Anda di halaman 1dari 13

Nama : Hilda Laili Oktabrian

NIM : 2110711024

Nama Kelompok : Kelompok 4

JENIS JENIS VAKSIN COVID-19 DI INDONESIA

LATAR BELAKANG

Vaksin merupakan zat atau substansi yang berfungsi membantu tubuh


melawan penyakit

tertentu. Tubuh yang sudah divaksin akan membentuk antibodi terhadap virus
tertentu.

Vaksin yang dibuat dari virus yang dilemahkan akan membantu tubuh mengenali
virus asli dan melatih sistem imun untuk melawannya.

Mikroba yang terkandung dalam vaksin akan berperan sebagai antigen. Zat ini
akan merangsang sistem imun tubuh agar menghasilkan antibodi yang bisa
melawan suatu penyakit.

Jika terpapar virus, tubuh bisa segera memproduksi limfosit atau antibodi yang
diproduksi imun tubuh. Antibodi tersebut kemudian akan menyerang virus
tersebut. Virus akan dihancurkan atau dinetralisasi oleh antibodi.

Vaksinasi sebagai upaya pencegahan primer yang sangat handal mencegah


penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi. Dengan prosedur vaksinasi yang
benar diharapkan akan di peroleh kekebalan yang optimal, penyuntikan yang
aman dan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi(KIPI) yang minimal.

Sebenarnya, sistem kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit bisa terbentuk secara
alami saat seseorang terinfeksi virus atau bakteri penyebabnya. Namun, infeksi
virus Corona memiliki risiko kematian dan daya tular yang tinggi. Oleh karena
itu, diperlukan cara lain untuk membentuk sistem kekebalan tubuh, yaitu
vaksinasi.

Vaksinasi Covid-19 dilakukan setelah kepastian keamanan dan keampuhannya


ada, merupakan upaya untuk menurunkan kesakitan dan kematian dan mendorong
terbentuknya kekebalan kelompok (herd imunity). Selain itu, vaksinasi Covid-19
bertujuan untuk melindungi dan memperkuat sistem kesehatan secara menyeluruh,
juga menjaga produktivitas dan mengurangi dampak sosial dan ekonomi
masyarakat.
ISI

Sebenarnya tidak perlu khawatir tentang vaksinasi Covid-19 karena


pemerintah telah menjamin vaksin yang kini diberikan kepada masyarakat. Aman
dan juga dapat memberikan banyak manfaat.

Mencegah terkena atau mengalami gejala Covid-19 berat, melindungi orang lain,
serta menghentikan penyebaran Covid-19 dan membantu melindungi generasi
selanjutnya.

Tidak berbeda jauh dengan obat atau vaksin baru pada umumnya, pembuatan
vaksin COVID-19 pun harus melalui berbagai penelitian dan tahap uji klinis yang
membutuhkan waktu lama, bahkan hingga bertahun-tahun. Penelitian ini
dilakukan dengan cara membandingkan efek vaksin COVID-19 dengan placebo.

Hal tersebut dilakukan untuk memastikan kualitas, efektivitas, dan keamanan


vaksin COVID-19 terhadap manusia. Berikut ini adalah beberapa langkah atau
proses uji klinis yang harus dilalui dalam pembuatan vaksin COVID-19:

1. Studi praklinis

Pada penelitian tahap awal ini, vaksin COVID-19 akan disuntikkan ke hewan
percobaan di laboratorium untuk mengetahui efektivitas dan keamanannya.
Selama riset tersebut, para peneliti juga akan mengkaji apakah vaksin layak
digunakan atau memiliki efek samping tertentu.

2. Uji klinis fase I

Pada tahap uji klinis fase I, vaksin disuntikkan ke beberapa sukarelawan yang
umumnya adalah orang dewasa dengan kondisi sehat. Hal ini dilakukan untuk
menguji keamanan vaksin COVID-19 dalam tubuh manusia. Jika dinyatakan
aman dan efektif, vaksin tersebut dapat memasuki uji klinis fase II.

3. Uji klinis fase II

Pada uji klinis fase II, pengujian vaksin COVID-19 dilakukan ke lebih banyak
sukarelawan, sehingga sampel yang diperoleh pun lebih beragam. Sampel ini akan
diteliti dan dikaji ulang oleh para peneliti terkait efektivitas, keamanan, dosis
vaksin yang tepat, serta respons sistem imun tubuh terhadap vaksin yang
diberikan.

4. Uji klinis fase III

Setelah lulus uji klinis fase II, vaksin akan memasuki tahap uji klinis fase III. Pada
penelitian ini, vaksin akan diberikan kepada lebih banyak orang dengan kondisi
yang lebih bervariasi.

Setelah itu, para peneliti akan memantau respons kekebalan tubuh para penerima
vaksin serta memantau apakah terdapat efek samping vaksin dalam jangka waktu
lebih panjang. Penelitian ini bisa memakan waktu hingga berbulan-bulan atau
bahkan bertahun-tahun.

Saat ini, penelitian terhadap vaksin COVID-19 di Indonesia sudah memasuki


tahap uji klinis fase III dengan melibatkan sekitar 1.620 sukarelawan.

5. Tahap IV setelah pengawasan pemasaran

Studi tahap ini dilakukan setelah vaksin dinyatakan aman dan efektif digunakan,
yaitu setelah lulus uji klinis fase sebelumnya. Pada tahap ini, vaksin sudah bisa
mendapatkan izin edar dari BPOM untuk diberikan kepada manusia.

Namun, karena masih tergolong jenis vaksin baru, berbagai penelitian dan
evaluasi masih tetap perlu dilakukan untuk menilai efek vaksin dalam jangka
panjang pada manusia.

Apabila vaksin COVID-19 yang kini tengah dikembangkan berhasil lulus uji
klinis, pembuatan vaksin COVID-19 pun akan diteruskan agar dapat segera
diberikan kepada masyarakat luas.

Untuk mendapatkan manfaat vaksin COVID-19 dengan optimal, WHO


menyarankan agar setidaknya 70% jumlah populasi di setiap negara mendapatkan
vaksin COVID-19. Ini artinya, setidaknya 180 hingga 200 juta penduduk
Indonesia perlu mendapatkan vaksin COVID-19 jika vaksin ini dinyatakan aman
dan efektif.
Tentang jenis-jenis vaksin yang telah disetujui oleh Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia dan sudah beredar untuk melayani vaksinasi masyarakat di
seluruh Indonesia

1. Vaksin Sinovac

- Nama Vaksin: CoronaVac

- Negara asal: China

- Bahan dasar: Virus Corona (SARS-CoV-2) yang telah dimatikan (inactivated


virus)

- Uji Klinis: Fase III (selesai)

- Lokasi: China, Indonesia, Brazil, Turki, Chile

- Usia peserta: 18-59 tahun

- Dosis: (0,5 ml per dosis) dengan jarak 14 hari

- Efikasi vaksin: 65,3% (di Indonesia), 91,25% (di Turki)

WHO dan FDA telah melakukan standarisasi Vaksin Sinovac yang telah
melampaui standar minimal 50% sesuai dengan yang ditetapkan WHO dan FDA.

Vaksin Sinovac juga sudah mendapatkan izin penggunaan darurat atau emergency
use of authorization (EUA) dari BPOM, serta sertifikasi halal dari Majelis Ulama
Indonesia (MUI).

Setelah vaksin ini disuntikan maka akan memicu sistem kekebalan tubuh atai
antibodi untuk melawan virus Corona secara spesifik.

Vaksin ini dapat dipastikan aman, sebab efek samping yang akan muncul hanya
bersifat ringan dan sementara.

Beberapa efek samping yang dapat kamu rasakan adalah:

- Nyeri otot
- Sakit kepala

Efek samping yang paling banyak dirasakan biasanya hanya akan muncul nyeri di
lokasi penyuntikan dan rata-rata akan hilang dalam waktu 3 hari.

2. Vaksin Merah Putih

Vaksin Merah Putih hasil kerjasama dengan Lembaga Biomolekuler Eijkman, PT


BioFarma yang saat ini masih terus melakukan pengembangan dan penelitian
terhadap vaksin Covid-19. Rencananya vaksin ini akan melakukan Uji klinis yang
akan dimulai pada bulan Juni 2021.

3. Vaksin Novavax

- Nama vaksin: NVX-CoV2372

- Negara asal: Amerika Serikat

- Bahan dasar: Protein Subunit

- Uji klinis: Fase III

- Lokasi: Inggris, Afrika Selatan, Meksiko

- Usia peserta: 18-59 tahun

- Dosis: 2 dosis (0,5 ml per dosis) dengan jarak 21 hari

- Efikasi vaksin: 85-89%

Protein subunit adalah protein yang dibuat khusus untuk meniru protein alami
pada virus Corona.

Setelah disuntik protein tersebut akan memicu reaksi antibodi untuk melawan
virus Corona dan mencegah infeksi.
Vaksin Novavax menunjukan hasil uji klinis yang cukup bagus, karena
menunjukan reaksi antibodi yang kuat tanpa menimbulkan efek samping yang
serius.

Uji klis fase 3 dilakukan akan perkirakan akan selesai dalam waktu dekat untuk
memastikan keefektifan vaksin Novavax.

4. Vaksin Oxford-AstraZeneca

- Nama vaksin: AZD1222

- Negara asal: Inggris

- Bahan dasar: virus hasil rekayasa genetika (viral vector)

- Uji klinis: fase III (hampir selesai)

- Lokasi: Inggris, Amerika, Afrika Selatan, Colombia, Peru ,Argentina

- Usia peserta: >18 tahun hingga >55 tahun

- Dosis: 2 dosis (0,5 ml per dosis) dengan jarak 4–12 minggu

- Efikasi vaksin: 75%

Vaksin ini tidak jauh berbeda dengan vaksin Sinovac, vaksin AstraZeneca juga
sudah terbukti aman dan efektif dalam mengurangi risiko ternfeksi virus Corona.

Vaksin ini tidak mengandung virus yang berbahaya, setelah disuktikan, virus dari
vaksin ini akan masuk kedalam sel tubuh, dan akan memicu sistem antibodi dan
mengaktifkan sel imun yang dapat melawan virus Corona.

Sebagian besar efek samping hanya bersifat ringan hingga sedang dan akan
sembuh dalam waktu beberapa hari saja.

Beberapa jenis efek samping yang paling banyak dialami adalah:

- Nyeri otot
- Kemerahan

- Gatal

- Bengkak di lokasi penyuntikan

- Demam

- Lelah

- Menggigil

- Sakit kepal

- Mual

- Muntah

- Radang tenggorokan

- Flu

- Batuk

Sementara itu, gejala yang lebih jarang terjadi, yaitu hanya ≤1%, adalah pusing,
nafsu makan turun, sakit perut, pembesaran kelenjar getah bening, keringat
berlebihan, kulit gatal, dan muncul ruam.

5. Vaksin Moderna

- Nama Vaksin: mRNA-1273

- Negara asal: Amerika Serikat

- Bahan dasar: messenger RNA (mRNA)

- Uji klinis: fase III (selesai)

- Lokasi: Amerika Serikat

- Usia peserta: >18 tahun hingga >55 tahun

- Dosis: 2 dosis (0,5 ml per dosis) dengan jarak 28 hari


- Efikasi vaksin: 94,1%

Amerika Serikat telah memberika izin penggunaan darurat vaksin Moderna. Yang
membedakan dari beberapa vaksin diatas adalah bahan dasar yang digunakan.
Vaksin ini menggunakan salah satu bahan genetik virus (mRNA).

Vaksin ini bekerja dengan cara mengarahkan sel tubuh untuk memproduksi
protein yang berbentuk sama seperti protein pada virus Corona. Selanjutnya sel-
sel yang ada ditubuh kita akan menghasilkan antibodi untuk melawan protein
tersebut, antibodi inilah yang akan melindungi tubuh dari virus Corona.

Pada uji klinis, efek samping yang terjadi pada 50% peserta berupa:

- Kelelahan

- Sakit kepala

- Nyeri otot dan sendi

- Nyeri dilokasi penyuntikan

- Bengkak

- Kemerahan

Efek samping biasanya akan hilang dalam waktu 2 hari dan hanya bersifat ringan
hingga sedang

6. Vaksin Pfizer-BioNTech

- Nama vaksin: BNT162b2

- Negara asal: Amerika Serikat

- Bahan dasar: messenger RNA (mRNA)

- Uji klinis: fase III (selesai)

- Lokasi: Amerika Serikat, Jerman, Turki, Afrika - Selatan, Brazil, Argentina


- Usia peserta: >16 tahun hingga >55 tahun

- Dosis: 2 dosis (0,3 ml per dosis) dengan jarak 3 minggu

- Efikasi vaksin: 95%

Meski menggunakan bahan dasar yang sama, hasil uji klinis fase 3 vaksin Pfizer
sedikit lebih tinggi daripada vaksin Moderna. Namun, terlepas dari perbedaan
efikasi vaksin Moderna dan vaksin Pfizer, kedua vaksin COVID-19 ini secara
umum memiliki tingkat keamanan dan efek samping yang hampir sama.

7. Vaksin Sinopharm

- Nama Vaksin: BBIBP-CorV

- Negara asal: China

-Bahan dasar: virus Corona yang dimatikan (inactivated virus)

- Uji klinis: fase III (selesai)

- Lokasi: China, Uni Emirat Arab, Maroko, Mesir, - Bahrain, Jordan, Pakistan,
Peru, Argentina

- Usia peserta: 18–85 tahun

- Dosis: 2 dosis (0,5 ml per dosis) dengan jarak 21 hari

- Efikasi vaksin: 79,34% (di Uni Emirat Arab)

Cara kerja vaksin Sinopharm sama dengan vaksin Sinovac, yaitu memicu sistem
kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi terhadap virus Corona
menggunakan virus yang telah dimatikan.

Vaksin ini juga telah melewati uji klinis fase 3 dan mendapatkan izin penggunaan
darurat dari otoritas kesehatan di China dan Arab. Sejauh ini, pemberian vaksin
Sinopharm aman dan tidak menimbulkan efek samping yang serius.
Tenaga medis akan menjadi kelompok prioritas yang mendapatkan vaksin
COVID-19. Setelah itu, petugas pelayan publik, lansia, dan masyarakat luas.
bukan hanya sehat, sebaiknya perhatikan beberapa persyaratan yang perlu
dimetahui sebelum menerima vaksin.

1. Tidak memiliki penyakit kronis, seperti penyakit jantung, autoimun, ginjal


kronis, rematik autoimun, penyakit saluran pencernaan kronis, hipertiroid
atau hipotiroid, serta penyakit kanker.
2. Tidak sedang mengalami infeksi akut yang disertai dengan demam, batuk,
pilek, diare, dan lain-lain.
3. Tidak sedang hamil.
4. Tidak memiliki anggota keluarga yang menjadi pasien COVID-19 atau
sedang dalam perawatan COVID-19.
5. Jika saat skrining kesehatan, kamu mengalami demam atau suhu tubuh
diatas 37,5 derajat Celsius, maka vaksinasi akan ditunda. Kamu akan
diminta untuk melakukan pemeriksaan terkait gejala yang dialami dan
mengunjungi pos kesehatan yang sama. Jika penyebabnya bukan COVID-
19 dan suhu sudah kembali normal, maka vaksinasi bisa dilakukan dengan
melakukan skrining terlebih dahulu.
6. Pengidap diabetes tipe 2 terkontrol dan HbA1C di bawah 58 mmol/mol
atau 7,5 persen dapat diberikan vaksinasi COVID-19.
7. Jika kamu memiliki penyakit paru, seperti asma, PPOK, atau TBC, maka
vaksinasi akan ditunda hingga kondisi kamu dapat dinyatakan baik.
8. Untuk pengidap TBC yang masih dalam perawatan, vaksinasi dapat
diberikan setelah dua minggu menerima obat antituberkulosis.
9. Apabila saat skrining kesehatan kamu memiliki tekanan darah di atas atau
sama dengan 180/110, artinya vaksinasi tidak dapat diberikan.
10. Penyintas COVID-19 bisa mendapatkan vaksinasi minimal tiga bulan
setelah sembuh.
PENUTUP

Pemerintah sudah mengupayakan dan menyediakan vaksinasi di Indonesia secara


gratis dan menyeluruh, diharapkan seluruh masyarakat Indonesia tidak perlu takut
dan ragu akan kandungan serta keamanan vaksin itu sendiri.

Agar Covid-19 di Indonesia cepat segera pulih dan semua orang dapat hidup
normal kembali.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.diskes.baliprov.go.id/yuk-kenali-lebih-jauh-vaksinasi-covid-19/

https://kesehatan.kontan.co.id/news/pengertian-vaksin-dan-cara-kerjanya-
terhadap-tubuh

https://www.cairin.id/blog/article/87ea49bd57a943ce810b5c7c5c5181e0/Mau-
Vaksin?-Kenali-Dulu-Jenis-jenis-Vaksin-Covid-19-yang-Digunakan-di-Indonesia

https://health.kompas.com/read/2021/06/27/120400768/4-manfaat-vaksin-covid-
19-yang-perlu-dipahami?
page=all&jxconn=1*1mewd77*other_jxampid*ZHlkbmduNTNteFNnRjFrY0p3T
zdGSDBEdFZqZFJIQWl1Y2pLSVY1VzUzblBnLUhwYTlhV0VhakNSUmRfW
nNZQg..#page2

https://www.alodokter.com/mengetahui-tahap-pembuatan-vaksin-covid-19

Anda mungkin juga menyukai