Anda di halaman 1dari 13

Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis :

Dampak Pembelajaran Treffinger Berbantuan Media


Audio Visual

Luluk Lailul Huda1, Rubhan Masykur2, Siska Andriani3


123
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, Indonesia
Email: luluk.lailulhudah@gmail.com

Abstrak
Kemampuan berpikir kritis matematis sangat penting saat pembelajaran. khususnya pada bidang
geometri. Tujuan dalam penelitian ini mengetahui analisis pengaruh pembelajaran Treffinger
berbantuan media audio visual, terhadap kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik. Jenis
penelitian ini merupakan penelitian Quasy Eksperimental Design, Teknik analisis data dalam
penelitian ini adalah menggunakan uji Anova dan uji komparasi ganda menggunakan uji scheffe’.
Pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu Cluster Random Sampling.
Pengumpulan data penelitian ini yaitu :Wawancara, Observasi, Tes, Dokumentasi. Instrumen
dalam penelitian ini berbentuk tes.Untuk mengukur kemampuan berfikir kritis matematis.
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji Anova diperoleh nilai F hitung =20,01>3,12 =
F tabel artinya terdapat pengaruh pembelajaran treffinger berbantuan media audio visual terhadap
kemampuan berpikir kritis matemaris peserta didik. Adapun kesimpulan uji lanjut bahwa
pembelajaran treffinger berbantuan media audio visual memberikan kemampuan berpikir kritis
matematis yang lebih baik dibandingan dengan pembelajaran konvensional berbantuan media
audio visual.

Kata kunci :Treffinger; Audio Visual ; Kemampuan Berpikir Kritis.

Abstract
Mathematical critical thinking skills are essential during learning. especially in geometry fields.
The objectives in this study are to know the analysis of the influence of Treffinger's learning with
the help of audio visual media, on the mathematical critical thinking abilities of students. This type
of research is Quasy Experimental Design research, The data analysis technique in this study is
using the Anova test and the double comparison test using scheffe's test. The sampling that will be
used in this study is Cluster Random Sampling. The collection of this research data is: Interviews,
Observations, Tests, Documentation. The instruments in this study are test-shaped. To measure
mathematically critical thinking abilities. Based on the data analysis results using the Anova test
obtained a value of Fhitung=20.01>3.12 = Ftabel meaning there is an influence of treffinger learning
assisted by audio visual media on the critical thinking abilities of students. As for the conclusion
of further test that treffinger learning assisted by audio visual media provides better mathematical
critical thinking ability compared to conventional learning assisted by audio visual media.

Keywords :Treffinger; Audio Visual ; Critical Thinking Skills.

PENDAHULUAN
Di era 4.0 membuat hakekat menuntut ilmu menjadi bentuk kegiatan yang
seharusnya setiap individu dalam mencukupi kebutuhan (Amalia, 2014; Ardi,
2015). Selain itu, usaha manusia untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang
didapat dari lembaga formal maupun informal dalam membantu proses
transformasi sehingga dapat mencapai kualitas yang diharapkan (Herlinda et al.,
2017; Metro & Metro, 2020; Romadhon, 2018; Santi, 2019). Adapun dalam
Pembelajaran sebagai proses interaksi dalam proses belajar yang terdiri dari
semua komponen yang ada (Inah, 2015; Pane & Dasopang, 2017; Winataputra et
al., 2014). Komponen pembelajaran tersebut diantaranya guru, siswa, materi,
media, sumber belajar dan lingkungan (Hendarwati, 2013; Mahnun, 2012;
Tafonao, 2018). Semua komponen tersebut harus dapat berinteraksi untuk bisa
meraih tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Sesmiarni, 2016).
Hal lain yang dibutuhkan dalam pembelajaran ialah kemampuan Berpikir
secara kritis. Kemampuan berpikir kritis yang ditingkatkan dalam pembelajaran
matematika supaya dapat membantu peserta didik dalam memahami ide-ide yang
ada dalam matematika tersebut (Purnawanto, 2019; Purwanti, 2015; Siswono,
2016). Berpikir kritis juga disertai dengan alasan dan mengulas lagi segala sesuatu
yang telah dihadapi secara matang sebelum mengambil suatu keputusan
(Purwanti, 2015; Rosnawati, 2012). Berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam
kehidupan bermasyarakat, karena di masyarakat kita akan menemukan berbagai
masalah yang perlu diselesaikan (Azis, 2015; Suharsono & Yogantara, 2020).
Dan masalah, mengevaluasinya serta mengambil kesimpulan atas kondisi tersebut
(Asmawati, 2015; Hidayat, 2019; Mujib & Mardiyah, 2017) . Berdasarkan uraian,
media pembelajaran diatas, peneliti memilih untuk menggabungkan antara Audio-
Visual. Dengan adanya Kemampuan berpikir kritis yang sangat esensial untuk
kehidupan, pekerjaan, pembelajaran dan berfungsi efektif dalam semua aspek
kehidupan lainnya (Liberna, 2015; Nugroho & Rachman, 2013; Solihah, 2019).
Komponen pembelajaraan juga diantaranya media pembelajaran yang
digunakan (buku paket) yang materinya disajikan dengan padat dan tidak menarik
(Utariyanti et al., 2016). Media yang lebih baru biasanya lebih baik dan lebih
menarik bagi peserta didik (Fadhli, 2016). Salah satu alternatif untuk dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis ada media pembelajaran dan pembel
ajaran treffinger (Winarti, 2016). Sebab Pembelajaran Treffinger memperhatikan
masalah keterampilan berpikir secara kritis dan berfikir secara kreatif (Budiarti,
2015; Hasanah et al., 2018; Santoso & Sos, 2015). Berdasarkan uraian mengenai
macam-macam media pembelajaran diatas, peneliti memilih untuk
menggabungkan antara Audio-Visual. Adapun hal terbaru yang telah belum diteliti
sebelumnya Treffinger dipadukan dengan kemampuan berpikir kritis dan audio
viual . dan penelitain sejenis dengan pembelajaran Treffinger (Rochaya et al.,
2019) terhadap pemcahan masalah, (Ulya & Rahayu, 2017) terhadap komunikasi
matematis, (Muliyani et al., 2017) terhadap kemampuan berpikir kreatif.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian eksperimen. Jenis eksperimen yang digunakan adalah Quasy
Eksperimental Design. Penelitian ini siswa dibagi menjadi tiga kelompok.
Kelompok pertama dan kelompok kedua adalah kelompok eksperimen, dan
kelompok ketiga adalah kelompok kontrol. Populasi penelitian ini yaitu siswa
kelas VII semester ganjil SMP Negeri 1 Terbanggi Besar. Dalam penelitian ini
sampel diambil tiga kelas.
Pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu
Cluster Random Sampling. Pengumpulan data penelitian ini yaitu :Wawancara,
Observasi, Tes, Dokumentasi. Instrumen dalam penelitian ini berbentuk
tes.Untuk mengukur kemampuan berfikir kritis matematis, Sebelum digunakan
instrument diuji kelayakan terlebih dahulu dengan menentukan Uji Validitas, Uji
Tingkat Kesukaran, Uji Daya Pembeda, Uji Reliabilitas . Teknik Analisis Data Uji
Prasyarat Uji Normalitas yang digunakan peneliti adalah uji Liliefors. Dan Uji
Homogenitas yang digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian
mempunyai variansi yang sama atau tidak menggunakan uji Bartlet . Uji hipotesis
dalam penelitian ini adalah dengan ANOVA satu arah, karena untuk mengetahui
ada atau tidaknya perbedaan nilai antara tiga kelompok eksperimen. Adapun alur
penelitian ini debagai berikut :
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, data nilai kemampuan berpikir kritis matematis
diperoleh dengan melakukan uji coba tes kemampuan berpikir kritis matematis
yang terdiri dari 8 soal uraian tentang himpunan, pada peserta didik diluar kelas
populasi sampel penelitian yang sudah memperoleh materi pembelajaran tersebut.
Uji coba dilakukan pada oleh 30 peserta didik kelas VII C SMP N 1 Terbanggi
Besar pada tanggal 13 Agustus 2020. Data hasil uji coba tersebut dianalisis untuk
mengetahui karakteristik tiap butir soal yang meliputi uji validitas, tingkat
kesukaran, daya beda dan uji reliabilitas.
Pengambilan data kemampuan berpikir kritis matematis dilakukan setelah
proses pembelajaran pada materi bilangan pecahan. Setelah data kemampuan
berpikir kritis matematis dikumpulkan, kemudian data tersebut digunakan untuk
menguji hipotesis penelitian.
Tabel 1
Data nilai kemampuan berpikir kritis matematis
Kelas ( X maks) ( X min ) Ukuran Tendensi Ukuran Variasi
Sentral Kelas
x́ M0 Me R Sd
Eksperimen 1 100 60,00 78,65 75,00 81,25 27,50 7,71
Eksperimen 2 100 60,00 80,40 86,25 82,50 30,00 8,26
Kontrol 100 52,50 67,70 75,00 67,50 27,50 7,06

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, diketahui bahwa terdapat perbedaan nilai rata-
rata kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Kelas eksperimen 2 memiliki rata-rata kemampuan berpikir kritis
matematis lebih tinggi dari kelas eksperimen 1dankelas kontrol. Hasil perhitungan
selengkapnya deskripsi data amatan kemampuan berpikir kritis matematis.
Uji yang digunakan untuk menguji hipotesis statistik dalam penelitian ini
adalah uji-t. Adapun persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi sebelum
meggunakan uji-t Uji normalitas dan Uji homogenitas Rangkuman analisis
perhitungan analisis variansi satu jalan dengan sel tak sama disajikan pada Tabel 6
berikut :
Tabel 2
Rangkuman Analisis Variansi Satu Jalan Sel Tak Sama
Sumber JK DK RK Fhitung Ftabel
Model 2368,79 2 1184,396 20,01 3,12
Pembelajaran
Galat 4260,38 72 59,17
Total 6629,17 74

Dari perhitungan pengujian analisis data yang telah dilakukan diperoleh


F hitung =20,01 F tabel lihat pada tabel F (Dk 1 = 2) dan (Dk 2 = 74) sehingga
diperoleh F tabel=3,12 . Kemudian F hitung tersebut dibandingkan dengan F tabel nilai
20,01>¿3,12 maka berarti hipotesis H 0 ditolak artinya ketiga pembelajaran
5

memberikan pengaruh yang tidak sama terhadap kemampuan berpikir kritis


matematis peserta didik. Untuk melihat manakan pembelajaran yang secara
signifikan memberikan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
kemampuan berpikir kritis matematis, maka dilakukan uji lanjut pasca anava.
Setelah diperoleh hasil analisis variansi satu jalandengan sel tak sama,
langkah selanjutnya adalah uji komparasi ganda. Uji komparasi ganda bertujuan
untuk mengetahui pembelajaran manakah yang lebih signifikan memberikan
pengaruh yang berbeda terhadap kemampuan berpikir kritis matematis. Uji lanjut
pasca anava menggunakan metode scheffe’. Hasil perhitungannya dapat dilihat
pada Tabel berikut.
Tabel 3
Hasil Perhitungan Uji Komparasi Ganda
H0 Mean Difference F hitung F tabel Keputusan Uji

μ1 Vs μ 2 -2,94 1,596451 6,24 H 0diterima


μ1 Vs μ 3 9,76 17,59383 6,24 H 0 ditolak
μ2 Vs μ 3 12,70 29,78985 6,24 H 0 ditolak
Berdasarkan hasil uji komparasi ganda pada masing-masing pembelajaran,
dengan taraf signifikansi 0,05 deiperoleh kesimpulan sebagai berikut :
a. Pada H 0 :μ 1=μ2 diterima, berarti tidak terdapat perbedaan antara
pembelajaran Treffinger dengan pembelajaran treffinger berbantuan media
audio visual terhadap kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik.
Dengandemikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran treffinger dan
pembelajaran treffinger berbantuan media audio visual memberikan hasil
yang sama baiknya terhadap kemampuan berpikir kritis matematis peserta
didik.
b. Pada H 0 :μ 1=μ3 ditolak, berarti terdapat perbedaan antara pembelajaran
treffinger dengan pembelajarn konvensional berbantuan media audio visual
terhadap kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik. Dengan
membandingkan F hitung dengan daerah kritis, tampak bahwa perbedaan yang
signifikan antara μ1 dan μ 3 , karenarerata untuk pembelajarantreffinger lebih
tinggi dari rerata untuk pembelajaran konvensional berbantuan media audio
visual. Dengan demikian diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran
treffinger memberikan kemampuan berpikir kritis yang lebih baik
dibandingkan pembelajaran konvensional berbantuan media audio visual.
c. Pada H 0 :μ 2=μ3 ditolak, berarti terdapat perbedaan anatar modell
pembelajaran treffinger berbantuan media audio visual dengan pembelajaran
konvensional berbantuan media audio visual terhadap kemampuan berpikir
kritis matematis peserta didik. Dengan membandingkan F hitung dengan daerah
kritis, tampak terdapat perbedaan yang signifikan antara μ2 dan μ 3. Karena
rerata untuk pembelajaran treffinger berbantuan media audio visual lebih
tinggi dari rerata pembelajaran konvensional berbantuan media audio visual
terhadap kemampuan berpikiri kritis matematis, maka dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran treffinger berbantuan media audio visual memberikan
6

kemampuan berpikir kritis matematis yang lebih baik dibandingkan dengan


pembelajaran konvensional berbantuan media audio visual.

Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji analisis variansi


satu jalan dengan sel tak sama yang telah dilakukan sebelumnya, diperoleh
kesimpulan bahwasannya terdapat pengaruh pembelajaran treffinger,
pembelajaran treffinger berbantuan media audio visual, daan pembelajaran
konvensional berbantuan media audio visual terhadap kemampuan berpikir kritis
matematis peserta didik. Untuk mengetahui pembelajaran manakah yang lebih
baik, peneliti melakukan uji komparasi ganda menggunakan metode Scheffe’
pada masing-masing keompok sampel. Berikut pembahasanhasil analisis uji
Scheffe’:
1. Model Pembelajaran Treffinger dan Pembelajaran Treffinger Berbantuan
Media Audio Visual Berupa Video Interaktif
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Scheffe’, diperoleh
keputusan bahwa tidak ada perbedaan antara pembelajaran treffinger dengan
pembelajaran treffinger berbantuan media audio visual terhadap kemampuan
berpikir kritis matematis peserta didik. Melihat lebih jauh mengenai dua
pembelajaran treffinger yang peneliti gunakan dalam penelitian ini,
diharapkan pembelajaran treffinger dengan berbantuan media audio visual
kemampuan berpikir kritis matematis yang baik, karena dengan bantuan media
audio visual penyampaian materi menjadi lebih menarik. Banyak konsep-
konsep dalam matematika yang tidak dapat dituangkan secara langsung dalam
pembelajaran namun mampu dijelaskan dengan bantuan media audio visual.
Penggunaan media audio visual selain untuk memperdalam pemahaman
peserta didik juga sebagai alat bantu untuk memvisualisasikan konstruksi
konsep pecahan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga akan
membuat peserta didik lebih mudah mengingat materi pelajaran tersebut.
Berikut ini Tahapan Pembelajaran Treffinger:
7

Namun berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan saat


pembelajaran jarak jauh, kelas yang menggunakan pembelajaran treffinger
saja juga mempunyai hak yang sama seperti kelas yang menggunakan
pembelajaran treffinger berbantuan media audio visual berupa video interaktif
yaitu, sama-sama bisa membuka materi kapan saja dan dimana saja selagi
memiliki koneksi internet. Tetapi kelas yang menggunakan pembelajaran
treffinger saja bisa cepat jenuh saatmembuka materi tersebut,karna
tampilannya yang kurang menarik hanya berupa tulisan biasa sehingga
membuat peserta didik lebih sulit memahami konsep pecahan dalam
kehidupan sehari-hari dibandingkan dengan kelas yang menggunakan
pembelajaran treffinger berbantuan media audio visual berupa video interaktif
yang lebih mudah memvisualisasikan konsep pecahan mateatika dalam
kehidupan sehari-hari. Hal tersebut diataslah yang menyebabkan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2
terhadap kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik. Dengan kata lain
kedua tersebut memberikan hasil yang sama terhadap kemampuan berpikir
krtis matematis peserta didik.
2. Model Pembelajaran Treffinger Dan Pembelajaran Konvensional
Berbantuan Media Audio Visual Berupa Video Interaktif
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Scheffe’, diperoleh
keputusan bahwa terdapat perbedaan antara pembelajaran treffinger dengan
pembelajaran konvensional berbantuan media audio visual terhadap
kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik. Hal tersebut dapat dilihat
dari perbedaan rata-rata marginal yang diperoleh dari masing-masing
kelompok kelas. Pada kelas dengan penerapan pembelajaran treffinger
diperoleh nilai rata-rata marginalnya adalah 78,65 sedangkan kelas dengan
penerapan pembelajaran konvensional berbantuan media audio visual berupa
video interaktif diperoleh niai rata-rata yaitu 67,70 .
Dari data tersebut terlihat bahwa pembelajaran treffinger
menghasilkan rata-rata yang lebih tinggi dari pembelajaran konvensional
berbantuan video interaktif. Hal ini dikarenakan pembelajaran treffinger
mempunyai kelebihan yaitu meningkatkan kemampuan berpikir kritis
matematis peserta didik memberikan pemahaman lebih mendalam tentang
konsep-konsep matematika yang sulit.
Hal tersebut di atas lah yang menyebabkan adanya perbedaan adanya
pembelajaran treffinger dengan pembelajaran konvensional berbanbtuan
video interaktif terhadap kemampuan berpikir krtis matematis peserta didik,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran treffinger memberikan
kemampuan berpikir kritis yang lebih baik dibandingkan pembelajaran
konvensional berbantuan video interaktif.
3. Model Pembelajaran Treffinger Berbantuan Media Audio Visual Berupa
Video Interaktif Dengan Embelajaran Konvensional Berbantuan
Mediaaudio Visual Berupa Video Interaktif
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Scheffe’, diperoleh
keputusan bahwa terdapat perbedaan antara pembelajaran treffinger
8

berbantuan video interaktif denganmodel pembelajaran konvensional


berbantuan video interaktif terhadap kemampuan berpikir kritis matematis
peserta didik. Hal tersebut dapat dilihat dari perbedaan rata-rata marginal
yang diperoleh dari masing-masing kelompok kelas. Pada kelas dengan
penerapan pembelajaran treffinger berbantuan video interaktif adalah 80,40
sedangkan kelas dengan penerapan konvesional berbantuan video interaktif
diperoleh nilai rata-rata 67,70.
Dari data tersebut terlihat bahwa pembelajaran treffinger berbantuan
video interaktif menghasilkan rata-rata yang lebih tinggi dari pembelajaran
konvesional berbantuan video interaktif. Tidak jauh berbeda dengan
pembelajaran treffinger saja, pembelajaran treffinger berbantuan video
interaktif dapat memperdalam kemampuan berpikir kritis matematis peserta
didik dalam menyesesaikan masalah matematika juga sebagai alat bantu
untuk memvisualisasikan konstruksi konsep pecahan dalam matematika,
sehingga membuat peserta didik lebih mudah,mengingat materi pelajaran
tersebut. Berikut Langkah-Langkah Pembelajaran Treffinger:

Hal tersebut di atas lah yang menyebabkan adanya perbedaan antara pembelajaran
treffinger berbantuan mvideo interaktif dengan pembelajaran konvensional
berbanbtuan video interaktif terhadap kemampuan berpikir krtis matematis peserta
didik, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran treffinger berbantuan
video interaktif memberikan kemampuan berpikir kritis yang lebih baik
dibandingkan pembelajaran konvensional berbantuan video interaktif. Seperti
penelitiain sebelumnya dengan pembelajaran Treffinger yang baik digunakan
Pencapaian akhir kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah dalam setting mode
Treffinger lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran biasa.Selain
itu, pencapaian akhir kejujuran siswa yang mendapatkan pembelajaran (Rochaya
et al., 2019). Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan
pembelajaran treffinger mencapai pembelajaran kelengkapan, baik secara individu
maupun klasik dan (Ulya & Rahayu, 2017) terhadap komunikasi matematis. Dan
terhadap kemampuan berpikir kreatif pembelajaran Treffinger mendapat respon
positif dari siswa (Muliyani et al., 2017).
9

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan analisis data dan pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa
terdapat pengaruh pembelajaran Treffinger berbantuan media audio visual berupa
video interaktif terhadap kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik.
Berdasarkan hasilkomparasi ganda dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
Treffinger sama baiknya dengan pembelajaran Trreffinger berbantuan media
audio visual berupa video interaktif dan kedua pembelajaran tersebut lebih baik
dengan pembelajaran konvensional berbantuan video interaktif. Sekalipun peneliti
mengemukakan saran sebagai berikut:
Dari hasil penelitian ini, diperoleh bahwa Treffinger berbantuan media audio
visual berupa video interaktifdapat menghasilkan kemampuan berpikir kritis
matematis peserta didik yang lebih baik dibandingkan pembelajaran
konvensionalberbantuan video interaktif. Oleh karena itu pembelajaran ini dapat
dijadikan alternatif bagi guru dalam pembelajaran di kelas atau saat daring,
sehingga dapat menghasilkan kemampuan berpikir kritis matematis yang lebih
baik lagi. Bagi para peneliti lain , diharapkan para peneliti dapat mengembangkan
penelitian untuk variabel atau pembelajaran lain yang sejenis sehingga dapat
menambah wawasan dan kualitas pendidikan yang lebih baik, terkhusus pada
mata pelajaran matematika. Dan peneliti selanjututnya bias menjadikan penelitian
ini sebagai referensi.

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, F. (2014). Etika Bisnis Islam: Konsep dan Implementasi pada Pelaku
Usaha Kecil. Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah, 6(1), 133–142.

Ardi, M. (2015). Diskursus Etika Bisnis Islam dalam Dinamika Bisnis


Kontemporer. An-Nisbah: Jurnal Ekonomi Syariah, 1(2), 47–68.

Asmawati, E. Y. (2015). Lembar kerja siswa (LKS) menggunakan model guided


inquiry untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan
konsep siswa. Jurnal Pendidikan Fisika, 3(1).

Azis, A. (2015). Menulis Poster dan Slogan Melalui Penerapan Metode


Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning): Suatu
Alternatif Peningkatan Keterampilan Menulis. Semantik, 1(1).

Budiarti, Y. (2015). Pengembangan kemampuan kreativitas dalam pembelajaran


IPS. Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro, 3(1), 61–72.

Fadhli, M. (2016). Pengembangan media pembelajaran berbasis video kelas iv


sekolah dasar. Jurnal Dimensi Pendidikan Dan Pembelajaran, 3(1), 24–
33.
10

Hasanah, U., Gummah, S., & Herayanti, L. (2018). Perbedaan hasil kemampuan
berpikir kritis dan berpikir kreatif siswa menggunakan handout berbasis
pemecahan masalah. Prisma Sains: Jurnal Pengkajian Ilmu Dan
Pembelajaran Matematika Dan IPA IKIP Mataram, 6(1), 38–45.

Hendarwati, E. (2013). Pengaruh pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar


melalui metode inkuiri terhadap hasil belajar siswa SDN I Sribit Delanggu
pada pelajaran IPS. PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan, 2(1), 59–70.

Herlinda, S., Hidayat, S., & Djumena, I. (2017). Manajemen pelatihan hantaran
dalam meningkatkan kecakapan hidup warga belajar di Lembaga Kursus
dan Pelatihan. Journal of Nonformal Education and Community
Empowerment, 1(1), 1–9.

Hidayat, T. (2019). Analisis Kesalahan Konsep dan Kesalahan Prosedur Dalam


Menyelesaikan Soal Bangun Ruang Sisi Datar. Jurnal Equation: Teori
Dan Penelitian Pendidikan Matematika, 2(2), 105–115.

Inah, E. N. (2015). Peran komunikasi dalam interaksi guru dan siswa. Al-Ta’dib,
8(2), 150–167.

Liberna, H. (2015). Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa


melalui penggunaan metode IMPROVE pada materi sistem persamaan
linear dua variabel. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 2(3).

Mahnun, N. (2012). Media pembelajaran (kajian terhadap langkah-langkah


pemilihan media dan implementasinya dalam pembelajaran). An-Nida’,
37(1), 27–34.

Metro, L. A. I., & Metro, A. L. I. (2020). Analisis Kondisi Sosial Ekonomi dan
Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Labuhan Mulya, Kecamatan Way
Serdang, Kabupaten Mesuji.

Mujib, & Mardiyah. (2017). Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Berdasarkan


Kecerdasan Multiple Intelligences. Al - Jabar : Jurnal Pendidikan
Matematika, 8(2).

Muliyani, M., Leny, L., & Suharto, B. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran
Treffinger terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Hasil Belajar
Hidrolisis Garam Siswa Kelas Xi Ipa Sma Negeri 5 Banjarmasin Tahun
Pelajaran 2016/2017. JCAE (Journal of Chemistry And Education), 1(1),
86–92.

Nugroho, D. R., & Rachman, A. (2013). Penerapan Model Pembelajaran


Kooperatif Tipe (Team Games Tournament) TGT Terhadap Motivasi
Siswa Mengikuti Pembelajaran Bolavoli di Kelas X SMAN 1 Panggul
11

Kabupaten Trenggalek. Jurnal Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan, 1(1),


161–165.

Pane, A., & Dasopang, M. D. (2017). Belajar dan pembelajaran. Fitrah: Jurnal
Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman, 3(2), 333–352.

Purnawanto, A. T. (2019). Pembelajaran PAI Berbasis High Order Thinking Skills


(HOTS). JURNAL PEDAGOGY, 12(1), 20–37.

Purwanti, S. (2015). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Dan Berpikir Kritis


Matematis Siswa Sekolah Dasar Dengan Model Missouri Mathematics
Project (MMP). TERAMPIL: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran
Dasar, 2(2), 253–266.

Rochaya, M., Fatah, A., & Rafianti, I. (2019). Pendekatan Pemecahan Masalah
Dalam Setting Model Treffinger Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif
Dan Kejujuran. Seminar & Conference Proceedings Of Umt.

Romadhon, B. F. (2018). Model Pendidikan Non Formal Lembaga Bimbingan


Belajar Mentari Ilmu 3 Kecamatan Sukun Kota Malang. J-Pips (Jurnal
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial), 5(1), 27–39.

Rosnawati, R. (2012). Berpikir kritis melalui pembelajaran matematika untuk


mendukung pembentukan karakter siswa. Makalah. Disampaikan Dalam
Seminar Nasional Pendidikan Di Universitas Sanada Dharma.

Santi, K. A. (2019). Penerapan Dauroh Al-Qur’an Bagi Siswi Kelas X Di


Madarasah Aliyah Raudhatul Ulum Sakatiga Indralaya. Raudhah Proud
To Be Professionals: Jurnal Tarbiyah Islamiyah, 4(1), 55–72.

Santoso, H., & Sos, S. (2015). Pengembangan berpikir kritis dan kreatif
pustakawan dalam penulisan karya ilmiah. Jurnal Univeritas Negeri
Malang. Hlm, 1–17.

Sesmiarni, Z. (2016). Model brain based teaching sebagai transformasi paradigma


pembelajaran di perguruan tinggi. Tadris: Jurnal Keguruan Dan Ilmu
Tarbiyah, 1(2).

Siswono, T. Y. E. (2016). Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif sebagai Fokus


Pembelajaran Matematika. Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan
Matematika, 11–26.

Solihah, S. (2019). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa


MTs dengan Menggunakan Metode Brain-Based Learning. Teorema:
Teori Dan Riset Matematika, 4(1), 55–64.
12

Suharsono, S., & Yogantara, I. W. L. (2020). PENERAPAN MODEL


PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA KELAS X DI SMA
NEGERI 1 UPAU. Sang Acharya: Jurnal Profesi Guru, 1(1), 1–11.

Tafonao, T. (2018). Peranan media pembelajaran dalam meningkatkan minat


belajar mahasiswa. Jurnal Komunikasi Pendidikan, 2(2), 103–114.

Ulya, H., & Rahayu, R. (2017). Pembelajaran Treffinger Berbantuan Permainan


Tradisional Congklak Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi
Matematis. Aksioma: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, 6(1),
48–55.

Utariyanti, I. F. Z., Wahyuni, S., & Zaenab, S. (2016). Pengembangan media


pembelajaran berbasis komik dalam materi sistem pernapasan pada siswa
kelas VIII MTs Muhammadiyah 1 Malang. JPBI (Jurnal Pendidikan
Biologi Indonesia), 1(3).
Winarti, W. (2016). Contextual Teaching and Learning (Ctl) Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Dan
Keilmuan (JPFK), 1(1), 1–8.

Winataputra, U. S., Delfi, R., Pannen, P., & Mustafa, D. (2014). Hakikat Belajar
dan Pembelajaran. Hakikat Belajar Dan Pembelajaran, 1–46.
13

Anda mungkin juga menyukai