Anda di halaman 1dari 9

Laporan Kasus

DISFONIA AKIBAT POLIP PITA SUARA


Ade Asyari, Novialdi, Fachzi fitri, Nur Azizah

Abstrak:
Pendahuluan: Disfonia merupakan gejala utama disebabkan adanya kelainan pada pita
suara. Kelainan bisa berupa lesi jinak seperti polip pita suara, sering terjadi karena fonotrauma yang
disebabkan vocal abuse. Polip pita suara yang tidak hilang dengan terapi konservatif maka
pembedahan merupakan pilihan terapi. Tujuan: Memahamii penyebab dan penanganan yang tepat
pasien dengan disfonia. Laporan kasus: Dilaporkan satu kasus polip pita suara kanan pada seorang
perempuan usia 30 tahun dengan keluhan utama disfonia. Disfonia pada pasien membaik setelah
dilakukan terapi pembedahan. Kesimpulan: Polip pita suara merupakan salah satu lesi jinak dengan
[keluhan utama disfonia. Disfonia karena polip pita suara umumnya membaik setelah polip diangkat.

Kata kunci: disfonia, fonotrauma, vocal abuse, polip pita suara


Abstract:
Introduction: Dysphonia are the main symptom caused by abnormality at the vocal cord. An
abnormality can be a benign lesion such as vocal cord polyp, commonly caused by vocal abuse
phonotrauma. Vocal cord polyp which failed with conservative treatment, surgery is the choice of
treatment. Objective: Understanding causes and proper treatment of patient with dysphonia. Case
reports: A case of right vocal cord polyp in 30 year old woman had been reported. Dysphonia was
getting better after surgery treatment. Conclusion: Vocal cord polyp is one of benign lesion with
dysphonia as chief complain. Dysphonia due to vocal cord polyp commonly improved after the lesion
was removed.

Keywords: dysphonia, phonotrauma, vocal abuse, vocal cord polyp

Affiliasi penulis : Bagian THTL-KL Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Korespondensi : Ade asyari,
Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala & Leher, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas,Jl.Perintis
Kemerdekaan No.94 PO BOX 49 Padang 25127, email: adeasyari2@gmail.com, Telp\HP: 08126714429

PENDAHULUAN trauma laring, presbifonia. Selain itu


Disfonia merupakan perubahan disfonia dapat terjadi karena internal
kualitas suara pada nada maupun disease (refluks laringofaringeal,
intensitas baik karena gangguan tuberkulosis, limfoma) dan disfonia karena
fungsional ataupun organik, kelainan penyakit neurologi (parese pita suara).1,2
sistemik ataupun lokal. Disfonia fungsional Pilihan pengobatan pada disfonia
merupakan disfonia tanpa ditemukan tergantung gangguan yang
kelainan organik, disfonia ini terjadi karena menyebabkannya. Terapi yang dilakukan
abnormalitas tonus otot pita suara yang bisa berupa terapi konservatif dan
menimbulkan gangguan dan irreguler pembedahan. Disfonia fungsional
osilasi, penyebab tersering karena faktor umumnya sembuh dengan terapi
kebiasaan bersuara (vocal abuse), konservatif berupa memperbaiki faktor
gangguan emosional dan psikogenik. risiko dan voice therapy, namun apabila
Sedangkan disfonia organik timbul apabila disfonia tidak diobati dapat berkembang
adanya kelainan organik pita suara, menjadi disfonia organik.1,2
misalnya laringitis akut atau kronis, tumor Disfonia bisa berupa suara serak,
jinak (polip pita suara, nodul, Reinke’s kasar, suara yang keluar terlampau keras
edema, kista dan papiloma), tumor ganas, atau terlampau lemah, puncak suara yang

0
pecah. Untuk menentukan seorang pasien mendiagnosis secara dini lesi dini kanker
mengalami disfonia bisa dengan glotis.2,3
mendengar suara, mengobservasi pasien Peralatan aerodinamik dapat
dan memeriksa laring dengan kaca digunakan untuk mengukur hantaran
laring. Pemeriksaan tambahan sering udara melalui glotis dan tekanan dibawah
dilakukan untuk mendapat hasil glotis. Nilai estimasi tekanan subglotis dan
pemeriksaan objektif misalnya glottografi, aliran udara translaringeal rata-rata, dapat
Stroboscopic Imaging, pengukuran digunakan untuk menghitung tahanan
2,3
aerodinamik dan akustik. glotis. Pasien dengan paralise biasanya
Pemeriksaan secara subjektif menunjukkan rendahnya tahanan glotis.
dapat dilakukan dengan metode GRBAS Pasien dengan suara kasar dan adanya
yaitu dengan mendengarkan suara dan lesi yang dapat meningkatkan kekakuan
menilai derajat penyimpangan (grade of pita suara, biasanya menunjukkan
2,3
deviance), kekasaran (roughness), peningkatan resistensi glotis.
breathiness, astenis (kelemahan) dan Pengukuran akustik sangat
kekakuan (strain). Skala penilaian adalah berguna karena memiliki kemampuan
0-3.3 menghitung kuantitas tingkat kekasaran
Glottografi merupakan suatu suara. Walaupun telinga orang yang
pemeriksaan yang menggunakan sektor terlatih kemungkinan dapat dengan
fisiologis untuk merekam jumlah cahaya sensitif menganalisis suara, tetapi
yang ditransiluminasi laring sewaktu pengukuran akustik mempunyai
bergetar (Photoglottgraphy/PGG) atau keuntungan, karena dapat menjamin
tingkat satuan pita suara dokumentasi kuantitatif tingkat variasi dari
(Electroglottography/EGG). Sinyal PGG yang normal.2,3
dan EGG saling melengkapi, dimana PGG Lebih dari 50% pasien dengan
menunjukkan tingkat pembukaan pita keluhan disfonia disebabkan oleh lesi jinak
suara dan EGG menunjukkan penutupan pada pita suara.4 Polip pita suara
pita suara. Perubahan gelombang ini merupakan salah satu lesi jinak yang
diobservasi untuk menggambarkan sering terjadi dan tidak jarang
perubahan getaran laring yang membutuhkan terapi pembedahan.
berhubungan dengan lesi massa atau Faktor penyebab yang sering adalah vocal
keadaan kekakuan yang asimetris. abuse (penggunaan suara berlebihan,
Glottografi adalah test non invasif dan berteriak, berbicara keras) biasanya pada
analisa sinyal dapat diolah komputer. voice professional seperti guru, dosen dan
Penilaian yang didapat hanyalah jumlah penceramah.4-8 Polip pita suara sering
total getaran dari kedua pita suara, terjadi pada laki-laki dibandingkan
sehingga lokasi anatomis yang tepat dari perempuan dengan perbandingan 2:1 dan
lesi tidak dapat terlihat hanya dengan bisa ditemukan pada semua usia,
PGG dan EGG saja.2,3 biasanya pada usia dewasa antara umur
Stroboscopic Imaging membantu 20-60 tahun.5
dalam mencatat dan memperjelas Pembedahan merupakan pilihan
berbagai lesi pada laring. Laringoskop terapi pada polip pita suara, bila terapi
indirek hanya memeriksa keadaan statis konservatif gagal. Tujuan utama
dan pergerakan pita suara secara kasar. pembedahan adalah melindungi ligamen
Saat fonasi stroboskopi dapat memeriksa pita suara sehingga proses vibrasi
secara detail asal getaran dari pita suara. mengalami perbaikan.5,6,9 Pembedahan
Stroboskopi sangat berguna dalam dapat dilakukan secara konvensional atau
mendiagnosis kelainan suara dan dapat dengan mengunakan Light Amplification

1
by the Stimulating Emision of Radiation
(LASER).6,9

Anatomi dan Fisiologi Laring


Anatomi laring terbagi atas
supraglotis, glotis dan subglotis. Kerangka
laring terdiri dari tulang hioid dan sejumlah
tulang rawan yang saling berhubungan
melalui ligamen, membran, otot intrinsik
dan ekstrinsik. Struktur anatomi yang
Gambar 1. Lapisan pita suara10
paling penting untuk produksi suara
adalah pita suara.10-12 Kebanyakan lesi jinak mukosa pita
Pita suara sebagai organ fonasi suara ditemukan pada lapisan superfisial,
terdiri atas komponen body dan cover. jika lesi berada di permukaan superior pita
Komponen body dibentuk oleh dua otot suara yang jauh dari tepi daerah vibrasi
tiroaritenoid yang mengandung serat mungkin tidak menganggu suara
adduksi dan abduksi yang menentukan walaupun lesinya besar. Hal ini penting
panjang, kontur, bentuk glotis bila pita untuk menentukan jenis intervensi bedah
suara menutup dan juga sebagai pengatur yang dilakukan.6,12
ketegangan lapisan mukosa pita suara
sehingga lebih fleksibel dan mudah Patofisiologi Disfonia
bervibrasi. Gelombang vibrasi mukosa Fungsi laring adalah sebagai proteksi
dapat dilihat dengan menggunakan video jalan nafas, respirasi dan fonasi.4-8
stroboskopi laring, yaitu untuk menilai Saat inspirasi pita suara abduksi dan saat
undulasi dari permukaan inferior (bibir ekspirasi adduksi. Sebelum fonasi, pita
bawah) ke superior (bibir atas) pita suara. suara abduksi secara cepat agar udara
Area antara bagian inferior dan superior masuk ke saluran nafas (fase inspirasi
pita suara sebagai penentu volume dan sebelum fonasi) selanjutnya pita suara
perubahan nada suara. Bila ada lesi adduksi karena berkontraksinya otot
diantara daerah tersebut maka volume krikoaritenoid lateral. Suara dihasilkan
dan nada suara yang dihasilkan akan mulai dari udara paru-paru yang
berubah, tergantung ukuran dan lokasi lesi dikeluarkan melewati pita suara yang
tersebut.6,11,12 adduksi sampai menimbulkan vibrasi
Komponen cover teridiri dari berulang dari pita suara (osilasi). Saat pita
lapisan luar yang diliputi epitel skuamosa suara menutup, udara dari paru
berlapis, lapisan dalam dan lamina melewati daerah yang sempit, akan
propria. Lamina propria terbagi atas 3 mengakibatkan tekanan negatif pada
lapisan yaitu superfisial, intermedia dan derah sekitarnya, sehingga mukosa pita
profunda (Gambar.1). suara seperti menarik satu sama lain (efek
Lapisan superfisial dikenal juga Bernauli), saat tekanan udara subglotik
dengan ruang Reinke yang tersusun atas meningkat (di bawah pita suara yang
jaringan ikat longgar sehingga adduksi) hingga mencapai tingkat
menyebabkan lapisan ini lebih fleksibel penekanan pada tahanan pada pita suara
dan mudah bergerak. Lapisan intermedia menyebabkan pita suara terpisah lalu
dan profunda bersama-sama membentuk merangsang terjadinya siklus vibrasi pita
ligamen vokal.10-12 suara, terjadinya vibrasi ini yang
menimbulkan terbentuknya suara.11,12

2
Vibrasi pita suara terdiri dari gerakan tenggorok untuk mencari faktor risiko serta
dasar dan relatif. Gerakan dasar yaitu pemeriksaan laringoskopi dengan atau
gerakan mediolateral dari otot vokalis dan tanpa videostroboskopi. Diagnosis pasti
ligamen vokalis. Gerakan relatif yaitu ditegakkan dengan pemeriksaan patologi
gerakan dari mukosa superfisial terhadap anatomi.4-7
otot vokalis selama fonasi. Gerakan relatif Pada anamnesis, pasien
ini menghasilkan gelombang pada mengeluhkan suara serak yang dirasakan
permukaan epitel yang disebut “traveling terus menerus dan lebih dirasakan saat
wave motion” (Gambar.2). Kelainan yang penggunaan suara yang berlebihan.
menimbulkan gangguan vibrasi pita suara, Keluhan kadang disertai rasa lelah bila
abnormalitas tonus otot, penutupan pita berbicara. Pada polip yang ukuran besar
suara yang tidak komplit, paralisis pita bisa menimbulkan batuk iritatif dan bila
suara, atrofi pita suara dapat menimbulkan sangat besar atau multipel dapat
disfonia.2,12 menimbulkan sumbatan jalan nafas.1,5,7
Pemeriksaan fisik yaitu
pemeriksaan laring dengan kaca laring
A atau laringoskop dengan atau tanpa
stroboskopi. Polip pita suara bisa tampak
berwarna putih keabu-abuan, transparan,
edematous dan bisa juga berwarna
kemerahan. Bisa berbentuk bulat,
panjang, irreguler atau polipoid.4,7
Predileksinya lebih dari 80 % unilateral
dan 20 % bilateral atau multipel. Lesi ini
B biasanya terletak di sepertiga anterior atau
sepertiga tengah.5 Gambaran kelainan lain
pada pita suara yang mirip dengan polip
pita suara adalah:
1. Reinke’s edema. Lokasi bilateral atau
unilateral dengan adanya edema pada
pita suara. Pemeriksaan mikroskopis
tampak edema pada membran basal
dari epitel berlapis gepeng, jaringan
Gambar 2. A. Gerakan dasar. subepitel dengan cairan edema
B. Travelling wave motion2 terdapat pada jaringan ikat longgar dan
ekstravasasi dari sel darah merah serta
Polip Pita Suara terjadi peningkatan penebalan dari
Polip pita suara adalah tumor jinak dinding pembuluh darah pada
pada jaringan lunak subepitel atau lamina submukosa. 1,7

propria dengan disfonia sebagai gejala 2. Nodul pita suara, selalu bilateral, sering
utama.46,7 Faktor yang dapat menjadi simetris. Lokasi lesi pada bagian
pemicu terjadinya polip pita suara selain anterior atau sepertiga tengah dari pita
vocal abuse adalah merokok, alergi, suara, bergerak saat berbicara. Secara
infeksi kronis saluran nafas atas dan mikroskopis sama dengan Reinke’s
refluks laringofaringeal.5,8 edema, tapi tidak terdapat bagian yang
Diagnosis polip pita suara edema dan peningkatan penebalan
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pembuluh darah.6
pemeriksaan telinga, hidung dan

3
3. Kista pita suara, bisa unilateral atau karena tidak ada perubahan, dirujuk ke
bilateral Terbentuk akibat tersumbatnya RSUP Dr. M. Djamil Padang.
kelenjar mukosa (mucous gland). Kista Pada pemeriksaan telinga, hidung
dapat berisi cairan serosa, mukoid atau dan tenggorok dalam batas normal. Pada
sisa epitel. Kista dapat terletak di laringoskopi indirek dan telelaringoskopi
lamina propria superfisial, menempel kaku didapatkan epiglotis dan aritenoid
pada ligamentum vokalis.1,6,7 tenang, plika ventrikularis dan vokalis
Terapi polip pita suara adalah pergerakan simetris, pada bagian
terapi konservatif dan pembedahan. 1/3 anterior pita suara kanan tampak
Terapi konservatif saja yaitu dengan massa putih keabuan, permukaan licin,
medikamentosa dan voice terapy sering rima glotis terbuka, sinus piriformis
tidak berhasil. Pembedahan dapat standing secretion tidak ada.
dilakukan dengan teknik konvensional
atau menggunakan LASER. Prinsip
pembedahan adalah preservasi maksimal
mukosa normal agar terjadi penyembuhan
luka yang spontan dan mencegah
terbentuknya jaringan parut. Teknik bedah
mikrolaringoskopi dengan LASER memiliki
angka keberhasilan tinggi terutama untuk
pembedahan lesi yang sulit, keakuratan
pembedahan dapat mencapai 0,1 mm,
dapat menghentikan perdarahan serta
edema pasca operasi jarang terjadi. 5,6,9

LAPORAN KASUS
Seorang pasien perempuan 30
tahun datang ke poliklinik Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher (THT-KL)
RSUP Dr. M. Djamil Padang pada 22
Desember 2015 dengan keluhan utama
suara serak dirasakan sejak 8 bulan yang
lalu, terus menerus dan bertambah berat
bila pasien banyak bicara. Pasien merasa
lelah saat bicara dan sulit untuk Gambar 3. Gambaran telelaringoskopi
mengucapkan kalimat yang panjang. kaku pre operasi.
Tidak ada sesak nafas. Tidak ada demam.
Riwayat nyeri menelan tidak ada. Riwayat Pasien didiagnosis dengan tumor
merokok dan konsumsi alkohol tidak ada. pita suara kanan suspek polip pita suara
Riwayat nyeri ulu hati, sering mendehem, dengan diagnosis banding kista pita suara
rasa panas di dada tidak ada. Riwayat kanan (gambar 3). Pasien direncanakan
alergi tidak ada. Pasien bekerja sebagai untuk ekstirpasi tumor dengan
guru sekolah dasar selama 7 tahun, sudah menggunakan LASER.
berobat ke dokter spesialis THT-KL Pada tanggal 15 Januari 2016
selama 4 bulan karena keluhan tersebut, dilakukan ekstirpasi tumor pita suara
pasien mendapat 3 macam obat makan kanan menggunakan LASER dioda dalam
(pasien tidak mengetahui nama obat), narkose umum. Setelah dilakukan
tindakan pemasangan laringoskop

4
Kleinsasser, evaluasi pita suara tampak Pada laringoskop indirek dan
massa tumor keabuan, permukaan licin telelaringoskopi kaku didapatkan epiglotis
di bagian 1/3 anterior pita suara kanan. dan aritenoid tenang, plika ventrikularis
Dilakukan fiksasi massa tumor dengan dan plika vokalis pergerakan simetris, luka
forsep bengkok kanan lalu massa tumor operasi di 1/3 anterior pita suara kanan
direseksi dengan microscissor. Dilakukan sedikit hiperemis, massa tidak ada, rima
pemasangan pack kassa basah pada glotis terbuka, sinus piriformis standing
subglotis. Dilakukan pembersihan massa secretion tidak ada. Diagnosis pasien
tumor dengan LASER metoda kontak dan pasca ekstirpasi polip pita suara kanan
non kontak. Asap LASER dihisap dengan hari ke-7. Terapi cefiksim tablet 2x200 mg,
suction. Pack kassa basah di subglotis tinoridin HCL kapsul 3x1 dan edukasi
dikeluarkan. Laringoskop Kleinsasser pasien. Pasien kontrol 1 minggu lagi.
dikeluarkan pelan-pelan. Operasi selesai. Kontrol ke-2, tanggal 29 Januari
Jaringan massa tumor dikirim ke 2016 (dua minggu pasca operasi). Suara
laboratorium patologi anatomi. Pasien serak masih dirasakan pasien.
diberikan terapi Injeksi sefoperazon 2x1 Batuk tidak ada. Demam tidak ada. Sesak
gram (iv), injeksi deksametason 3x5 mg nafas tidak ada. Mual muntah tidak ada.
(iv), tramadol 10 mg dalam infus 500 cc Pada laringoskop indirek dan
Ringer Laktat 8 jam/ kolf, injeksi ranitidin telelaringoskopi kaku didapatkan epiglotis
50 mg (iv), pasien tidak boleh berbicara dan aritenoid tenang, plika ventrikularis
selama1 minggu. dan plika vokalis pergerakan simetris, luka
Satu hari pasca operasi, keluar operasi di 1/3 anterior pita suara kanan
darah dari mulut tidak ada, sesak nafas tenang, massa tidak ada, rima glotis
tidak ada, demam tidak ada, batuk tidak terbuka, sinus piriformis standing
ada, mual muntah tidak ada. Pasien boleh secretion tidak ada. Diagnosis pasca
pulang diberikan terapi oral cefiksim tablet ekstirpasi polip pita suara kanan minggu
2x200 mg dan ibuprofen tablet 3x400 mg. ke-2. Pasien tetap diberikan edukasi dan
Pasien diberikan edukasi: (tidak boleh kontrol dua minggu lagi.
berbicara selama 1 minggu, hindari Kontrol ke-3, tanggal 23 Februari
makanan pedas, makanan bersifat iritatif, 2016 (1,5 bulan pasca operasi). Suara
minum air panas atau dingin, paparan serak dirasakan membaik, batuk dan
asap rokok dan dianjurkan banyak demam tidak ada. Sesak nafas tidak ada.
minum). Pasien kontrol 1 minggu lagi. laringoskop indirek dan telelaringoskopi
Kontrol pertama, tanggal kaku didapatkan epiglotis dan aritenoid
22 Januari 2016 (1 minggu pasca tenang, plika ventrikularis dan plika vokalis
operasi). Pasien membawa hasil pergerakan simetris, luka operasi di 1/3
laboratorium patologi anatomi dengan anterior pita suara kanan tenang, massa
hasil: tampak potongan jaringan dengan tidak ada, rima glotis terbuka, sinus
permukaan dikelilingi epitel berlapis piriformis standing secretion tidak ada.
gepeng yang mengalami hiperplasia, inti Diagnosis pasien pasca ekstirpasi polip
dalam batas normal. Stroma jaringan ikat pita suara kanan 1,5 bulan. Pasien
mengandung kapiler-kapiler yang dianjurkan kontrol 1 bulan lagi.
hiperemis. Kesan: polip pita suara. Kontrol ke-4, tanggal 1 April 2016
Keluhan pasien yaitu batuk yang (3 bulan pasca operasi). Suara serak tidak
dirasakan hilang timbul, demam tidak ada, dirasakan lagi. Demam tidak ada. Sesak
sesak nafas tidak ada, mual-muntah tidak nafas tidak ada. Mual muntah tidak ada.
ada. Pada laringoskop indirek dan
telelaringoskopi kaku didapatkan epiglotis

5
dan aritenoid tenang, plika ventrikularis tergantung suara misalnya guru,
dan plika vokalis pergerakan simetris, luka marketing, penyanyi dan penceramah.
operasi tenang, massa tidak ada, rima Pada kasus ini disfonia muncul
glotis terbuka, sinus piriformis standing pada pasien yang berprofesi guru. Profesi
secretion tidak ada. Diagnosis pasca guru, merupakan profesi yang banyak
ekstirpasi polip pita suara kanan bulan ke- menggunakan suara (vocal abuse) dan
3 (gambar 5). berisiko tinggi untuk mengalami disfonia.
Hal ini dikaitkan dengan lingkungan kerja
yang bising sehingga membutuhkan
intensitas suara yang tinggi, polutan (debu
dan serbuk kapur tulis) dan bekerja
sampai beberapa jam tanpa istirahat.8,13
Pasien didiagnosis dengan polip
pita suara. Polip pita suara merupakan
suatu lesi yang umumnya terbentuk
karena vocal abuse. Pada vocal abuse
terjadi proses fonotrauma, yaitu trauma
vibratori pada membran pita suara yang
menimbulkan gangguan mikrosirkulasi,
hancurnya pembuluh darah superfisial dan
menimbulkan hemoragik pada pita suara
yang merangsang terjadinya reaksi
inflamasi lalu terbentuk suatu lesi
neovaskular.4,7 Soni DH14, pada
penelitiannya menjelaskan bahwa lesi
yang terbentuk karena fonotrauma bisa
berupa nodul, polip, kista serta Reinke’s
Gambar 5. Kontrol 3 bulan pasca operasi edema pada pita suara.
reseksi polip pita suara kanan Pasien diterapi dengan
pembedahan setelah berobat kedokter
DISKUSI spesialis THT-KL di daerahnya selama 4
Telah dilaporkan satu kasus pasien bulan dan tidak ada perubahan. Pada
perempuan usia 30 tahun, dengan pasien ditemukan massa tumor pada pita
keluhan utama disfonia. Pasien bekerja suara yang diduga polip atau kista.
sebagai seorang guru selama 7 tahun. Sebaiknya sebelum memutuskan terapi
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan bedah selain terapi medikamentosa pada
fisik dan pemeriksaan patologi anatomi pasien dianjurkan untuk voice therapy.
pasien didiagnosis dengan polip pita Pada pasien tidak dilakukan karena
suara. sarana dan prasarana belum ada.
Pada kasus, disfonia terjadi pada Efektifitas voice therapy pada pasien
perempuan, 30 tahun dan berprofesi dengan massa tumor di pita suara
seorang guru. Sesuai dengan penelitian tergantung jenis massa tumornya dan
Martins dkk8 yaitu pada 2019 pasien konsistensi pasien dalam melakukannya.
disfonia, didapatkan bahwa disfonia Polip pita suara dengan terapi konservatif
umumnya terjadi pada usia dewasa yaitu saja jarang berhasil. 4-6,9,15 Voice therapy
umur 20-60 tahun, lebih banyak pada efektif untuk mengurangi kebiasaan bicara
perempuan dan timbul berhubungan yang merugikan dan untuk kelainan suara
dengan profesi, terutama profesi yang
6
non organik (disfonia fungsional) dan hindari makanan pedas, makanan bersifat
nodul pita suara16-18 iritatif, tidak minum alkohol, merokok,
Pasien dianjurkan untuk tidak minum air panas atau dingin, merubah
bersuara selama 1 minggu dan istirahat kebiasaan vokal yang buruk, latihan
suara (berbicara sedikit-sedikit, berbicara pernafasan.
dengan nada rendah) selama 1 bulan. Terapi pasien dipilih tindakan
Untuk lama waktu pasien istirahat suara ekstirpasi polip pita suara dengan
belum ada ketetapan pasti, umumnya teknik LASER dioda. Pembedahan
dianjurkan 7-10 hari pasca ekstirpasi akan merupakan tindakan pilihan untuk polip
memberikan suara yang kembali baik pita suara. Tujuan pembedahan
dalam 1-2 bulan.5 Istirahat suara bertujuan adalah untuk menghasilkan pita suara
untuk membantu agar penyembuhan mendekati kondisi normal dan fungsi
mukosa pita suara tidak terganggu bicara dengan prognosis yang baik yaitu
sehingga tidak terbentuk jaringan parut untuk kembali pada suara normal.5,6
yang dapat menimbulkan disfonia LASER dioda berfungsi untuk mengontrol
persisten pasca operasi.18,19 Penelitian Lilin perdarahan di daerah operasi sehingga
dkk16 pada pasien pasca phonosurgery dapat mempercepat waktu pemulihan,
polip pita suara, dilakukan rehabilitas melindungi anatomi organ yang diperlukan
suara dengan cara pasien dianjurkan diam dan juga fungsi dari organ tersebut.
(tidak bersuara) selama 7 hari dan Teknik non kontak digunakan untuk
istirahat suara selama 1 bulan. meminimalkan kerusakan jaringan
Rehabilitasi suara berfungsi untuk dan mempertahankan struktur jaringan.6,9
mengoptimalkan penyembuhan luka Follow up pasien dilakukan 1
operasi dan memulihkan fungsi vokal pita minggu setelah tindakan, dilanjutkan
suara. Behrman A17, menjelaskan banyak setelah 1 bulan tindakan dan kontrol
ahli THT-KL merekomendasikan istirahat pasien tetap dilakukan sampai bulan
suara selama 7 hari karena penyembuhan ketiga setelah tindakan. Literatur
mukosa pita suara berlangsung selama menyebutkan bahwa waktu minimal
7 hari dan penyembuhan optimal selama kontrol untuk pasien polip adalah 3 bulan
1 bulan. juga untuk Reinke’s edema dan kista
Pasca operasi suara serak pasien retensi, 5 bulan untuk sikatrik dan 6 bulan
dirasakan membaik, hal ini karena untuk nodul pita suara5. Pada follow up
gangguan vibrasi dan penutupan pita dievaluasi mengenai komplikasi operasi
suara tidak ada lagi. Disfonia yang yang bisa terjadi yaitu lesi pada bibir,
persisten bisa terjadi bila saat operasi rongga mulut, orofaring, gigi patah,
mukosa pita suara normal terangkat terbentuknya granuloma yang merupakan
sangat banyak sehingga timbul jaringan komplikasi jarang yang timbul karena
parut, selain itu bisa karena pasien tidak trauma pada kartilago aritenoid.6,9
melakukan istirahat suara dengan Sedangkan untuk angka rekurensi polip
adekuat. Lee SY19, pada penelitiannya pita suara sangat jarang, terutama apabila
melakukan latihan suara pasca ekstirpasi pasien dapat menghindari faktor pemicu
polip pita suara, tujuannya untuk terjadinya polip pita suara5
menciptakan keseimbangan organ fonasi,
memodifikasi kondisi patologi yang
ditimbulkan oleh lesi pada pita suara serta
mencegah rekurensi polip pita suara. KESIMPULAN
Latihan berupa pasien tidak bersuara Polip pita suara merupakan salah satu
selama 1 minggu, istirahat suara 1 bulan, lesi jinak dengan keluhan utama disfonia.

7
Salah satu faktor pencetus terjadinya polip Simpson B.C editors. Operative
pita suara adalah vocal abuse. Disfonia techniques in laryngology: California.
karena polip pita suara umumnya Springer:2008, p.3-8.
membaik setelah polip diangkat. 11. Sulica L. Voice: anatomy, physiology,
DAFTAR PUSTAKA and clinical evaluation. In: Johnson
1. Reiter R, Hoffman K.T, Pickhard A, Jonas T, Rosen Clark A, editors.
Brosch S. Hoarseness causes and Bailey’s head and neck surgery
treatments. Dtsch Arztebl Int 2015; 112: otolaryngology. fifth ed. Philadelphia
329–37 Lippincott Inc ; 2014. p. 945-55
2. Probst R, Grevers G, Iro H. Voice 12. Izdebski K. Clinical voice assesment:
disorders. In :Basic otorhinolaryngology, The role&value of the phonatory
a step by step learning guide.Thieme: function studies. In: Lalwani A.K editors.
2006.p.385-95. Current diagnosis & treatment
3. Dejonckere H.P. Assessment of voice otolaryngology head & neck surgery.
and respiratory function. In: Remacle M, Second ed. McGraw-Hill Companies,
Eckel E.H editors. Surgery of larynx and Inc:2008.p.417-29
trachea. Berlin: Springer; 2010 p. 11-24 13. Cutiva C.C.L, Vogel I, Burdorf A. Voice
4. Filho I.M.J, Cavalho B, Mizoguchi M.F, disorders in teachers and their
Catani A, Filho M, Malafaia dkk. associtions with work-related factors: a
Characteristics of polypoid lesions in systemic review. J.Commun
patients undergoing microsurgery of the Dis.2013:46:143-55
larynx. Otorhinolaryngol. 14. Soni D,H. Gandhi S. Goya M, Shah U.
2013;17(3):279-84 Study of clinical profile of benign
5. Benjamin B. Vocal cord polyps. In: laryngeal lesions. Int J of Med sci and
Martin duniz editor. Endolaryngeal public health.2016.5(4):456-60.
surgery. London. 1998; p.237-40. 15. Cohen SM, Garrett CG. Utility of voice
6. Rosen CA, Ingle JW. Benign vocal fold therapy in the management of vocal fold
lesions and phonomicrosurgery. In: polyps and cysts. Otolaryngol head
Johnson Jonas T, Rosen Clark A, neck Surg 2007;(136): 742-46.
editors Bailey’s head and neck surgery 16. Lilin, Nasun,Yang Q, Zhang Y, Shen JI,
otolaryngology fifth ed. Philadelphia Shi L,dkk. Effect of voice training in the
Lippincott Inc; 2014. p. 989-1003. voice rehabilitation of patients with vocal
7. Wareing M, obholzer R Benign cord polyps after surgery. Exp. Adn
laryngeal lesions. In Lalwani A.K therapeutic med.2014:7:877-80
editors. Current diagnosis & treatment 17. Behrman A, Sulica L. Voice rest after
otolaryngology head & neck surgery. microlaryngoscopy:current opinion and
Second ed. McGraw-Hill Companies, practice. Laryngoscope.2003.113.
Inc:2008.p430-36 (2)182-5
8. Martins G.H.R, Amaral A.H, Tavares 18. Tang S.S, Thilbeault L.S. Timing of
M.A.H, Martins G.M, Goncalves M.T, voice therapy: a primary investigation of
Dias H.N, Voice disorders: etiology and voice outcomes for surgical benign
diagnosis. J Voice.2015:1-8. vocal fold lesion patients. J
9. Remacle M. Laser assisted voice.2015:1-6
microphonosurgery. In: Remacle M, 19. Lee S.Y, Lee H.D,Jeong E.G, Kim W.J,
Eckel E.H editors. Surgery of larynx and Roh L.J, Choi H.S, Kim Y.S dkk.
trachea. Berlin: Springer; 2010 p. 51-55. Treatment efficacy of voice therapy for
10. Rosen A.C, Simpson B.C. Anatomy and vocal fold polyps and factors predictive
physiology of the larynx. In: rosen A.C, of its efficacy. J Voice.2016.:1-5.

Anda mungkin juga menyukai