Ny. P hari kedua post partum masih mengeluh mules pada perut. Pasien mengaatakan ASI
belum keluar. Pasien mengatakan seluruh tubuhnya nyeri setelah persalinan. Pasien
mengatakan senang dengan kelahiran anaknya tetapi belum bisa merawatnya. Pasien
mengeluh masih nyeri pada luka operasi jika bergerak, mules diperut bertambah jika pasien
sedang menyusui bayinya. Dari pemeriksaan fisik balutan agak kotor, setelah dibuka luka
belum kering tetapi tidak ada tanda-tanda infeksi.
Langkah-langkah diskusi :
1. Mencari kata2 sulit didalam kasus dan mengartikannya sesuai dengan pengetahuan
mahasiswa
2. Membuat pertanyaan berdasar kasus tsb.
3. Diskusi menjawab pertanyaan2 pada nomer 2
4. Membuat mind mapping
5. Merumuskan tujuan belajar
6. Belajar secara mandiri.
7. Menjawab tujuan belajar
Step 1 :
- Post partum
- Nyeri
- ASI
- Infeksi
- Anamnesa
- Operasi SC
Post partum = Postpartum adalah masa nifas yang dimulai sejak bayi lahir dan plasenta
bayi dilahirkan hingga keadaan kandungan kembali seperti saat sebelum hamil. masa ini
pada umumnya terjadi sekitar 6 minggu.
Nyeri = Rasa nyeri atau sakit adalah cara tubuh untuk mengatakan bahwa ada sesuatu
yang salah pada tubuh Anda. Nyeri adalah sesuatu hal yang normal, yang bisa dialami
siapa saja. Rasa sakit atau nyeri melibatkan interaksi yang rumit antara saraf sensorik,
saraf tulang belakang, dan otak Anda.
ASI = Air susu ibu adalah susu yang diproduksi oleh manusia untuk konsumsi bayi dan
merupakan sumber gizi utama bayi yang belum dapat mencerna makanan padat. Air susu
ibu diproduksi karena pengaruh hormon prolaktin dan oksitosin setelah kelahiran bayi
Infeksi = Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme yang menyerang jaringan.
Anamnesa = Anamnesa adalah : Cara pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara
baik langsung pada pasien ( Auto anamnese ) atau pada orang tua atau sumber lain ( Allo
anamnese ). 80% untuk menegakkan diagnosa didapatkan dari anamnese. Membuat
penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan pelaksanaannya.
Operasi SC = Operasi sesar atau bedah sesar, disebut juga dengan seksio sesarea adalah
proses persalinan dengan melalui pembedahan di mana irisan dilakukan di perut ibu dan
rahim untuk mengeluarkan bayi.
Step 2 :
1. Kenapa ibu masih merasakan mulas atau kontraksi setelah Melahirkan secara SC ?
2. Berapa lama Rasa Nyeri hilang setelah pasca operasi SC ?
3. Apa yang menyebabkan asi belum keluar padahal sudah persalinan ?
4. Kenapa ibu yang melahirkan SC merasa mulas jika menyusui bayinya?
5. Bagaimana cara memberi edukasi merawat bayi pada ortu pasca melahirkan?
6. Berapa lama luka operasi SC dapat membaik?
7. Apa yang menjadi faktor penyembuhan luka operasi SC?
8. Apa yang menyebabkan (Infeksi) pada Luka pada Operasi SC dan bagaimana cara
perawatan nya?
9. Kapan boleh hamil lagi setelah melahirkan secara SC?
Step 3 :
1. Saat persalinan, otot-otot menjadi kencang seiring Bunda mendorong buah hati keluar
dari rahim. Nyeri yang Bunda rasakan akibat kontraksi rahim setelah persalinan
terjadi karena otot rahim berusaha menyusut kembali ke ukurannya semula, sama
seperti kondisi rahim sebelum hamil.
2. Sebagian besar, seseorang sudah tidak merasakan nyeri dalam kurun waktu enam
minggu setelah melahirkan.
3. Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan ASI tidak keluar sesaat
setelah melahirkan: Stres atau kelelahan setelah melahirkan, misalnya karena depresi
postpartum, persalinan lama, atau operasi caesar darurat. Kondisi medis tertentu,
misalnya diabetes, gangguan tiroid, anemia, dan retensi plasenta.
4. Kontraksi ini didorong oleh hormon oksitosin, yang dikeluarkan dari kelenjar
hipofisis ibu. Kontraksi uterus ini seringkali dirasakan tidak nyaman, dan kadang
sampai nyeri. Bila sang ibu menyusui, oksitosin akan dikeluarkan lebih banyak,
sehingga mulas akan dirasakan lebih hebat.
5. Dengan memberi 5 tips perawatan bayi khususnya yang baru lahir (newborn)
diantaranya : Cara Menggendong Bayi. Belajar Menyusui. Merawat Tali Pusar. Bayi
Wajib Dijemur. Rajin Mengganti Popok.
6. Perlu diketahui, luka operasi caesar akan hilang perlahan-lahan. Sebagian besar,
seseorang sudah tidak merasakan nyeri dalam kurun waktu enam minggu setelah
melahirkan. Sedangkan untuk masalah rasa kebas, pegal, atau gatal di sekitar luka
operasi dapat berlangsung hingga enam bulan
7. Faktor – faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah faktor lokal yang
terdiri dari praktek management luka, hipovelemia, infeksi dan adanya benda asing.
Sedangkan faktor umum terdiri dari usia, nutrisi, steroid, sepsis, penyakit ibu seperti
anemia, diabetes dan obat-obatan
8. Gejala Infeksi pada Luka Operasi Caesar :
- Sakit parah pada luka
- Terdapat kemerahan diarea sayatan luka
- terjadi pembengkakan pada sayatan luka
- Rasa sakit yang semakin memburuk
- mengalami Demam tinggi
- Buang air Kecil terasa Sakit
- Kaki sakit dan bengkak
- Keputihan berbau busuk
- Pendarahan yang menyebabkan gumpalan besar
9. Jarak waktu ideal untuk hamil kembai usai operasi caesar adalah antara 12 sampai 36
bulan. Namun, jarak waktu ini bisa saja berubah lebih panjang bila ibu mengalami
komplikasi selama masa pemulihan. Tujuan dari jeda waktu ini adalah untuk
mengembalikan energi yang hilang selama menjalani kehamilan sebelumnya.
Step 4 : Main Mapping
Jenis Sectio
Pengertian Caesarea
Sectio Caesarea adalah suatu cara 1. Segmen Bawah: Insisi
melahirkan janin dengan Melintang
membuat sayatan pada dinding
2. Segmen Bawah: Insisi
uterus melalui dinding depan
perut dan vagina, atau sectio Membujur
caesarea adalah suatu 3. Sectio Caesarea Klasik
histerotomia untuk melahirkan
4. Sectio Caesarea
janin dalam rahim
Extraperitonea
5. Histerektomi Caesarea
6.
POST PARTUM PERSALINAN
SECTIO CAESAR RESIKO SC
Indikasi SC
KOMPLIKASI Peningkatan insidensi
infeksi dan kebutuhan akan
Ketuban pecah dini beberapa kompliasi yang serius antibiotika
Kematian janin pasca tindakan SC adalah Perdarahan yang lebih
perdarahan karena atonia uteri, berat dan peningkatan
Panggul sempit
pelebaran insisi uterus, kesulitan risiko perdarahan
Partus Lama mengeluarkan plasenta, hematoma
letak sungsang ligamentum latum (broad Nyeri pasca bedah
ligament). Selain itu infeksi pada Risiko timbulnya masalah
Kehamilan Ganda atau
traktus genitalia, pada insisi, dari jaringan parut
kembar
traktrus urinaria, pada paru-paru Peningkatan risiko plasenta
Kehamilan dengan
dan traktus respiratorius atas. pervia atau plasenta
pre-eklampsia dan
Komplikasi lain yang bersifat Peningkatan kemungkinan
eklampsia ringan adalah kenaikan suhu
tubuh selama beberapa hari harus dilakukannya bedah
Janin Besar
DLL. selama masa nifas. caesarea pada kehamilan
berikutnya
DIAGNOSA INTERVENSI
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
Step 5 :
1. Mahasiswa mampu memahami pengertian persalinan SC
2. Mahasiswa mampu memahami jenis-jenis persalinan SC
3. Mahasiswa mampu memahami indikasi persalinan SC
4. Mahasiswa mampu memahami komplikasi persalinan SC
5. Mahasiswa Mampu memahami Faktor – Faktor yang mempengaruhi Tindakan SC
6. Mahasiswa mampu memahami resiko persalinan SC
7. Mahasiswa mampu memahami prosedur persalinan SC
8. . Mahasiswa mampu memahami diagnosa persalinan SC
9 . Mahasiswa mampu memahami intervensi persalinan SC
Step 6 :
Masing-masing mahasiswa belajar mandiri, mencari sumber referensi tentang ini semua
materi yang telah dibahas.
Step 7 :
1. Pengertian sectio caesarea
Menurut Jurnal FA ESTA Ada beberapa teori tentang defenisi sectio caesarea, dan masing
masing mempunyai pengertian yang berberda tetapi makna yang sama yaitu : sectiocaesarea
adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui
dinding depan perut dan vagina, atau sectio caesarea adalah suatu histerotomia untuk
melahirkan janin dalam rahim (mochtar, 2012). Sectio caesarea adalah suatu persalianan
buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Prawirohardjo,
2007).
2. Jenis Sectio Caesarea
a. Segmen Bawah: Insisi Melintang
Insisi melintang segmen bawah ini merupakan prosedur pilihan. Abdomen dibuka dan uterus
disingkapkan. Lipatan vesicouterina periteoneum (bladder flap)yang terletak dekat
sambungan segmen atas dan bawah uterus ditentukan dan disayat melintang, lipatan ini
dilepaskan dari segmen bawah dan bersama-sama kandung kemih didororng kebawah serta
ditarik agar tidak menutupi lapangan pandangan. Pada segmen bawah uterus dibuat insisi
melintang yang kecil, luka insisi ini dilebarkan ke samping dengan jari-jari tangan dan
berhenti didekat daerah pembuluh-pembuluh darah uterus.Kepala janin yang pada sebagian
besar kasus terletak dibalik insisi diekstraksi atau didorong, diikuti oleh bagian tubuh lainnya
dan kemudian plasenta serta selaput ketuban. Insisi melintang tersebut ditutup dengan jalan
jahitan kembali pada dinding uterus sehingga seluruh luka insisi terbungkus dan tertutup dari
rongga peritoneum generalisata. Dinding abdomen ditutup lapis
demi lapis (Oxorn dan Forte, 2012). Keuntungan dari insisi ini adalah insisi dilakukan pada
segmen bawah uterus, otot tidak dipotong tetapi dipisahkan ke samping, cara ini mengurangi
perdarahan. Lapisan otot yang tipis dari segmen bawah rahim lebih mudah dirapatkan
disbanding segmen atas yang tebal sehingga keseluruhan luak insisi terbungkus oleh lipatan
vesicouterina sehingga mengurangi perembesan ke dalam cavum peritonia generralisata
(Andriani, 2012)
b. Segmen Bawah: Insisi Membujur
Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama pada insisi melintang. Insisi
membujur dibuat dengan skapel dan dilebarkan dengan gunting tumpul untuk menghindari
cedera pada bayi.
Insisi membujur mempunyai keuntungan, yaitu kalau perlu luka insisi bisa diperlebar ke atas.
Pelebaran ini diperlukan kalau bayinya besar, pembentukan segmen bawah jelek, ada
malposisi janin seperti letak lintang atau kalau ada anomaly janin seperti kehamilan kembar
yang menyatu (conjoined twins). Sebagian ahli kebidanan menyukai jenis insisi ini untuk
plasenta previa.Salah satu kerugian utamanya adalah perdarahan dari tepi sayatan yang lebih
banyak karena terpotongnya otot. Juga, sering luka insisi tanpa dikehendaki meluas ke
segmen atas sehingga nilai penutupan retroperitoneal yang lengkap akan hilang (Oxorn dan
Forte, 2010).
c. Sectio Caesarea Klasik
Insisi klasik atau vertical dilakukan ketika terdapat adhesi akibat kelahiran caesarea
sebelumnya, jika janin berada dalam keadaan letak lintang, atau jika implantasi plasenta
terjadi di sebelah anterior.
- Insisi klasik dilakukan lewat abdomen pada uterus atas.
- Jenis insisi ini dapat digunakan pada pasien plasenta previa karena insisi dapat dilakukan
tanpa memotong plsenta.
- Kemungkinan kelahiran pervaginam sesudah kelahiran caesarea pada jenis insisi ini sangat
kecil karena insisi dilakukan pada bagian utama uterus yang paling aktif melakukan kontraksi
(Lockhart dan Saputra, 2014)
d. Sectio Caesarea Extraperitoneal
Pembedahan ini dikerjakan untuk menghindari perlunya histerektomi pada kasus-kasus yang
mengalami infeksi luas dengan mencegah peritonitis generalisata yang sering bersifat fatal.
Ada beberapa metode sectio caesarea extraperotoneal, seperti metode Waters, Latzko dan
Norton. Teknik pada prosdur ini relative sulit, sering tanpa sengaja masuk kedalam vacum
peritonei, dan insidensi cedera vesica urineria meningkat. Perawatan prenatal yang lebih baik,
penurunan insidensi kasus yang terlantar, dan tersedianya darah serta antibiotic telah
mengurangi perlunya teknik extraperitoneal. Metode ini tidak boleh dibuang tetapi tetap
disimpan sebagai cadangan bagi kasus-kasus tertentu (Oxorn dan Forte, 2010).
e. Histerektomi Caesarea
Pembedahan ini merupakan sectio caesarea yang dilanjutkan dengan pengeluaran uterus.
Kalau mungkin histerektomi harus dikerjakan lengkap (histerektomi total). Akan tetapi,
karena pembedahan subtotal lebih mudah dan dapat dikerjakan lebih cepat, maka
pembedahan subtotal menjadi prosedur pilihan kalau terdapat perdarahan hebat dan
pasiennya shock, atau kalau pasien dalam keadaan jelek akibat sebab-sebab lain. Pada kasus-
kasus semacam ini, tujuan pembedahan adalah menyelesaikannya secepat mungkin.
Histerektomi caesarea dilakukan atas indikasi; perdarahan akibat atonia uteri setelah terapi
konservatif gagal, perdarahan yang tidak dapat dikendalikan pada kasus-kasus plasenta previa
dan abruption plsenta tertentu, plasenta accrete, fibromyoma yang multiple dan luas, pada
kasus-kasus yang terlantar dan terinfeksi kalau resiko peritonitis generalisata tiak dijamin
dengan mempertahankan uterus, misalnya pada seorang ibu yang sudah memiliki beberapa
anak dan tidak ingin menambahnya lagi. Sebagai suatu metode strerilisasi, prosedur ini
memiliki beberapa keuntungan tertentu dibandingkan dengan pengikatan tuba, yaitu termasuk
angka kegagalan yang lebih rendah dan pengeluaran organ yang kemudian hari bisa
menimbulkan kesulitan. Namun demikian, komplikasi histerektomi caesarea cukup banyak
sehingga prosedur ini tidak dianjurkan sebagai prosedur rutin
strelisasi (Oxorn dan Forte, 2010).
Istilah dalam Sectio Caesarea
Menurut Mochtar (2012), ada beberapa istilah dalam sectio caesarea
yaitu :
1. Sectio Caesarea Primer (elektif)
Sejak semula telah direncankan bahwa janin akan dilahirkan secara sectio caesarea, tidak
diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya, pada panggung sempit (CV kurang dari 8 cm).
2. Sectio Caesarea Sekunder
Dalam hal ini kita mencoba menunggu kelahiran biasa (partus percobaan). Jika tidak ada
kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal, baru dilakukan sectio caesarea.
3. Sectio Caesarea Ulang (Repeat Caesarean Sectio)
Ibu pada kehamilan yang lalu menjalani sectio caesarean dan pada kehamilan selanjutnya
juga dilakukan sectio caesarea ulang.
4. Sectio Caesarea Histerektomi (Caesarean Sectio Histerektomy)
Suatu operasi yang meliputi pelahiran janin dengan sectio caesarea yang secara langsung
diikuti histerektomi karena suatu indikasi.
5. Operasi Porro (Porro Operation)
Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (tentunya janin sudah mati),
dan langsung dilakukan histerektomi, misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat.
Sectio caesarea oleh ahli kebidanan disebut obstetric panacea, yaitu obat atau terapi ampuh
bagi semua obstetri.
3. Indikasi Tindakan Sectio Caesarea :
Indikasi sectio caesarea bisa indikasi absolut atau relatif. Setiap keadaan yang membuat
kelahiran lewat jalan lahir tidak mungkin terlaksana merupakan indikasi absolut untuk sectio
abdominal. Di antaranya adalah kesempitan panggul yang sangat berat dan neoplasma yang
menyumbat jalan lahir. Pada indikasi relatif, kelahiran lewat vagina bisa terlaksana tetapi
keadaan adalah sedemikian rupa sehingga kelahiran lewat sectio caesarea akan lebih aman
bagi ibu, anak atau pun keduanya (Oxorn dan Forte, 2010). Dibawah ini adalah indikasi
dilakukannya sectio caesarea :
1. Indikasi menurut Lockhart dan saputra (2014)
Postmaturitas (kehamilan lebih dari 42 minggu) yang dapat
menyebabkan insufisiensi plasenta atau gangguan janin.
Ketuban pecah dini yang dapat meningkatkan risiko infeksi intrauteri
Hipertensi gestasional yang dapat bertambah parah
Isoimunisasi Rh yang dapat menyebabkan eritroblastosis fetalis
Diabetes maternal yang dapat menimbulkan kematian janin akibat
insufiensi plasenta
Koriomnionitis
Kematian janin
2. Indikasi menurut Manuaba (2012)
Plasenta previa sentralis/lateralis
Panggul sempit
Disproporsi sepalo pelvic
Ruptura Uteri mengancam
Partus lama
Distosia Serviks
Malpresentasi janin: letak lintang, letak bokong, presentasi ganda,
gamelli (anak pertama letak lintang), locking of the twins.
Distosia karena tumor
Gawat janin
Indikasi lainnya
3. Indikasi klasik yang dapat dikemukakan sebagai dasar sectio caesarea adalah:
Prolong labour sampai Neglected labour
Rupture uteri imminens
Fetal distress
Janin besar melebihi 4000 gram
Perdarahan ante partum
4. Indikasi yang menambah tingginya angka persalinan dengan sectio caesarea adalah:
Tindakan sectio caesarea pada letak sungsang
Sectio caesarea berulang
Kehamilan prematuritas
Kehamilan dengan resiko tinggi
Pada kehamilan ganda
Kehamilan dengan pre-eklampsia dan eklampsia
Konsep well born baby dan well health mother dengan oerientasi persalinan spontan,
outlet forcep/vacum.