Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Program Profesi Ners Stase
Keperawatan Anak
Disusun oleh
Nama : Rima Wulandari
Nim : P2003028
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuh kembang anak terjadi secara kompleks dan sistematis. Anak
akan mengalami dua proses, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya jumlah dan ukuran sel di seluruh
bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur. Sedangkan perkembangan
merupakan proses peningkatan kemampuan adaptasi dan kompetensi seseorang
dari yang sederhana ke yang lebih kompleks (Wong, 2008). Seluruh tahapan
pertumbuhan dan perkembangan anak harus dilalui dengan sempurna, baik
selama di kandungan maupun yang telah lahir. Tidak semua anak mampu
melalui semua tahapan secara optimal. Beberapa anak mengalami kegagalan
atau gangguan tumbuh kembang.Kemenkes dalam Rivaldi (2017)
mengemukakan bahwa gangguan tumbuh kembang yang sering ditemui yaitu
gangguan bicara dan bahasa, cerebral palsy, sindrom down, perawakan pendek,
autis, retardasi mental, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif.
Berdasarkan pandangan klinis, retardasi mental dibagi menjadi 4 yaitu, retardasi
mental ringan (IQ 50-69), Retardasi mental sedang (IQ 35-49), sedangkan
retardasi mental berat (IQ 20-34), dan retardasi mental sangat berat (IQ <20).
Setiap tingkatan retardasi mental memiliki karakteristik masing –masing. Anak
dengan retardasi mental ringan dapat dididik dandilatih untuk melakukan
pekerjaan rumah dan perawatan diri. Anak dengan retardasi mental sedang
hanya mampu dilatih untuk merawat dirinya sendiri. Anak dengan retardasi
mental berat dan sangat berat hanya mampu untuk dilatih belajar berbicara
(Kemenkes,2011). Hasil laporan badan kesehatan dunia World Health
Organization (WHO), gangguan mental di Indonesia menempati urutan
kesepuluh di dunia. Sedangkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dari 222 juta
penduduk Indonesia, sebanyak 0,7% atau 2,8 juta jiwa adalah penyandang cacat,
untuk populasi anak retardasi mentalmenempati angka paling besar dibanding
dengan jumlah anak dengan keterbatasan lainnya. Prevalensi anak retardasi
mentaldi Indonesia saat ini 1-3% dari penduduk Indonesia, sekitar 6,6 juta jiwa.
2
Diperkirakan 85% dari jumlah tersebut merupakan anak retardasi mental ringan,
10% anak retardasi mental sedang, 3-4% anak retardasi mental berat dan 1-2%
anak retardasi mental sangat berat (Situmeang, 2016).Karakteristik khusus anak
retardasi mental yang membedakan dengan anak lain seusianya dapat terlihat
secara fisik, yang meliputi wajah lebar, bibir tebal atau sumbing, mulut
menganga terbuka, dan lidah biasanya menjulur keluar. Anak dengan retardasi
mental juga mengalami kesulitan dalam merawat diri, kesulitan dalam
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, serta keterbatasan dalam sensori dan
gerak (Yustinus dalam Zakarya, 2013).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep tumbuh kembang pada anak
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi definisi tumbuh kembang pada anak
b. Mengidentifikasi etiologi tumbuh kembang pada anak
c. Mengidentifikasi patofisiologi tumbuh kembang pada anak
d. Mengidentifikasi manifestasi klinis tumbuh kembang pada anak
e. Mengidentifikasi WOC tumbuh kembang pada anak
3
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
4
lingkungan. Apabila ada faktor lingkungan yang menyebabkan gangguan
terhadap proses tumbuh kembang anak, maka faktor tersebut perlu diubah
(dimodifikasi).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak tersebut adalah sebagai berikut:
a. Faktor genetik.
1) Berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik
2) Jenis kelamin
3) Suku bangsa atau bangsa
b. Faktor lingkungan.
1) Faktor pranatal
Gizi pada waktu hamil, mekanis, toksin, endokrin, radiasi, infeksi,
stress, imunitas, anoksia embrio
2) Faktor postnatal
a) Faktor Lingkungan Biologis
Ras, jenis kelamin, umur, gizi, kepekaan thd penyakit, perawatan
kesehatan, penyakit kronis, dan hormon
b) Faktor lingkungan fisik
Cuaca, musim, sanitasi,keadaan rumah.
c) Lingkungan sosial
Stimulasi, Motivasi belajar, Stress, Kelompok sebaya, Ganjaran
atau hukuman yang wajar, Cinta dan kasih sayang
d) Lingkungan keluarga dan adat istiadat yang lain
Pekerjaan, pendidikan ayah dan ibu, jumlah saudara, stabilitas
rumah tangga, kepribadian ayah/ibu, agama, adat istiadat dan
norma-norma.
3. Tahap-Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan
berkesinambungan dimulai sejak konsepsi sampai dewasa. Walaupun terdapat
variasi akan tetapi setiap anak akan melewati suatu pola tertentu yang
merupakan tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan sebagai berikut :
a. Masa prenatal atau masa intrauterin ( masa janin dalam kandungan )
5
Masa mudigah/embrio ialah sejak konsepsi sampai umur kehamilan
minggu. Ovum yang telah dibuahi dengan cepat menjadi suatu organisme,
terjadi diferensiasi yang berlangsung cepat, terbentuk suatu sistem oragan
dalam tubuh.
b. Masa janin/fetus ialah sejak umur 9 minggu sampai kelahiran. Masa ini
terdiri dari 2 periode yaitu :
1) Masa fetus dini, sejak usia 9 minggu sampai dengan TM II kehidupan
intrauterin, terjadi percepatan pertumbuhan, pembentukan jasad manusia
sempurna dan alat tubuh telah terbentuk dan mulai berfungsi.
2) Masa fetus lanjut, pada akhir TM pertumbuhan berlangsung pesat dan
adanya perkembangan fungsi. Pada masa ini terjadi transferimunoglobin
G(IgG) dari ibu melalui plasenta. Akumulasi asam lemak esensial seri
omega 3(Docosa Hexanicc Acid) omega 6(Arachidonic Acid) pada otak
dari retina.
c. Masa bayi : usia 0 – 1 tahun
1) Masa neonatal (0-28 hari), terjadi adaptasi lingkungan dan terjadi
perubahan sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi orgaan-oragan tubuh
lainnya.
2) Masa pasca neonatal , proses yang pesat dan proses pematangan
berlangsung secara kontinu terutama meningkatnya fungsi sistem saraf
(29 hari – 1 tahun).
d. Masa prasekolah
Pada saat ini pertumbuhan berlangsung dengan stabil, terjadi
perkembangaan dengan aktifitas jasmani yang bertambah dan
meningkaatnya keterampilan dan proses berpikir.
e. Masa sekolah, pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan masa
prasekolah, keterampilan, dan intelektual makin berkembang, senang
bermain berkelompok dengan jenis kelamin yang sama ( usia 6 – 18/20
tahun).
1) Masa pra remaja: usia 6-10 tahun
2) Masa remaja :
Masa remaja dini (Wanita: usia 8-13 tahun dan Pria: usia 10-15 tahun)
6
Masa remaja lanjut (Wanita: usia 13 –18 tahun dan Pria: usia 15-20
tahun)
4. Etiologi
Terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang
anak, yaitu :
a. Faktor Genetik
Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang
normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Seperti
sindrom Down, sindrom Turner yang disebabkan oleh kelainan
kromosom.
b. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan pra natal, antara lain :
1) Gizi ibu pada waktu hamil
2) Mekanis (trauma dan cairan ketuban yang kurang, posisi janin)
3) Toksin / zat kimia (zat teratogen: obat-obatan teralidomide,
pkenitcin, methadion, obat-obat anti kanker)
4) Endokrin (difisiensi hormon somatropin, hormon plasenta, hormon
tiroid, insulin)
5) Radiasi
6) Infeksi (Torch, Varisela, Coxsakie, Echovirus, Malaria, Lues, HIV,
polio, campak, teptospira, virus influenza, virus hepatitis)
7) Stres
8) Imunitas
7
a) Tidak mampu melakukan keterampilan atau perilaku khas sesuai usia
(fisik, bahasa, motorik, psikososial).
b) Pertumbuhan fisik terganggu
3) Gejala dan tanda minor
a) Subjektif
Tidak tersedia
b) Objektif
(1) Tidak mampu melakukan perawatan diri sesuai usia
(2) Afek datar
(3) Respon sosial lambat
(4) Kontak mata terbatas
(5) Nafsu makan menurun
(6) Lesu
(7) Mudah marah
(8) Regresi
(9) Pola tidur terganggu (pada bayi)
6. Penatalakasanaan
a. Medis: pemeriksaan laboratorium, radiologis, neorologis
b. Keperawatan: tahap-tahap peenilaian perkembangan anak:
1) Anamnesis
Skrining gangguan perkembangan anak Evaluasi penglihatan dan
pendengaran anak
2) Evaluasi bicara dan bahasa anak
7. Pencegahan
a. Menurunkan faktor risiko
b. Deteksi dini
c. Tindakan klinis langsung yang bertujuan mencegahan kerusakan lebih
lanjut dan mengurangi komplikasi setelah penyakit itu dideteksi.
8. Komplikasi
a. Interaksi sosial
b. Kecelakaan diri
8
c. Alergi
1) Inspeksi
Inspeksi merupakan proses observasi. Perawat harus menginspeksi
bagian tubuh untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda fisik
yang signifikan. Perawat yang berpengalaman harus melakukan
beberapa observasi hampir secara bersamaan, sambil mendeteksi tanda
9
dini adanya abnormalitas. Perhatikan semua gerakan dan lihat dengan
cermat bagian tubuh atau area yang sedang diinspeksi.
2) Palpasi
Palpasi dilakukan dengan menggunakan kedua tangan untuk menyentuh
bagian tubuh dan membuat suatu pengukuran sensitif terhadap tanda
khusus fisik.
Keterampilan ini sering kali digunakan bersamaan dengan inspeksi.
Selama melakukan palpasi, pasien diusahakan dalam keadaan santai
sehingga tidak terjadi ketegangan otot yang dapat memengaruhi
optimalitas dari hasil pemeriksaan.
3) Perkusi
Perkusi merupakan teknik pemeriksaan fisik dengan melakukan
pengetukan pada tubuh dengan ujung-ujung jari untuk mengevaluasi
ukuran, batasan dan konsistensi organ-organ tubuh yang bertujuan untuk
menemukan adanya cairan di dalam rongga tubuh. Perkusi membantu
memastkan abnormalitas yang didapat dari pemeriksaan sinar-X atau
pengkajian melalui palpasi dan auskultasi.
4) Auskultasi
Auskultasi ialah teknik pemeriksaan fisik dengan mendengarkan bunyi
yang dihasilkan tubuh. Beberapa bunyi dapat didengar dengan telinga
tanpa alat bantu, meskipun sebagian besar bunyi dapat didengar dengan
stetoskop. Dengarkan adanya bunyi dan karakteristik yang
memungkinkan adanya kelainan.
2. Analisis Data dan Diagnosis Keperawatan
Analisa data penunjang apa yang dikeluhkan dan data observasi berupa data
subyektif dan obyektif, masalah yang dialami dan kemungkinan penyebabnya.
Diagnosa keperawatan:
Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan (NANDA Internasional)
Faktor yang berhubungan:
a. Efek ketunadayaan fisik
b. Defisiensi lingkungan
c. Pengasuhan yang tidak adekuat
10
d. Responsivitas yang tidak konsisten
e. Pengabaian
f. Pengasuh ganda
g. Ketergantungan yang terprogram
h. Perpisahan dari orang yang dianggap penting
i. Defisiensi stimulasi
Batasan Karakteristik:
a. Gangguan pertumbuhan fisik
b. Penurunan waktu respons
c. Terlambat dalam melakukan keterampilan umum kelompok usia
d. Kesulitan melakukan keterampilan umum anak usia
e. Afek datar
f. Ketidakmampuan melakukan aktifitas perawatan diri yang sesuai dengan
usianya
g. Ketidakmampuan melakukan aktivitass pengendalian diri yang sesuai
dengan usianya
h. Lesu/ tidak bersemangat
3. Rencana Asuhan Keperawatan
a. Tujuan
Tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang diberikan dan
menguntungkan klien dan keluarga.
b. Kriteria keberhasilan
Secara verbal maupun non-verbal menunjukkan adanya perubahan
berangsur-angsur menjadi sehat, apabila asuhan keperawatan yang
diberikan dapat dilaksanakan sesuai tujuan.
c. Tindakan keperawatan
Kumpulan intervensi atau perencanaan perawat dalam mengasuh klien agar
masalah yang dikeluhkan dapat dikurangi maupun diatasi baik secara
mandiri, kolaborasi, edukasi, dan promotif.
d. Rasional
Pertimbangan yang didasarkan pada literatur pendukung, yaitu merupakan
tindakan keperawatan spesifik yang terpilih.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan dan pengkajian Tumbuh kembang yang
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang mencakup pengkajian,
perumusan diagnosa keperawatan, dan evaluasi keperawatan maka penulis
menarik kesimpulan yaitu :
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Rencana Keperawatan
4. Evaluasi Keperawatan
B. Saran
Untuk melakukan asuhan keperawatan tumbuh kembang pada anak maka harus
melakukan pengkajian yang lengkap dan dilakukan tindakan keperawatan secara
keseluruhan sesuai dengan rencana keperawatan yang sesuai dengan keadaan
lain.
12
DAFTAR PUSTAKA
13