Anda di halaman 1dari 10

Jurnal

EKONOMI
PEMBANGUNAN
Kajian Ekonomi Negara Berkembang
Hal: 123 – 132

KETAHANAN FISKAL:
STUDI KASUS MALAYSIA DAN INDONESIA
Jaka Sriyana
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia

Abstract.

In the last ten years, fiscal policy has played an important role to the macroeco-
nomy. This paper aims to explore the fiscal strength and the synchronization between fiscal
and monetary policy for Malaysia and Indonesia. For the first issue, this paper applies the
Trehan and Walsh method, meanwhile the Berument’s approach is used to examine the syn-
chronization between fiscal and monetary policy. The result shows that in case of Malaysia,
the government applied tax-financed policy; meanwhile Indonesia has entered to the debt
trap. The Malaysia’s government has also synchronized fiscal and monetary policy, which is
different with that in Indonesia.

Keyword: Fiscal policy, tax-financed policy, debt trap.

PENDAHULUAN rendah. Keberhasilan pengelolaan moneter


Secara universal pembangunan di ini menjadi kunci kerberhasilan didalam
suatu negara memiliki tujuan untuk mense- menggerakkan aktivitas sektor riil. Duku-
jahterakan masyarakatnya. Sebagai khalifah ngan kebijakan fiskal juga sangat besar
di bumi, pembangunan juga harus diartikan dengan adanya berbagai regulasi serta alo-
sebagai ibadah manusia. Keberhasilan pem- kasi anggaran untuk menyediakan berbagai
bangunan tersebut tentu sangat ditentukan macam infrastruktur yang mendukung
oleh berbagai faktor yang dimiliki oleh peningkatan ativitas ekonomi.
masing-masing negara, antara lain sistem Hingga saat ini sebenarnya pemerin-
ekonomi, ketersediaan sumber daya, tek- tah Malaysia melakukan kebijakan fiskal
nologi, efisiensi, budaya, kualitas manusia secara konvensional, seperti yang dilakukan
dan kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang oleh negara-negara lainya. Secara organisasi
dianut oleh suatu negara akan menentukan kebijakan ini dilakukan oleh pemerintah
seberapa besar peran pemerintah dalam proses beserta kabinetnya. Arsitek pembangunan
pembangunan tersebut serta pola kebijakan ekonomi Malaysia berada pada National
yang dilakukan. Dalam konsep ekonomi Economic Action Council/NEAC yang
secara umum dikenal dua kebijakan ekonomi berada langsung di bawah perdana menteri.
yang utama, yaitu kebijakan moneter dan Adapun pelaksanaan kebijakan fiskal, khu-
kebijakan fiskal. Kebijakan moneter meru- susnya pelaksanaan anggaran dilakukan oleh
pakan pengendalian sektor moneter, sedang- menteri keuangan dan timnya (treasury).
kan kebijakan fiskal merupakan pengelolaan Anggaran belanja pemerintah disusun ber-
anggaran pemerintah (budget) dalam rangka dasarkan modifikasi antara line item budget-
mencapai tujuan pembangunan. ing and performance budgeting. Komposisi
Malaysia dikenal sebagai negara anggaran terdiri atas revenue, operating
yang memiliki kinerja makroekonomi yang expenditure dan development expenditure
stabil, serta inflasi dan tingkat bunga yang serta financing yang berasal dari domestic

123
Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 10 No. 2, Agustus 2005 Hal: 123 – 132

dan foreign debt. Secara garis besar susunan Di sektor moneter sejak 1969 telah
tersebut sama dengan sistem anggaran yang didirikan lembaga keuangan Tabung Haji,
digunakan di Indonesia sebelum tahun 2003. 1983 didirikan Bank Islam Malaysia (BIM)
Hal penting yang dilakukan oleh pe- dan sejak tahun 1994 didirikan BIM
merintah adalah, bahwa dalam penyusunan securities, suatu lembaga broker saham yang
dan pelaksanaan anggaran selaras dengan beroperasi berlandaskan syariah. Menyusul
nilai-nilai Islam, yaitu kesejahteraan (QS, kemudian RHB securities, suatu lembaga
57: 7), keadilan (QS, 16: 90), kestabilan yang memperkenalkan Indeks Syariah RHB,
ekonomi, amanah dalam mengelola sumber yang diawasi oleh Badan Pengawasan
daya (QS 53:31), berhemat dan halal dalam Syari’ah (MPS). Pada awal tahun 2003 telah
segala kegiatan (QS, 2: 195; QS, 7: 31 QS, ada 652 (78 %) saham yang yang disyahkan
25: 67). Syed Othman Al-Habsy, (2000) dan berlandasakan syari’ah dengan RM 500
Yusuf Al-Qardawi, (1998) juga menjelaskan milyar. Berdasarkan analisis Sanep Ahmad
bahwa pelaksanaan anggaran harus berdasar dan Abdul Azis, (2003) kinerja saham
pada prinsip syari’ah Islam yang utama, syariah ini lebih baik dibandingkan dengan
yaitu ketauhidan, kesejahteraan umat dan saham konvensional. Julah kantor cabang
perlindungan terhadap agama, jiwa, harta Bank Islam telah mencapai 128 pada tahun
dan keturunannya. Prinsip-prinsip tersebut 2002 dengan deposit mencapai 55.8 % dari
diimplementasikan ke dalam program- total deposit perbankan.
program pembangunan serta melakukan
berbagai regulasi yang mendukung. Untuk KEBIJAKAN FISKAL KINERJA MA-
menjamin kesejahteraan masyarakat, peme- KRO EKONOMI
rintah melakukan sistem pajak yang progre- Kebijakan fiskal memiliki berbagai
sif, dimana pendapatan besar akan mem- tujuan dalam menggerakkan aktivitas eko-
bayar pajak yang besar, secara bertahap nomi negara, yaitu peningkatan pertumbu-
mengurangi pajak penghasilan, meningkat- han ekonomi, kestabilan harga, pemerataan
kan lapangan kerja dengan berbagai poto- pendapatan. Namun demikian, dampak
ngan dan pembebasan pajak dan mencipta- kebijakan fiskal kepada aktivitas ekonomi
kan iklim investasi yang baik. Setiap muslim negara sangatlah luas. Berbagai indikator
dilarang untuk membeli barang-barang yang ekonomi lainnyapun mengalami perubahan
haram serta akan dihukum jika melakukan sebagai akibat pelaksanaan kebijakan fiskal
kemaksiatan. yang dilakukan oleh pemerintah. Dampak
Didalam mengelola anggaran, peme- kebijakan fiskal kepada pertumbuhan eko-
rintah melakukan aturan yang ketat agar nomi diharapkan selalu positif, sedangkan
diperoleh tingkat efisiensi yang tinggi. Hu- dampak kepada inflasi diharapkan negatif.
kum diberlakukan kepada siapa saja yang Namun secara teori, kebijakan fiskal mengem-
telah melakukan korupsi. Untuk ini peme- bang yang dilakukan dengan peningkatan
rintah telah membentuk Anti Corruption pengeluaran pemerintah tanpa terjadinya
Agency. Pengelolaan Waqaf dan zakat peningkatan sumber pajak, sebagai sumber
berada dalam satu departemen khsusus yang keuangan utama pemerintah, akan mengaki-
berada langsung dibawah perdana menteri, batkan peningkatan defisit anggaran.
yaitu Malaysian Administrative Modernisa- Sebagaimana negara membangun
tion and Manangement Planning Unit. Se- umumnya, kebijakan fiskal yang dilaksana-
dangkan pada masing-masing negara bagian kan adalah kebijakan fiskal ekspansif
juga ada lembaga pengelola waqaf dan dengan instrumen anggaran defisit. Hal
zakat. penting yang perlu dianalisis adalah dampak

124
Ketahanan Fiskal: Studi Kasus Malaysia dan Indonesia (Jaka Sriyana)

defisit anggaran ini. Hal ini karena ia akan Kemandirian pembiayaan anggaran
memiliki pengaruh yang berantai kepada merupakan faktor penting dalam pembangu-
berbagai variabel makroekonomi. Masalah nan sebuah negara. Hal itu berkait erat
pertama yang perlu dikaji adalah bagaimana dengan berbagai sumber-sumber penerimaan
Pemerintah memenuhi pembiayaan untuk pemerintah. Kekurangan dalam sumber pe-
mengatasi defisit anggaran (method of nerimaan Pemerintah akan menyebabkan
financing) tersebut. Secara teori, ada dua meningkatnya hutang Pemerintah untuk
metode yang biasa dianut oleh pemerintah, membiayai pengeluaran Pemerintah. Walau-
yaitu cara pembiayaan dengan penambahan pun tingkat hutang berhubungan dengan
uang (printing money) dan pembiayaan kebijakan fiskal yang dilakukan oleh Peme-
dengan hutang (debt). rintah, khususnya tentang kebijakan fiskal
Kedua metode pembiayaan tersebut ekspansif, namun ia tetap menjadi masalah
akan memiliki dampak yang penting kepada dalam jangka panjang. Fenomena hutang
ekonomi, baik dampak positif atau negatif. banyak dialami oleh negara – negara yang
Metode penambahan uang dalam ekonomi sedang membangun untuk membiayai defisit
akan menimbulkan permasalahan mening- anggaran, termasuklah Malaysia. Baik hu-
katnya tingkat harga barang dan jasa tang dalam negeri atau hutang luar negeri, ia
sehingga menyebabkan pada peningkatan memerlukan pengembalian yang tentu saja
inflasi. Pembiayaan defisit anggaran dengan akan mengurangkan berbagai sumber
cara penambahan uang beredar juga akan keuangan negara.
memiliki dampak kepada peningkatan per- Data-data hutang Pemerintah Pusat
mintaan uang oleh masyarakat. Hal ini dise- Malaysia dalam jangka masa 1966-2002
babkan adanya penurunan nilai uang dalam mengalami berbagai perkembangan, baik
ekonomi. Dengan perkataan lain, masyara- hutang dalam negeri atau luar negeri. Secara
kat perlu menambah uang untuk penge- nominal hutang Pemerintah mengalami
luarannya. Dengan demikian pembiayaan peningkatan yang tajam pada tahun 1990-an
defisit anggaran oleh pemerintah dengan dan tahun 1996-2002. Dilihat dari kompo-
cara menambahkan uang dalam ekonomi nen hutang, hutang dalam negeri lebih besar
dapat meningkatkan jumlah penerimaan dibandingkan dengan dengan hutang luar
pemerintah. Sumber peningkatan jumlah negeri. Ini bermakna bahwa sumber pem-
penerimaan pemerintah dari penambahan biayaan defisit anggaran berasal dari dalam
uang ini dapat dikatakan sebagai seign- negeri pula, yang berarti pula dampak nega-
iorage. tif akan lebih kecil serta kemanfaatannyapun
Sumber penerimaan pemerintah baik akan dinikmati oleh mayarakat dalam
dari pajak maupun seigniorage memiliki negeri.
peranan penting untuk meningkatkan Pertumbuhan hutang dapat dilihat
ketahanan fiskal. Namun demikian pula keterkaitannya dengan defisit anggaran.
terjadinya sumber hasil dari seigniorage Ini dapat digunakan untuk mengetahui se-
yang berlebihan juga menunjukkan terlalu berapa besarkah sebenarnya porsi dari de-
bergejolaknya sektor moneter. Jika hal ini fisit anggaran yang dibiayai dengan hutang.
terjadi dapat menimbulkan beban yang Pada masa 1966-1985 menunjukkan bahwa
berlebihan untuk masyarakat. Oleh karena keberkaitan keduanya tidaklah begitu erat,
itu pemerintah pula perlu menyelaraskan namun pada masa-masa selepasnya defisit
kebijakan fiskal dan moneter yang dilakukan anggaran dan total hutang memiliki keber-
untuk menyeimbangkan peningkatan pajak kaitan yang erat, baik pada nilai nominal
dan tingkat harga yang terjadi. atau volalitinya. Ini menunjukkan bahwa

125
Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 10 No. 2, Agustus 2005 Hal: 123 – 132

pada masa tersebut sebahagian besar dari- tingkat bunga. Ini bermakna bahwa sektor
pada defisit anggaran dibiayai dengan hu- moneter dan stabilitas harga tidak sensitif
tang. Hutang Pemerintah mengalami volaliti terhadap pertumbuhan hutang pemerintah.
yang besar, baik tentang pertumbuhannya
maupun tentang porsi masing-masing kom- TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE
ponennya. ANALISIS
Implikasi daripada meningkatnya Ketahanan fiskal sebuah negara dapat
hutang pemerintah adalah beban pengem- dicapai dengan mengoptimalkan penerimaan
balian pada kemudian hari. Tingkat beban pemerintah dari sumber pajak dan seign-
hutang dapat dilihat dari nilai debt ratio iorage. Kedua sumber keuangan tersebut
yang merupakan nisbah antara hutang, baik akan optimal jika biaya (distortionary cost)
hutang dalam negeri atau hutang luar negeri pada kedua-dua sumber keuangan tersebut
dengan GDP. Ketiga debt ratio, yaitu debt minimal (Menkiw 1987; Trehan dan Walsh
ratio hutang dalam negeri, hutang luar 1988, 1990; Berument 1994). Memandang-
negeri dan total hutang mencapai puncaknya kan bahwa ketahanan fiskal berkaitan de-
pada tahun 1987 dan kemudian menurun ngan pengeluaran dan penerimaan pemerin-
tajam hingga mencapai tingkat terendah tah, maka ketahanan fiskal dapat terjadi
pada tahun 1997. Namun pada tahun 1998- pada tingkat pengeluaran yang optimum.
2002 kembali mengalami peningkatan. Debt Untuk mencapai pengeluaran yang optimum,
ratio hutang dalam negeri mencapai rata- pemerintah dapat melakukannya dengan
rata 0.15 dan mencapai puncaknya pada kombinasi kebijakan fiskal dan moneter. Ini
tingkat 0.36, sedangkan hutang luar negeri bermakna bahwa kebijakan fiskal dan
mencapai rata-rata pada 0.4 dan mencapai monetar harus dilakukan dalam satu
puncaknya 0.65. Debt ratio total hutang koordinasi (syncronization). Pada kondisi
mencapai rata-rata pada tingkat 0.55 dan demikian, variabel pengeluaran, hasil dan
mencapai puncaknya sebesar 0.93 pada tingkat inflasi akan memiliki sifat stasioneri-
tahun 1987. Angka-angka tersebut menun- tas (trend stochastic) bersama (Trehan dan
jukkan bahwa hutang Pemerintah Pusat telah Wals 1990).
menjadi beban perekonomian dengan ditan- Terjadinya stasioneritas bersama
dai tingginya nilai debt ratio. Bahkan pada antara penerimaan pemerintah yang meliputi
tahun 1997 telah mengalami peningkatan pajak dan seigniorage dengan pengeluaran
terus-menerus sehingga akan semakin men- pemerintah menunjukkan bahwa pertumbu-
jadi beban lagi pada masa-masa berikutnya. han pengeluaran akan diikuti oleh pertumbu-
Analisis terhadap beban hutang pe- han penerimaan pemerintah. Ini bermakna
merintah ini dapat digunakan untuk menje- bahwa pemerintah tidak akan menghadapi
laskan tentang kelangsungan kebijakan fis- peningkatan defisit anggaran, yang pada
kal pada masa berikutnya. Pertumbuhan umumnya diatasi dengan hutang atau
hutang akan memiliki keberkaitan dengan printing money.
inflasi, tingkat bunga dan debt ratio. Oleh Untuk mengetahui dampak aspek
karena itu analisis mengenainya mestilah moneter maupun fiskal terhadap perkemba-
melibatkan berbagai variabel ekonomi terse- ngan defisit anggaran yang pada umumnya
but. Keterkaitan pertumbuhan hutang de- dibiayai dengan hutang, maka dapat
ngan inflasi dan tingkat bunga di Malaysia digunakan pendekatan terjadinya kekangan
tidaklah menunjukkan hubungan yang erat, anggaran sebagai berikut (Mankiw. 1987;
dimana pertumbuhan hutang tidak memiliki Trehan dan Walsh. 1990; dan Berument.
keselarasan dengan perubahan inflasi atau 1994):

126
Ketahanan Fiskal: Studi Kasus Malaysia dan Indonesia (Jaka Sriyana)

Persamaan kekangan anggaran: dengan analisis model seigniorage yang


bt = (1+r)bt-1 + Gt – Rt melibatkan variabel pajak Tt, nisbah uang
Total penerimaan pemerintah: beredar dengan pendapatan (M t/Y t) dan
Rt = Tt + St pengeluaran pemerintah Gt. Merujuk pada
Seigniorage: St = (Mt – Mt-1) / Pt Berument (1994), untuk tujuan ini dapat
Persamaan kekangan anggaran secara dilakukan dengan model dengan variabel
lengkap: terikat tingkat uang dasar (high powered
bt = (1+r) bt-1 + Gt – Tt - St money / M):
bt+1 = (1+r) bt + DBt
Persamaan defisit anggaran: ln(Mt / Mt-1) = βo + β1 ln Tt + β2 ln(M t/Y t)
DBt = Gt – Tt - St + β3 ln Gt + et

Dimana b adalah tingkat hutang, r: tingkat Jika kedua koefisien β1 dan β1


bunga, G: pengeluaran pemerintah total, R: memiliki keartian secara statistik (signifi-
penerimaan pemerintah, T: pajak, Y: PDB, kan), maka menunjukkan terjadinya kese-
S: tingkat seigniorage, M: uang asas (base larasan pelaksanan kebijakan fiskal dan
money), P: tingkat harga, DB: defisit moneter serta menunjukkan terjadinya sum-
anggaran total. ber penerimaan baik dari pajak maupun
Persamaan kekangan anggaran seigniorage pemerintah untuk membiayai
(budget constraint) membawa implikasi peningkatan pengeluaran Pemerintah. Koe-
bahwa nilai sekarang (present value) dari fisien β3 pula menunjukkan keterkaitan
masing-masing komponen hasil sama de- antara sektor fiskal dan sektor moneter.
ngan pengeluaran pemerintah. Untuk mela-
kukan uji untuk mengetahui terlanggarnya HASIL ANALISIS DAN TEMUAN
kekangan anggaran dilakukan dengan uji KAJIAN
kointegrasi pada set variabel yang meliputi Pengujian akar-akar unit terhadap
pengeluaran Pemerintah (G), pajak (T) dan data-data baik untuk kasus Malaysia mau-
tingkat seigniorage (S), dengan andaian pun Indonesia menunjukkan bahwa semua
semua variabel tidak stasioner pada level data memiliki sifat stasioner pada perbedaan
tetapi bersifat stasioner pada perbedaan pertama (tabel 1 dan 2). Ini bermakna bahwa
pertama (Dornbusch dan Fisher 1994; uji kointegrasi dapat dilakukan terhadap set
Trehan dan Walsh 1988; 1990). variabel tersebut. Uji kointegrasi untuk data
Untuk mengetahui baik kebijakan Malaysia membawa hasil terjadinya hubu-
fiskal dan moneter dilakasanakan dalam satu ngan kointegrasi pada set variabel penge-
koordinasi (syncronization), maka dapat luaran pemerintah, pajak dan seigniorage
lakukan uji kointegrasi pada set variabel maupun pada set variabel pengeluaran
yang meliputi pengeluaran Pemerintah (G), pemerintah, pajak dan tingkat harga (tabel
pajak (T) dan tingkat harga (P) dengan 3). Penemuan ini membawa implikasi bahwa
andaian semua variabel tidak stasioner pada nilai sekarang (present value) pengeluaran
level tetapi bersifat stasioner pada perbedaan sama dengan sumber hasil yang meliputi
pertama pada kedua-dua negara. Untuk dari pajak maupun seigniorage. Kenyataan
analisis kointegrasi tersebut digunakan me- ini membawa dampak pula tidak terancam-
tode kointegrasi Johansen (1991). nya sumber – sumber penerimaan pemerin-
Untuk mengetahui keselarasan kom- tah untuk membiayai pengeluaran pemerin-
binasi kebijakan fiskal dan moneter yang tah dalam jangka panjang. Terjadinya
dilakukan pemerintah dapat dilakukan hubungan kointegrasi pada set variabel

127
Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 10 No. 2, Agustus 2005 Hal: 123 – 132

pengeluaran pemerintah, pajak dan tingkat nasi. Dengan perkataan lain terjadi kese-
harga menunjukkan bahwa kebijakan fiskal larasan antara pelaksanaan kebijakan fiskal
dan moneter dilakukan dalam satu koordi- dan moneter.

Tabel 1. Uji Unit Root Augmented Dicky-Fuller dan Philip-Peron: Kasus Malaysia
Level First Difference
Variabel
ADF PP ADF PP
LT -1.947 -1.636 -3.780 b -4.224 a
LG -1.988 -1.627 -4.122 b -4.198 a
LP -1.911 -1.325 -4.032 b -3.258 b
SEIG -2.684 -3.197 -8.542 a -10.01 a
Nota: LX = log (X)
Jumlah lag untuk ADF = 1; untuk PP =3
a
: signifikan pada  = 1 %
b
: signifikan pada  = 5 %

Tabel 2. Uji Unit Root Augmented Dicky-Fuller dan Philip-Peron: Kasus Indonesia
Level First Difference
Variabel
ADF PP ADF PP
LT -3.299 -2.742 -5.697 a -4.577 a
LG -2.229 -2.065 -3.111 b -3.889 a
LP -2.872 -1.190 -5.667 a -3.655 b
SEIG -1.321 -0.859 -3.371 b -3.759 b
Nota: LX = log (X)
Jumlah lag untuk ADF = 1; untuk PP =3
a
: signifikan pada  = 1 %
b
: signifikan pada  = 5 %

Tabel 3. Uji Kointegrasi Kasus Malaysia: Johansen Test


LG, LT, S (VAR lag =1; linier deterministic trend)
Hipotesis Nol  - max  - max (1%) -trace -trace (1%)
Ho : r = 0 31.00 a 26.41 43.12 a 35.65
Ho : r  1 10.15 19.83 12.12 20.04
Ho : r  2 1.61 12.74 1.61 6.65
Regresi kointegrasi: LG = 1.079 LT- 0.618 S + 1.099
LG, LT, LP (VAR lag =1; linier deterministic trend)
Hipotesis Nol  - max  - max (5%) -trace -trace (5%)
Ho : r = 0 28.77 b 21.279 30.58 b 29.68
Ho : r  1 10.18 14.595 11.81 15.41
Ho : r  2 1.63 8.803 1.63 3.76
Regresi kointegrasi: LG = - 0.340 LT + 3.666 LP - 3.074
Nota: LX = log (X)
a
: signifikan pada  = 1 %
b
: signifikan pada  = 5 %

128
Ketahanan Fiskal: Studi Kasus Malaysia dan Indonesia (Jaka Sriyana)

Tabel 4. Uji Kointegrasi Kasus Indonesia: Johansen Test


LG, LT, S (VAR lag =1; linier deterministic trend)
Hipotesis Nol  - max  - max (5%) -trace -trace (5%)
Ho : r = 0 24.15 b 21.279 41.96 b 34.91
Ho : r  1 13.88 14.595 17.81 19.96
Ho : r  2 3.93 8.803 3.93 9.24
Regresi kointegrasi: LGET = -0.345LTAX + 0.686 S + 13.18
LG, LT, LP (VAR lag =1; linier deterministic trend)
Hipotesis Nol  - max  - max (5%) -trace -trace (5%)
Ho : r = 0 14.33 23.00 29.62 29.68
Ho : r  1 12.21 15.81 13.59 15.41
Ho : r  2 1.38 5.33 1.38 3.76
Regresi kointegrasi: LGET = -1.45 LTAX + 5.67 P - 0.573
Nota: LX = log (X)
b
: signifikan pada  = b %

Tabel 5. Estimasi Model Seigniorage


Variabel terikat: ln(Mt / Mt-1)
Variabel bebas
Malaysia Indonesia
Constant 7.209 1.166
(3.283) a (6.67) a

ln Tt 0.213 0.063
(2.598) a (0.89)

ln(M t/Y t) 0.792 0.463


(3.554) (4.34) a

ln Gt 0.226 -0.601
(1.617) c (-4.80) a
F 4.43 10.23
R2 0.93 0.52
DW 1.57 1.68
SSR 0.445 0.319
Nota: Angka dalam kurung pada koefisien regresi adalah t statistik
a
:signifikan pada  = 1 %
c
signifikan pada  = 10 %

Uji kointegrasi untuk kasus Indonesia ngan kointegrasi (tabel 4). Ini bermakna
pula mendapati bahwa pada set variabel bahwa kebijakan fiskal dan kebijakan
pengeluaran pemerintah, pajak dan seign- moneter tidak dilakukan dalam satu koordi-
iorage terjadi hubungan kointegrasi, nasi. Hubungan negatif antara pajak dan
sedangkan uji kointegrasi pada set variabel pengeluaran pemerintah pada kedua-dua
pengeluaran pemerintah, pajak dan tingkat regresi kointegrasi menerangkan bahwa
harga tidak menunjukkan terjadinya hubu- peningkatan pengeluaran tidak diikuti oleh

129
Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 10 No. 2, Agustus 2005 Hal: 123 – 132

peningkatan pajak, sedangkan hubungan Analisis lainnya adalah dapat dilaku-


positif antara seigniorage dengan penge- kan dengan mengikuti Fisher (1994), bahwa
luaran menunjukkan bahwa seigniorage dapat dibentuk suatu persamaan antara per-
merupakan sumber hasil yang penting untuk tumbuhan debt ratio dengan berbagai varia-
membiayai peningkatan pengeluaran pe- bel ekonomi lainnya. Jika b menunjukkan
merintah. debt ratio, r adalah tingkat bunga riil, y
Uji dengan metode Berument diper- menunjukkan pertumbuhan ekonomi riil dan
oleh bahwa pada kasus Malaysia, peningka- z merupakan nisbah surplus defisit primer
tan pengeluaran pemerintah dibiayai dengan kepada GDP, maka dapat dibuat suatu
pajak, sedangkan sumber seigniorage tidak persamaan b = b(r - y) – z > 0, debt ratio
menunjukkan pengaruh yang signifikan naik; b = b(r - y) – z = 0, debt ratio kekal;
(tabel 5). Pada kasus Indonesia menunjuk- b = b(r - y) – z < 0, debt ratio turun. Dari
kan bahwa sumber pajak tidak memiliki ketiga-tiga persamaan tersebut, maka dapat
kontribusi yang besar untuk membiayai diketahui bahwa debt ratio akan mengalami
peningkatan pengeluaran pemerintah, peningkatan jika tingkat bunga riil melebihi
sedangkan seigniorage memiliki kontribusi pertumbuhan ekonomi, dan Pemerintah
besar. Penemuan ini selaras dengan uji mengalami defisit primer. Untuk data
kointegrasi pada set variabel pengeluaran Malaysia memang menunjukkan bahwa
pemerintah, pajak dan seigniorage. Pada terjadi defisit primer, namun tingkat bunga
kedua-dua kasus pula menunjukkan bahwa pasar uang tidak melebihi pertumbuhan
peningkatan pengeluaran pemerintah memi- ekonomi. Ini bermakna bahwa ancaman
liki pengaruh yang signifikan kepada peningkatan debt ratio yang datang dari
perubahan uang beredar. Fenomena ini adanya peningkatan tingkat bunga tidak
menerangkan terjadinya bubungan antara akan terjadi. Hal ini karena rata-rata tingkat
sektor fiskal dan moneter. Namun pada bunga yang terjadi senantiasa rendah. Ini
kasus Indonesia terjadi hubungan negatif, menunjukkan bahwa Bank Negara Malaysia
mendukung uji kointegrasi tidak selarasnya mampu mengurus sektor moneter dengan
pelaksanaan kebijakan fiskal dan moneter. baik sehingga tidak mengancam keuangan
Hasil analisis ini selaras dengan Pemerintah.
tingkat efisiensi pengelolaan anggaran oleh Pendekatan lain yang berkaitan de-
pemerintah. Jika dilihat dari sisi efisiensi, ngan beban hutang dapat dilakukan dengan
pengolalan anggaran pemerintah tergolong membuat perbandingan antara pertumbuhan
dalam kategori efisiensi yang tinggi, hampir hutang dan pertumbuhan ekonomi. Jika
sama dengan negara-negara maju. Inefi- analisis beban hutang atas kebijakan formula
siensi (misallocation resource) yang terjadi yang dikemukakan sebelumnya tersebut
adalah sebesar 12.1% pada pengeluaran menganalisis beban hutang dari sudut pan-
pembangunan dan 4.87% pada pengeluaran dang peningkatan jumlah beban yang harus
rutin. Bandingkan dengan negara kita yang dibayar pada jangak panjang, maka analisis
mencapai 42% untuk pengeluaran pemba- berikut ini mengambil sudut pandang ke-
ngunan dan 23% untuk pengeluaran rutin mampuan membayar beban hutang tersebut.
(Jaka Sriyana, 2003). Untuk United Ini bermakna bahwa dalam jangka panjang
Kingdom secara rata-rata sebesar 8% dari Pemerintah memiliki peningkatan kemam-
total anggaran (Tridimas, 2001). Angka puan membayar hutang relatif lebih rendah
efisiensi ini menunjukkan tingginya efisiensi dibandingkan dengan dengan peningkatan
pengelolaan fiskal serta kualitas birokrasi. beban yang harus dibayar. Atas kebijakan
ini maka beban telah menjadi burden dalam

130
Ketahanan Fiskal: Studi Kasus Malaysia dan Indonesia (Jaka Sriyana)

perekonomian, serta perlu untuk dikurang- laan yang baik dapat menghindarkan dari
kan agar kelangsungan kebijakan fiskal (fis- terancamnya ketahanan kebijakan fiskal, se-
cal sustainability) dapat bertahan. dangkan untuk Indonesia tidaklah demikian.
Fakta juga menunjukkan bahwa pertumbu-
KESIMPULAN han defisit anggaran untuk Malaysia tidak
Keberhasilan pembangunan ekonomi melebihi pertumbuhan ekonomia negara,
sangat dipengaruhi oleh pengelolaan fiskal sedangkan tingkat bunga dan tingkat inflasi
maupun moneter serta berbagai regulasi relatif stabil, sehingga tidak memiliki dam-
yang mengarah kepada penataan aktivitas pak negatif kepada sektor moneter yang da-
ekonomi masyarakat. Pengelolaan fiskal pat mengancam aktivitas disektor riil. Kebi-
harus dapat mempertahankan fiscal sustain- jakan fiskal dan moneter menunjukkan ada
ability maupun fiscal strength agar dampak sinkronisasi di Malaysia, sedangkan di In-
kebijakan tersebut dapat efektif. Kajian donesia tidak terjadi.
kasus Malaysia diketahui bahwa pengelo-

DAFTAR PUSTAKA
Abedian, Iraj dan Michael Biggs, 1998, Economi Globalization and Fiscal Policy, Oxford
University Press, Capetown.
Ahmed, Sulton and Kenneth V Greene, 2000, Is The Median Voter A Clear Cut Winner?
Comparing The Median Voter Theory and Competing Theory in ExplainingLocal
Government Spending, Public Choice, 102: 8-24.
Arestis, Philip., Mosahid Khan, dan Kul B. Luintel, 2002, Fiscal Deficits in Monetary
Unions: A Comparasion of EMU and United States, Eastern Economic Journal,
Vol.1, No.1, Winter: 89-104.
Berument, Hakan, 1994, Political Parties and Government Financing: Empirical Evidence for
Industrialized Coutries, Southern Economic Journal, 61: 511-518.
Chang, Tsang Yao, Wen Rong Liu dan Henry Thompson, 2002, The Vaiability of Fiscal
Policy in South Korea, Taiwan and Thailand, ASEAN Economic Bulletin, Vol. 19,
No.2: 170-177.
Dornbusch, R dan S Fischer, 1994, Macroeconomics, Mc-Graw Hill, Co.
Engle, R.F. dan C.W.J. Granger, 1987, Cointegration and Error Correction: Representation,
Estimation and Testing, Econometrica, 55: 251-276.
Hondroyiannis, G dan Evangela Papapetrue, 2001, An Investigation of The Public Deficit
and Government Spending Relationship: Evidence for Greece, Public Choice No.
107: 169 – 182.
Jaka Sriyana, 2003, Government Expenditure‘s Welafare Loss; The Case of Malaysia and
Indonesia, International Seminar on Revaluation in Fiscal Policy, Kualalumpur.
Johansen, S., 1991, Estimation and Hypothesis Testing of Cointegration Vectors in Gaussian
Vector autoregressive Models, Econometrica, 37: 424-438 Dynamics and Control.

131
Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 10 No. 2, Agustus 2005 Hal: 123 – 132

Johansen, S. and Juselius, K., 1990, Maximum Likelhood Estiamtion and inference on
Cointegration with Application to the Demand for Money, Oxford Bulletin of
Economics and Statistics, 52: 169-120.
Mankiw, N Gregory, 1987, The Optumum Collection of Seiniorage: Theory and Evidence,
Journal of Monetary Economics, 20: 327-341.
Merifield, John, 2000, State Government Expenditure Determinants and Tax Revenue
Determinants Revissited, Public Choice, 102: 25-50.
Rose, D.C. dan D. R. Hakes, 1995, Deficits and Interest Rates as Evidence of Ricardiance
Equivalence, Eastern Economic Journal, Vol. 21, No. 1: 57-81.
Sanep Ahmad dan dan Z A Azis, 2003, The Volatility Comparation of Islamic and Non
Islamic Bonds, International Seminar on Revaluation in Fiscal Policy, Kualalumpur.
Syed Othman AL Habsy, 2000, Government Budget in Islamic Perspectif, IKIM,
Kualalumpur.
Schuvnecht, Ludger, 2000, Fiscal Policy Cycles and Public Expenditure in Developing
Countries, Public Choice, 102: 115-130.
Taggart, Dauglass Mc, Crhistoper Findlay, Michael Parkin, 1999, Macroeconomics,
Addison-Wesley.
Trehan, Bharat dan Carl E Walsh, 1990, Seigniorage and Tax Smoothing in United States
1914-1986, Journal of Monetary Economics, 20:97-112.
Tridimas, George, 2001, The Economics and Politics of The Structure of Public Expenditure,
Public Choice, 106: 299-316.
Wolfson, M.H., 1995, Corporate Restructuring and The Budget Deficit Debate, Eastern
Economic Journal, Vol. 19, No.4: 494-519.

132

Anda mungkin juga menyukai