Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MANAJEMEN ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG KESEHATAN

Disusun Oleh:

Kunti Qurrata’Ayun (P07124218041)


Amalia Azzahro (P07124218043)
Jihan Nita Ayu S (P07124218044)
Dinda Anintya S (P07124218045)
Tri Wulaningsih (P07124218046)
Khoirurriza Sekar S (P07124218047)
Hemalia Selma E (P07124218048)

JURUSAN KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN YOGYAKARTA

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga tugas makalah yang berjudul “Makala Manajemen Organisasi dan
Kepemimpinan” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Manajemen Organisasi dan Kepemimpinan yang diampu oleh Ibu Ana
Kurniati, SST., M.Keb Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Kebijakan Pemerintah Dalam Bidang Kesehatan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Saya menyadari, dalam penulisan makalah ini mungkin terdapat kesalahan


yang masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Demikian saya ucapkan terimakasih atas waktu yang telah diluangkan untuk
membaca makalah ini.

Yogyakarta, 26 Juli 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ...................................................................................................................
KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................2
C. Tujuan.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Dasar Hukum Kebijakan Kesehatan............................................................3
B. Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan ......................................3
C. Dasar-Dasar Membuat Kebijakan Kesehatan..............................................5
D. Kebijakan Kesehatan di Indonesia..............................................................5
E. Jaminan Persalinan (JAMPERSAL)............................................................6
F. Jaminan Kesehatan Masyarakat(JAMKESMAS).........................................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................11
B. Saran...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan keputusan
formal organisasi, yang bersifat mengikat, yang mengatur perilaku
dengan tujuan untuk menciptakan tata nilai baru dalam masyarakat,.
Kebijakan akan menjadi rujukan utama para anggota organisasi atau
anggota masyarakat dalam berperilaku. Kebijakan pada umumnya
bersifat problem solving dan proaktif. Berbeda dengan Hukum (Law) dan
Peraturan (Regulation).
Dalam program 100 hari Kabinet Indonesia Bersatu periode
kedua, Presiden RI menetapkan 45 program penting yang akan
dijalankan di seluruh tanah air berkaitan dengan pembangunan sektoral
dan regional. Dari 45 program ini telah dipilih 15 program unggulan,
dimana kesehatan masuk dalam program ke 12. Landasan kerja
pembangunan kesehatan pada Kabinet Indonesia Bersatuke-2 ini, akan
memperhatikan tiga “tagline” penting yaitu change and continuity debott
lenecking, acceleration, and enhancemen, serta unity, together we can.
Sejak dilantik menjadi Menteri Kesehatan, dr. Endang R.
Sedyaningsih, MPH, Dr. PH. telah menetapkan program jangka pendek
100 hari dan program jangka menengah tahun 2010 – 2014 yang disusun
dalam sebuah rencana strategis Depkes.Program 100 hari Menkes
mengangkat 4 isu, yaitu: (1) peningkatan pembiayaan kesehatan untuk
memberikan Jaminan Kesehatan Masyarakat. (2) peningkatan kesehatan
masyarakat untuk mempercepat pencapaian target MDGs. (3)
pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat
bencana, serta (4) peningkatan ketersediaan, pemerataan dan kualitas
tenaga kesehatanPembangunan merupakan suatu usaha atau rangkaian
usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan
secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju
modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (Siagian,1970:4).

1
Mencapai suatu keberhasilan dalam pembangunan dibutuhkan
sumber daya manusia yang berkualitas, dan salah satu cara
meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu sendiri adalah perbaikan
dibidang kesehatan yang dijalankan dalam program pembangunan
bidang kesehatan. Pembangunan bidang kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal.Mengingat kesehatan merupakan hal yang
sangat penting bagi masyarakat maka dari itu pemerintah senantiasa
berusaha melakukan berbagai upaya guna meningkatkan kesehatan
masyarakat dan memberikan pelayanan kesehatan yang memuaskan
untuk masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah singkat Epidemiologi di dunia dan di Indonesia?
2. Tokoh apa saja yang berkaitan dengan Epidemiologi beserta
kaitannya di sejarah Epidemiologi?
3. Apakah istilah-istilah dalam Epidemiologi?
4. Apa contoh kasus pandemi sebelum covid 19 dan cara
penanganannya?

C. Tujuan
1. Mengetahui tentang sejarah Epidemiologi di dunia dan di Indonesia
2. Mengetahui tentang tokoh epidemiologi serta kontribusi di bidang
epidemiolgi
3. Mengetahui tentang istilah-istilah dalam epidemiologi
4. Mengetahui contoh kasus pandemi sebelum covid 19 dan cara
penangananya

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dasar Hukum Kebijakan


Dalam menentukan dan merumuskan kebijakan maka harus dilakukan
berdasarkan atau sesuai dengan dasar hukum kesehatan. Dasar Hukum
kesehatan yaitu diantaranya :
1. Skep Men. Kes. RI No. 99a/Men.Kes/SK/III/1982 tentang berlakunya
Sistem Kesehatan Nasional.
2. TAP MPR RI VII Tahun 2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan
3. Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Pokok-Pokok Kesehatan.
4. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom
5. Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
antaraPemerintah Pusat dan Daerah.
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 547/Men.Kes/SK/IV/2000
tentangPembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat tahun 2010.
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1277/Men.Kes/SK/X/2001
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.
Memutuskan
Menetapkan :
1. Keputusan Menteri Kesehatan tentang Sistem Kesehatan
Nasional
2. Sistem Kesehatan Nasional Dimaksud dalam dictum dimaksud
agar digunakan sebagaiPedoman semua pihak dalam
penyelenggaran pembangunan kesehatan di Indonesia.
3. Keputusan ini berlaku mulai pada tanggal ditetapkan dengan
ketentuan akan diadakan perubahan sebagaimana mestinya
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruanditetapkan 10 Februari
2004 ( Jakarta/ MenKes RI).

B. Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan


Gerakan pembangunan berwawasan kesehatan adalah inisiatif
semua komponen bangsadalam menetapkan perencanaan pembangunan
selalu berorientasi untuk mengedapankanupaya promotif dan preventif
pada masalah kesehatan, walaupun bukan berartimengesampingkan
kegiatan kuratif.

3
Gerakan tersebut berlaku untuk semua komponen bangsa yang
harus berpartisipasi secaraaktif baik yang berupa kegiatan individu,
keluarga, kelompok masyarakat, instansi pemerintah ataupun swasta.
Promotif yang dimaksud adalah suatu upaya untuk meningkatkan status
kesehatan dan menjaganya dari semua kemungkinan-kemingkinan yang
menyebabkan timbulnya penyakit dan masalah kesehatan. Kegiatan
tersebut bisa berupa meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan,
menjaga kebugaran tubuh, mengatur menu seimbang termasuk
didalamnya kegiatan rekreasi dan pembinaan mental spiritual. Kegiatan
preventif dapat dilaksanakan dengan cara mencegah dan menghindari
timbulnya penyakit dan masalah kesehatan lain. Kegiatan ini bisa berupa
pemberian imunisasi, perbaikan lingkungan ( hygiene dan sanitasi ) baik
perorangan, perumahan, industri rumahtangga maupan indistri
perusahaan. Kegiatan preventif juga dilulakukan untuk menghindari
terjadinya kecelakaan lalu lintas juga kereta api dan keselamatan kerja
terhadap seluruh pekerja termasuk pekerja perusahaan. Pada tingkat
perusahaan dan departemen dampak lingkungan dengan kegiatan
analisa dampak lingkungan ( AMDAL). Misal pada kegiatan industri
perusahaan, jadi semua industri perusahaan dalam mengolah produknya
harus sudah memikirkan dampak lingkungan utamanya terhadap
pengolahan polutan (limbah produksi) sehingga memenuhi batas ambang
kesehatan yang ditentukan.
1. Promotif
a. Meningkatkan pengetahuan
b. Menjaga stamina tubuh
c. Menu seimbang
2. Preventif
a. Imunisasi
b. Hygiene
c. Lingkungan
d. Keselamatan Kerja
3. Kuratif
a. Pengobatan
b. Rehabilitasi
Strategi yang dilakukan di dalam Kebijakan Kesehatan yaitu dengan
cara :
1. Menggerakan dan memberdayakan masyarakat.
2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan
yang berkualitas.
3. Meningkatkan system survey lens, monitoring, dan informasi
kesehatan.
4. Meningkatkan pembiayaan kesehatan.

4
C. Dasar-Dasar Membuat Kebijakan Kesehatan
Dasar kebijakan strategis dalam pembangunan kesehatan.
Memahami dasar-dasar pembangunan kesehatan pada
hakekatnyamerupakan upaya mewujudkan nilai kebenaran dan aturan
pokok sebagailandasan untuk berpikir dan bertindak dalam pembangunan
kesehatan. Nilaitersebut merupakan landasan dalam menghayati isu
strategis, melaksanakan visi,dan misi sebagai petunjuk pokok
pelaksanaan pembangunan kesehatan secaranasional sebagaimana
tercantum dalam Rencana Pembangunan Kesehatanmenuju Indonesia
Sehat, yang meliputi: perikemanusiaan, adil dan merata, pemberdayaan
dan kemandirian, pengutamaan dan manfaat.
1. Isu Strategis Pembangunan Kesehatan.
Banyak masalah kesehatan dapat dideteksi dan diatasi
secara dini ditingkat paling bawah. Jumlah dan mutu tenaga
kesehatan belum memenuhi kebutuhan. Pemanfaatan
pembiayaan kesehatan belum terfokus dan sinkron.Hasil sarana
kesehatan bisa dijadikan pendapatan daerah. Masyarakat miskin
belum sepenuhnya terjangkau dalam pelayanan kesehatan.
Beban ganda penyakit dapat menimbulkan masalah lainnya
secara fisik, mental dan sosial.
2. Visi Strategis Pembangunan Kesehatan
Dengan memperhatikan isu strategis pembangunan
kesehatan tersebut dan juga dengan mempertimbangkan
perkembangan, masalah, serta berbagaikecenderungan
pembangunan kesehatan ke depan maka ditetapkan visi
pembangunan kesehatan oleh Departemen Kesehatan yaitu
Masyarakat YangMandiri Untuk Hidup Sehat.
Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat adalah suatu
kondisi di manamasyarakat Indonesia menyadari, mau, dan
mampu untuk mengenali,mencegah dan mengatasi permasalahan
kesehatan yang dihadapi, sehinggadapat bebas dari gangguan
kesehatan, baik yang disebabkan karena penyakittermasuk
gangguan kesehatan akibat bencana, maupun lingkungan dan
perilaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat.
3. Misi Strategis Pembangunan Kesehatan
Misi pembangunan kesehatan, yakni Membuat Rakyat
Sehat. Misi kesehatanini kemudian dijalankan dengan
mengembangkannilai-nilai dasar dalam pelayanan kesehatanyaitu
berpihak pada rakyat, bertindak cepat dan tepat,kerjasama tim,
integritas yang tinggi, transparansi dan akuntabilitas.

D. Kebijakan Kesehatan Indonesia


1. Isu strategis dalam Kebijakan Kesehatan yaitu :
a. Pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu
belum optimal.

5
b. Sistem perencanaan dan penganggaran departemen kesehatan belum
optimal.
c. Standar dan pedoman pelaksanaan pembangunan kesehatan masih
kurang memadai.
d. Dukungan departemen kesehatan untuk melaksanakan
pembangunankesehatan masih terbatas.
2. Strategi kesehatan di Indonesia
a. Mewujudkan komitmen pembangunan kesehatan.
b. Meningkatkan pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan.
c. Membina sistem kesehatan dan sistem hukum di bidang kesehatan.
d. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.
e. Melaksanakan jejaring pembangunan kesehatan.

E. Jaminan Persalinan (JAMPERSAL)


Menteri Kesehatan akhirnya mengeluarkan petunjuk teknis (juknis)
mengenai jaminan persalinan (jampersal). Juknis ini tertuang dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
631/MENKES/PER/III/2011 Tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan
.Diterbitkannya Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan ini untuk digunakan
sebagai acuan penyelenggaraan program Jaminan Persalinan. Petunjuk
Teknis ini merupakan bagian serta masukan dari ikatan profesi dan
pelaksana program di daerah. “Kepada semua pihak yang memberikan
kontribusinya saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Semoga
petunjuk teknis ini bermanfaat dalam mendukung upaya kita untuk
mewujudkanmasyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.
Sebagaimana diketahui, dalam rangka mempercepat pencapaian
tujuan pembangunankesehatan nasional serta Millennium Development
Goals (MDGs), pada tahun 2011 Kementerian Kesehatan meluncurkan
kebijakan jampersal. Dari beberapa pencapaian tujuan pembangunan
kesehatan nasional serta MDGs, pihaknya menghadapi berbagai hal yang
multi kompleks seperti masalah budaya, pendidikanmasyarakat,
pengetahuan, lingkungan, kecukupan fasilitas kesehatan, sumberdaya
manusiadan lainnya. Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) merupakantantangan yang lebih sulit dicapai
dibandingkan target MDGs lainnyaOleh karena itu, upaya penurunan AKI
tidak dapat lagi dilakukan dengan intervensi biasa,diperlukan upaya-
upaya terobosan serta peningkatan kerjasama lintas sektor untuk

6
mengejar ketertinggalan penurunan AKI agar dapat mencapai target
MDGs.Salah satu faktor yang penting adalah perlunya meningkatkan
akses masyarakat terhadap persalinan yang sehat dengan cara
memberikan kemudahan pembiayaan kepada seluruh ibuhamil yang
belum memiliki jaminan persalinan. Jaminan Persalinan ini diberikan
kepada semua ibu hamil agar dapat mengakses pemeriksaan persalinan,
pertolongan persalinan, pemerikasaan nifas dan pelayanan KB oleh
tenaga kesehatan di fasilitas sehingga pada gilirannya dapat menekan
angka kematian ibu dan bayi.

F. Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)


Untuk menjamin akses masyarakat miskin dan tidak mampu
terhadap pelayanan kesehatan, pada tahun 2008 pemerintah telah
menetapkan kebijakan program Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas). Program ini sebelumnya dikenal dengan nama Asuransi
Kesehatan Masyarakat Miskin (Askeskin). Perubahan mekanisme yang
mendasar adalah adanya pemisahan peran pembayar dengan verifikator
melalui penyaluran dana langsung dari Kas Negara ke Pemberi Pelayanan
Kesehatan (PPK), penggunaan tarif paket Jamkesmas di Rumah Sakit (RS),
penempatan verifikator independen di setiap Rumah Sakit, pembentukan
Tim Pengelola dan Tim Koordinasi di tingkat Pusat, Propinsi, dan
Kabupaten/Kota serta penugasan PT Askes (Persero) dalam manajemen
kepesertaan. Ketentuan yang mengatur tentang pelaksanaan dana
Jamkesmas tahun 2008 dan 2009 diatur dalam Keputusan Menteri
Kesehatan No 125/Menkes/SK/II/2008 tanggal 6 Februari 2008 dan
Pedoman Pelaksanaan tahun 2009 yang merupakan lampiran dari
Keputusan Menteri Kesehatan No. 316/Menkes/SK/V/2009 tanggal 1 Mei
2009.
Berdasarkan Manajemen Pelaksanaan (Manlak) tahun 2009,
tujuan program Jamkesmas adalah sebagai berikut:
Tujuan Umum : Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan
sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal secara efektif dan
efisien bagi seluruh peserta Jamkesmas.
Tujuan Khusus :

7
a. Memberikan kemudahan dan akses pelayanan kesehatan kepada
peserta di seluruh jaringan PPK JAMKESMAS.
b. Mendorong peningkatan pelayanan kesehatan yang terstandar
bagi peserta, tidak berlebihan sehingga terkendali mutu dan
biayanya.
c. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan
akuntabel.
Prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi peserta
Jamkesmas adalah sebagai berikut :
1) Pelayanan Kesehatan Dasar
Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar di
Puskesmas dan jaringannya, peserta harus menunjukkan kartu
Jamkesmas, atau surat keterangan/rekomendasi Dinas sosial
setempat (bagi gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar)
atau kartu PKH bagi peserta PKH yang belum memiliki kartu
Jamkesmas.
2) Pelayanan Tingkat Lanjut
a. Peserta Jamkesmas yang memerlukan pelayanan kesehatan
tingkat lanjut (Rawat Jalan Tingkat Lanjut/RJTL dan Rawat
Inap Tingkat Lanjut/RITL), dirujuk dari Puskesmas dan
jaringannya ke fasilitas pelayanan kesehatan tingkat lanjut
ddisertai kartu peserta Jamkesmas atau surat/kartu lainnya
sebagaimana dimaksud pada butir 1dan surat rujukan yang
ditunjukkan sejak awal sebelum mendapatkan pelayanan
kesehatan . Pada kasus emergencyntidak memerlukan surat
rujukan
b. Kartu peserta Jamkesmas atau surat/kartu lainnya
sebagaimana dimaksud pada butir 1 diatas dan surat rujukan
dari Puskesmas dibawa ke loket Pusat Pelayanan
Administrasi Terpadu Rumah sakit (PPATRS) untuk
diverifikasi kebenaran dan kelengkapannya untuk selanjutnya
dikeluarkaan Surat Keabsahan Peserta (SKP), dan
selanjutnya peserta mendapatkan pelayanan kesehatan
c. Bayi – bayi yang terlahir dari keluarga peserta Jamkesmas
secara otomatis menjadi peserta dengan merujuk pada kartu
orang tuanya. Bila bayi memerlukan pelayanan dapat
langsung diberikan dengan menggunakan identitas
kepesertaan orang tuanya dan dilampirkan surat kenal lahir
dan kartu keluarga orang tuanya. Pelayanan persalinan
normal dibayarkan secara paket baik ibu maupun bayinya,
akan tetapi apabila bayi mempunyai kelainan dan memerlukan
pelayanan khusus dapat diklaimkan terpisah sesuai
diagnosanya
d. Bagi gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar dapat
mengakses pelayanan walaupun tanpa kepemilikan kartu
Jamkesmas dengan menunjukkan surat

8
keterangan/rekomendasi dari Dinas Sosial setempat yang
menerangkan bahwa yang bersangkutan warga terlantar dan
tidak mampu
e. Pelayanan tingkat lanjut sebagaimana diatas meliputi :
pelayanan rawat jalan lanjutan (spesialistik) di Rumah Sakit,
pelayanan lanjutan yang dilakukan pada bersifat pasif (dalam
gedung) sebagai PPK penerima rujukan, pelayanan rawat
inap kelas III di Rumah Sakit dan tidak diperkenankan pindah
kelas atas permintaannya, pelayanan obat – obatan, dan
pelayanan rujukan spesimen dan penunjang diagnostik
lainnya
f. Untuk kasus khronis tertentu yang memerlukan perawatan
berkelanjutan dalam waktu lama, surat rujukan dapat berlaku
selama 1 bulan (seperti, diabetes mellitus). Untuk kasus
khronis khusus seperti kasus gangguan jiwa dan kasus
pengobatan paru, surat rujukan dapat berlaku sampai dengan
3 bulan
g. Rujukan pasien antar RS termasuk rujukan antar daerah
dilengkapi dengan surat rujukan RS yang merujuk, copy kartu
peserta atau surat keterangan/rekomendasi dari Dinas Sosial
(bagi gelandangan, pengemis, anak dan orang tua terlantar)
serta kartu PKH bagi peserta PKH yang belum mempunyai
kartu Jamkesmas serta surat pengantar dari petugas yang
memverifikasi kepesertaan. Pada kasus – kasus rujukan antar
daerah, petugas yang memverifikasi kepesertaan pada RS
rujukan dapat melakukan konfirmasi ke database kepesertaan
melalui petugas PT Askes (persero) tempat asal pasien
h. Pada keadaan gawat darurat, apabila setelah penanganan
kegawatdaruratannya peserta memerlukan rawat inap dan
identitas kepesertaannya belum lengkap, maka yang
bersangkutan diberi waktu 2X24 jam hari kerja untuk
melengkapinya atau status kepesertaannya dapat merujuk
pada database kepesertaan yang dilengkapi oleh petugas PT
Askes (Persero)
i. Pelayanan obat di Rumah Sakit dengan ketentuan sebagai
berikut :
1) Untuk memenuhi kebutuhan obat dan bahan habis pakai di
Rumah Sakit, Instalasi Farmasi/Apotik Rumah Sakit
bertanggungjawab menyediakan semua obat dan bahan
habis pakai yang diperlukan. Meski telah diberlakukan INA-
DRG, agar terjadi efisiensi pelayanan, pemberian obat
didorong agar menggunakan formularium obat Jamkesmas
di Rumah Sakit
2) Apabila terjadi kekurangan atau ketiadaan obat maka
Rumah Sakit berkewajiban memenuhi obat tersebut
melalui koordinasi dengan pihak– pihak terkait.

9
3) Pemberian obat untuk pasien diberikan untuk 3 (tiga) hari
kecuali untuk penyakit – penyakit kronis tertentu dapat
diberikan lebih dari 3 (tiga) hari sesuai dengan kebutuhan
medis. Pemberian obat dilakukan dengan efisien.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keputusan Menteri Kesehatan tentang Sistem Kesehatan
Nasional dalam dictum dimaksud agar digunakan sebagai pedoman
semua pihak dalam penyelenggaran pembangunan kesehatan di
Indonesia.Keputusan ini berlaku mulai pada tanggal ditetapkan dengan
ketentuan akan diadakan perubahan sebagaimana mestinya apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan.
Gerakan pembangunan berwawasan kesehatan merupakan salah
satu kebijakan pemerintah dimana hal tersebut merupakan inisiatif semua
komponen bangsa dalam menetapkan perencanaan pembangunan selalu
berorientasi untuk mengedapankan upaya promotif dan preventif pada
masalah kesehatan.Memahami dasar-dasar pembangunan kesehatan
pada hakekatnya merupakan upaya mewujudkan nilai kebenaran dan
aturan pokok sebagai landasan untuk berpikir dan bertindak dalam
pembangunan kesehatan.
Isu strategis dalam kebijakan kesehatan diantaranya yaitu
pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu
belum optimal,istem perencanaan dan penganggaran departemen
kesehatan belum optimal,standar dan pedoman pelaksanaan
pembangunan kesehatan masih kurang memadai,dukungan departemen
kesehatan untuk melaksanakan pembangunankesehatan masih
terbatas.Strategi kebijakan kesehatan Indonesia dalam memecahkan isu
strategis tersebut adalah dengan mewujudkan komitmen pembangunan
kesehatan, meningkatkan pertanggung jawaban dan pertanggung
gugatan, membina sistem kesehatan dan sistem hukum di bidang
kesehatan,mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
dan melaksanakan jejaring pembangunan kesehatan.
Dalam rangka mempercepat pencapaian tujuan pembangunan
kesehatan nasional serta Millennium Development Goals (MDGs), pada
tahun 2011 Kementerian Kesehatan meluncurkan kebijakan
jampersal.Untuk menjamin akses masyarakat miskin dan tidak mampu
terhadap pelayanan kesehatan, pada tahun 2008 pemerintah telah
menetapkan kebijakan program Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas).

B. Saran
Penyusun mengetahui bahwa makalah ini kurang sempurna , oleh
karena itu saran dan krtik dari ibu dosen atau teman-teman sangat kami
harapkan agar makalah ini lebih lagi dan saya berharap makalah ini dapat
bermanfaat dan meambah wawasan bagi siapa saja yang membacanya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dr.Mondastri Korib. M.Sc, D.Sc. 2020. Sejarah dan Perkambangan Epidemiologi.


FK UI

CDC. 2012. Principles of Epidemiology in Public

Leon Gordis. 2014. Epidemiology. Elsevir Saunders. Fifth Edition

Noor, Nur Nasri. 2014. Epidemiologi. Jakarta : Rineka Cipta

Zata ismah. 2018. Bahan Ajar Dasar Epidemiogi. FK UIN. Medan

12

Anda mungkin juga menyukai