Inti Sari
Inti Sari
Selama proses kerja jantung, eksitasi – kontraksi jantung dibentuk dengan mengubah
sinyal elektrik menjadi gaya mekanik yang diperlukan untuk mendorong pelepasan kalsium
dan penyerapan kembali oleh kardiomiosit. Siklus pelepasan kalsium dimulai oleh
depolarisasi membrane plasma dan proses invaginasi terspesialisasi (Tubulus T). Kanal
kalsium tipe L pada membrane tubulus T teraktivasi oleh depolarisasi yang memungkinkan
sejumlah kecil aliran kalsium masuk ke sel. Kalsium berikatan pada kanal ion RYR2 dan
mengaktivasi kanal, yang selanjutnya akan melepas kalsium dari SR, dimana kalsium
disimpan dalam konsentrasi tinggi. Kalsium yang dilepas dari SR meningkatkan konsetrasi
kalsium di sitoplasma, dan berikatan pada troponin C jantung serta protein lain yang sensitive
terhadap kalsium.
Gambar X.
Secara umum RNA Nav1.5 diturunkan dari 23 ekson yang berbeda. Ekson 2- 28
mengandung sekuens yang mengkode protein, sedangkan ekson 1 dan sebagian ekson 2
mengkode bagian 5’ yang tidak ditranslasi (5’ UTR), serta ekson 28 yang juga mengandung
3’ – UTR. Beragam variasi RNA Nav1.5 dilaporkan ditemukan pada jantung mamalia, yang
sebagian besar dihasilkan oleh alternative splicing. Regulasi ekspresi Nav1.5 dimulai dengan
transkripsi gen SCN5A, diikuti dengan pemrosesan RNA dan sintesis protein pada reticulum
endoplasma, serta dikemas ke dalam membrane. Pada reticulum endoplasma protein Nav1.5
selanjutnya mengikuti pensinyalan sekretoris hingga mencapai sarcolemma dan menunjukkan
peran fungsionalnya. Protein kanal Nav1.5 terletak pada intercalated disc, bagian di antara
kardiomiosit yang mengandung kompleks adhesi sel, dan pada bagian membrane lateral,
dimana tubulus transversal dan kostamer dapat ditemukan.(11)
Kanal ion Nav pada sel jantung berperan dalam menghasilkan aliran ion natrium, dan
menimbulkan fase puncak pada fase 0, dan fase 2 potensial aksi jantung, yang merupakan
penentu penting penghasil ritme jantung dengan konduksi normal dan pemelihara proses
eksitasi jantung. Saluran ion natrium yang mengalami kelainan akibat dari variasi SCN5A
berpotensi menyebabkan terjadinya disorganisasi sistem elektrofisiologi jantung, sehingga
menghasilkan sejumlah aritmia (kelainan ritme jantung) dan penyakit kelainan struktur
jantung.
Kemunculan aritmia fatal pada seorang pasien dapat terjadi karena adanya gangguan
dalam regulasi transkripsi, yang mempengaruhi ekspresi SCN5A dan/atau modifikasi pasca-
translasi SCN5A. Ketidak sempurnaan proses Nav1.5 mungkin akan mengubah protein
tersebut tersimpan ke dalam jalur eksositik. Lokasi subseluler yang tepat bagi Na v1.5 penting
untuk peran kanal tersebut dalam menghasilkan potensial aksi. Kerusakan target Na v1.5 ke
sarcolemma ataupun ketidaktepatan dan tidak cukupnya penempelan Nav1.5 pada membrane,
dapat mempengaruhi fungsi kanal, yang pada akhirnya akan menimbulkan sejumlah kelainan
fungsi jantung dan SCD.
Sejumlah mutasi pada SCN5A telah dilaporkan berhubungan dengan sejumlah
sindroma aritmia langka seperti long QT syndrome type 3 (LQTS) dan sindroma Brugada.
Perubahan morfologi potensial aksi dan peningkatan kerentanan aritmia berkorelasi dengan
perubahan pada tingkat ekspresi Nav1.5 dan/atau kepadatan arus natrium. Pasien dengan
sindrom Brugada menunjukkan gambaran ECG abnormal karena hilangnya fungsi kanal ion
natrium, dan dikarakterisasi dengan peningkatan segmen ST.
Mutasi pada SCN5A dapat mengganggu fungsi dari protein kanal Nav1.5, yang
mengarah pada kelainan atau penyakit jantung. Mutasi pada SCN5A dapat menyebabkan
hilangnya fungsi (loss of function) dan terbebaninya fungsi (gain of function) jantung. Mutasi
loss of function berasosiasi dengan sindroma Brugada, dilatasi kardiomiopati, sindroma Sick
Sinus, dan fibrilasi atrium (atrial fibrillation). Mutasi akibat gain of function berasosiasi
dengan sindroma panjang QT (Long QT syndrome), dsb.
Variasi genetik pada gen SCN5A seperti single nucleotide polymorphisms (SNPs)
dapat muncul pada area gen yang mengkode dan tidak mengkode. Sejumlah varian di area
gen tidak mengkode umumnya teridentifikasi berada di bagian promoter, dan diketahui dapat
mengubah aktivitas transkrips gen SCN5A. Keberadaan SNP mempengaruhi konduktivitas
baik pada pasien berpenyakit dan orang sehat, dan menimbulkan kerentanan/suseptibilitas
aritmia pada karier SCN5A termutasi. Di antara variasi genetik terkait SCD yang telah
diidentifikasi dalam gen SCN5A antara lain meliputi: (i) rs7626962 (p.Ser1103Tyr) yang
dapat menyebabkan substitusi asam amino dalam urutan yang dipertahankan antara domain II
dan III dari Nav1.5; (ii) rs11720524 yang telah diprediksi akan dapat mengganggu situs
pengikatan faktor transkripsi gen; dan (iii) rs41312391 yang dapat memodulasi ekspresi gen
yang berdekatan yang terlibat dalam regulasi kompleks deubiquitinating histone.
2. Kanal ion kalsium jantung (RYR2)
Sel dan jaringan mamalia mengekspresikan tiga jenis protein RYR serupa, yang
dikode oleh gen yang berbeda. Protein RYR1 merupakan isoform yang dominan pada otot
rangka, RYR2 dominan pada otot jantung, sedangkan RYR3 diekspresikan pada jumlah
rendah di berbagai jaringan termasuk otot jantung.(12) Kanal pelepas ion kalsium reseptor
ryanodine 2 (RYR2) diperlukan oleh jantung untuk proses eksitasi dan kontraksi. Kondisi
oksidasi patologis dan hiperfosforilasi oleh PKA pada RYR2, atau mutasi RYR2 dapat
menyebabkan kebocoran kalsium dari kanal RYR2 pada SR selama diastole, dan
berkontribusi pada peristiwa gagal jantung. Kebocoran kalsium diastolic pada miosit atrium
dan ventricular dapat menyebabkan aritmia atrium dan ventrikel.(13)
Gambar X.
Reseptor ryanodine merupakan kanal ion terbesar yang pernah dilaporkan. Gen RYR2
manusia mengkode protein yang tersusun atas 4967 asam amino. Kanal RYR2 berbentuk
kanal membrane homotetramer mirip daun semanggi atau kaki, terletak pada membrane
reticulum sarkoplasma yang menghadap ke arah tubulus T, dimana 80% domain membentuk
struktur domain sitoplasma. Stimulasi kanal kalsium tipe-L yang sensitive voltase pada
permukaan luar membrane sel miokardium memungkinkan sejumlah ion kalsium masuk, dan
akan mengaktivasi kanal RYR2 untuk mengizinkan masuknya ion kalsium jumlah besar ke
dalam sitoplasma dari lumen SR. Mekanisme tersebut menginisiasi kontraksi miokardium.
(14)
Mutasi RYR2 berasosiasi dengan takikardi ventrikel. Takikardi ventrikel
dikarakterisasi dengan adanya stress fisik maupun fisik terhadap aritmia vantrikel dan SCD
tanpa adanya kerusakan struktur jantung. Hingga saat ini dilaporkan terdapat lebih dari 300
mutasi yang dapat ditemukan pada gen dan protein RYR2. Segmen pembentuk pori tersusun
atas urutan asam amino nomor 4822 – 4829. Situs penempelan ATP terletak antara residu
asam amino ke 2618 – 2653; situs penempelan calmodulin antara residu ke 2774 – 2806,
2876 – 2897, serta 2997 – 3015.(15)
Pada penderita gagal jantung kemungkinan terbukanya kanal RYR2 dan rata-rata
durasi terbukanya kanal meningkat, sedangkan rata-rata durasi tertutupnya kanal menurun.
Kardiomiosit ventrikel dari penderita HF memiliki kebocoran kalsium diastolik melalui kanal
RYR2, sehingga menurunkan penyimpanan kalsium di SR. Selain itu, pada penderita HF
konsentrasi katekolamin yang bersirkulasi meningkat, sehingga menstimulasi aktivitas
reseptor beta-adrenergik dan produksi cAMP oleh adenilil siklase, meningkatkan fosforilasi
PKA-cAMP.(13)
Sejumlah mutasi pada gen RYR2 dilaporkan berasosiasi dengan kardiomiopati dan
gangguan kelistrikan jantung. Mutasi tersebut umumnya berasosiasi dengan
catecholaminergic polymorphic ventricular tarchycardia (CPVT) tipe 1, arrhythmogenic
right ventricular dysplasia (ARVD) tipe 2, polymorphic ventricular tachycardia (PVT), dan
sudden cardiac death (SCD). Mutasi pada RYR2 dinilai berasosiasi dengan meningkatnya
aktivitas adrenergik karena adanya stimulasi dari sistem saraf simpatik. Pada jantung yang
mengalami kegagalan, keadaan hiperadrenegik kronis berasosiasi dengan hiperfosforilasi
PKA RYR2. Kebocoran ion kalsium akibat hiperaktifnya RYR2 mungkin menjadi salah satu
sinyal keterlambatan setelah depolarisasi (afterdepolarization) yang memicu timbulnya
takikardia ventrikel. Dilaporkan bahwa delapan mutasi RYR2 yang berkaitan dengan SCD
berada dalam area kanal yang berikatan dengan FKBP12.6. Kelainan fosforilasi RYR2 juga
dilaporkan berkaitan denngan fibrilasi atrium, meningkatnya kematian sel pada iskemia, dan
penyakit Alzheimer. Ran et al, melaporkan bahwa alel A gen RYR2 rs3766871 dapat
berperan sebagai prediktor SCD pada pasien gagal jantung. Mutasi rs3766871
(p.Gly1886Ser) RYR2 merupakan salah satu mutasi paling menonjol yang dilaporkan terlibat
dalam SCD, dan terbukti menghasilkan peningkatan osilasi ion kalsium dalam sel sehingga
dapat menyebabkan kebocoran ion kalsium.
Sejumlah penelitian melaporkan bahwa puluhan mutasi dan polimorfisme pada gen
RYR2 berasosiasi dengan kelainan irama jantung, gagal jantung (heart failure), kelainan
takikardi polimorfik ventrikel (CPVT) dan SCD.(13,16). Variasi gen RYR2 rs3766871
dilaporkan berasosiasi dengan sejumlah kelainan jantung seperti HF, VT/VF, serta
meningkatkan risiko terjadinya SCD. Minor alel varian rs3766871 dilaporkan tiga kali lebih
tinggi terjadi pada pasien HF dengan terapi implantasi defibrillator dibandingkan dengan
kelompok pasien tanpa implantasi defibrillator, serta lebih rendah frekuensinya pada
kelompok individu sehat dibandingkan kelompok pasien VT/VF. Variasi rs3766871 terletak
pada ekson 37, menyebabkan termodifikasinya kanal ion akibat perubahan asam amino serin
menjadi glisin. Substitusi tersebut menyebabkan terbentuknya suatu situs fosforilasi untuk
protein kinase C (PKC), sehingga meningkatkan pelepasan kalsium yang termediasi oleh
PKC. Perubahan konformasi asam amino pada kanal ion tersebut menyebabkan terjadinya
peningkatan aktivitas perpindahan ion kalsium dari SR menuju sitosol, sehingga terjadi
kebocoran kalsium yang dapat berakibat pada kelainan aritmia fatal.
3. Elemen protein – Bromodomain