Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN BENCANA

“PENDIDIKAN DAN KESIAPSIAGAAN BENCANA”

OLEH :

KELOMPOK 5

KELAS B12-B

1. Ni Made Dwi Cahyani 193223143


2. Ni Nyoman Sri Novirantini 193223144
3. Ni Putu Diah Kusumasari 193223145
4. Ni Putu Ema Selpiyanti 193223146
5. Ni Putu Erna Susanti 193223147
6. Ni Putu Mia Devihapsari 193223148
7. Ni Putu Nopindrawati 193223149
8. Ni Putu Prastiwi Fatma Sari 193223150
9. Ni Wayan Novia Kristina 193223151

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

TAHUN AJARAN 2020


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat beliaulah penulis bisa membuat dan
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Pendidikan dan Kesiapsiagaan
Bencana”.

Besar harapan penulis agar karya tulis ini dapat bermanfaat untuk
meningkatkan penguasaan kompetensi mahasiswa sesuai dengan standar
kompetensi yang diharapkan. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis
harapkan sebagai upaya penyempurnaan makalah ini dimasa mendatang dan
diakhir kata penulis ucapkan terimakasih.

Denpasar, 11 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR ………………………………………………………… i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………….…... 1


1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………….….. 2
1.3 Tujuan …………………………………………………………………….… 2
1.4 Manfaat ……………………………………………………………………... 2
1.5 Metode Penulisan ………………………………………………………….... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pendidikan dan Kesiapsiagaan Bencana …….……………………...….…..... 3

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………… 14

3.2 Saran ……………………………………………………………………….. 14

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bencana alam sering terjadi di Indonesia, Kementerian Sosial membuat
kebijakan program kampung siaga bencana dan BPBD (Badan Nasional
Penanggulangan Bencana) membuat kebijakan program Desa/kelurahan
tangguh bencana. Keduanya, merupakan kebijakan pemerintah dalam
penanggulangan bencana berbasis komunitas. Bencana adalah suatu peristiwa
atau rangkaian kejadian yang mengakibatkan korban jiwa, kerugian harta
benda kerusakan lingkungan, sarana dan prasarana serta korban nyawa. Secara
umum terdapat tiga factor penyebab terjadinya bencana yakni (1) faktor alam
(natural disaster), (2) factor non-alam (non-natural disaster) yaitu bukan akibat
perbuatan manusia, dan (3) faktor sosial/manusia (man-made disaster) yang
murni akibat perbuatan manusia (Nurjanah dkk., 2011: 21). Salah satu
bencana faktor alam yang kerap terjadi di Indonesia adalah gempa bumi,
karena letak Indonesia yang berada diantara lempeng Eurasia, Indo-Australia
dan Samudra Pasifik yang terdapat banyak aktivitas pergerakan lempeng bumi
dan aktivitas gunung berapi yang masih aktif atau runtuhan batuan.
Bencana gempa bumi tidak akan memilih-milih korbannya Semua akan
terkena bencana tersebut, jika korban berada pada posisi dimana bencana itu
terjadi. Kondisi seperti ini yang mendorong manusia untuk meningkatkan
kemampuan dirinya dalam menghadapi suatu bencana. Pengurangan risiko
bencana gempa bumi hendaknya diterapkan sejak dini yakni mulai dari
bangku sekolah. Hal ini dilakukan agar peserta didik sebagai bagian dari masa
depan bangsa dapat mengurangi risiko bencana yang sewaktu-waktu
mengancam mereka dan orang-orang di sekitar mereka, maka dari itu perlu
dilakukan langkah kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana gempa bumi
yang bertujuan meningkatkan keselamatan baik harta maupun nyawa saat
terjadi bencana gempa bumi. Langkah kesiapsiagaan tersebut berupa
peningkatan pengetahuan tentang kesiapsiagaan bencana gempa bumi.
Kesiapsiagaan merupakan salah satu bagian dari proses manajemen bencana
dan di dalam konsep pengelolaan bencana yang berkembang saat ini,

1
peningkatan kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen penting dari kegiatan
pengurangan resiko yang bersifat pro-aktif, sebelum terjadinya bencana (Jan
Sopaheluwakan, 2006:6). Agar dampak yang di timbulkan bencana gempa
bumi bisa berkurang baik di sekolah maupun di luar sekolah, maka perlu
adanya pengetahuan kesiapsiagaan bencana gempa bumi baik pada siswa
maupun masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah Pendidikan dan Kesiapsiagaan Bencana?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Pendidikan dan Kesiapsiagaan Bencana

1.4 Manfaat
Manfaat penulisan yang penulis dapatkan dalam pembuatan makalah ini yaitu
sebagai tenaga kesehatan khususnya perawat wajib mengetahui dan mampu
memahami Pendidikan dan Kesiapsiagaan Bencana.

1.5 Metode Penulisan


Dalam penyusunan makalah ini, metode yang penulis gunakan yaitu tinjauan
pustaka dan media internet. Penulis mencari sumber dari berbagai media
tersebut sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pendidikan dan Kesiapsiagaan Bencana


Kesiapsiagaan adalah suatu upaya yang dilaksanakan untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa,
kerugian harta benda, dan berubahnya tata kehidupan masyarakat di kemudian
hari. Kesiapsiagaan menghadapi bencana adalah suatu kondisi masyarakat
yang baik secara individu maupun kelompok yang memiliki kemampuan untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana di kemudian hari (Gregg et
al., 2004; Perry dan Lindell, 2008; Sutton dan Tierney, 2006).
Kesiapsiagaan merupakan kegiatan yang digunakan untuk mengantisipasi
bencana. Faktor utama yang menjadi kunci kesiapsiagaan adalah pengetahuan.
Dengan kemampuan yang dimiliki dapat mempengaruhi sikap dan kepedulian
untuk siap siaga dalam mengantisipasi bencana. Kesiapsiagaan merupakan
salah satu proses manajemen bencana, pentingnya kesiapsiagaan merupakan
salah satu elemen penting dari kegiatan pencegahan pengurangan risiko
bencana (Sinsiana, 2015)
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kesiapsigaan
merupakan salah satu faktor penting bagi masyarakat dalam menghadapi
bencana. Kesiapsiagaan adalah upaya menghadapi situasi darurat serta
mengenali berbagai sumber daya untuk memenuhi kebutuhan pada saat itu, Hal
ini bertujuan agar warga mempunyai persiapan yang lebih baik untuk
menghadapi bencana. Contoh tindakan kesiapsiagaan :
1. Pembuatan system peringatan dini
2. Membuat system pemantauan ancaman
3. Pembuatan rencana evakuasi
4. Membuat tempat dan sarana evakuasi
5. Penyusun rencana darurat, rencana siaga
6. Pelatihan, gladi, simulasi atau uji coba
7. Memasang rambu evakuasi dan peringatan dini
Pendidikan kesiapsiagaan bencana adalah salah satu pendekatan untuk
meningkatkan kesiapan tenaga kesehatan dan sektor public. Studi berikut

3
bertujuan untuk menggambarkan satu pendekatan meningkatkan kesiapsiagaan
bencana bagi perawat dan tenaga kesehatan lainnya melalui studi akademik di
dalam maupun luar negeri.
Pendidikan siaga bencana adalah sarana mendidik masyarakat siap,
tanggap, dan cekatan saat bencana datang. Pendidikan dan pelatihan
kebencanaan merupakan salah satu upaya penanggulangan bencana pada tahap
kesiapsiagaan bencana. (Renstra BNPB 2010-2014).

A. Peran Perawat Dalam Pendidikan Kesiapsiagaan Bencana


Perawat sebagai lini depan pada suatu pelayanan kesehatan
mempunyai tanggung jawab dan peran yang besar dalam penanganan pasien
gawat darurat sehari-hari maupun saat terjadi bencana. Kompetensi perawat
dalam fase kesiapsiagaan adalah pendidikan dalam keperawatan bencana,
pelatihan untuk pencegahan bencana, mengamati pelayanan ditinjau dari
peralatan dan sumber daya, serta melakukan konfirmasi dan membuat
jejaring yang mendukung keperawatan (Ohara, 2007 cit, Hidayati, 2008).
Peran perawat dalam upaya kesiapsiagaan bencana yaitu :
1. Membuat, memperbaharui dan mengimplementasikan disaster plan
2. Melakukan pengkajian risiko pada komunitas seperti membuat peta
bahaya dan analisis kerentanan
3. Melakukan tindakan pencegahan bencana seperti menumbuhkan
kewaspadaan bencana
B. Pelatihan Yang Diperlukan Berkaitan Dengan Penanggulangan
Bencana
1. Pelatihan mengenai manajemen resiko bencana, diharapkan petugas
memiliki wawasan mengenai manajemen bencana termasuk perundang-
undangannya sehingga mampu mengembangkannya dilingkungan
masing-masing, mampu menyusun dan menilai suatu analisa resiko
bencana.
2. Pelatihan mengenai penanganan suatu bencana menurut jenisnya,
misalnya bencana banjir, longsor, gempa bumi, tsunami, bencana
industri, atau bencana sosial.

4
3. Teknik melakukan pertolongan seperti resque atau penyelamatan
lainnya.
4. Teknik bantuan medis (P3K) dan bantuan medis lainnya.
5. Pelatihan mengenai prosedur penanggulangan bencana yang meliputi
mitigasi bencana, kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan rehabilitasi dan
rekonstruksi.
6. Pelatihan mengenai sistem informasi dan komunikasi bencana.
7. Pelatihan manajemen logistik bencana.
8. Pelatihan standar pelayanan minimal kesehatan bencana dan pengungsi.
C. Prinsip-Prinsip Dalam Pendidikan Kesiapsiagaan Bencana
1. Cepat dan tepat.
Dalam penanggulangan harus dilaksanakan secara cepat dan tepat
sesuai dengan tuntunan keadaan.
2. Prioritas.
Apabila terjadi bencana, kegiatan penanggulangan harus mendapat
prioritas dan diutamakan pada kegiatan penyelamatan manusia.
3. Koordinasikan dan keterpaduan
Penanggulangan bencana didasarkan pada koordinasi yang baik dan
saling mendukung. Sedangkan keterpaduan adalah penanggulangan
bencana dilakukan oleh berbagai sektor secara terpadu yang
didasarkan pada kerja sama yang baik dan saling mendukung.
4. Berdaya guna dan berhasil guna.
Yang dimaksud dengan berdaya guna adalah dalam mengatasi
kesulitan masyarakat dilakukan dengan tidak membuang waktu,
tenaga dan biaya yang berlebihan. Sedangkan berhasil guna adalah
kegiatan penanggulangan bencana harus berhasil guna dalam
mengatasi kesulitan masyarakat.
5. Transparansi dan akuntabilitas.
Yang dimaksud dengan transparansi pada penanggulangan bencana
dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggung jawabkan,
sedangkan akuntabilitas berarti dapat dipertanggung jawabkan
secara etik dan hukum.

5
6. Kemandiriaan.
Bahwa penanggulangan bencana utamanya harus dilakukan oleh
masyarakat didaerah rawan bencana secara swadaya.
7. Nondiskriminasi.
Bahwa negara dalam penanggulangan bencana tidak memberikan
perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras
dan aliran politik apapun.
8. Nonproletisi.
Dalam penanggulangan bencana dilarang menyebarkan agama atau
kenyakinan terutama pada saat pemberian bantuan dan pelayanan
darurat bencana.
D. Metode dalam Pendidikan Kesiapsiagaan Bencana
1. Metode role playing/ bermain peran
Metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan
untuk mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadiankejadian
yang mungkin muncul pada masa mendatang yang pada dasarnya
mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan
masalah sosial.
2. Metode Mendongeng dengan Media Pop up BOOK
Suatu media komunikasi yang ampuh dalam mentransfer ide dan
gagasan kepada anak dalam sebuah kemasan yang menarik. Selain
itu, dapat pula membuat anak lebih peka dan dapat mengasah daya
ingat siswaPenyampaian materi melalui dongeng dan pop up book,
membuat siswa lebih tertarik untuk memberikan feedback positif
berupa, memperhatikan, teratur, dan aktif berinteraksi dengan guru
dan siswa dalam membahasan materi.
3. Metode play therapy atau terapi permainan
Penggunaan media permainan (alat dan cara bermain) dalam
pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus yang bertujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan gangguan-gangguan atau
penyimpangan-penyimpangan. Seperti gangguan dan penyimpanga
pada fisik, mental, sosial, sensorik, dan komunikasi .

6
Adapun permainannya seperti:
a) Media permainan pusijump berupa langkah-langkah mitigasi
bencana gempa bumi dan tsunami.
b) Permainan puzzle berisi langkah mitigasi sebelum terjadi
bencana gempa bumi dan tsunami, permainan musik berisi
langkah mitigasi saat terjadi bencana gempa dan tsunami.
c) Permainan magic jump berisi langkah mitigasi setelah terjadi
bencana gempa bumi dan tsunami.
E. Jenis-Jenis Latihan Kesiapsiagaan
Latihan kesiapsiagaan diartikan sebagai bentuk latihan koordinasi,
komunikasi dan evakuasi dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan
(pemerintah dan masyarakat umum). Seluruh pihak yang terlibat
mensimulasikan situasi bencana sesungguhnya menggunakan skenario
bencana yang dibuat mendekati atau sesuai kondisi nyata. Dengan mengacu
pada definisi tersebut diatas, maka pedoman ini disusun untuk
penyelenggaraan latihan yang melibatkan multipihak serta digunakan untuk
membangun dan menyempurnakan system kesiapsiagaan sekaligus
meningkatkan keterampilan dalam koordinasi serta pelaksanaan operasi
penanggulangan bencana. Latihan merupakan elemen yang sangat berperan
penting dalam meningkatkan upaya kesiapsiagaan secara sistematis. Ada
tiga tahapan latihan, yakni tahap pelatihan, tahap simulasi, dan tahap uji
sistem. Ketiganya memilik alur, yakni:
1. Pengertian bertahap dalam latihan kesiapsiagaan dilaksanakan mulai
dari tahap awal analisis kebutuhan, perencanaan, persiapan dan
pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi.
2. Berjenjang, berarti bahwa latihan dilakukan mulai dari tingkat
kompleksitas paling dasar, yakni sosialisasi, hingga kompleksitas
paling tinggi, yakni latihan terpadu/gladi lapang. Semua jenis latihan
kesiapsiagaan dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas pemangku
kepentingan, mulai dari peningkatkan pengetahuan, hingga sikap dan
keterampilan dalam menjalankan fungsi dan tanggung jawab saat
situasi darurat.

7
3. Berkelanjutan, dalam arti latihan kesiapsiagaan dilakukan secara terus
menerus dan rutin. Pada tahap latihan kesiapsiagaan, salah satu jenis
latihan adalah evakuasi mandiri. Evakuasi mandiri adalah kemampuan
dan tindakan individu/masyarakat secara mandiri, cepat, tepat, dan
terarah berdasarkan langkah-langkah kerja dalam melakukan
penyelamatan diri dari bencana. Latihan evakuasi mandiri adalah
latihan untuk dilaksanakan oleh organisasi atau perusahaan, hotel,
sekolah, desa, dan sebagainya dalam rangka merespon sistem
peringatan dini bencana. Latihan kesiapsiagaan biasanya dilakukan
pada tingkat komunitas, seperti organisasi perusahaan, hotel, sekolah,
desa, dan lain sebagainya.
F. Manajemen Kesiapsiagaan Bencana
Secara umum, kegiatan latihan kesiapsiagaan dibagi menjadi 5 (lima)
tahapan utama, yakni tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan, serta
monitoring dan evaluasi. Dalam bab ini, dijelaskan merencanakan (i) latihan
Aktivasi Sirine Peringatan Dini, (ii) Latihan Evakuasi Mandiri di
Sekolah/Madrasah, Rumah Sakit Siaga Bencana, Gedung, pemukiman, (iii)
Uji Terap Tempat Pengungsian Sementara/ Akhir (Shelter) se Indonesia,
1. Tahap Perencanaan
Membentuk Tim Perencana:
a. Bentuk organisasi latihan kesiapsiagaan agar pelaksaaan evakuasi
berjalan dengan baik dan teratur.
b. Tim Perencana terdiri dari pengarah, penanggung jawab, bidang
perencanaan yang ketika pelaksanaan tim perencana berperan
sebagai tim pengendali. Fungsi masing-masing, yakni:
1) Pengarah, bertanggung jawab memberi masukan yang bersifat
kebijakan untuk penyelenggaraan latihan kesiapsiagaan, dan
dapat memberikan masukan yang bersifat teknis dan
operasional, mengadakan koordinasi, serta menunjuk
penanggung jawab organisasi latihan kesiapsiagaan.

8
2) Penanggung Jawab, membantu pengarah dengan memberikan
masukan-masukan yang bersifat kebijakan, teknis, dan
operasional dalam penyelenggaraan latihan kesiapsiagaan.
3) Bidang Perencanaan/Pengendali, merencanakan latihan
kesiapsiagaan secara menyeluruh, sekaligus menjadi pengendali
ketika latihan dilaksanakan.
4) Bidang Opersional Latihan menjalankan perannya saat latihan.
Yang terdiri dari Peringatan Dini, Pertolongan Pertama,
Evakuasi dan Penyelamatan, Logistik serta Keamanan turut diuji
dalam setiap latihan.
5) Bidang Evaluasi, mengevaluasi latihan kesiapsiagaan yang
digunakan untuk perbaikan latihan ke depannya.
c. Jumlah anggota tergantung tingkat kompleksitas latihan yang
dirancang.
d. Anggota organisasi bertanggung jawab pada perencanaan,
pelaksanaan, hingga akhir latihan.
e. Tugas dari tim perencana ini meliputi :
1) Menentukan risiko/ancaman yang akan disimulasikan.
2) Menentukan skenario bencana yang akan disimulasikan.
3) Merumuskan strategi pelaksanaan latihan kesiapsiagaan.
4) Menyiapkan kerangka kegiatan simulasi kesiapsiagaan (tipe
simulasi, maksud, tujuan dan ruang lingkup latihan).
5) Mengintegrasikan kegiatan simulasi kesiapsiagaan menjadi
kegiatan rutin dalam jangka panjang.
6) Menetapkan jadwal kegiatan latihan kesiapsiagaan.
7) Mendukung persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi latihan.
8) Menyiapkan Rencana Tindak Lanjut setelah pelaksanaan
kegiatan latihan kesiapsiagaan.
2. Menyusun Rencana Latihan Kesiapsiagaan
Menyusun rencana latihan kesiapsiagaan (aktivasi sirine dan evakuasi
mandiri) yang melibatkan populasi di lingkungan tempat tinggal,

9
kantor, sekolah, area publik, dan lain-lain. Rencana latihan tersebut
berisi:
a. Tujuan, sasaran, dan waktu pelaksanaan latihan kesiapsiagaan.
b. Jenis ancaman yang dipilih atau disepakati untuk latihan
kesiapsiagaan. Sebaiknya, latihan disesuaikan dengan ancaman di
wilayah masing- masing.
c. Membuat skenario latihan kesiapsiagaan. Skenario adalah acuan
jalan cerita kejadian yang dipakai untuk keperluan latihan. Skenario
dibuat berdasarkan kejadian yang paling mungkin terjadi di desa.
Skenario perlu dipahami oleh pelaksana dan peserta yang terlibat
dalam latihan (contoh terlampir).
d. Menyiapkan atau mengkaji ulang SOP/Protap yang sudah ada yaitu
memastikan kembali. Memastikan beberapa area/tempat alternatif
yang akan dijadikan sebagai pusat evakuasi, tempat pengungsian
maupun tempat perlindungan sementara. Tempat tersebut bisa
memanfaatkan bangunan, seperti kantor, sekolah, tempat ibadah,
gedung, dan area terbuka lainnya berdasarkan keamanan,
aksesibilitas, juga lingkungan lokasi.
e. Menentukan tempat pengungsian yang dipilih setelah
mempertimbangkan kapasitas ketersediaan logistik (seperti makanan
atau minuman, pakaian, obat-obatan dan peralatan medis, keperluan
tidur, peralatan kebersihan, bahan bakar, dan lain-lain), serta
ketersediaan fasilitas umum.
f. Menetapkan dan menyiapkan jalur evakuasi, dengan memperhatikan
beberapa hal penting sebagai berikut:
1) Jalur evakuasi yang merupakan rute tercepat dan teraman
bagi pengungsi menunju tempat pengungsian.
2) Rute alternatif selain rute utama.
3) Kesesuaian waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tempat
pengungsian.
4) Kelengkapan sumber daya termasuk ketersediaan kendaraan
yang dapat digunakan dalam proses evakuasi. Penting juga

10
mempertimbangkan posisi kendaraan dan jumlah minimum
muatan jika dibutuhkan.
5) Peta evakuasi berdasarkan hasil survei dan desain yang
menginformasikan jalur evakuasi, tempat pengungsian dan
waktu untuk mencapainya, jalur alternatif, lokasi-lokasi
aman bencana, serta posisi posko siaga tim evakuasi.
g. Orientasi sebelum Latihan
1) Sosialisasi untuk mendapat pembelajaran terbaik, seluruh
peserta latih dan pelaksana yang terlibat perlu memahami
tujuan dari latihan. Tidak dianjurkan membuat latihan tanpa
kesiapan yang baik dari peserta latih maupun pelaksana.
2) Perkenalkan kembali pemahaman risiko bencana di
lingkungan, sebelum dan sesudah latihan dilakukan
3) Sampaikan tujuan latihan, waktu pelaksanaan dan hal-hal
yang perlu dipersiapkan
4) Himbau pentingnya keterlibatan aktif dan keseriusan semua
pihak dalam mengikuti latihan
5) Sampaikan tanda bunyi yang akan digunakan dalam latihan
tanda latihan dimulai, tanda evakuasi, tanda latihan berakhir).
Pastikan seluruh peserta latih memahami tanda ini.
h. Dalam melaksanakan latihan, yang akan melakukan simulasi juga
dapat mengundang pengamat atau observer untuk membantu
memberikan masukan dan umpan balik proses latihan, untuk
perbaikan kedepan
i. Perencanaan Dokumentasi
Bagian penting lainnya dari kegiatan latihan kesiapsiagaan adalah
dokumentasi.Oleh karena itu,diperlukan berbagai macam
dokumentasi sebagai salah satu alat untuk pelaporan maupun
monitoring dan evaluasi. Kegiatan pendokumentasian ini dilakukan
pada keseluruhan tahap kegiatan penyelenggaraan, mulai dari
perencanaan, persiapan dan pelaksanaan hingga selesainya
pelaksanaan simulasi bencana.

11
Dokumentasi kegiatan tidak hanya berupa foto dan video saja, tetapi
juga mencakup laporan, dokumen-dokumen output termasuk peta-
peta, surat edaran, manual latihan/SOP, dokumen skenario dan SOP
simulasi, formulir evaluasi (atau panduannya jika ada), kumpulan
catatan masukan, rencana perbaikan dan tindak lanjut, ringkasan
laporan dan rekomendasi.
3. Tahap Persiapan
Persiapan dilakukan beberapa hari sebelum pelaksanaan kegiatan
latihan kesiapsiagaan. Dalam persiapan ini yang terutama dilakukan
adalah:
a. Briefing-briefing untuk mematangkan perencanaan latihan. Pihak-
pihak yang perlu melakukan briefing antara lain tim perencana,
peserta simulasi, dan tim evaluator/observer. Informasi penting yang
harus disampaikan selama kegiatan ini, yakni:
1) Waktu: alur waktu dan durasi waktu simulasi yang
ditentukan sesuai PROTAP/ SOP simulasi.
2) Batasan Simulasi: batasan-batasan yang ditentukan selama
simulasi, berupa apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan
selama simulasi.
3) Lokasi: tempat di mana simulasi akan dilakukan.
4) Keamanan: hal-hal yang harus dilakukan untuk keamanan
simulasi dan prosedur darurat selama simulasi.
b. Memberikan poster, leaflet, atau surat edaran kepada siapa saja yang
terlibat latihan kesiapsiagaan.
c. Menyiapkan gedung dan beberapa peralatan pendukung, khususnya
yang berkaitan dengan keselamatan masyarakat. Misalnya, gedung
dan fasilitas medis, persediaan barang-barang untuk kondisi darurat,
dan lain-lain.
d. Memasang peta lokasi dan jalur evakuasi di tempat umum yang
mudah dilihat semua orang.
4. Tahap Pelaksanaan

12
Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan saat latihan kesiapsiagaan
berlangsung:
a. Tanda Peringatan
Tentukan tiga tanda peringatan berikut:
1) Tanda latihan dimulai (tanda gempa)
2) Tanda Evakuasi
3) Tanda Latihan Berakhir
Tanda bunyi yang menandakan dimulainya latihan, tanda evakuasi,
dan tanda latihan berakhir. Tanda mulainya latihan dapat
menggunakan tiupan peluit, atau tanda bunyi lainnya. Tanda ini
harus berbeda dengan tanda peringatan dini untuk evakuasi seperti
pukulan lonceng/sirine/megaphone/bel panjang menerus dan cepat,
atau yang telah disepakati. Tanda latihan berakhir dapat kembali
menggunakan peluit panjang.
b. Reaksi Terhadap Peringatan
Latihan ini ditujukan untuk menguji reaksi peserta latih dan prosedur
yang ditetapkan. Pastikan semua peserta latih, memahami bagaimana
harus bereaksi terhadap tanda-tanda peringatan di atas. Seluruh
komponen latihan, harus bahu membahu menjalankan tugasnya
dengan baik.
c. Dokumentasi
Rekamlah proses latihan dengan kamera foto. Jika memungkinkan,
rekam juga dengan video. Seluruh peserta latih, pelaksanan maupun
yang bertugas, dapat bersama-sama melihat hal-hal yang baik atau
masih perlu diperbaiki, secara lebih baik dengan rekaman
dokumentasi
5. Tahap Evaluasi dan Rencana Perbaikan
Evaluasi adalah salah satu komponen yang paling penting dalam
latihan. Tanpa evaluasi, tujuan dari latihan tidak dapat diketahui,
apakah tercapai atau tidak.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesiapsiagaan adalah suatu upaya yang dilaksanakan untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya
korban jiwa, kerugian harta benda, dan berubahnya tata kehidupan
masyarakat di kemudian hari. Perawat sebagai lini depan pada suatu
pelayanan kesehatan mempunyai tanggung jawab dan peran yang besar dalam
penanganan pasien gawat darurat sehari-hari maupun saat terjadi bencana.
Latihan kesiapsiagaan diartikan sebagai bentuk latihan koordinasi,
komunikasi dan evakuasi dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan
(pemerintah dan masyarakat umum). Secara umum, kegiatan latihan
kesiapsiagaan dibagi menjadi 5 (lima) tahapan utama, yakni tahap
perencanaan, persiapan, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi.

3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan ada kritik dan saran yang dapat
membangun sehingga kami dapat menyempurnakan makalah kami.

14
DAFTAR PUSTAKA

Aminudin (2013) Mitigasi dan Kesiapsiagaan Bencana Alam. Bandung: Angkasa


Anonim. 2011. Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Bencana Erupsi Merapi.
Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Eni Supartini, Novi, Kumalasari, 2017. Buku Pedoman Latihan Kesiapsiagaan
Bencana. BNPB. Jakarta
Lembaga Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2010. Rencana Strategis
BNPB 2010-2014. Jakarta : BNPB
Sinsiana. 2015. Kesiapsiagaan Bencana. Naskah Publikasi UNISA.
http://digilib.unisayogya.ac.id/18/1/NASKAHPUBLIKASI.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai