Kelompok Nebulasi-1
Kelompok Nebulasi-1
Di Susun Oleh :
Acep Maskur ( 312017004 )
Eka Purnama Dewi ( 312017013 )
Elis Farida ( 312017014 )
Hendrie Firmansyah ( 312017018 )
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah “
Nebulasi Pada Anak “.
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi
salah satu mata kuliah Keperawatan Anak. Dalam penyelesaian makalah ini
penulis banyak mendapat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak baik
moril maupun materil. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada dosen pembimbing dan seluruh anggota kelompok yang telah
menyusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena itu
segenap saran dan kritik membangun dari berbagai pihak sangat kami harapkan
untuk perbaikan di masa mendatang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.
Bandun
g, Mei 2018
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................4
A. Pengertian Nebulasi......................................................................................4
B. Indikasi Pemberian Nebulasi........................................................................6
C. Kontra Indikasi Nebulasi..............................................................................6
D. Persiapan Alat Nebulasi................................................................................6
E. Persiapan Pasien Nebulasi............................................................................6
F. Tindakan Nebulasi........................................................................................7
G. Dosis Obat Nebulasi......................................................................................8
H. Diagnosis Keperawatan pasien dengan Nebulasi........................................10
I. Tindakan Keperawatan sebelum dan sesudah tindakan Nebulasi...............11
BAB III PENUTUP..............................................................................................12
A. Kesimpulan.................................................................................................12
B. Saran............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma merupakan penyakit saluran napas menahun dan menjadi
masalah kesehatan serius di seluruh dunia. Asma merupakan penyakit yang
ringan dan tidak mengganggu aktivitas namun bersifat menetap sehingga
dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Asma adalah penyakit inflamasi
kronik saluran napas yang berhubungan dengan hambatan jalan napas yang
reversibel, inflamasi alergi dan hiperesponsif saluran napas. Kelainan yang
berperan pada asma bebagai sel inflamasi antara lain sel mast dan eosinofil.
Pada dekade terakhir ini prevalensi asma meningkat bahkan di beberapa
negara dilaporkan telah terjadi kenaikan prevalensi morbiditas dan mortalitas
pasien asma (Idrus, Yunus et al. 2012).
Pemberian obat pada asma dapat dengan berbagai macam cara yaitu
parenteral, oral, atau inhalasi. Pengobatan atau terapi inhalasi adalah
pemberian obat secara langsung ke dalam saluran napas melalui penghisapan
dalam bentuk aerosol atau serbuk (dry powder). Sebenarnya prinsip terapi
inhalasi telah digunakan sejak dahulu misalnya penggunaan asap untuk
pengobatan batuk. Penggunaan aerosol sebagai pengobatan inhalasi pertama
kali dikenalkan oleh Schneider dan Waltz pada tahun 1829 dan dengan
perkembangan ilmu dan teknologi, terapi inhalasi berkembang dengan pesat.
Pada masa sekarang, nebulizer sudah mulai dikenal oleh masyarakat umum
sebagai alat pengobatan penyakit paru. Keuntungan penggunaan nebulizer ini
yaitu hanya memerlukan pernapasan tidal dan beberapa obat dapat di campur.
Selain itu, terdapat kekurangan dari nebulizer ini, yaitu alat cukup besar,
memerlukan sumber listrik dan relatif mahal (Supriyatno and Nataprawira
2016).
Nebulasi merupakan suatu terapi inhalasi dengan menggunakan alat
yang bernama Nebulizer. Alat ini bekerja dengan cara merubah obat droplet
menjadi aerosol sehingga dapat dihirup oleh pasien. Obat yang digunakan
pada nebulizer berupa solusio atau suspensi (Tanto, Liwang et al. 2014).
2
Prinsip farmakologis terapi inhalasi yang ideal untuk penyakit saluran napas
adalah obat dapat sampai pada organ target dengan menghasilkan partikel
aerosol berukuran optimal agar terdeposisi di paru, onset kerjanya cepat,
dosis obat kecil, efek samping minimal karena konsentrasi obat di dalam
darah sedikit atau rendah, mudah digunakan, serta efek terapeutik tercapai
yang ditandai dengan tampaknya perbaikan klinis.
Meskipun saluran napas mempunyai beberapa mekanisme antara lain
refleks batuk, bersin serta klirens mukosilier yang akan melindungi terhadap
masuk dan mengendapnya partikel obat sehingga akan mengeliminasi obat
inhalasi. Namun dengan memperhatikan metode untuk menghasilkan aerosol
serta cara penyampaian/delivery obat yang akan mempengaruhi ukuran
partikel yang dihasilkan dan jumlah obat yang mencapai berbagai tempat di
saluran napas maka diharapkan obat terdeposisi secara efektif. Terapi inhalasi
pada asma dewasa telah banyak digunakan dan keberhasilannya cukup baik.
Penggunaannya pada anak belum banyak atau apabila diberikan
seringkali cara dan jenis obat inhalasi tidak tepat atau bahkan anak atau
orang tua tidak cukup mengerti kapan dan bagaimana penggunaannya untuk
pengobatan asma anaknya. Selain itu jenis terapi inhalasi yang dipasarkan
saat ini dibuat untuk orang dewasa yang kemudian digunakan juga untuk
anak. Untuk menunjang keberhasilan penggunaan pada anak diperlukan
pengetahuan mengenai perbedaan antara dewasa dan anak dalam hal
fisiologi dan sistem koordinasi serta tentang teknik inhalasi yang optimal
sehingga penggunaan terapi inhalasi dapat lebih dipahami. (Supriyatno and
Nataprawira 2016). Begitu pentingnya peberian terapi Nebulasi pada anak,
sehingga kami tertarik untuk membahas dan memaparkan.
3
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami tarapi Nebulasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian Nebulasi.
b. Mahasiswa dapat mengetahui tentang Indikasi Pemberian Nebulasi.
c. Mahasiswa dapat mengetahui tentang Kontra Indikasi Nebulasi.
d. Mahasiswa dapat mengetahui tentang persiapan Alat Nebulasi.
e. Mahasiswa dapat mengetahui tentang persiapan Pasien Nebulasi.
f. Mahasiswa dapat mengetahui tentang persiapan Tindakan Nebulasi
g. Mahasiswa dapat mengetahui tentang cara perhitungan Dosis Obat
Nebulasi.
h. Mahasiswa dapat mengetahui tentang Diagnosis Keperawatan pasien
dengan Nebulasi
i. Mahasiswa dapat mengetahui tentang Rencana Tindakan Keperawatan
sebelum dan sesudah tindakan Nebulasi.
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Nebulasi
Nebulisasi merupakan terapi inhalasi yang menggunakan alat
nebulizer. Awalnya terapi ini hanya dilakukan pada kasus asma, tetapi seiring
berkembangnya ilmu pengetahuan dan beberapa penelitian menunjukkan
terapi ini juga bermanfaat dalam mengatasi masalah saluran nafas lainnya.
Pada anak dengan riwayat atopi keluarga, dapat terjadi hiperreaktivitas
bronkus (HRB) dengan atau tanpa retensilendir/sputum. Kondisi ini sangat
mengganggu, bahkan anak dapat muntah karena kesulitan mengeluarkan
dahak/lendir ataupun terbangun dari tidur karena batuk. Kasus lainnya seperti
rhinitis alergi, croup, bronkiolitis, pneumonia, aspirasi, maupun penyakit paru
menahun juga memberikan respon positif pasca nebulisasi. Tindakan ini
dapat ditujukan untuk mengencerkan lendir, melebarkan (dilatasi) bronkus
dan megatasi proses radang (inflamasi) yang langsung ke target organ sesuai
dengan indikasi dan jenis obat yang dipilih.
Nebulasi merupakan suatu terapi inhalasi dengan menggunakan alat
yang bernama Nebulizer. Alat ini bekerja dengan cara merubah obat droplet
menjadi aerosol sehingga dapat dihirup oleh pasien. Obat yang digunakan
pada nebulizer berupa solusio atau suspensi (Tanto, Liwang et al. 2014). Alat
nebuliser dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol
secara terus menerus dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan
atau gelombang ultrasonik sehingga dalam prakteknya dikenal 2 jenis alat
nebuliser yaitu ultrasonic nebuliser dan jet nebuliser (Supriyatno and
Nataprawira 2016).
Nebulizer merupakan suatu alat yang digunakan dalam pengobatan
asma. Alat ini dapat mengubah partikel obat dari cair menjadi gas (uap)
sehingga efek dari obat lebih cepat kelihatan. Model nebulizer yang ada saat
ini diantaranya nebulizer dengan nebulizer kompresor dan Nebulizer
ultrasonik (Andica Fernando1 2016).
5
F. Tindakan Nebulasi.
Tindakan memberikan terapi nebulizer dengan terapi
inhalasi/penguapan. Nebulizer sendiri merupakan suatu alat yang digunakan
untuk mengubah obat yang berbentuk larutan ke dalam bentuk aerosol yang
secara terus menerus dengan tenaga bantuan gelombang ultrasonik (Wahyuni,
2015). Banyak jenis obat bronkodilator yang dapat digunakan dalam
nebulizer (Ringel, 2012) namun ada dugaan bahwa obat bronkodilator dapat
mempengaruhi perubahan pada restriksi aliran udara yang terlalu kecil untuk
dideteksi menggunakan alat spirometri sebagai perubahan FEV1 yaitu
volume udara yang dihembuskan pada 1 detik pertama, meskipun begitu obat
bronkodilator tetap digunakan untuk membantu menurunkan hiperinflasi
yang berkaitan dengan PPOK. Combivent diberikan dengan cara inhalasi
(penguapan) yang dihirup melalui hidung dan dikeluarkan melalui mulut
dengan bantuan sungkup yang tujuan dari penguapan ini untuk melebarkan
saluran pernapasan bawah (bronkus) dan mengencerkan secret agar secret
mudah dikeluarkan (Wahyuni, 2015). Terapi inhalasi dengan nebulizer efektif
dilakukan karena pengiriman obatnya lebih efektif sehingga reaksi obatnya
cepat sampai ke paru-paru daripada pemberian obat lewat oral atau sub cutan
(Roggeri & Micheletto, 2016).
Penggunaan alat nebulizer kompresor pada terapi pengobatan asma
kepada pasien ini berkisar antara 3 menit sampai 15 menit saja, sesuai dengan
petunjuk dokter. Umumnya pada nebulizer hanya terdapat tombol on/off yang
digunakan untuk menghidupkan dan mematikan alat saja dan biasanya
perawat atau dokter menggunakan jam untuk menghitung berapa lama waktu
penggunaan alat pada pasien dan mematikan alat secara manual, sehingga
perawat atau dokter hanya terfokus pada pasien, sehingga tidak dapat
melakukan kegiatan penting lainnya.
8
A. Kesimpulan
Nebulasi merupakan suatu terapi inhalasi dengan menggunakan alat yang
bernama Nebulizer. Nebulizer adalah alat yang dapat mengubah obat yang
berbentuk larutan menjadi aerosol secara terus- menerus dengan tenaga yang
berasal dari udara yang dipadatkan atau gelombang ultrasonik (Wahyuni
2015). Nebulasi adalah tindakan memberikan obat-obatan kepada pasien
melalui inhalasi dengan mengguakan alat nebulizer. (Bidyankep RSAI, 2016)
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis berharap agar dapat menambah ilmu
pengetahuan kepada pembaca atau mahasiswa. Oleh karena itu, harapan
penulis kepada pembaca semua terutama Ibu Dosen pembimbing agar
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Idrus, I. S., et al. (2012). "Perbandingan Efek Salbutamol dengan Salbutamol yang
Diencer-kan dengan NaCl 0, 9% pada Pasien Dewasa dengan Asma
Akut Sedang di RS Persahabatan." J Respiro Indonesia 32(3): 168.
Tanto, C., et al. (2014). "Kapita selekta kedokteran." Edisi IV. Jilid II. Jakarta:
Media Aesculapius: 839-842.
Yosmar, R., et al. (2015). "Kajian Regimen Dosis Penggunaan Obat Asma pada
Pasien Pediatri Rawat Inap di Bangsal Anak RSUP. Dr. M. Djamil
Padang." Jurnal Sains Farmasi & Klinis 2(1): 22-29.