Anda di halaman 1dari 6

LECTURE NOTES (1709-PJK-09-01)

PPH PASAL 25
Oleh: Ai Annisaa Utami, S.Pd., M.Sc.

Tujuan Pembelajaran:

Setelah mempelajari bagian ini, Anda diharapkan telah mampu untuk menjelaskan PPh

Pasal 25.

Pengertian

Pajak penghasilan pasal 25 mengatur tentang besarnya angsuran pajak dalam tahun

pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan.

Cara Menghitung Besarnya Angsuran Pajak

Besarnya angsuran pajak adalah sebesar Pajak Penghasilan yang terutang menurut

Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi

dengan:

1. Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal

23 serta pajak penghasilan yang dipungut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22.

2. Pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan

dalam bagian tahun pajak.

Penghitungan Besarnya Angsuran Pajak

Direktorat Jenderal Pajak berwenang untuk menetapkan penghitungan besarnya

angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan dalam hal-hal tertentu, sebagai berikut:

1. Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian.

2. Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur.

3. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun yang lalu disampaikan

setelah lewat batas waktu yang ditentukan.

4. Wajib Pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian Surat

Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.

Halaman | 1
LECTURE NOTES (1709-PJK-09-01)

5. Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan

yang mengakibatkan angsuran bulanan lebih besar dari angsuran bulanan sebelum

pembetulan.

6. Terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak.

Wajib Pajak yang Berhak Atas Kompensasi Kerugian

1. Dasar penghitungan Pajak Penghasilan adalah jumlah penghasilan neto menurut

Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu setelah

dikurangi dengan kompensasi kerugian.

2. Dalam hal Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu

atau dasar penghitungan lainnya menyatakan rugi (lebih bayar atau nihil), besarnya

Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah nihil.

Contoh perhitungan pajak bagi wajib pajak yang berhak atas kompensasi

kerugian:

Penghasilan PT Dira tahun 2011 Rp150.000.000. Sisa kerugian tahun lalu yang

masih dapat dikompensasikan adalah Rp200.000.000. Sisa kerugian yang belum

dikompensasikan tahun 2001 Rp50.000.000.

Penghitungan PPh Pasal 25 tahun 2012:

Penghasilan yang dipakai sebagai dasar penghitungan angsuran PPh Pasal 25 adalah

Rp150.000.000 – Rp50.000.000 = Rp100.000.000

PPh Terutang (UU 36/2008):

(25% x 50%) x Rp100.000.000 = Rp12.500.000

Wajib Pajak Dengan Penghasilan Tidak Teratur

Dasar penghitungan pajak penghasilan adalah jumlah penghasilan neto menurut

Surat Pemberitahuan Tahunan, Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu setelah

dikurangi dengan penghasilan tidak teratur yang dilaporkan dalam Surat

Pemberitahuan Tahunan tersebut.

Halaman | 2
LECTURE NOTES (1709-PJK-09-01)

Contoh:

Pada 2011 Abbas memperoleh penghasilan teratur Rp120.000.000, sedangkan

penghasilan tidak teratur Rp80.000.000,00. Penghasilan yg dipakai sebagai dasar

penghitungan PPh Pasal 25 pada tahun 2012 Abbas adalah hanya dari PPh teratur saja,

yaitu Rp120.000.000.

Wajib Pajak yang Melakukan Pembetulan SPT

1. Pajak Penghasilan Pasal 25 dihitung kembali berdasarkan Surat Pemberitahuan

Tahunan, Pembetulan tersebut dan berlaku surut mulai bulan batas waktu

penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan.

2. Apabila besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 setelah pembetulan Surat

Pemberitahuan Tahunan lebih besar dari Pajak Penghasilan Pasal 25 sebelum

dilakukan pembetulan, atas kekurangan setoran Pajak Penghasilan Pasal 25

terutang bunga sesuai ketentuan PasaI 19 ayat (1) Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan untuk jangka waktu yang dihitung sejak jatuh tempo penyetoran Pajak

Penghasilan Pasal 25 dari masing masing bulan sampai dengan tanggal penyetoran.

3. Apabila besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 setelah pembetulan Surat

Pemberitahuan Tahunan Iebih kecil dari Pajak Penghasilan Pasal 25 sebelum

pembetulan, atas kelebihan setoran Pajak Penghasilan Pasal 25 dapat

dipindahbukukan ke Pajak Penghasilan Pasal 25 bulan berikut setelah penyampaian

Surat Pemberitahuan Tahunan Pembetulan

Wajib Pajak Yang Mendapat Perpanjangan Penyampaian SPT

1. Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk bulan bulan mulai batas waktu

penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan sampai dengan bulan sebelum

disampaikannya Surat Pemberitahuan Tahunan tersebut adalah sama dengan

besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 yang dihitung berdasarkan Surat

Pemberitahuan Tahunan sementara yang disampaikan Wajib Pajak pada saat

mengajukan permohonan izin perpanjangan.

2. Apabila sesudah 3 bulan atau lebih berjalannya suatu tahun pajak, Wajib Pajak

dapat menunjukan bahwa Pajak Penghasilan yang akan terutang untuk tahun pajak

Halaman | 3
LECTURE NOTES (1709-PJK-09-01)

tersebut kurang dari 75% dari Pajak Penghasilan yang terutang yang menjadi dasar

penghitungan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25, Wajib Pajak dapat mengajukan

permohonan pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 secara tertulis

kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.

3. Pengajuan permohonan pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 harus

disertai dengan penghitungan besarnya Pajak Penghasilan yang akan terutang

berdasarkan perkiraan penghasilan yang akan diterima atau diperoleh dan

besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk bulan bulan yang tersisa dari tahun

pajak yang bersangkutan.

Menteri Keuangan Menetapkan Penghitungan Besarnya Angsuran Pajak Bagi:

1. Wajib Pajak (WP) baru.

2. Bank, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Wajib Pajak masuk

bursa, dan Wajib Pajak lainnya yang berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan harus membuat laporan keuangan berkala.

3. Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu dengan tarif paling tinggi 0,75%

(nol koma tujuh puluh lima persen) dari peredaran bruto.

Angsuran PPh Pasal 25 Bagi WP Baru, Bank, BUMN, BUMD, dan WP Tertentu

Lainnya

Berdasarkan UU PPh Pasal 25 ayat (7) perhitungan PPh Pasal 25 bagi WP Baru,

Bank, BUMN, BUMD dan WP tertentu lainnya ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

1. Sesuai dengan SeKep MenKeu No. 522/KMK/04/2000 dan diubah menjadi

SeKep MenKeu no. 84/ KMK/03/2002 besarnya angsuran PPh Pasal 25 setiap

bulan untuk WP baru dihitung sebesar jumlah pajak yang diperoleh dari

penerapan tarif umum atas penghasilan neto sebulan yang disetahunkan,

dibagi 12 (duabelas).

2. Angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan bagi WP bank atau financial lease dengan hak

opsi adalah sebesar jumlah pajak penghasilan yang dihitung berdasarkan

penerapan tarif umum atas laba rugi fiskal menurut laporan keuangan triwulan

Halaman | 4
LECTURE NOTES (1709-PJK-09-01)

terakhir yang disetahunkan dikurangi PPh Pasal 24 yang dibayar atau terutang

diluar negeri untuk tahun pajak yang lalu dibagi 12.

3. Angsuran PPh pasal 25 setiap bulan bagi WP bank atau financial lease dengan hak

opsi yang merupakan WP baru, maka besarnya angsuran PPh pasal 25 untuk

triwulan pertama adalah jumlah pajak yang dihitung berdasarkan penerapan tarif

umum atas perkiraan laba rugi fiskal triwulan pertama yang disetahunkan, dibagi

12.

4. Besarnya angsuran pajak penghasilan Pasal 25 bagi Wajib Pajak pengusaha tertentu

ditetapkan sebesar 2% dari jumlah peredaran bruto setiap bulan.

5. Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu adalah Wajib Pajak yang melakukan

kegiatan usaha di bidang perdagangan grosir dan atau eceran barang-barang

konsumsi melali tempat usaha/gerai (outlet) yang tersebar di beberapa lokasi, tidak

termasuk kendaraan bermotor dan restoran.

6. Besarnya angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan bagi BUMN/D dengan nama dalam

bentuk apapun kecuali Wajib Pajak Bank dan Wajib Pajak Sewa Guna Usaha dengan

hak opsi, adalah sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan

tarif umum atas laba rugi fiskal menurut Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan

(RKAP) tahun pajak yang bersangkutan yang telah disahkan oleh Rapat Umum

Pemegang saham (RUPS) dikurangi dengan pemotongan dan pemungutan PPh

Pasal 25 dan Pasal 24 yang dibayar atau terutang di luar negeri pada tahun pajak

yang lalu, dibagi 12 (duabelas).

7. Apabila RKAP belum disahkan, maka besarnya angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan

adalah sama dengan angsuran PPh Pasal 25 bulan terakhir tahun pajak sebelumnya.

8. Apabila ada sisa kerugian yang masih dapat dikompensasikan, maka dasar

penghitungan PPh Pasal 25 adalah Pajak Penghasilan yang terutang atas PKP yang

dihitung dari penghasilan neto menurut RKAP setelah dikurangi dengan jumlah sisa

kerugian yang belum dikompensasikan tersebut.

Halaman | 5
LECTURE NOTES (1709-PJK-09-01)

DAFTAR PUSTAKA

Herry Purwono. (2010). Dasar-dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak. Jakarta: Erlangga.

Mardiasmo. (2003). Perpajakan. Yogyakarta: Andi.

Moeljo Hadi. (1998). Dasar–Dasar Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Oleh Jurusita Pajak

Pusat Dan Daerah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga atas

Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 Tentang “Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan.

Rimsky K. Judisseno. (1999). Perpajakan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Rochmat Soemitro dan Dewi Kania Sugiharti. (2004). Asas Dan Dasar Perpajakan Jilid 1.

Bandung: Rafika Aditama.

Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati. (2010). Perpajakan Teori dan Teknis Perhitungan.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sofian Hutajulu, (2004), Perubahan Undang-Undang Perpajakan Sebagai Suatu Rangkaian,

Jakarta: Majalah Berita Pajak.

Halaman | 6

Anda mungkin juga menyukai