c
A. Latar Belakang
Anak adalah individu yang mempunyai eksistensi yang mewakili jiwa sendiri, serta mempunyai
hak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan iramanya masing-masing yang
khas. Mereka adalah individu yang utuh, yang bukan sekedar miniatur dari orang dewasa.
Mereka hidup dalam dunianya yang indah, yaitu dunia bermain (Wahyudi, 2003)
Pada umumnya anak yang sudah agak besar jika dirawat di rumah sakit akan timbul rasa takut
baik pada dokter maupun perawat, apalagi jika anak telah mempunyai pengalaman mendapatkan
imunisasi. Dalam bayangannya, perawat atau dokter akan menyakiti dan menyuntik. Selain itu
anak juga merasa terganggu hubungannya dengan orang tua atau saudaranya. Lingkungan di
rumah tentu berbeda bentuk dan suasananya dengan alat-alat yang ada diruang perawatan.
Apalagi jika di ruangan tersebut ada pasien yang payah dan mendapat infus atau O2 (kecuali bila
pasien datang dalam keadan payah). Reaksi pertama selain ketakutan juga pasien kurang nafsu
makan bahkan anak yang masih kecil menangis, tidak mau minum atau makanan yang diberikan.
Untuk menghadapi pasien seperti yang telah diutarakan ialah sifat kekeluargaan dan ramah.
(Ngastiyah, 2005)
Anak menunjukkan reaksi terhadap sakit dan dirawat di rumah sakit sebagai akibat perpisahan
dengan tingkah laku protes, putus asa, dan menolak. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan
usia, pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan dirawat di rumah sakit, support sistem yang
tersedia serta katerampilan koping (Riasmini, 1992).
Bila anak harus dirawat di rumah sakit dan selama itu tidak boleh berhubungan denagn orang
tuanya, maka mungkin ia akan merasa bahwa ia telah ditolak sama sekali. Anak yang merasa
ditolak sewaktu dirawat di rumah sakit cenderung bereaksi dengan cara yang menunjukkan
adanya gangguan emosi waktu akhirnya ia kembali pada orang tuanya. Anak-anak pada
umumnya agak bereaksi negatif waktu pulang (Mc. Ghie, 1996).
Keluarga bertanggung jawab terhadap status kesehatan anggota keluarganya, dimana peran
seluruh anggota keluarga akan mempengaruhi setiap aspek perawatan kesehatan anggota
keluarga secara individu. Menurut Friedman (1992), salah satu tugas keluarga dibidang
kesehatan adalah memelihara kesehatan anggota keluarganya dan memberi perawatan serta
dukungan kepada anggota keluarga yang sakit dan tidak dapat membantu dirinya sendiri karena
cacat atau usia yang terlalu muda. Dukungan tersebut dapat berupa dukungan moril seperti
perhatian, kasih sayang, rasa aman, dan dukungan materil berupa usaha keluarga untuk
memenuhi kebutuhan anggota keluarganya (Bahson, 1987, dikutip dari Friedman, 1992).
Hospitalisasi atau dirawat di rumah sakit merupakan kejadian yang dapat menimbulkan
kecemasan baik bagi anak maupun orang tuanya. Idealnya, anak sakit seharusnya dirawat
dirumah dengan keluarganya. Namun kadang±kadang keluarga tidak dapat melakukannya karena
hambatan lingkungan, sosial dan pekerjaan atau karena keadaan anak cukup parah sehingga
butuh perawatan di rumah sakit. Orang tua seringkali merasa gagal dalam merawat anaknya
bilamana anak membutuhkan perawatan di rumah sakit, dan kadang±kadang mengalami
kecemasan jika anaknya dirawat dirumah sakit (Lewer, 1996)
Sakit dan hospitalisasi menimbulkan krisis pada kehidupan anak. Di rumah sakit, anak harus
menghadapi lingkungan yang asing, pemberi asuhan yang tidak dikenal, dan gangguan terhadap
gaya hidup mereka. Seringkali, mereka harus mengalami prosedur yang menimbulkan nyeri,
kehilangan kemandirian, dan berbagai hal yang tidak diketahui. ( Wong, 2003 )
Anak mengalami reaksi terhadap hospitalisasi, sebelum masuk, selama di rumah sakit dan
setelah pemulangan. sakit dari seorang anak bahkan lebih penting dari usianya dan kematangan
intelektual dalam memprediksikan tingkat penyesuaian sebelum di bawa ke rumah sakit. Ini
mungkin saja dipengaruhi oleh durasi, kondisi atau rawatan sebelumnya atau mungkin juga
tidak. Oleh karena itu perawat harus menghindari kesalahan menilai konsep sakit anak yang
pernah merasakan pengalaman medik sebelumnya (Whaley & Wong, 1999). Saat melakukan
asuhan keperawatan, perawat harus mempunyai pengetahuan dan sikap yang baik untuk
mengidentifikasi timbulnya dampak negatif tersebut agar dapat segera memberikan penanganan
dini.
Selama anak mengalami hospitalisasi, keluarga memainkan suatu peran bersifat mendukung
selama masa penyembuhan dan pemulihan anggota keluarga. Apabila dukungan semacam ini
tidak ada, maka keberhasilan penyembuhan/ pemulihan (rehabilitatif) sangat berkurang
(Friedman, 2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi keluarga terhadap penyakit anaknya adalah : keseriusan
penyakit yang mengancam anak, pengalaman dengan penyakit atau hospitalisasi prosedur medis
termasuk pengobatan dan diagnosis, sistem pendukung yang ada, kekuatan pribadi, kemampuan
koping stress tambahan pada keluarga, keyakinan agama dan latar belakang budaya dan pola
komunikasi diantara anggota keluarga (Whaley and Wong¶s, 1999)