MAKALAH
Penyusun :
Timun 193001070005
PRODI KEBIDANAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya
sehingga makalah tentang “Tantangan dalam Penerapan Evidence Based dan
Pemberian Info Sesuai Evidence Based pada Pasien” dapat tersusun hingga
selesai. Penulis bersyukur kepada Allah yang telah memberikan hidayahnya
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................2
D. Manfaat Penulisan........................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................4
A. Definisi.........................................................................................................4
B. Tantangan dalam Penerapan Evidence Based..............................................5
C. Pemberian Informasi Sesuai Evidence Based pada Pasien........................11
BAB III..................................................................................................................13
A. Kesimpulan................................................................................................13
B. Saran...........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Jargon kebijakan dan praktik berbasis bukti (EBPP) telah popular di berbagai bidang
kebijakan sosial seperti pendidikan, pekerjaan sosial, peradilan pidana, perawatan
kesehatan dan kesehatan mental (Nutley, et al., 2007). Ini telah menjadi bagian dari
agenda modernisasi yang lebih luas yang bertujuan untuk mereformasi layanan
pemerintah dan mencapai efektivitas dan efisiensi yang lebih besar melalui penerapan
bukti penelitian terapan untuk kebijakan dan praktik. Ini sudah termasuk bukti tentang
tren luas dan penjelasan masalah sosial dan organisasi, serta bukti yang berkaitan dengan
indikator kinerja, pemberian layanan dan evaluasi program (Kepala, 2008a). EBPP
menekankan penyelesaian masalah secara sistematis yang didukung oleh data, analisis
risiko dan respons proaktif serta identifikasi. Pemerintah di berbagai jurisdiksi telah
membuat pernyataan kebijakan strategis mendukung EBPP, namun ada beberapa
perbedaan pendapat yang serius dalam bidang akademik dan kebijakan/praktisi mengenai
adopsi dan penerapan EBPP Wilayah-wilayah yang diperebutkan ini mencakup
aspekaspek politik dan ideologis tentang bagaimana masalah “dibingkai”; bagaimana
pendekatan “berbasis bukti” harus diterapkan dalam konteks kebijakan dan praktik
tertentu; yang dianggap sebagai bukti andal; dan metode evaluasi yang disukai untuk
menginformasikan pengembangan kebijakan dan implementasi program Sejarah evidence
dimulai pada tahun 1970 ketika Archie Cochrane menegaskan perlunya mengevaluasi
pelayanan kesehatan berdasarkan bukti-bukti ilmiah (scientific evidence). Sejak itu
berbagai istilah digunakan terkait dengan evidence base, diantaranya evidence base
medicine (EBM), evidence base nursing (EBN), dan evidence base practice (EBP).
Evidence Based Practice (EBP) merupakan upaya untuk mengambil keputusan klinis
berdasarkan sumber yang paling relevan dan valid. Oleh karena itu EBP merupakan jalan
untuk mentransformasikan hasil penelitian ke dalam praktek sehingga perawat dapat
meningkatkan “quality of care” terhadap pasien. Selain itu implementasi EBP juga akan
menurunkan biaya perawatan yang memberi dampak positif tidak hanya bagi pasien,
perawat, tapi juga bagi institusi pelayanan kesehatan. Sayangnya penggunaan bukti-bukti
riset sebagai dasar dalam pengambilan keputusan klinis seperti seorang bayi yang masih
berada dalam tahap pertumbuhan.
1
Evidence-Based Practice (EBP), merupakan pendekatan yang dapat digunakan dalam
praktik perawatan kesehatan, yang berdasarkan evidence atau fakta. Selama ini,
khususnya dalam keperawatan, seringkali ditemui praktik-praktik atau intervensi yang
berdasarkan “biasanya juga begitu”. Sebagai contoh, penerapan kompres dingin dan
alkohol bath masih sering digunakan tidak hanya oleh masyarakat awam tetapi juga oleh
petugas kesehatan, dengan asumsi dapat menurunkan suhu tubuh lebih cepat, sedangkan
penelitian terbaru mengungkapkan bahwa penggunaan kompres hangat dan teknik tepid
sponge meningkatkan efektifitas penggunaan kompres dalam menurunkan suhu tubuh.
Merubah sikap adalah sesuatu yang sangat sulit, bahkan mungkin hal yang sia-sia. Orang
tidak akan bisa merubah adat orang lain, kecuali orang-orang di dalamnya yang merubah
diri mereka sendiri. Tetapi meningkatkan kesadaran, dan masalah kesehatan di
masyarakat, akan meningkatkan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan. Tentu
pelayanan yang paling efektif & efisien menjadi tuntutan sekaligus tantangan besar yang
harus di cari problem solving-nya.
Penggunaan evidence base dalam praktek akan menjadi dasar scientific dalam
pengambilan keputusan klinis sehingga intervensi yang diberikan dapat
dipertanggungjawabkan. Sayangnya pendekatan evidence base di Indonesia belum
berkembang termasuk penggunaan hasil riset ke dalam praktek. Tidak dapat dipungkiri
bahwa riset di Indonesia hanya untuk kebutuhan penyelesaian studi sehingga hanya
menjadi tumpukan kertas semata.
B. Rumusan masalah
1. Definisi dari Evidence Based?
2. Bagaimana Tantangan dalam Penerapan Evidence Based?
3. Bagaimana Regulasi Pemberian Informasi Sesuai Evidence Based pada
Pasien?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari Evidence Based
2. Untuk mengetahui tantangan dalam penerapan Evidence Based
3. Untuk mengetahui Regulasi Pemberian Informasi Sesuai Evidence Based
pada Pasien
2
D. Manfaat penulisan
1. Untuk menambah skill literasi
2. Untuk mengasah skill menelaah jurnal
3. Untuk menambah skill berpikir kritis
4. Menambah keterampilan mencari artikel dan sumber
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Evidence based practice (EBP) adalah sebuah proses yang akan membantu tenaga
kesehatan agar mampu uptodate atau cara agar mampu memperoleh informasi
terbaru yang dapat menjadi bahan untuk membuat keputusan klinis yang efektif
dan efisien sehingga dapat memberikan perawatan terbaik kepada pasien
(Macnee, 2011).
4
tersebut, Komponen utama dalam institusi pendidikan kesehatan yang bisa
dijadikan prinsip adalah membuat keputusan berdasarkan evidence based serta
mengintegrasikan EBP kedalam kurikulum merupakan hal yang sangat penting.
5
pembuat kebijakan dan praktisi tidak tetap “utuh” pada (yaitu tidak
mereplikasi) desain program asli. Jika perbedaan ini tidak diketahui
oleh praktisi, pengamat, evaluator atau intervensi pendanaan yang
relevan, hal itu dapat menyebabkan organisasi dan individu menilai
secara salah atau tidak adil, program-program berbasis bukti tertentu
dianggap tidak akan berfungsi.
6
a. Komunikasi
b. Kapasitas
c. Kompetensi
7
kapasitas organisasi yang mendukung mungkin tidak ada yang akan
memungkinkan mereka untuk menerapkan keterampilan ini dalam tindakan.
Kompetensi berkaitan dengan sejumlah keterampilan individu spesifik yang
penting untuk implementasi EBPP. Ini mencakup bentuk pengetahuan
eksplisit dan implisit yang terkait dengan pengalaman kebijakan / praktik
sebelumnya yang dapat memberikan wawasan tentang keberhasilan
implementasi pendekatan berbasis bukti.
d. Kompatibilitas
e. Komitmen
Namun ada satu batasan lebih lanjut: personil harus berkomitmen untuk
menggunakannya (Klein & Sorra, 1996). Sementara organisasi atau unit
kebijakan resmi dapat mendukung pendekatan berbasis bukti (yaitu ada
kompatibilitas formal), itu tidak serta merta berarti bahwa individu-individu di
dalam lembaga-lembaga tersebut benar-benar mendukung model kebijakan
dan praktik baru (misalnya: terdapat komitmen yang rendah di antara staf).
Komitmen adalah atribut level individu yang merujuk pada internalisasi nilai
inovasi tertentu.Komitmen memiliki pengaruh penting pada kepatuhan dan
adaptasi. Penelitian menunjukkan bahwa jika ada komitmen yang rendah di
antara personel agensi terhadap program berbasis bukti, mereka cenderung
tidak diimplementasikan dengan kepatuhan (Mihalic, et al., 2008; O”Connor,
et al., 2007).
8
f. Kolaborasi
Salah satu tema sentral dari tulisan ini adalah bahwa bertindak dengan cara
berbasis bukti pada tingkat kebijakan dan praktik sangat menantang. Salah
satu alasan untuk ini adalah bahwa EBPP sering membtutuhkan kolaborasi di
antara beberapa penyedia layanan karena sifat kebijakan publiknya kompleks,
dan berada di luar kemampuan lembaga mana pun untuk ditangani (Head,
2008a & 2008b, Head, 2008c). Mengingat bahwa kemitraan bergantung pada
anggota yang memberikan kontribusi yang baik, mereka seringkali sulit untuk
dikelola dan dapat memperoleh manfaat dari dukungan yang membantu
memastikan kejelasan fokus, dengan lembaga-lembaga yang bekerja sama
memperjelas input dan tanggung jawab mereka untuk sebuah inisiatif.
g. Kreatifitas
h. Disiplin/ Kepatuhan
i. Juara
Proses untuk EBPP tidak akan mandiri. Harus ada individu atau kelompok
yang dapat membantu mendorong proses. Inilah sebabnya mengapa peran
juara tersebut dipusatkan dalam keseluruhan sistem dukungan dan
dihubungkan dengan “utuh” elemen yang diilustrasikan dalam Diagram 1 di
atas. Pentingnya perantara tersebut didukung dalam literatur. Misalnya
literatur tentang difusi inovasi menunjukkan bahwa agensi yang merupakan
9
pengadopsi awal inovasi ditandai dengan memiliki perantara (mis. Pemimpin
opini dan agen perubahan) yang memainkan peran kunci dalam meyakinkan
orang lain untuk mengadopsi inovasi tertentu (Rogers, 2003).
Pelatihan penerapan evidenve based practice perlu diberikan pada perawat dan
bidan untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang konsep evidence-based
practice. Hal ini sejalan dengan pernyataan Egerod dan Hansen (2005) bahwa
pengetahuan yang terbatas tentang konsep evidence-based practice yang dimiliki
perawat klinisi dapat diakibatkan salah satunya adalah langkanya pelatihan-
pelatihan mengenai evidence-based practice. Konsep evidence-based practice
tidak cukup diberikan hanya dalam periode singkat. Untuk dapat memahami
konsep evidence-based practice dengan baik, diperlukan pelatihan-pelatihan yang
efektif dan efisien.
10
C. Pemberian Informasi Sesuai Evidence Based pada Pasien
“Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis,alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang di lakukan serta perkiraan
biaya pengobatan.” Sesuai dengan Undang-Undang No 4 tahun 2009 Pasal 32.
Hak pasien sangat erat kaitanya dengan kewajiban tenaga kesehatan termasuk hal
pemberian dan penerimaan informasi.
11
7. Informasi dan penjelasan tentang tata cara tindakan medis yang
akan dilakukan. 6. Informasi dan penjelasan tentang risiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi.
8. Informasi dan penjelasan tentang alternatif tindakan medis lain
yang tersedia serta risikonya masing-masing.
9. Informasi dan penjelasan tentang prognosis penyakit apabila
tindakan medis tersebut dilakukan.
10. Untuk tindakan bedah atau tindakan invasif lain, informasi harus
diberikan oleh dokter yuang melakukan operasi, atau dokter lain
dengan sepengetahuan atau petunjuk dokter yang bertanggung
jawab.
11. Untuk tindakan yang bukan bedah atau tindakan yang tidak invasif
lainnya, informasi dapat diberikan oleh dokter lain atau perawat
dengan sepengetahuan atau petunjuk dokter dan bertanggung
jawab.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut penulis tantangan dalam penerapan EB ini bisa dari berbagai faktor
B. Saran
Diharapkan tulisan ini dapat dijadikan kerangka yang dapat dipakai untuk
mendeteksi tantangan dan memperbaiki sistem.
13
Daftar Pustaka
Hart, P., Eaton, L., Buckner, M., Morrow, B. N., Barret, D. T., Fraser, D. D., …
Sharrer, R. L. (2008). Effectiveness of a Computer-Based Educational
Program on Nurses’ Knowledge, Attitude, and Skill Level Related to
Evidence-Based Practice. Wiley Online Library, 5(2), 75–84. https://doi.
org/10.1111/j.1741-6787.2008.00123.x
Nutley, Sandra M., Walter, Isabel, Huw T. O. Davies. 2007. Using Evidence:
How Research Can Inform Public Services. British Library: Policy Press.
Widjajarta, Marius. 2011. Tim Pengkajian Hukum Tnteng Hak dan Kewajiban
Tenaga Kesehatan.
14
Setyawati, Anita, Hasniatisari Harun dan Yusshy Kurnia Herliani. (2017).
Peningkatan Pengetahuan Perawat dan Bidan Tentang Evidence-Based
Practice melalui Pelatihan Penerapan Evidence-Based Practice
15