar
traktrus urinaria, pada paru-paru  Peningkatan risiko plasenta
 Kehamilan dengan
dan traktus respiratorius atas. pervia atau plasenta
pre-eklampsia dan
Komplikasi lain yang bersifat  Peningkatan kemungkinan
eklampsia ringan adalah kenaikan suhu
tubuh selama beberapa hari harus dilakukannya bedah
 Janin Besar
 DLL. selama masa nifas. caesarea pada kehamilan
berikutnya

DIAGNOSA INTERVENSI
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
Step 5 :
1. Mahasiswa mampu memahami pengertian persalinan SC
2. Mahasiswa mampu memahami jenis-jenis persalinan SC
3. Mahasiswa mampu memahami indikasi persalinan SC
4. Mahasiswa mampu memahami komplikasi persalinan SC
5. Mahasiswa Mampu memahami Faktor – Faktor yang mempengaruhi Tindakan SC
6. Mahasiswa mampu memahami resiko persalinan SC
7. Mahasiswa mampu memahami prosedur persalinan SC
8. . Mahasiswa mampu memahami diagnosa persalinan SC
9 . Mahasiswa mampu memahami intervensi persalinan SC

Step 6 :
Masing-masing mahasiswa belajar mandiri, mencari sumber referensi tentang ini semua
materi yang telah dibahas.

Step 7 :
1. Pengertian sectio caesarea
Menurut Jurnal FA ESTA Ada beberapa teori tentang defenisi sectio caesarea, dan masing
masing mempunyai pengertian yang berberda tetapi makna yang sama yaitu : sectiocaesarea
adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui
dinding depan perut dan vagina, atau sectio caesarea adalah suatu histerotomia untuk
melahirkan janin dalam rahim (mochtar, 2012). Sectio caesarea adalah suatu persalianan
buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Prawirohardjo,
2007).
2. Jenis Sectio Caesarea
a. Segmen Bawah: Insisi Melintang
Insisi melintang segmen bawah ini merupakan prosedur pilihan. Abdomen dibuka dan uterus
disingkapkan. Lipatan vesicouterina periteoneum (bladder flap)yang terletak dekat
sambungan segmen atas dan bawah uterus ditentukan dan disayat melintang, lipatan ini
dilepaskan dari segmen bawah dan bersama-sama kandung kemih didororng kebawah serta
ditarik agar tidak menutupi lapangan pandangan. Pada segmen bawah uterus dibuat insisi
melintang yang kecil, luka insisi ini dilebarkan ke samping dengan jari-jari tangan dan
berhenti didekat daerah pembuluh-pembuluh darah uterus.Kepala janin yang pada sebagian
besar kasus terletak dibalik insisi diekstraksi atau didorong, diikuti oleh bagian tubuh lainnya
dan kemudian plasenta serta selaput ketuban. Insisi melintang tersebut ditutup dengan jalan
jahitan kembali pada dinding uterus sehingga seluruh luka insisi terbungkus dan tertutup dari
rongga peritoneum generalisata. Dinding abdomen ditutup lapis
demi lapis (Oxorn dan Forte, 2012). Keuntungan dari insisi ini adalah insisi dilakukan pada
segmen bawah uterus, otot tidak dipotong tetapi dipisahkan ke samping, cara ini mengurangi
perdarahan. Lapisan otot yang tipis dari segmen bawah rahim lebih mudah dirapatkan
disbanding segmen atas yang tebal sehingga keseluruhan luak insisi terbungkus oleh lipatan
vesicouterina sehingga mengurangi perembesan ke dalam cavum peritonia generralisata
(Andriani, 2012)
b. Segmen Bawah: Insisi Membujur
Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama pada insisi melintang. Insisi
membujur dibuat dengan skapel dan dilebarkan dengan gunting tumpul untuk menghindari
cedera pada bayi.
Insisi membujur mempunyai keuntungan, yaitu kalau perlu luka insisi bisa diperlebar ke atas.
Pelebaran ini diperlukan kalau bayinya besar, pembentukan segmen bawah jelek, ada
malposisi janin seperti letak lintang atau kalau ada anomaly janin seperti kehamilan kembar
yang menyatu (conjoined twins). Sebagian ahli kebidanan menyukai jenis insisi ini untuk
plasenta previa.Salah satu kerugian utamanya adalah perdarahan dari tepi sayatan yang lebih
banyak karena terpotongnya otot. Juga, sering luka insisi tanpa dikehendaki meluas ke
segmen atas sehingga nilai penutupan retroperitoneal yang lengkap akan hilang (Oxorn dan
Forte, 2010).
c. Sectio Caesarea Klasik
Insisi klasik atau vertical dilakukan ketika terdapat adhesi akibat kelahiran caesarea
sebelumnya, jika janin berada dalam keadaan letak lintang, atau jika implantasi plasenta
terjadi di sebelah anterior.
- Insisi klasik dilakukan lewat abdomen pada uterus atas.
- Jenis insisi ini dapat digunakan pada pasien plasenta previa karena insisi dapat dilakukan
tanpa memotong plsenta.
- Kemungkinan kelahiran pervaginam sesudah kelahiran caesarea pada jenis insisi ini sangat
kecil karena insisi dilakukan pada bagian utama uterus yang paling aktif melakukan kontraksi
(Lockhart dan Saputra, 2014)
d. Sectio Caesarea Extraperitoneal
Pembedahan ini dikerjakan untuk menghindari perlunya histerektomi pada kasus-kasus yang
mengalami infeksi luas dengan mencegah peritonitis generalisata yang sering bersifat fatal.
Ada beberapa metode sectio caesarea extraperotoneal, seperti metode Waters, Latzko dan
Norton. Teknik pada prosdur ini relative sulit, sering tanpa sengaja masuk kedalam vacum
peritonei, dan insidensi cedera vesica urineria meningkat. Perawatan prenatal yang lebih baik,
penurunan insidensi kasus yang terlantar, dan tersedianya darah serta antibiotic telah
mengurangi perlunya teknik extraperitoneal. Metode ini tidak boleh dibuang tetapi tetap
disimpan sebagai cadangan bagi kasus-kasus tertentu (Oxorn dan Forte, 2010).
e. Histerektomi Caesarea
Pembedahan ini merupakan sectio caesarea yang dilanjutkan dengan pengeluaran uterus.
Kalau mungkin histerektomi harus dikerjakan lengkap (histerektomi total). Akan tetapi,
karena pembedahan subtotal lebih mudah dan dapat dikerjakan lebih cepat, maka
pembedahan subtotal menjadi prosedur pilihan kalau terdapat perdarahan hebat dan
pasiennya shock, atau kalau pasien dalam keadaan jelek akibat sebab-sebab lain. Pada kasus-
kasus semacam ini, tujuan pembedahan adalah menyelesaikannya secepat mungkin.
Histerektomi caesarea dilakukan atas indikasi; perdarahan akibat atonia uteri setelah terapi
konservatif gagal, perdarahan yang tidak dapat dikendalikan pada kasus-kasus plasenta previa
dan abruption plsenta tertentu, plasenta accrete, fibromyoma yang multiple dan luas, pada
kasus-kasus yang terlantar dan terinfeksi kalau resiko peritonitis generalisata tiak dijamin
dengan mempertahankan uterus, misalnya pada seorang ibu yang sudah memiliki beberapa
anak dan tidak ingin menambahnya lagi. Sebagai suatu metode strerilisasi, prosedur ini
memiliki beberapa keuntungan tertentu dibandingkan dengan pengikatan tuba, yaitu termasuk
angka kegagalan yang lebih rendah dan pengeluaran organ yang kemudian hari bisa
menimbulkan kesulitan. Namun demikian, komplikasi histerektomi caesarea cukup banyak
sehingga prosedur ini tidak dianjurkan sebagai prosedur rutin
strelisasi (Oxorn dan Forte, 2010).
Istilah dalam Sectio Caesarea
Menurut Mochtar (2012), ada beberapa istilah dalam sectio caesarea
yaitu :
1. Sectio Caesarea Primer (elektif)
Sejak semula telah direncankan bahwa janin akan dilahirkan secara sectio caesarea, tidak
diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya, pada panggung sempit (CV kurang dari 8 cm).
2. Sectio Caesarea Sekunder
Dalam hal ini kita mencoba menunggu kelahiran biasa (partus percobaan). Jika tidak ada
kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal, baru dilakukan sectio caesarea.
3. Sectio Caesarea Ulang (Repeat Caesarean Sectio)
Ibu pada kehamilan yang lalu menjalani sectio caesarean dan pada kehamilan selanjutnya
juga dilakukan sectio caesarea ulang.
4. Sectio Caesarea Histerektomi (Caesarean Sectio Histerektomy)
Suatu operasi yang meliputi pelahiran janin dengan sectio caesarea yang secara langsung
diikuti histerektomi karena suatu indikasi.
5. Operasi Porro (Porro Operation)
Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (tentunya janin sudah mati),
dan langsung dilakukan histerektomi, misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat.
Sectio caesarea oleh ahli kebidanan disebut obstetric panacea, yaitu obat atau terapi ampuh
bagi semua obstetri.
3. Indikasi Tindakan Sectio Caesarea :
Indikasi sectio caesarea bisa indikasi absolut atau relatif. Setiap keadaan yang membuat
kelahiran lewat jalan lahir tidak mungkin terlaksana merupakan indikasi absolut untuk sectio
abdominal. Di antaranya adalah kesempitan panggul yang sangat berat dan neoplasma yang
menyumbat jalan lahir. Pada indikasi relatif, kelahiran lewat vagina bisa terlaksana tetapi
keadaan adalah sedemikian rupa sehingga kelahiran lewat sectio caesarea akan lebih aman
bagi ibu, anak atau pun keduanya (Oxorn dan Forte, 2010). Dibawah ini adalah indikasi
dilakukannya sectio caesarea :
1. Indikasi menurut Lockhart dan saputra (2014)
 Postmaturitas (kehamilan lebih dari 42 minggu) yang dapat
 menyebabkan insufisiensi plasenta atau gangguan janin.
 Ketuban pecah dini yang dapat meningkatkan risiko infeksi intrauteri
 Hipertensi gestasional yang dapat bertambah parah
 Isoimunisasi Rh yang dapat menyebabkan eritroblastosis fetalis
 Diabetes maternal yang dapat menimbulkan kematian janin akibat
 insufiensi plasenta
 Koriomnionitis
 Kematian janin
2. Indikasi menurut Manuaba (2012)
 Plasenta previa sentralis/lateralis
 Panggul sempit
 Disproporsi sepalo pelvic
 Ruptura Uteri mengancam
 Partus lama
 Distosia Serviks
 Malpresentasi janin: letak lintang, letak bokong, presentasi ganda,
 gamelli (anak pertama letak lintang), locking of the twins.
 Distosia karena tumor
 Gawat janin
 Indikasi lainnya
3. Indikasi klasik yang dapat dikemukakan sebagai dasar sectio caesarea adalah:
 Prolong labour sampai Neglected labour
 Rupture uteri imminens
 Fetal distress
 Janin besar melebihi 4000 gram
 Perdarahan ante partum
4. Indikasi yang menambah tingginya angka persalinan dengan sectio caesarea adalah:
 Tindakan sectio caesarea pada letak sungsang
 Sectio caesarea berulang
 Kehamilan prematuritas
 Kehamilan dengan resiko tinggi
 Pada kehamilan ganda
 Kehamilan dengan pre-eklampsia dan eklampsia
 Konsep well born baby dan well health mother dengan oerientasi persalinan spontan,
outlet forcep/vacum.

4. Komplikasi Tindakan Sectio Caesarea


Beberapa komplikasi yang paling banyak dari operasi adalah akibat tindakan anetesi, jumlah
darah yang dikeluarkan oleh ibu selama operasi berlangsung, komplikasi penyulit,
endometriosis (radang endometrium), tromboplebitis (pembekuan darah pembuluh balik),
embolisme (penyumbatan pembuluh darah paru-paru), dan perubahan bentuk serta letak
rahim menjadi tidak sempurna (Prawirohardjo, 2008). Dalam bukunya Harry Oxorn dan
William Forte menyebutkan beberapa kompliasi yang serius pasca tindakan SC adalah
perdarahan karena atonia uteri, pelebaran insisi uterus, kesulitan mengeluarkan plasenta,
hematoma ligamentum latum (broad ligament). Selain itu infeksi pada traktus genitalia, pada
insisi, traktrus urinaria, pada paru-paru dan traktus respiratorius atas. Komplikasi lain yang
bersifat ringan adalah kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari selama masa nifas. Ada
beberapa komplikasi persalinan dengan sectio caesarea yang terjadi pada ibu dan atau anak
sebagai berikut :
1. Pada ibu yaitu terjadi infeksi puerperal, perdarahan dan komplikasi lain seperti luka
kandung kencing, embolisme paru, dan sebagainya jarang terjadi.
2. Pada anak seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan sectio
caesarea banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio
caesarea. Menurut statistic di negara-negara dengan pengawasan antenatal dan intra natal
yang baik, kematian perinatal pasca sectio caesarea berkisar antara 4 dan 7 %
(Wiknyosastro, 2007).
5. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Sectio Caesarea
a. Faktor Indikasi Medis
1. Pre-eklampsia dan Eklampsia
Pre-eklampsia (toksemia) adalah peningkatan tekanan darah pada saat hamil,
pembengkakan tubuh terutama bagian muka dan tangan, peningkatan tekanan darah
secara tiba-tiba, dan kadar protein yang tinggi pada urin merupakan gejalanya. Pre-
eklampsia cenderung terjadi pada wanita dengan kehamilan pertama kali, wanita hamil
berusia 35 tahun, hamil kembar, menderita diabetes, tekanan darah tinggi, dan gangguan
ginjal. Faktor genetis juga memiliki kecenderungan terkena gangguan ini (Indiarti dan
Wahyudi, 2013).
Gejala klinik pre-eklampsia ringan (Indiarti dan wahyudi, 2013) :
1. Tekanan darah sekitar 140/90 atau kenaikan tekanan darah 30 mmHg untuk
sistolik atau 15 mmHg untuk distolik dengan interval pengukuran selama 6
jam.
2. Terdapat pengeluaran protein dalam urine 0,3 g/liter atau kualitatif +1 - +2
3. Edema (bengkak kaki, tangan atau lainnya)
4. Kenaikan berat badan lebih dari 1 kg/minggu
Gejala pre-eklampsia berat (kelanjutan pre-eklampsia ringan):
1. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
2. Pengeluaran protein dalam urine lebih dari 5 gram/24 jam.
3. Terjadi penurunan produksi produksi urine kurang dari 400 cc/24 jam.
4. Terdapat edema paru dan sianosis (kebiruan) dan terasa sesak napas.
5. Terdapat gejala subjektif (sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri di
daerah perut atas).
Pre-eklampsia berat dan Eklampsia dapat menyebabkan komplikasi kematian ibu dan janin.
Untuk mencegah hal tersebut, maka upaya yang dilakukan adalah dengan segera mengakhiri
kehamilan. Untuk menjamin keselamatan ibu dan janin maka induksi dan atau melalui sectio
caesarea menjadi indikasi profilaksis ibu untuk mengakhiri kehamilannya (Manuaba, 2012).
Sementara pada ibu yang dilakukan tindakan sectio caesarea karena eklampsia yakni
keracunan kehamilan yang mengakibatkan kejang, maka dalam kasus ini risiko kematian
janin atau ibu akan tinggi jika dilakukan persalinan normal (Indiarti,dan Wahyudi, 2013)
Menurut teori diet ibu hamil, kebutuhan kalsium ibu hamil cukup tinggi untuk pembentukan
tulang dan organ lain janin, yaitu : 2-2,5 g/hari. Bila terjadi kekurangan kalsium, kalsium ibu
hamil akan dikuras untuk memenuhi kebutuhan sehingga terjadi kekurangan dari jaringan
otot. Minyak ikan banyak mengandung asam lemak tak-jenuh sehingga dapat menghindari
dan menghambat pembentukan tromboksan dan mengurangi aktivitas trombosit. Oleh karena
itu, minyak ikan dapat menurunkan kejadian pre-ekklampsia/eklampsia. Diduga minyak ikan
mengandung kalsium yang berfungsi dalam menimbulkan peningkatan kontraksi otot
jantung sehingga dapat mempertahankan volume kuncup jantung dan tekanan darah dapat
dipertahankan (Andriani, 2010)
6. Risiko Sectio Caesarea
Menurut Simkin yang dikutip dari Razauna (2013) dibawah ini terdapat beberapa risiko
bedah caesarea adalah :
 Masalah yang muncul akibat bius yang digunakan dalam pembedahan dan obat-
obatan penghilang nyeri sesudah bedah caesarea.
 Peningkatan insidensi infeksi dan kebutuhan akan antibiotika.
 Perdarahan yang lebih berat dan peningkatan risiko perdarahan yang dapat
menimbulkan anemia atau memerlukan tranfusi darah.
 Rawat inap yang lebih lama, yang meningkatkan biaya persalinan.
 Nyeri pasca bedah yang berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan dan
membuat anda sulit merawat diri sendiri, merawat bayi dan kakak-kakaknya.
 Risiko timbulnya masalah dari jaringan parut atau perlekatan di dalam perut.
 Kemungkinan cederanya organ-organ lain (usus besar atau kandung kemih) dan risiko
pembentukan bekuan darah dan kaki dan daerah panggul.
 Peningkatan risiko masalah pernafasan dan temperatur untuk bayi baru lahir.
 Tingkat kemandulan yang lebih tinggi dibanding pada wanita dengan melahirkan
lewat vagina.
 Peningkatan risiko plasenta pervia atau plasenta yang tertahan pada hamil yang
berikutnya.
 Peningkatan kemungkinan harus dilakukannya bedah caesarea pada kehamilan
berikutnya
7. Prosedur – Prosedur Persalinan SC
Prosedur operasi sc
1. Dokter akan meminta ibu untuk mandi menggunakan sabun antiseptik dan fokus pada
area perut.
2. Hindari mencukur rambut kemaluan sekitar 24 jam sebelum operasi.
3. Membersihkan area perut area dimana sayatan akan dilakukan.
4. Pemasangan kateter ke dalam kandung kemih.
5. Pemasangan jarum infus untuk memasukkan cairan obat-obatan selama operasi dan
pasca operasi.
6. Pembiusan anestesi epidural atau spinal yang akan menimbulkan mati rasa dari perut
hingga kaki.
7. Pada kondisi tertentu dilakukan pembiusan anestesi umum yang membuat tidak
sadarkan diri.
8. Diagnosa keperawatan :
 Nyeri akut berhubungan dengan Agen cedera fisik (proses persalinan)
 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri post op SC
9. Intervensi keperawatan :
A. Intervensi DX 1
Manajemen nyeri (I.08238)
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Ajarkan Teknik relaksasi distraksi
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
INDIKATOR
 1.Keluhan nyeri
 Meringis
 3.gelisah
B. Intervensi DX 2
Dukungan Mobilisasi (I.05173)
 Kaji kemampuan aktivitas pasien
 Bantu pasien dan motivasi untuk melakukan aktivitas
 Libatkan keluarga dalam memenuhi aktivitas pasien
 Tingkatkan aktivitas secara bertahap
INDIKATOR
 1.Kelemahan fisik
 2.Gerak terbatas

Anda mungkin juga menyukai