Anda di halaman 1dari 26

BAB.

I
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP SEJARAH

A.        Apa Itu Sejarah?


Secara etimologi, sejarah berasal dari serapan bahasa Arab yaitu syajaroh yang berarti
pohon. Bagian-bagian dari pohon itu menunjukan adanya  aspek kehidupan yang saling
berhubungan, yang membuat pohon itu menjadi hidup. Kita lihat bagian dari pohon itu terdiri
dari akar, batang, dahan, ranting, daun dan buah. Dari gambaran pohon terdapat gerak yang
bersifat aktif yang terus menerus berubah sesuai dengan waktu dan ruang, karena sejarah
memiliki konsep dasar yaitu konsep perubahan, konsep tentang  waktu, dan konsep kontinuitas
dan diskontinuitas.  Jika kita hubungkan pengertian syajaroh dengan kehidupan manusia maka
dapat mengandung arti bahwa manusia itu hidup dan terus bergerak seiring dengan perjalanan
waktu dan tempat atau ruang dimana manusia itu berada. Kehidupan bukanlah sesuatu yang terus
menerus  tumbuh dan berkembang. Sebagai contoh, manusia dalam kehidupannya mengalami
fase-fase tertentu yaitu alam rahim, bayi, anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua. Fase-fase
tersebut menunjukan adanya kesinambungan dalam kehidupan manusia. Kesinambungan itu
terjadi karena manusia diikat oleh waktu dan ruang. Ada masa lalu, masa sekarang dan masa
yang akan datang. Masa lalu akan menentukan masa sekarang, dan masa sekarang akan
menentukan
Kata-kata arab lainnya yang memiliki arti yang hampir sama dengan Syajaroh antara lain
silsilah, riwayat atau hikayat, kisah dan tarikh. Silsilah menunjuk pada keluarga dan nenek
moyang. Pada masa kerajaan-kerajaan masa lampau sering dibuat silsilah keluarga raja mulai 
dari siapa pendiri kerajaan sampai pada raja yang sedang berkuasa. Riwayat atau hikayat
dikaitkan  dengan cerita  yang diambil dari kehidupan, baik perorangan maupun keluarga.
Riwayat dapat berarti laporan atau cerita  tentang kejadian. Hikayat yaitu cerita tentang
kehidupan yang menjadikan manusia sebagai objeknya atau disebut dengan biografi. Jika objek
cerita itu tentang kehidupan seseorang atau diri sendiri maka disebut autobiografi. Tujuan dari
autobiografi ini antara lain adalah agar masyarakat dapat mengetahui  riwayat hidup dan
perjuangannya. Di Indonesia, kata-kata yang artinya serupa dengan sejarah antara lain babad,
tambo, pustaka, dan cerita. Babad dalam bahasa jawa berarti memangkas. Hasil dari pembabadan
ini adalah suasana terang. Maka dalam hal ini sejarah itu bertugas memberikan penerangan
tentang suatu keadaan. Ada pula dalam bahasa asing yaitu history/historia, yang berasal dari kata
history yang berarti ilmu atau dapat diterjemahkan orang pandai. Dalam perkembangannya, kata
historia  berarti pengertian tentang gejala-gejala  terutama yang berkaitan dengan kehidupan
manusia secara kronologis. Dengan demikian dari etimologi, sejarah itu dapat diartikan sesuatu
yang terkait dengan ilmu, terkait dengan perkembangan  suatu keluarga atau masyarakat, dan
merupakan sesuatu yang telah terjadi atau masa lampau umat manusia. Untuk dapat memberikan
gambaran  tentang pengertian sejarah secara lengkap, para ahli menjelaskan beberapa definisi
antara lain :

1. Herodotus : Sejarah tidak berkembang kearah depan dengan tujuan pasti melainkan
bergerak seperti garis lingkaran yang tinggi rendahnya diakibatkan oleh keadaan
manusia.
2. Ibnu Khaldun : Sejarah adalah catatan tentang masyarakat umat manusia atau peradaban
dunia dan tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada watak masyarakat itu. Lebih
jauh ia mambagi pengertian sejarah dari dua sisi : sisi luar dan sisi dalam. Dari sisi luar
dijelaskan bahwa sejarah merupakan perputaran waktu, rangkaian peristiwa dan
pergantian kekuasaan. Sedangkan dari sisi dalam, sejarah adalah sesuatu penalaran kritis
dan usaha yang cermat untuk mencari kebenaran, suatu penjelasan yang cerdas tentang
sebab akibat, tentang asal-usul segala sesuatu, dan suatu pengetahuan yang mendalam
tentang mengapa serta bagaimana peristiwa itu terjadi.
3. R. Moh. Ali : menerangkan bahwa sejarah adalah keseluruhan perubahan dan kejadian
yang benar-benar telah terjadi. Sejarah adalah ilmu yang menyelidiki perubahan yang
benar-benar terjadi pada masa lampau.
4. Robert V. Daniels mendefinisikan sejarah sebagai kenangan dari tumpuan masa silam.
Sejarah yang dimaksud adalah  sejarah manusia. Manusia merupakan pelaku sejarah.
Kemampuan yang dimiliki manusia adalah kemampuan untuk menangkap kejadian-
kejadian yang ada disekelilingnya. Hasil dari tangkapan tersebut akan menjadi ingatan
atau memori dalam dirinya. Dan memori ini akan menjadi sumber sejarah.
5. Robin Winks menyatakan sejarah adalah studi tentang manusia dalam kehidupan
masyarakat manusia, perubahan masyarakat yang terus menerus merekam ide-ide yang
membatasi aksi-aksi masyarakat, dan merekam kondisi-kondisi material yang telah
membantu atau merintangi perkembangannya.

Berdasakan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sejarah adalah studi


tentang :
1.      manusia baik sebagai individu maupun kelompok
2.      manusia dalam konteks waktu
3.      manusia dalam kehidupan masyarakat
4.      masyarakat yang senantiasa berubah
5.      kejadian masa lalu manusia yang dapat memberikan pelajaran pada masa kini dan masa yang
akan datang.

B.        Kegunaan Sejarah


Sejarah sebagai ilmu tidak ada gunanya jika tidak bermanfaat bagi manusia. Kegunaan
sejarah secara sempit dapat dirasakan dalam bidang pengajaran. Sejak dari taman kanak-kanak
sampai sekolah lanjutan, bahkan sekolah tinggi, para siswa diberi pelajaran sejarah. Pada setiap
tingkat pendidikan, pengajarannya disesuaikan dengan tingkat kemampuan anak didik. Ditingkat
pendidikan dasar cenderung bersifat sebagai hafalan, disekolah lanjutan pada sifat pengertian,
sedangkan di pendidikan tinggi ditekankan pada sifat kritik dan analisis. Diluar pengajaran,
sejarah mempunyai kegunaan yang luas dan mendalam. Beberapa kegunaan sejarah antara lain :
1.      Bersifat edukatif
Kita sering mendengar ungkapan “belajar dari sejarah”, “belajarlah dari pengalaman”,
“sejarah mengajarkan kepada kita”, “Historia Vitae Magistra” (Sejarah adalah guru kehidupan)
dan ungkapan lain. Ungkapan tersebut mengandung arti bahwa sejarah memberi pelajaran bagi
kehidupan manusia. Banyak nilai-nilai berharga yang dapat kita petik dari pelajaran sejarah,
seperti kebenaran, keadilan, kejujuran, kearifan, keberanian, rela berkorban, dan lain-lain. Jadi
sejarah banyak mengajarkan moral.
Peristiwa masa lalu tidak sedikit memberikan pelajaran tentang menegakkan kebenaran dan
keadilan. Ketika bangsa kita dijajah, banyak terjadi perlawanan yang dilakukan oleh para
pejuang dalam menegakkan kebenaran untuk melepaskan diri dari kekuasaan bangsa lain dan
mendirikan sebuah negara yang bebas. Perjuangan yang mereka lakukan tidaklah sia-sia.
Indonesia menjadi negara yang merdeka dan berdaulat. Apa yang mereka perjuangkan dimasa
lalu memiliki nilai-nilai luhur dan dapat menjadi cermin kehidupan bagi kita sekarang.
2.   Kegunaan Inspiratif
Berbagai kisah sejarah dapat memberikan inspirasi pada pembaca dan pendengarnya.
Belajar dari kebangkitan nasional yang dipelopori  oleh berdirinya Budi Utomo sebagai
organisasi perjuangan yang modern, masyarakat Indonesia sekarang berusaha mengembangkan
kebangkitan nasional kedua. Pada kebangkitan nasional pertama, bangsa Indonesia berusaha
merebut kemerdekaan yang sekarang ini sudah dicapainya.  Untuk mengembangkan dan
mempertahankan kemerdekaan, bangsa Indonesia ingin melakukan kebangkitan nasional kedua
dengan bercita-cita mengejar ketertinggalannya dari bangsa lain. Bangsa Indonesia tidak hanya
ingin merdeka, tetapi juga ingin menjadi bangsa yang maju dan mampu mensejahterakan
rakyatnya. Untuk itu bangsa Indonesia sekarang harus giat menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi. Melalui iptek yang dikuasainya, bangsa Indonesia berpeluang menjadi bangsa yang
maju dan disegani serta dapat ikut menjaga ketertiban dunia. Dalam kebangkitan umat, para
pemimpin Islam juga dapat menjadikan peristiwa  masa lampau sebagai inspirasi. Dalam masa
sekarang umat Islam diajak untuk dapat kembali bangkit sebagai pemenang dalam mengarungi
kehidupan dunia. Berbagai usaha untuk meningkatkan sumber daya manusia dilakukan dimana-
mana, seperti pengembangan lembaga pendidikan diberbagai pesantren dan mendirikan beberapa
lembaga keuangan yang tidak diharamkan oleh agama.
2.      Kegunaan rekreatif
Kegunaan lain dari sejarah adalah kegunaan rekreatif. Kegunaan sejarah sebagai kisah
dapat memberi suatu hiburan yang segar. Melalui penulisan kisah sejarah yang menarik pembaca
dapat merasa terhibur. Gaya penulisan yang hidup dan komunikatif dari para sejarawan terasa
mampu menghipnotis pembaca. Konsekuensi rasa senang dan daya tarik penulisan sejarah
tersebut pembaca merasa senang. Membaca menjadi media hiburan dan rekreatif. Membaca telah
menjadi bagian dari kesenangan, dan dirasakan sebagai kebutuhan. Pembaca tulisan sejarah tidak
hanya merasa senang layaknya membaca novel, tetapi juga dapat berimajinasi kemasa lampau.
Disini sejarawan dapat menjadi pemandu atau guide. Orang yang ingin melihat situasi suatu
daerah dimasa lampau dapat membacanya dari hasil penulisan para sejarawan.  Melalui proses
rekreasi terhadap berbagai peristiwa sejarah dimasa lampau memungkinkan orang untuk
bercermin diri.
Untuk dapat mengetahui masa lampau, maka kita memerlukan berbagai sumber. Ada sumber
yang mudah diperoleh dan ada pula sumber yang sangat sulit untuk di dapatkan. Ada tiga macam
sumber sejarah yaitu sebagai berikut:
1.            Sumber Lisan
Keterangan berupa ucapan atau perkataan dari orang-orang yang mengalami peristiwa secara
langsung atau menjadi saksi langsung dari peristiwa tersebut.

2.            Sumber Tertulis


Sumber yang berupa prasasti-prasasti, dokumen, naskah, babad, rekaman dan  tulisan yang
terdapat pada benda seperti batu, logam, kayu, bambo, gerabah, tulang, tanduk, daun lontar.
3.            Sumber Benda
Sumber yang berupa peninggalan-peninggalan sejarah ataupun benda-benda budaya seperti kapak,
gerabah, perhiasan, manik-manik dan hasil benda lainya.

C.          Sumber dan Fakta sejarah


1.            Sumber Sejarah
Sumber sejarah adalah sesuatu yang secara langsung ataupun tidak menyampaikan kepada
kita tentang sesuatu kenyataan dimasa lampau. Bagi seorang sejarawan, sumber sejarah
merupakan alat, bukan tujuan akhir. Adanya sumber sejarah merupakan bukti dan fakta adanya
kenyataan sejarah. Dengan sumber inilah, sejarawan dapat mengetahui kenyataan sejarah. Tanpa
adanya sumber, sejarawan tidak akan bisa bercerita apa-apa tentang masa lalu. Sumber sejarah
dapat diklasifikasikan menjadi sumber primer dan sumber sekunder; sumber tertulis dan sumber
lisan, dan peninggalan benda atau artefak. Sumber primer adalah sumber asli yang menunjukan
kesaksian langsung pada saat peristiwa sejarah terjadi. Sedangkan sumber sekunder adalah
sumber yang ditulis oleh sejarawan berdasarkan sumber primer atau sumber yang bukan
merupakan kesaksian langsung.
Sumber tertulis merupakan sumber yang banyak digunakan dalam penelitan sejarah. Apa
yang tertulis dalam sumber sejarah akan memberikan informasi tentang kenyataan dimasa
lampau. Jenis sumber ini dapat berupa catatan pribadi, surat-surat, prasasti, dokumen, notulen
rapat, laporan-laporan, surat kabar, dan lain-lain. Sedangkan sumber lisan adalah keterangan
langsung yang diberikan oleh seseorang baik yang menjadi pelaku sejarah dan saksi langsung,
ataupun yang mengetahui tentang suatu peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Orang yang
memberikan keterangan lisan ini bertanggung jawab atas kebenaran kejadian yang dikisahkannya
sehingga informasinya dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dipergunakan  sebagai sumber
sejarah. Untuk memperoleh sumber lisan ini, sejarawan melakukan metode wawancara.
Sumber lisan memiliki keterbatasan. Keterbatasan ini lebih disebabkan oleh factor manusia
sebagai sumber. Kita akan kehilangan sumber lisan jika orang yang mengetahui sesuatu
peristiwa telah meninggal dunia, selain itu daya ingat manusia sangat terbatas. Semakin jauh
jarak antara  peristiwa yang dialami seseorang, kemungkinan besar orang tersebut akan lupa.
Keterbatasan ingatan seseorang akan membuat sumber informasi yang dibutuhkan  menjadi
kurang akurat. Adapun contoh sumber Sejarah adalah sebagai berikut :

2.            Fakta Sejarah


Kita sering melihat kejadian-kejadian di jalan, misalnya orang berjualan, abang becak
menarik becaknya, pemulung memungut barang-barang bekas, dan lain sebagainya. Peristiwa-
peristiwa itu merupakan sebuah kejadian, sebuah kenyataan yang benar-benar terjadi. Gejala,
kejadian atau kenyataan itu dapat ditanggapi dengan membuat pernyatan, rumusan atau komentar
yang dapat menggambarkannya. Pernyataan atau rumusan  tentang peristiwa itulah yang
kemudian disebut sebagai fakta. Jadi pada prinsipnya yang dimaksud dengan fakta sejarah adalah
suatu rumusan atau pernyataan yang dapat dibuktikan “ada” atau “tidak ada” dalam kenyataan.
Menurut Sartono Kartodirjo, fakta sebenarnya merupakan produk dari proses mental
(sejarawan) atau memorisasi karena itu wajar kalau fakta itu ada unsur subjektifitasnya. Untuk
itulah dalam penelitian sejarah diperlukan ketajaman interpretasi dan kejujuran para sejarawan.
F.J. Tiger mendefinisikan fakta sebagai hasil penyelidikan secara kritis yang ditarik dari
sumber-sumber dokumenter. Sedangkan Louis Gottschalk mengartikan fakta sebagai suatu unsur
yang dijabarkan secara langsung atu tidak langsung dari sumber sejarah yang dipandang
kredibel. Dari pandangan para ahli tersebut dapat dikatakan bahwa fakta dalam sejarah adalah
rumusan atau kesimpulan yang diambil dari sumber sejarah atau dokumen.
Sedangkan berdasarkan bentuknya, fakta diklasifikasikan menjadi :
1.      Mentifact; keyakinan dalam masyarakat
2.      Artefact; berupa bangunan, benda-benda arkeologi
3.      Sosiofact; berbagai jenis interaksi dan aktifitas masyarakat

D.                Pengertian Zaman Prasejarah Dan Zaman Sejarah


1.      Kurun Waktu Sejarah
Setelah dijelaskan mengenai apa itu sejarah, maka untuk lebih memudahkan mempelajari
sejarah, kurun waktu sejarah akan dibagi menjadi dua bagian yaitu zaman  Prasejarah dan zaman
Sejarah.
2.      Zaman Prasejarah
Zaman sebelum manusia mnegnal tulisan, biasanya disebut zaman Prasejarah. Oleh
karena itu zaman Prasejarah adalah uraian mengenai kehidupan serta kebudayaan manusia pada
masa lampau sebelum ada bukti-bukti tertulis. Zaman  Prasejarah juga biasa disebut sebagai
zaman nirleka (nir: tidak; leka:tulisan), jadi nirleka adalah zaman tanpa tulisan.

3.      Zaman Sejarah


Zaman sejarah adalah zaman dimana peninggalan tertulis sudah ditemukan. Setiap daerah
memasuki zaman Sejarah yang berbeda-beda. Contohnya Indonesia, diperkirakan memasuki
zaman Sejarah pada abad ke-4 Masehi. Akan tetapi, di Mesir mereka sudah memasuki zaman
sejarah jauh lebih dulu, yakni sekitar 4000 SM. Cepat tidaknya suatu kelompok masyarakat
memasuki zaman Sejarah, tergantung dari tinggi atau rendahnya tingkat kebudayaan yang sudah
mereka miliki.

E.                 Pembabakan Zaman Prasejarah


Para ahli membaginya berdasarkan dua hal, yakni secara geologi, dan secara arkeologi.
Apabila kita membagi zaman Prasejarah berdasarkan arekeologi maka masa ini dibagi menjadi
dua, yakni sebagai berikut :
1.      Zaman Batu
Zaman ini disebut zamanbatu karena alat-alat yang ditemukan pada umumnya masih terbuat dari
batu, walaupun ditemukan pula beberapa alat-alat dari tulang atau tanduk hewan. Zaman batu
terbagi atas zaman Paleolithikum, Mesolithikum, Neolithikum dan Megalithikum.
2.      Zaman Logam
Pada zaman ini kemampuan manusia Prasejarah dalm membuat barang-barang mengalami
peningkatan. Terbukti dengan ditemukannya alat-alat dari logam, yang menunjukan mereka telah
memiliki kemampuan untuk mengolah bijih besi. Zamn logam terbagi atas zaman tembaga,
logam dan besi.

F.                 Jenis-Jenis Sejarah


Bergantung pada focus kajiannya penelitian sejarah memiliki berbagai topik. Misalnya
ada yang menekankan pada aspek ekonomi, sosial, politik, budaya, dan lain-lain. Maka hal ini
akan melahirkan beberapa jenis sejarah. Contohnya, sejarah ekonomi, sejarah keluarga, sejarah
politik, sejarah militer, sejarah budaya, sejarah sosial, sejarah
intelektual, dan lain sebagainya.
1. Sejarah Ekonomi

Segala kegiatan perekonomian manusia pada masa lalu dapat


ditulis menjadi sejarah ekonomi. Misalnya kegiatan produksi,
penjualan, pembelian, penawaran dan permintaan barang, penggunaan
sumber daya ekonomi, hubunan daang dengan negara dan bangsa lain.
Ruang lingkup penulisan sejarah ekonomi bisa dalam skala mikro
maupun makro. Ruang  lingkup yang mikro misalnya sejarah ekonomi pedesaan. Hal-hal yang
bisa kita kaji antara lain bagaimana kegiatan sehari-hari msayarakat dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, dengan melihat berbagai factor. Dalam skala makro sejarah ekonomi bisa meninjau
perekonomian nasional. Misalnya sejarah perekonomin Indonesia pada masa kolonial Belanda.
Kita bisa melihat tentang peraturan apa yang diterpkan pemerintah kolonial pada masa itu,
bagaimana pengaruhnya terhadap kehidupan msyarakat, dan lain sebagainya.

2. Sejarah Keluarga

Secara sederhana keluarga merupakan suatu ikatan terkecil dalam masyarakat. Dalam
keluarga terdapat sekumpulan individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Dalam menulis
sejarah keluarga, kita tidak hanya melihat keluarga sebagai unit tempat tinggal sekelompok
manusia, tetapi kita bisa melihat keluarga dalam konteks sosiologis dan antropologis. Dalam
konteks sosiologis, keluarga adalah sebuah struktur yang dapat berubah, dapat dilihat sebagai
unit sosial, politik, ekonomi dan budaya, system nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga
tersebut.  Sebagai suatu struktur maka keluarga dapat membangun suatu perubahan dalam ruang
lingkup yang lebih luas. Sejarah asal-usul suatu daerah biasanya dapat dikaitkan dengan lahirnya
sebuah keluarga yang menjadi cikal bakal penguasa didaerah tersebut. Tampilnya keluarga
sebagai penguasa awal suatu daerah dapat menjadikan sebuah keluarga memiliki peran sebagai
unit politik. Perkembangan sejarah keluarga bisa berkaitan dengan sejarah perkembangan politik
dari suatu daerah. Perkembangan sejarah keluarga bisa kita lihat dengan pendekaratan
antropologi, misalnya dengan system kekerabatan yang dianut oleh keluarga tersebut.
Secara garis besar system kekerabatan dapat dibagi menjadi dua, yaitu matrilineal dan
patrilineal. Matrilineal adalah kekerabatan yang didasarkan pada garis keturunan ibu. Sedangkan
patrilineal adalah kekerabatan yang didasarkan pada garis keturunan ayah.
3. Sejarah Politik

Politik biasanya diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan


dengan kekuasaan. Dalam kekuasaan terdapat berbagai komponen,
misalnya penguasa atau pemerintah, system pemerintahan, parlemen,
undang-undang, partai politik, dan lain-lain. Penulisan sejarah yang
bertemakan komponen-komponen tersebut biasanya dikelompokan
sebagai sejarah politik Dalam sejarah politik biasanya menampilkan
“orang-orang besar” yang memiliki pengaruh atau pemimpin negara dan tokoh terhadap
kekuasaan. Misalnya raja dan tokoh negara lainnya.

4. Sejarah Militer

Sejarah militer didefinisikan sebagai sejarah angkatan bersenjata dan perilaku perang.
Yang dapat dibahas dalam sejarah militer misalnya strategi yang digunakan, kekuatan pasukan
yang berperang, senjata yang dimiliki, dan lain-lain. Dalam penulisan sejarah militer yang sudah
berkembang, penulisan  sejarah perang  tidak hanya ditonjolkan aspek-aspek operasional militer
saja, melainkan juga dengan melihat aspek-aspek lainnya, misalnya aspek ekonomi, sosial dan
ideologi. Karena kekuatan perang ternyata bukan hanya terletak pada kekuatan teknologi
persenjataan yang dimilikinya, tetapi juga factor-faktor lain yang mendukungnya. Contohnya,
bagaimana mungkin bangsa Indonesia dapat memenangkan perang melawan Belanda dan sekutu
jika hanya mengandalkan senjata bambu runcing.
5. Sejarah Sosial

Sejarah sosial adalah sejarah tentang masyarakat. Masyarakat


dilihat sebagai suatu keseluruhan, sebagai bentukan sosial atau sebagai
struktur dan proses. Berbagai aspek kehidupan bisa dilihat sebagai
bagian dari kenyataan sosial hidup manusia. Sejarah sosial mencoba
mengungkap kehidupan orang-orang kecil, seperti petani, buruh, dan
lain-lain. Peran orang-orang kecil itu ditampilkan dengan pendekatan struktur. Maksudnya
adalah mereka merupakan suatu gambaran masyarakat yang terstruktur. Sebagai suatu struktur,
maka dapat dilihat adanya perubahan-perubahan dalam suatu periode tertentu. Perubahan ini
terjadi disebabkan oleh adanya berbagai factor.

6. Sejarah Intelektual

Berfikir merupakan salah satu legiatan manusia sejak manusia itu ada. Hasil-hasil
pemikiran manusia pada masa lampau merupakan kajian dari sejarah intelektual. Pemikiran-
pemikiran yang lahir dari kegiatan manusia dimasa lalu memiliki berbagai tema, antara lain
filsafat, politik, ekonomi, agama, dan sebagainya.
Pemikiran filsafat Yunani yang  berkembang berabad-abad yang lalu, telah dikembangkan oleh
para filosuf Islam pada abad ke-7 dan 8, sehingga pada masa itu dunia Islam mengalami
kejayaan diberbagai bidang. Kemajuan ilmu pengetahuan Islam ini dapat ditulis menjadi sebuah
sejarah intelektual. Untuk mengkaji sejarah intelektual Islam, maka harus melacaknya
kebelakang pada perkembangan filsafat Yunani.
Sejarah intelektual di Indonesia dapat kita lakukan dengan mengkaji  beberapa pemikiran para
tokoh nasional. Bagaimana kita mengkaji pemikiran-pemikiran itu, kita dapat mulai mempelajari
dari latar belakang pendidikannya. Pada umumnya, para tokoh nasional Indonesia berlatar
belakang pendidikan Belanda. Walaupun demikian, dalam prakteknya mereka mencoba
menyesuaikan dengan kondisi objektif masyarakat di Indonesia.

G.                Klasifikasi Jejak Sejarah


Pada masyarakat yang belum mengenal tulisan, sejarah dapat diperoleh dengan cara
menelusuri kebenaran dalam jejak sejarah peristiwa masa lampau. Klasifikasi jejak sejarah dapat
berupa folklore, mitologi, legenda, upacara dan lagu.
1. Folklore.
Folklore merupakan kata majemuk yang terdiri dari dua kata dasar
folk dan lore. Folk berarti sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri
pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari
kelompok-kelompok sosial lainnya. Ciri-ciri pengenal itu antara lain
warna kulit, bentuk rambut, mata pencaharian, bahasa, taraf
pendidikan, dan agama yang sama. Dan kata lore  merupakan tradisi
dari folk, yaitu sebagian kebudayaan yang diwariskan secara lisan atau
melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat
pembantu pengingat (mnemonic device).
Dengan demikian folklore dapat diartikan sebagai bagian dari kebudayaan yang
disebarkan dan diwariskan secara tradisional, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang
disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat. Atau, folklore merupakan adat
istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan turun temurun tetapi tidak dibukukan.
2. Mite atau Mitologi.
Adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh
yang memiliki cerita. Tokoh mite adalah para dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwanya
terjadi didunia lain. Mite pada umumnya mengisahkan terjadinya alam semesta, dunia, manusia
pertama, terjadinya maut, bentuk khas binatang, bentuk topografi, gejala alam, dan sebagainya.
Mitologi juga mengisahkan petualangan para dewa. Contoh mitologi Yunani yang menganggap
Dewa Zeus sebagai kepala para dewa yang berkedudukan di Bukit Olimpus. Untuk
menghormatinya dibuatkan bangunan Parthenon, dan juga diadakan pesta olah raga yang sampai
sekarang dikenal sebagai pesta olahraga Olimpiade.
Cerita tentang hal yang berbentuk mite pada setiap daerah terkadang ada yang sama dan
ada pula yang hanya dimiliki satu daerah tertentu. Contohnya, cerita tentang asal mula terjadinya
beras yang dikaitkan dengan cerita Dewi Sri. Walaupun tokohnya sama, tetapi jalannya cerita
terkadang berbeda-beda.
 3. Legenda
Legenda adalah cerita rakyat zaman dahulu yang ada hubungannya
dengan sejarah. Tokohnya bukan lagi para dewa, melainkan
manusia biasa sehingga sifat sakralnya berkurang. Karena legenda
sering disertai dengan barang bukti, banyak daerah memiliki
legenda yang ceritanya berbeda-beda, namun polanya sering sama.
Misalnya yang berkaitan dengan cerita mas kawin yang harus
disiapkan pria pelamar dalam tempo satu malam. Seperti cerita Gunung Tengger (Jawa Timur),
Roro Jonggrang (Jawa Tengah), Sangkuriang (Jawa Barat), dan Istana Muara Jambi (Jambi).
Ada beberapa macam legenda, diantaranya adalah legenda alam gaib yang biasanya merupakan
kisah yang dianggap benar-benar terjadi dan pernah dialami seseorang. Legenda semacam ini
berfungsi memperkokoh “takhayul” atau kepercayaan rakyat. Biasanya banyak menyangkut
tempat yang memberi kesan angker. Misalnya “Si Manis Jembatan Ancol” atau kepercayaan
terhadap adanya hantu, genderuwo, kuntilanak, dan sundel bolong. Legenda keagamaan yang
berkaitan dengan agama. Contohnya tentang asal mula jakun yang dimiliki setiap pria.
Dikisahkan bahwa ketika Nabi Adam memakan buah Kuldi yang terlarang ketahuan oleh Tuhan
sehingga ia tercekik dan buah kuldinya itu tersangkut dileher. Atau cerita tentang orang-orang
saleh dan penyebar agama Islam di Jawa yang dikenal sebagai Wali Sanga. Mereka  dianggap
sebagai orang-orang suci yang memiliki kesaktian dan kelebihan  dibandingkan dengan manusia
biasa pada umumnya.
Legenda setempat, berhubungan dengan tempat tertentu, baik nama maupun
topografinya. Misalnya cerita tentang Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat. Dikisahkan
tentang cinta Sangkuriang terhadap seorang putri yang bernama Dayang Sumbi, yang tidak lain
adalah ibunya sendiri. Karena Dayang Sumbi mengetahui bahwa Sangkurian adalah anaknya,
maka ia meminta Sangkuriang untuk membuat sebuah perahu besar dalam waktu semalam.
Karena waktunya tidak terpenuhi, Sangkuriang marah dan menendang perahu yang belum selesai
itu sehingga tertelungkup. Maka, jadilah Gunung Tangkuban perahu. Contoh lain dari legenda
setempat adalah asal mula nama kota Pandeglang, yang berasal dari kata Pandai Gelang (tempat
orang-orang yang ahli membuat gelang). Atau nama Balaraja, yang berasal dari kata Bale Raja
(tempat peristirahatan raja). Legenda perseorangan menyangkut tokoh-tokoh tertentu yang
disusun oleh pemilik cerita sebagai peristiwa yang benar-benar terjadi. Pada umumnya
merupakan saduran yang sudah beraneka ragam. Misalnya cerita “Si Pitung dari Betawi” seorang
dari lapisan bawah yang membela rakyat  kecil terhadap
kekuasaan Kolonial.
4. Dongeng    
Dongeng adalah cerita rakyat yang  dianggap tidak benar-
benar terjadi. Dongeng diceritakan untuk hiburan, walaupun
banyak juga yang melukiskan nasehat, kebenaran, pelajaran, atau
sindiran. Dongeng digolongkan dalam dongeng binatang,
dongeng manusia, dan dongeng lucu. Dongeng binatang (fabel)
adalah dongeng yang tokoh utamanya adalah binatang. Tokoh
binatang tersebut dapat berbicara dan berakal budi seperti manusia. Misalnya tokoh si Kancil, si
Kera, dan lain-lain. Fabel di Jawa dan Bali disebut Tantri. Dongeng yang tokohnya manusia
disebut dongeng manusia. Pada umumnya berkisar tentang cerita suka duka seseorang.
Dibeberapa tempat cerita dongeng manusia banyak terdapat persamaan. Misalnya cerita
“Cinderella” dan “Bawang Merah dan Bawang Putih”, yang mengisahkan tentang seorang
wanita yang dimusuhi oleh saudara dan ibunya sendiri. Atau cerita tentang anak durhaka, seperti
“Malin Kundang” dari Sumatera Barat, “Si Boncel” dari Jawa Barat Dan dongeng lucu, yaitu
dongeng yang bersifat lelucon. Tokohnya biasanya adalah orang bodoh dan lugu, pandir, cerdik
serta banyak akal. Misalnya cerita “Si Kabayan” dari Jawa Barat, “Pak Belalang” dari Melayu,
“Pan Balangtamak” dari Bali, dan lain-lain.
4.      Upacara
Upacara adalah kegiatan yang dilakukan sehubungan dengan peristiwa yang pernah
terjadi dan erat kaitannya dengan mitologi, legenda atau peristiwa penting yang berkaitan dengan
manusia seperti kelahiran, pernikahan dan kematian. Peringatannya dteruskan secara berulang-
ulang sehingga terpelihara secara turun temurun. Pemeliharaan yang demikian dimaksudkan
untuk melestarikan jiwa peristiwa yang penting agar terwarisi oleh generasi berikutnya.
Dalam masyarakat yang belum mengenal tulisan, cerita-cerita tentang masa lalunya atau
tentang asal usul sesuatu sering dijadikan kepercayaan. Apalagi jika cerita itu menampilkan
seorang tokoh yang dianggap sakral. Masyarakat akan menghormati tokoh itu bahkan
menyembahnya. Tokoh tersebut bisa berupa manusia yang memiliki kesaktian ataupun dewa.
Bentuk penghormatan terhadap tokoh itu dengan jalan melakukan upacara. Upacara merupakan
bentuk perilaku masyarakat yang menunjukan kesadaran terhadap masa lalunya. Masyarakat
menjelaskan tentang masa lalunya melalui upacara. Melalui upacara kita dapat melacak asal-usul
baik itu tempat, tokoh, sesuatu benda, kejadian alam dan lain-lain.  Misalnya ketika manusia
melihat kejadian alam berupa petir yang menyambar pohon sehingga menyebabkan kebakaran,
maka timbul anggapan bahwa ada sesuatu yang memiliki kekuatan. Sesuatu itu disebutlah
sebagai dewa petir. Dan untuk menghormatinya dilakukanlah upacara pemujaan. Atau seperti
yang terjadi pada masyarakat yang memuja dewa matahari sebagai penguasa tertinggi. Untuk
menghormatinya dibangunlah suatu monumen sebagai tempat upacara. Contohnya, Obelisk di
Mesir.
5. Lagu

Lagu yang dimaksud adalah nyanyian yang telah lama


keberadaannya dan berkaitan dengan lagu-lagu yang
dinyanyikan oleh rakyat kecil sehingga disebut nyanyian
rakyat (folksong). Dalam nyanyian rakyat, kata-kata dan lagu
merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Akan tetapi,
teks yang sama tidak selalu dinyanyikan dengan lagu yang
sama. Sebaliknya, lagu yang sama sering digunakan untuk
menyanyikan beberapa teks nyanyian rakyat yang berbeda.
Nyanyian rakyat memiliki perbedaan dengan nyanyian
lainnya, seperti lagu pop atau klasik. Hal ini dikarenakan
sifatnya yang mudah berubah dan tidak kaku, baik bentuk
maupun isinya.

H.        Tradisi Sejarah Pada Masyarakat Sebelum Mengenal Tulisan


Zaman ketika masyarakat Indonesia belum mengenal tulisan disebut zaman pra sejarah.
Zaman ini berlangsung sejak manusia ada sampai manusia mulai mengenal tulisan. Masyarakat
prasejarah meninggalkan benda-benda kebudayaan dan mewariskannya kepada anak cucunya,
yaitu berupa alat-alat dari batu, tulang, logam, dan lain-lain. Oleh karena jaman itu belum
mengenal tulisan, maka kehidupan mereka hanya dapat diteliti dengan cara merekonstruksi cara
hidupnya berdasarkan benda-benda peninggalan tersebut.
Pada masa hidup berpindah-pindah/nomaden masyarakat
prasejarah menggunakan kapak perimbas (chopper) dan kapak penetak
(Chopping tool). Alat-alat ini banyak ditemukan di Pacitan, Bengkulu,
Awangbangkal (Kalimantan), Cabbenge (Sulawesi) dan Lahat (Sumatera). Selain itu juga
digunakan flakes (serpih) yang ditemukan di Jawa, Sulawesi Selatan dan Timor. Dan alat dari
tulang yang ditemukan di Ngandong, Ngawi, gua Sampung. Diperkirakan masyarakat pada masa
ini tidak hanya hidup berburu, tetapi juga sudah bercocok tanam.
Ketika bangsa Proto Melayu masuk ke Indonesia dari daratan Asia, masuk pula
kebudayaan baru. Kebudayaan itu oleh Madame Madelene Colani disebut sebagai kebudayaan
Bacson-Hoabinh. Peralatan dari kebudayaan ini  antara lain kapak persegi (kapak bahu), beliung
persegi, pebble (kapak Sumatera), kapak genggam, dan kapak lonjong, juga batu serpih, gerabah
dan perhiasan. Kemudian masuk pula gelombang migrasi bangsa Deutro Melayu sekitar 400 –
300 SM dengan membawa kebudayaan Dongson. Mereka sudah mampu membuat alat-alat dari
logam, antara lain nekara, kapak corong, dan arca perunggu. Selain itu juga ada perhiasan
perunggu, benda besi, dan manik-manik. Karena pada masa ini masyarakat sudah  mengenal alat-
alat dari logam, maka disebut pula zaman logam.
 Pewarisan tradisi sejarah pada masyarakat yang belum mengenal tulisan dilakukan
dengan cara memberi suri tauladan. Tindakan atau perbuatan yang menyangkut tradisi sejarah
dicontohkan dalam kehidupan mereka agar ditiru dan diikuti. Tak cukup hanya memberi contoh,
juga diwariskan dengan cara mengikutsertakan dan melibatkan generasi penerusnya dalam segala
kegiatan kehidupannya. Generasi  muda diajak secara bersama-sama menjalankan kehidupan
yang berkebudayaan. Kepada mereka dititipkan pesan agar menjaga dan menjunjung tinggi
tradisi sejarah nenek moyangnya. Dengan demikian tradisi tersebut akan berlanjut dari genersi ke
generasi.

I.                   Tradisi Sejarah Masyarakat Yang Sudah Mengenal


Tulisan
Sejak jaman sebelum mengenal tulisan, bangsa Indonesia
dianggap telah memiliki sepuluh kebudayaan yang tinggi, seperti apa
yang dikemukakan oleh Brandes. Kebudayan  yang tinggi itu antara
lain, membatik, wayang, gamelan, logam, syair, uang, astronomi, ilmu
pelayaran, irigasi, pemerintahan yang teratur    ( macapat ).
Kebudayaan yang telah tinggi itu kemudian mendapat pengaruh dari
luar, yaitu pengaruh Hindu-Budha dari India. Pengaruh ini memperkaya kebudayaan bangsa
Indonesia dengan masuknya cabang kebudayaan lain, seperti seni bangunan, seni patung,
kesusastraan, dan seni pahat.
Kedua unsur kebudayaan Hindu dan Budha ini berkembang berdampingan dengan penuh
toleransi. Perkembangan kebudayaan Hindu Budha ini tampak pada rekaman tertulis yang
tersebar diberbagai daerah di Indonesia. Yang dimaksud dengan rekaman tertulis adalah salah
satu bentuk kesadaran masyarakat dalam merekam apa yang telah terjadi dimasa lampau yang
dianggap peristiwa penting. Cara yang dilakukan untuk merekam peristiwa itu dengan cara
menulisnya dalam suatu tulisan yang disebut naskah. Naskah-naskah peninggalan sejarah banyak
sekali tersebar diberbagai daerah dengan menggunakan  bahasa dan tulisan yang berbeda-beda.
Sebutan untuk naskah-naskah tersebut antara lain, babad, tambo, hikayat, kronik, prasasti, dan
lain-lain. Naskah tersebut dianggap naskah lama atau kuno. Ukuran kekunoan suatu naskah
didasarkan kepada Monumen STBL No.238 tahun 1931, yaitu berusia 50 tahun. Jadi yang
digolongkan sebagai naskah kuno adalah tulisan yang telah berusia lebih dari 50 tahun.
Di Indonesia naskah-naskah kuno itu sudah banyak yang berusia diatas 50 tahun. Bahan 
yang digunakan sangat beragam, selain kertas ada pula yang ditulis diatas bambu, kulit kayu,
rotan, daun nipah, dan lain-lain.Naskah kuno merupakan sumber informasi kebudayaan daerah
masa lampau yang sangat penting dan memiliki makna yang sangat berarti. Bahkan adanya
naskah kuno ini menjadi batas yang membedakan suatu masyarakat zaman  pra sejarah dengan
masyarakat zaman sejarah. Isi dari naskah-naskah kuno tersebut tidak semuanya menyangkut
cerita sejarah. Beberapa materi yang menjadi kandungan naskah kuno adalah ajaran agama,
filsafat, adat istidat, doa, obat-obatan, bahasa, bangunan, dan lain-lain. Meskipun tidak
menyangkut cerita sejarah, namun dapat dimanfaatkan pula sebagai bahan dalam menulis
sejarah. Naskah kuno yang berisi tentang kesejarahan dikategorikan kedalam bentuk historiografi
tradisional, karena dalam penulisannya dipengaruhi oleh factor budaya dimana naskah tersebut
ditulis. Dengan demikian naskah tersebut dapat menjadi hasil kebudayaan suatu masyarakat.
Sebagai kebudayaan suatu masyarakat maka penulisan historiografi tradisional dipengaruhi oleh
alam pikiran penulis naskah atau masyarakatnya.
Historiografi tradisional memiliki beberapa ciri, antara lain :
1.      Uraiannya dipengaruhi oleh ciri-ciri budaya masyarakat pendukungnya. Kebudayaan dari daerah
setempat  akan berpengaruh terhadap isi dari naskah tersebut, misalnya bahasa yang digunakan,
adat istiadat, dan lain-lain.
2.      Cenderung mengabaikan unsur-unsur fakta karena terlalu dipengaruhi atau dikaburkan oleh
system kepercayaan yang dimiliki masyarakatnya. Tokoh-tokoh yang menjadi fakta dalam
naskah tersebut dibumbui dengan unsur mistik, sehingga yang menonjol bukan tokohnya,
melainkan unsur mistik yang dimiliki tokoh tersebut.
3.      Adanya kepercayaan tentang kekuatan sakti, yang menjadi pangkal dari berbagai peristiwa alam,
termasuk yang menyangkut kehidupan manusia. Kekuatan ini menampakan diri dimana-mana
dan pada setiap saat. Sifat-sifat kekuatan sakti itu bisa bekerja secara otomatis, atau diperlukan
orang-orang tertentu untuk mengembangkan atau menggerakannya.
4.      Adanya kepercayaan akan klasifikasi magis yang mempengaruhi segala sesuatu yang ada di
alam ini, baik itu makhluk hidup maupun benda-benda mati, baik bagi pengertian-pengertian
yang dibentuk dalam akal manusia maupun bagi sifat-sifat yang terdapat dalam materi. Atas
dasar klasifikasi semacam ini, maka dengan mudah terjadi perhubungan antara sesuatu dengan
sesuatu yang lain yang secara akal sehat sulit diterima. Contohnya binatang dapat berubah jadi
manusia atau jasad manusia berubah menjadi tumbuh-tumbuhan.
5.      Adanya kepercayaan perbuatan magis atau sihir yang dilakukan oleh tokoh-tokoh tertentu.
Dalam sejarah Indonesia contoh dari ciri ini adalah cerita tentang tokoh Mpu Bharada dari
daerah Wurare. Kehebatannya digambarkan dapat melakukan perjalanan ke Bali hanya dengan
menumpang daun kluih. Selain itu, Mpu Bharada juga dapat terbang dengan membawa kendi
yang berisi air yang kemudian disiramkan ke bumi. Tindakan tersebut dilakukan atas perintah
Airlangga yang ingin membagi dua kerajaan Kediri  untuk anak-anaknya.
6.      Gambaran dari tokoh-tokoh yang ditonjolkan dalam cerita naskah tersebut selalu memiliki
silsilah dari tokoh-tokoh yang mistis (raja dianggap titisan dewa). Seperti halnya silsilah bupati-
bupati di Jawa Barat,  hampir seluruhnya merujuk kepada Prabu Siliwangi. Prabu Siliwangi
adalah tokoh mitos dalam pandangan masyarakat Jawa Barat. Pencantuman tokoh mitos tersebut
memiliki fungsi untuk memberikan legitimasi. 
UJI KOMPETENSI

A.                                        Silanglah salah satu jawaban yang paling benar!


1.            Manfaat yang dapat diambil dengan memepelajari peristiwa di masa lampau adalah…
a. Agar dapat memepersiapkan kehidupan dimasa depan jadi lebih baik
b. Mengenang peristiwa masa lampau
c. Untuk dapat diceritakan kepada generasi mendatang
d. Melupakan kehidupan yang sudah lewat

2.            Perbedaan antara zaman prasejarah dengan zaman sejarah adalah…

a. Zaman prasejarah sudah ada tulisan, zaman sejarah belum ada tulisan
b. Zaman prasejarah belum ada tulisan, zaman sejarah suah ada tulisan
c. Zaman prasejarah belum ada manusia, zaman sejarah sudah ada manusia
d. Zaman prasejarah sudah ada manusia, zaman sejarah belum ada manusia

3.            Yang termasuk sumber sejarah bersifat otentik  adalah…

a. Wawancara                                         c. Koran yang se-zaman


b. Buku                                                   d. Multimedia Audio visual

4.            Dibawah ini merupakan pembabakan zaman prasejarah, kecuali…

a. Zaman Batu                                        c. Zaman Perunggu


b. Zaman Logam                                     d. Zaman Kayu

5.            Cara penentuan perubahan zaman prasejarah menjadi zaman sejarah bisa dilihat dari…  
a.                               Kebudayaan                                        c. waktu
b.                              Kehidupan sehari-hari                         d. penemuan-penemuan

B.                             Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban singkat dan tepat!

1.            Kata sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu…


2.            Jelaskan perbedaan pengertian prasejarah dan sejarah…
3.            Jelaskan perbedaan antara Dongeng dengan legenda…
4.            Jelaskan historiografi tardisional…
5.            jelaskan oleh kalian klasifikasi sejarah…

BAB II
PRINSIP-PRINSIP DASAR PENELITIAN SEJARAH
C.                                        Langkah-Langkah Penelitian
Seseorang yang akan melakukan penelitian sejarah harus memahami metode sejarah.
Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dari peninggalan
masa lampau. Metode tersebut terdiri dari serangkaian langkah atau prosedur yang harus
ditempuh oleh si peneliti dalam melakukan penelitiannya agar dapat berlangsung secara objektif.
Dengan demikian metode sejarah dipandang sebagai alat atau sarana bagi peneliti untuk
melaksanakan penelitian dan penulisan sejarah. Langkah-langkah yang dimaksud adalah :
1.                                          Pemilihan Topik.
Sebelum melakukan peneliian sejarah, langkah pertama yang harus dilakukan adalah
menetapkan topik yang akan diteliti. Topik yang diteliti haruslah merupakan topik yang layak
untuk dijadikan bahan penelitian dan bukan merupakan pengulangan atau duplikasi dari
penelitian sebelumnya. Kelayakan topik penelitian dapat dilihat dari ketersediaan sumber yang
dapat dijadikan bahan untuk penelitian. Jangan sampai kita menetapkan topik yang menarik
tetapi sumbernya ternyata tidak ada. Berbeda dengan penelitian ilmu pengetahuan lainnya,
penelitian sejarah sangat tergantung kepada ketersedian sumber. Jadi topik yang diteliti harus
merupakan hal yang baru dan diharapkan dapat memberikan informasi yang baru atau ditemukan
teori baru.
Pemilihan topik harus memperhatikan hal-hal berikut :
                                                                 Menarik untuk diteliti
                                                                 Asli, bukan merupakan pengulangan

                                                                 Ketersediaan sumber


4.                  Kedekatan emosional, misalnya yang berhubungan dengan lingkungan sekitar kita
Pemilihan topik ini sangat penting agar peneliti lebih terarah dan terfokus pada
masalahnya. Untuk mengarahkan, dalam topik tersebut sebaiknya kita ajukan terlebih dahulu
pertanyaan yang akan menjadi masalah yang akan diteliti. Pertanyaan itu meliputi: what (apa),
why (mengapa), who (siapa), where (dimana), when (kapan), dan how (bagaimana).
2.                                          Pengumpulan Data/Sumber
Setelah menetapkan topik, langkah selanjutnya adalah pengumpulan data sebagai sumber
penelitian. Tahap ini disebut juga dengan heuristik (bhs. Yunani : Heureskein = menemukan).
Tahap heuristik adalah tindakan sejarawan untuk mengumpulkan sumber dan jejak-jejak sejarah
yang diperlukan yang terkait dengan masalah yang diteliti. Pencarian dapat dilakukan diberbagai
dokumen, mengunjungi situs sejarah, atau dengan mewawancarai  tokoh yang menjadi saksi atau
mengetahui tentang suatu peristiwa sejarah. Untuk memudahkan penelitian, sumber-sumber
sejarah yang begitu banyak dan kompleks perlu diklasifikasikan.
Sumber sejarah adalah segala sesuatu yang secara langsung maupun tidak menyampaikan
kepada kita tentang sesuatu peristiwa dimasa lalu. Sumber sejarah merupakan bukti dan fakta
adanya kenyataan sejarah. Tanpa adanya sumber, sejarawan tidak akan bisa berbicara apa-apa
tentang masa lalu. Adapun sumber sejarah berasal dari bukti-bukti sejarah (evidensi), yaitu
segala sesuatu yang dapat dipandang sebagai peninggalan sejarah yang dapat memberikan
informasi tentang  terjadinya peristiwa pada masa lampau. Sumber tersebut dapat berupa sumber
lisan,  tulisan, dan benda-benda peninggalan sejarah berupa artefak, fosil, prasasti, dan lain-lain.
Sumber lisan yaitu setiap tuturan lisan yang disampaikan oleh orang atau kelompok orang
tentang suatu peristiwa nyata yang terjadi pada masa lampau. Sedangkan  sumber tulisan, yaitu
segala bentuk informasi mengenai peristiwa sejarah yang diperoleh dari berbagai tulisan. Dan 
sumber yang berupa benda budaya peninggalan sejarah atau artefak adalah segala macam bentuk
benda budaya yang diduga pernah digunakan oleh masyarakat manusia pada masa lampau yang
dapat memberi informasi tentang peristiwa masa lampau.
Sumber sejarah dapat dibagi kedalam dua jenis, yaitu sumber primer dan sumber
sekunder. Sumber primer adalah sumber asli, berupa kesaksian pelaku atau saksi mata yang hadir
dan melihat suatu peristiwa. Sumber ini diperoleh dan dihasilkan dari sisa atau jejak dan orang
yang sejaman dengan peristiwa itu. Sumber sekunder adalah sumber yang diperoleh dari tangan
kedua, yaitu orang yang tahu suatu peristiwa, tetapi tidak hadir dan melihat peristiwa itu
berlangsung. Dapat pula ditambahkan bahwa sumber sejarah dapat berupa sumber formal dan
non formal.
Menemukan sumber sejarah tidaklah mudah, mengingat ada peristiwa yang sedikit sekali
meninggalkan jejak, bahkan karena sesuatu hal tidak meninggalkan jejak sama sekali. Namun
ada pula peristiwa yang meninggalkan jejak yang melimpah. Selain itu sumber sejarah ada yang
dengan cepat ditemukan dan diketahui, tetapi ada pula yang setelah beberapa waktu yang lama
kemudian baru diketahui. Hal ini bisa terjadi karena jarak waktu. Semakin dekat jarak waktu
antara sipeneliti dengan peristiwa sejarah, semakin banyak sumber sejarah yang dapat diperoleh.
Sebaliknya, semakin jauh jarak waktunya, semakin langka dan sedikit sumber sejarah yang
didapatkan.
3.                                          Verifikasi
Sebelum data dan sumber sejarah yang terkumpul digunakan sebagai pendukung 
penelitian, terlebih dahulu dilakukan Verifikasi (pengujian), baik dari segi kebenaran materi atau
isi maupun keaslian dari data sumber tersebut. Dalam ilmu sejarah tahap ini disebut kritik.
Kritik sejarah tersebut meliputi kritik intern yaitu kritik terhadap isi dan materi, dan kritik
ekstern yaitu kritik terhadap keaslian sumber-sumber tersebut.
Kritik intern adalah penilaian keakuratan atau keautentikan terhadap materi sumber sejarah.
Didalam proses analisa terhadap suatu dokumen, sejarawan harus selalu memikirkan unsur-unsur
yang relevan didalam dokumen itu sendiri secara keseluruhan. Unsur didalam dokumen dianggap
relevan dan dapat dipercaya (kredibel) apabila unsur itu paling dekat dengan apa yang telah
terjadi. Identifikasi terhadap sipembuat dokumen atau sumber sejarah pun perlu dilakukan untuk
menguji keautentikannya.
Kritik ekstern umumnya menyangkut keaslian bahan yang digunakan dalam pembuatan sumber
sejarah, seperti prasasti, dokumen, dan naskah. Untuk membedakan itu suatu tipuan  dari
dokumen asli, sejarawan dapat menggunakan pengujian yang biasa digunakan didalam
penyelidikan polisi dan kehakiman. Bentuk penelitian yang dapat dilakukan sejarawan misalnya
tentang waktu pembuatan dokumen, atau penelitian tentang bahan materi pembuatan.
4.                  Interpretasi
Setelah memberikan kritik terhadap sumber, langkah berikutnya adalah memberikan
penafsiran atau interpretasi. Pada tahap ini dapat berlaku sifat subjektifitas, karena sejarawan
akan melihat sumber sejarah dari sudut pandang yang berbeda. Perbedaan penafsiran terhadap
suatu peristiwa yang sama mungkin juga terjadi. Perbedaan tersebut terjadi karena diantara para
sejarawan memiliki pandangan, wawasan, ketertarikan, ideology, kepentingan, latar belakang
sosial dan tujuan yang berbeda. Interpretasi pada dasarnya merupakan langkah yang dilakukan
dalam  menjawab permasalahan dari topik yang diteliti. Fakta yang dihasilkan melalui kritik
harus dihubungkan antara yang satu dengan yang lainnya, terutama dalam konteks hubungan
sebab akibat atau adanya hubungan yang  sangat berarti/signifikan.
5.                                          Historiografi
Historiografi atau penulisan sejarah merupakan langkah bagaimana sejarawan
mengkomunikasikan hasil penelitiannya untuk diketahui umum. Sejarawan melakukan
penyusunan kisah sejarah sesuai dengan norma-norma dalam disiplin ilmu sejarah. Diantaranya
yang penting adalah harus  kronologis. Disamping itu harus diupayakan seobjektif mungkin.
Dalam menulis sejarah berarti seorang sejarawan merekonstruksi sumber-sumber sejarah yang
telah ditemukannya menjadi  suatu cerita sejarah. Kemampuan menulis merupakan syarat yang
penting bagi seorang sejarawan. Ia harus mampu berimajinasi dalam menyusun cerita sejarah. 
Kemampuan berimajinasi dalam menulis menunjukan bahwa menulis sejarah mengandung unsur
seni. Bahkan apabila tulisan sejarah itu mampu mengajak pembacanya ikut menerawang kemasa
silam dapat mengandung kesan  berekreasi kemasa lampau. 
Bentuk-bentuk historiografi antara  lain dapat berupa: Narasi yang isinya lebih banyak
bercerita sesuai dengan apa yang diinformasikan oleh sumber sejarah. Deskriptif yang isinya
lebih detail dan kompleks dibandingkan dengan narasi. Dan Analistis, yang isinya lebih banyak
berorientasi pada penelaahan masalah. Sehingga tidak sekedar bercerita tetapi banyak menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang mendalam dengan tinjauan berbagai aspek. Penulisan yang baik
adalah gabungan antar unsur naratif, deskriptif dan analitis. Bentuk gabungan ini akan
menampilkan unsur cerita, detail sumber dan analisa terhadap peristiwa sejarah.
D.                                        Periodisasi Dan Kronologis
Sejarah merupakan ilmu yang mempelajari manusia dalam konteks waktu. Dalam
kehidupannya, manusia terikat oleh ruang dan waktu. Ada masa lalu, masa sekarang, dan masa
depan. Ketiganya menunjukan adanya keseimbangan. Masa lalu akan menentukan masa
sekarang, dan masa sekarang menentukan masa depan. Untuk memudahkan memahami konsep
waktu maka dibuatlah periodisasi dan kronologi dalam sejarah.

1.                  Periodisasi.
            Untuk memudahkan  mengetahui bagaimana kehidupan manusia dalam rentang waktu
dibuatlah periodisasi. Maksud dari periodisasi adalah semacam rangkain serial  menurut urutan
zaman.Periodisasi dibuat dengan tujuan agar dapat diketahui ciri khas atau karakteristik
kehidupan manusia sehingga mudah dipahami. Dalam periodisasi ini akan diketahui :
1.                                          perkembangan kehidupan manusia
2.                                          kesinambungan antara periode yang satu dengan periode berikutnya.
3.                                          terjadinya fenomena yang berulang
4.                                          perubahan dari periode yang awal sampai pada periode berikutnya
Perkembangan terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk yang
sederhana ke bentuk yang lebih kompleks. Kesinambungan terjadi bila suatu masyarakat baru
hanya melakukan adopsi lembaga-lembaga lama. Pengulangan yang dimakud disini adalah
adanya fenomena yang berulang, bukan peristiwa yang berulang. Sebab peristiwa itu terjadi
hanya satu kali. Perubahan terjadi bila masyarakat  mengalami pergeseran, sama dengan
perkembangan. Akan tetapi asumsinya adalah adanya perkembangan besar-besaran dan dalam
waktu yang relatif singkat. Biasanya perubahan itu terjadi karena pengaruh dari luar.Penyusunan
periodisasi bergantung pada jenis sejarah yang akan ditulisnya. Periodisasi dapat disusun
berdasarkan perkembangan politik, sosial, ekonomi, kebudayaan, agama, dan sebagainya. Setiap
penulis sejarah bebas dalam menetapkan periodisasi, bergantung pada pendiriannya. Periodisasi
perkembangan politik akan menyangkut periodisasi kerajaan-kerajaan kuno atau dinasti.
Misalnya, kerajaan–kerajaan kuno di Indonesia mulai dari kerajaan Hindu-Buddha sampai
kerajaan Islam. Periodisasi berdasarkan sosial ekonomi misalnya melihat perkembangan
kehidupan manusia mulai dari masa berburu mengumpulkan makanan, menanam, berkebun atau
bersawah, sampai dengan masa produksi. Pada setiap periode tersebut memiliki karakteristiknya.

          Contoh periodisasi sejarah Indonesia berdasarkan hasil kebudayaan :


Zaman Hasil kebudayaan Cara hidup Jenis Manusia
Budaya Pacitan     Food gathering awal       Pithecantropus
    Kapak Penetak (berburu, menangkap 2.     Sinanthropus Pekinensis
(Chopper) ikan, mengumpulkan
    Kapak Perimbas
keladi, ubi dan buah-         Homo Wajakensis
buahan)         Homo Soloensis
Budaya Ngandong
        Nomaden     Pithecantropus Erectus
    Alat-alat tulang dan

Palaeolithikum tanduk rusa     Pithecantropus Robustus


    Flakes (alat-alat         Mojokertensis
yang terbuat dari
    Megantropus
batu-batu kecil)
PalaeoJavanicus

 
Budaya Bacson     Food Gathering tahap Papua Melanesoide
Hoabin lanjut         suku Irian
    Kapak
    Hidup semi nomaden     suku Sakai     (Siak)
Sumatera/kapak (sebagian sudah         suku Atca
genggam (Pebble menetap dan sebagian
Culture) lagi masih         suku Aborigin

    Alat-alat tulang mengembara)         suku Semang


(Bone Culture)     Abris sous roche
Mesolithic     Flakes     Kjokkenmoddinger
    Kapak Pendek
(Hache Courte)
    Kapak Lonjong     Masa Food Producing Proto Melayu
    Kapak Batu     Bercocok tanam
1. Nias
    Kapak persegi         Nelayan 2. Toraja
Neolithikum     Tembikar         Beternak 3. Sasak
4. Dayak
    Barang-barang
perhiasan

Kebudayaan     Food Production Proto Melayu


Dongson     Tempat tinggal
     Dolmen 1. Nias
menetap
     Kubur batu 2. Toraja
    Bercocok tanam 3. Sasak
      Arca         Beternak 4. Dayak
Megalithikum       Manik-manik
        Nelayan
      Menhir      Membuat gerabah
    Punden berundak-     Rumah panggung
undak
      Sarkofagus

UJI KOMPETENSI
Silanglah salah satu jawaban yang paling benar!
                                                  
            1.

                                                   Isilah titik-titik dibawah ini dengan jawaban singkat dan tepat!
BAB III
MASYARAKAT PRASEJARAH INDONESIA

Manusia purba adalah jenis manusia yang hidup pada zaman prasejarah. Keberdaan
manusia purba di muka bumi ini dapat diketahui dari bekas atau sisa makhluk hidup (tumbuhan,
Binatang, dan manusia) yang telah membatu, yang disebut fosil. Fosil-fosil ditemukan dalam
lapisan tanah yang berbeda dapat dijadikan sebgai cirri khusus dari satu lapisan tanah.
Ilmu Bantu sejarah yang mempelajari fosil dinamakan Paleontologi, yaitu ilmu yang
meneliti dan mengkaji fosil tumbuhan, hewan, dan manusia di bumi (Paleo=tua atau purba,
Onto= Kehidupan, Logos= Ilmu). Yang diutamakann dalam ilmu Paleontologi adalah sejarah
kehidupan bumi yang menunjukan tahap perkembangan dan punahnya makhluk hidup di bumi.

A. Jenis Fosil Manusia Purba di Indonesia


1.      Jenis Pithechanthropus
Fosil manusia purba jenis inilah yang pertama kali ditemukan di Indonesia oleh Eugen Dubois
pada tahun 1890, di daerah Trinil, lembah sungai Bengawan Solo. Fosil Pithecantropus Erectrus
(Pithecos=kera, antropus=manusia, erectrus=tegak), yaitu manusia kera yang sudah berjalan
tegak. Fosil sejenis ditemukan di daerak Mojokerto oleh Von Koenigswald pada tahun 1936,
fosil tersebut dinamakan Pithecanthropus Mojokertensis
2.      Jenis Meghantropus PaleoJavanicus
Di daerah Sangiran, Sragen, pada tahun 1941, Von Koenigswald mengadakan penggalian dan
berhasil menemukan beberapa fosil berupa tulang rahang atas, rahang bawah, dan tulang
geraham dalam ukuran yang lebih besar dan usianya lebih tua dibandingkan dengan fosil yang
ditemukan terdahulu. Oleh karena itu fosil tersebut dinamakan Meganthropus Paleojavanicus.
3.      Jenis Homo Sapiens
Fosil manusia purba yang dapat digolongkan ke dalam Homo Sapiens atau manusia yang
berpikir adalah fosil yang ditemukan oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Von Koenigswald, antara
tahun 1931-1934 di desa Ngandog, lembah sungai Bengawan Solo. Fosil manusia tersebut
memiliki volume otak yang lebih besar dari Pithecantropus Erectrus. Jenis manusia Homo
Sapiens diperkirakan hidup antara 25.000-40.000 tahun yang lalu. Manusia jenis ini telah mampu
membuat alat-alat dari tulang dan batu walaupun masih sangat sederhana.
INILAH BUKTI-BUKTI TENGKORAK SERTA WUJUD  MANUSIA PURBA DI
INDONESIA

Sumber : Museum  Geologi Bandung

E.                                         Kehidupan Zaman Prasejarah


Kehidupan manusia pada zaman prasejarah senantiasa mengalami perubahan dan
perkembangan. Dari yang awalnya sederhana, kemudian berubah menjadi lebih maju. Kehidupan
manusia prasejarah belum menetap, mereka suka berpindah-pindah tempat dari satu tempat ke
tempat yang lainnya.
           Masa berburu dan meramu makanan (Food Gathering)
Pola hidup manusia prasejarah yang masih tergantung dengan hasil alam dari tempat mereka
tinggal tersebut, mereka pun akan mencari tempat lain yang masih banyak menyediakan bahan
makanan.
           Masa bercocok tanam (Food Producting)
Kehidupan manusia dimana manusia prasejarah sudah mampu bercocok tananam serta sudah
mengenal sisitem kepercayaan.
           Masa pertukangan ( Perundagian)
F.                                         Kebudayaan Manusia Purba
           Zaman batu tua (Paleolithikum)
           Zaman batu tengah (Mesolitihikum)
           Zaman batu baru (Neolithikum)
           Zaman batu Besar (Megalithikum)
G.                                              Jenis-Jenis Manusia Purba

Kawasan Jenis Penemu Lokasi


Indonesia 1.      Meganthropus Von Keonigswald Sangiran, Sragen
 Paleo javanicus
2.      Pithecantropus Eugene Dubois
        Pithecantropus Erectrus Trinil, Ngawi
        Pithecanthropus Robustus Van Koenigswald
        Pithecantropus Mojokerto
3.      Homo Van Koenigswald
a.      Homo Wajakensis Sangiran, Sragen,
b.      Homo Sapiens Van Rietschoten Ngandong, Blora
Wajak,
Tulungagung

Luar Indonesia 1. Pithecantropus Davidson Black Peking


Pekinensis
2. Australopithecus Raymond dart Afrika Selatan
Africanus
3. Homo Raymond Dart dan Zimbabwe
Rhodesinensis Robert Brom
4. Homo Rudolf Virchom Belanda
Nederthalensis

Kehidupan  serta kebudayaan manusia purba prasejarah:

Manusia Purba Baru Mengenal Api                Sarkofagus( Peti Mati Dari Batu)
Kapak Beliung Persegi                                    Kapak Batu Genggam

BAB IV
KEDATANGAN NENEK MOYANG BANGSA INDONESIA

Kehidupan masyarakat Yunan


Yang migrasi keIndonesia

Rumpun bahasa
 Austronesia

                                                                                                    
A.                Asal-Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia
Pernahkah kalian terpikir darimana asalnya nenek moyang bangsa kita ini? Tentunya,
dalam setiap diri bangsa Indonesia pernah menanyakan hal tersebut. Namun perlu diketahui
nenek moyang bangsa ini bukanlah manusia purba. Oleh karena itu pada bahasan kali ini akan
dibahas asal nenek moyang bangsa Indonesia
6.                  Rumpun Bahasa Melayu Austronesia
Rumpun bahasa ini merupakan bahasa yang paling meluas di dunia karena banyak digunakan.
Rumpun bahasa Austronesia sampai saat ini masih digunakan meliputi wilayah Taiwan, sebagian
Vietnam, Malaysia, Filipina dan tentunya Indonesia. Sejarah bahasa Asutronesia sendiri dimulai
di Taiwan. Para ahli berpendapat bahwa bahsa melayu austronesia dipakai Taiwan sejak 5000
tahun yang lalu. Penduduk Taiwan inilah yang diasumsikan melakukan migrasi ke wilayah
Indonesia dan memperkenalkan bahasa tersebut pada penduduk setempat bahkan mengajarkan
juga cara bercocok tanam.
7.                              Persebaran bercocok tanam
Nenek moyang bangsa Indonesia ternyata berasal dari luar Indonesia, yaitu berasal dari Yunan.
Kesimpulan ini diambil berdasarkan bukti kesamaan artefak prasejarah yang ditemukandi
wilayah itu dengan artefak prasejarah di Indonesia. Dari artefak yang ditemukan di Yunan,
tampak bahwa sekitar 3000 SM masyarakat di wilayah itu telah mengenal bercocok tanam.
Kehidupan masyarakat tidak hanya bercocok tanam, tetapi juga beternak. Masyarakat
tersebutkemudian melakukan migrasi dan menyebar kesebelah selatan Cina, Vietnam,
Semenanjung Malaya, lalu ke Indonesia.
                                                    Kedatangan Nenek Moyang Bangsa Indonesia
Nenek moyang Indonesia, berabad-abad telah menetap di daerah daratan Indo-Cina yang
sekarang bernama Vietnam. Komunitas merekka kita sebut sebgai komunitas Austronesia karena
masyarakat di komunitas ini menggunakan bahasa Austronesia sebgai bahasa komunikasi antar
mereka.
Komunitas Austronesia yang paling awal ini, melakukan migrasi bergerak menuju ke
selatan melalui Filipina, yang akhirnya memasuki wilayah Indonesia dan Oceania. Populasi
Austronesia ini mengawali hidup mereka yang baru di wilayah Indonesia dnegan bertani dan
mencari hasil laut, memelihara ternak, membuat rumah serta tembikar.
            Migrasi yang mereka lakukan pun tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah laan yang
semakin kecil, tetapi juga dikarenakan kondisi musim dan lingkungan yang berpengaruh pada
ketersediaan sumber daya bagi kehidupan mereka. Tekanan-tekanan inilah yang menyebabkan
mereka berimigrasi mencari wilayah baru sebagai sumber penghidupan mereka, salah satunya
wilayah Indonesia.
  Kedatangan Proto Melayu
Berdasarkan pendapat yang mengatakan bahwa orang Melayu ini berasal dari Asia. Mereka ini
kemudian dinamai Proto Melayu atau Melayu Tua. Contoh Proto Melayu telah pandai membuat
alat bercocok tanam, membuat barang pecah belahdan alat perhiasan. Kedatangan mereka
mendesak penduduk dari ras Austrmelansoid ke pedalaman bahkan ke Indonesia bagian Timur.
  Kedatangan Deutro Melayu
Sekitar 500 SM, dating dari teluk Tonkin kepulauan Indonesia.  Merek biaa disebut deutro
Melayu atau Melayu Muda. Kedatangan mereka tentu saja mendesak penduduk Proto Melayu
yang telah lebih dahulu menetap. Masyarakat membawa kebudayaan perunggu yang terkenal
kebudayaan berupa :
       Nekara Dongson.                                                 Kapak Upacara                      

Zaman Logam (Perundagian)


                                                    
Zaman logam merupakan zaman atau masa yang masyarakatnya sudah menggunakan
peralatan yang terbuat dari logam. Adapun ciri-ciri zaman logam, yaitu :
    Manusia yang hidup pada zaman ini sudah mulai bertempat tinggal menetap.
    Peralatan yang digunakan masyarakatnya sudah mulai beralih ke bahan-bahan yang terbuat logam.
    Mata pencaharian tidak hanya dari pertanian, tetapi juga melalui usaha perdagangan(jual-beli alat
dari logam).
    Pola pikir masyarakat mengalami kemajuan dengan bukti mereka sudah menyentuh nilai-nilai
keagamaan, yaitu melakukan ritual tradisi memuja roh nenek moyang.
    Memiliki kemampuan tambahan yaitu berlayar dengan menggunakan perahu cadik.

Anda mungkin juga menyukai