NIM : 2110711024
LATAR BELAKANG
tertentu. Tubuh yang sudah divaksin akan membentuk antibodi terhadap virus
tertentu.
Vaksin yang dibuat dari virus yang dilemahkan akan membantu tubuh mengenali
virus asli dan melatih sistem imun untuk melawannya.
Mikroba yang terkandung dalam vaksin akan berperan sebagai antigen. Zat ini
akan merangsang sistem imun tubuh agar menghasilkan antibodi yang bisa
melawan suatu penyakit.
Jika terpapar virus, tubuh bisa segera memproduksi limfosit atau antibodi yang
diproduksi imun tubuh. Antibodi tersebut kemudian akan menyerang virus
tersebut. Virus akan dihancurkan atau dinetralisasi oleh antibodi.
Sebenarnya, sistem kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit bisa terbentuk secara
alami saat seseorang terinfeksi virus atau bakteri penyebabnya. Namun, infeksi
virus Corona memiliki risiko kematian dan daya tular yang tinggi. Oleh karena
itu, diperlukan cara lain untuk membentuk sistem kekebalan tubuh, yaitu
vaksinasi.
Mencegah terkena atau mengalami gejala Covid-19 berat, melindungi orang lain,
serta menghentikan penyebaran Covid-19 dan membantu melindungi generasi
selanjutnya.
Tidak berbeda jauh dengan obat atau vaksin baru pada umumnya, pembuatan
vaksin COVID-19 pun harus melalui berbagai penelitian dan tahap uji klinis yang
membutuhkan waktu lama, bahkan hingga bertahun-tahun. Penelitian ini
dilakukan dengan cara membandingkan efek vaksin COVID-19 dengan placebo.
1. Studi praklinis
Pada penelitian tahap awal ini, vaksin COVID-19 akan disuntikkan ke hewan
percobaan di laboratorium untuk mengetahui efektivitas dan keamanannya.
Selama riset tersebut, para peneliti juga akan mengkaji apakah vaksin layak
digunakan atau memiliki efek samping tertentu.
Pada tahap uji klinis fase I, vaksin disuntikkan ke beberapa sukarelawan yang
umumnya adalah orang dewasa dengan kondisi sehat. Hal ini dilakukan untuk
menguji keamanan vaksin COVID-19 dalam tubuh manusia. Jika dinyatakan
aman dan efektif, vaksin tersebut dapat memasuki uji klinis fase II.
Pada uji klinis fase II, pengujian vaksin COVID-19 dilakukan ke lebih banyak
sukarelawan, sehingga sampel yang diperoleh pun lebih beragam. Sampel ini akan
diteliti dan dikaji ulang oleh para peneliti terkait efektivitas, keamanan, dosis
vaksin yang tepat, serta respons sistem imun tubuh terhadap vaksin yang
diberikan.
Setelah lulus uji klinis fase II, vaksin akan memasuki tahap uji klinis fase III. Pada
penelitian ini, vaksin akan diberikan kepada lebih banyak orang dengan kondisi
yang lebih bervariasi.
Setelah itu, para peneliti akan memantau respons kekebalan tubuh para penerima
vaksin serta memantau apakah terdapat efek samping vaksin dalam jangka waktu
lebih panjang. Penelitian ini bisa memakan waktu hingga berbulan-bulan atau
bahkan bertahun-tahun.
Studi tahap ini dilakukan setelah vaksin dinyatakan aman dan efektif digunakan,
yaitu setelah lulus uji klinis fase sebelumnya. Pada tahap ini, vaksin sudah bisa
mendapatkan izin edar dari BPOM untuk diberikan kepada manusia.
Namun, karena masih tergolong jenis vaksin baru, berbagai penelitian dan
evaluasi masih tetap perlu dilakukan untuk menilai efek vaksin dalam jangka
panjang pada manusia.
Apabila vaksin COVID-19 yang kini tengah dikembangkan berhasil lulus uji
klinis, pembuatan vaksin COVID-19 pun akan diteruskan agar dapat segera
diberikan kepada masyarakat luas.
1. Vaksin Sinovac
WHO dan FDA telah melakukan standarisasi Vaksin Sinovac yang telah
melampaui standar minimal 50% sesuai dengan yang ditetapkan WHO dan FDA.
Vaksin Sinovac juga sudah mendapatkan izin penggunaan darurat atau emergency
use of authorization (EUA) dari BPOM, serta sertifikasi halal dari Majelis Ulama
Indonesia (MUI).
Setelah vaksin ini disuntikan maka akan memicu sistem kekebalan tubuh atai
antibodi untuk melawan virus Corona secara spesifik.
Vaksin ini dapat dipastikan aman, sebab efek samping yang akan muncul hanya
bersifat ringan dan sementara.
- Nyeri otot
- Sakit kepala
Efek samping yang paling banyak dirasakan biasanya hanya akan muncul nyeri di
lokasi penyuntikan dan rata-rata akan hilang dalam waktu 3 hari.
3. Vaksin Novavax
Protein subunit adalah protein yang dibuat khusus untuk meniru protein alami
pada virus Corona.
Setelah disuntik protein tersebut akan memicu reaksi antibodi untuk melawan
virus Corona dan mencegah infeksi.
Vaksin Novavax menunjukan hasil uji klinis yang cukup bagus, karena
menunjukan reaksi antibodi yang kuat tanpa menimbulkan efek samping yang
serius.
Uji klis fase 3 dilakukan akan perkirakan akan selesai dalam waktu dekat untuk
memastikan keefektifan vaksin Novavax.
4. Vaksin Oxford-AstraZeneca
Vaksin ini tidak jauh berbeda dengan vaksin Sinovac, vaksin AstraZeneca juga
sudah terbukti aman dan efektif dalam mengurangi risiko ternfeksi virus Corona.
Vaksin ini tidak mengandung virus yang berbahaya, setelah disuktikan, virus dari
vaksin ini akan masuk kedalam sel tubuh, dan akan memicu sistem antibodi dan
mengaktifkan sel imun yang dapat melawan virus Corona.
Sebagian besar efek samping hanya bersifat ringan hingga sedang dan akan
sembuh dalam waktu beberapa hari saja.
- Nyeri otot
- Kemerahan
- Gatal
- Demam
- Lelah
- Menggigil
- Sakit kepal
- Mual
- Muntah
- Radang tenggorokan
- Flu
- Batuk
Sementara itu, gejala yang lebih jarang terjadi, yaitu hanya ≤1%, adalah pusing,
nafsu makan turun, sakit perut, pembesaran kelenjar getah bening, keringat
berlebihan, kulit gatal, dan muncul ruam.
5. Vaksin Moderna
Amerika Serikat telah memberika izin penggunaan darurat vaksin Moderna. Yang
membedakan dari beberapa vaksin diatas adalah bahan dasar yang digunakan.
Vaksin ini menggunakan salah satu bahan genetik virus (mRNA).
Vaksin ini bekerja dengan cara mengarahkan sel tubuh untuk memproduksi
protein yang berbentuk sama seperti protein pada virus Corona. Selanjutnya sel-
sel yang ada ditubuh kita akan menghasilkan antibodi untuk melawan protein
tersebut, antibodi inilah yang akan melindungi tubuh dari virus Corona.
Pada uji klinis, efek samping yang terjadi pada 50% peserta berupa:
- Kelelahan
- Sakit kepala
- Bengkak
- Kemerahan
Efek samping biasanya akan hilang dalam waktu 2 hari dan hanya bersifat ringan
hingga sedang
6. Vaksin Pfizer-BioNTech
Meski menggunakan bahan dasar yang sama, hasil uji klinis fase 3 vaksin Pfizer
sedikit lebih tinggi daripada vaksin Moderna. Namun, terlepas dari perbedaan
efikasi vaksin Moderna dan vaksin Pfizer, kedua vaksin COVID-19 ini secara
umum memiliki tingkat keamanan dan efek samping yang hampir sama.
7. Vaksin Sinopharm
- Lokasi: China, Uni Emirat Arab, Maroko, Mesir, - Bahrain, Jordan, Pakistan,
Peru, Argentina
Cara kerja vaksin Sinopharm sama dengan vaksin Sinovac, yaitu memicu sistem
kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi terhadap virus Corona
menggunakan virus yang telah dimatikan.
Vaksin ini juga telah melewati uji klinis fase 3 dan mendapatkan izin penggunaan
darurat dari otoritas kesehatan di China dan Arab. Sejauh ini, pemberian vaksin
Sinopharm aman dan tidak menimbulkan efek samping yang serius.
Tenaga medis akan menjadi kelompok prioritas yang mendapatkan vaksin
COVID-19. Setelah itu, petugas pelayan publik, lansia, dan masyarakat luas.
bukan hanya sehat, sebaiknya perhatikan beberapa persyaratan yang perlu
dimetahui sebelum menerima vaksin.
Agar Covid-19 di Indonesia cepat segera pulih dan semua orang dapat hidup
normal kembali.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.diskes.baliprov.go.id/yuk-kenali-lebih-jauh-vaksinasi-covid-19/
https://kesehatan.kontan.co.id/news/pengertian-vaksin-dan-cara-kerjanya-
terhadap-tubuh
https://www.cairin.id/blog/article/87ea49bd57a943ce810b5c7c5c5181e0/Mau-
Vaksin?-Kenali-Dulu-Jenis-jenis-Vaksin-Covid-19-yang-Digunakan-di-Indonesia
https://health.kompas.com/read/2021/06/27/120400768/4-manfaat-vaksin-covid-
19-yang-perlu-dipahami?
page=all&jxconn=1*1mewd77*other_jxampid*ZHlkbmduNTNteFNnRjFrY0p3T
zdGSDBEdFZqZFJIQWl1Y2pLSVY1VzUzblBnLUhwYTlhV0VhakNSUmRfW
nNZQg..#page2
https://www.alodokter.com/mengetahui-tahap-pembuatan-vaksin-covid-19