Anda di halaman 1dari 41

DISUSUN OLEH:

PARMASIH / 20200305046
Puji syukur kami ucapkan ke hadirat
Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan
booklet Persalinannormal di Era Adaptasi
Kebiasaan Baru ini. Booklet ini dapat
dipakai sebagai acuan bagi ibu dan
keluarga serta tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan. Boklet ini
menjelaskan tentang persalinan normal di
era adaptasi kebiasaan baru.
Di era adaptasi kebiasaan baru ini
diharapkan ibu dan bayi tetap
mendapatkan pelayanan esensial, faktor
risikodapat dikenali secara dini serta
mendapatkan akses pertolongan
kegawatdaruratan dan tenaga kesehatan

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 1


mendapatkan perlindungan dari
penularan COVID-19.
Terima kasih kami ucapkan kepada
semua pihak, yang telah memberikan
dukungan, pendampingan dan kontribusi
dalam penyusunan booklet ini.

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 2


Daftar Isi

Halaman Sampul..............................................
Kata Pengantar…………………………………..1
Daftar Isi…………………………………………..3
Bab I Pendahuluan……………………………….5
A. Latar belakang………………………….5
B. Tujuan…………………………………...7
C. Sasaran………………………………….7
BAB II Definisi Operasional……………………..8
BAB III Pencegahan Umum……………………16
A. Prinsip Umum Pencegahan…………..16
B. Upaya Pencegahan Umum yang Dapat
Dilakukan oleh Ibu Hamil, Bersalin, dan
Nifas……………………………………..16
C. Upaya Pencegahan Tenaga Kesehatan
Yang Menangani Pasien Covid -19
Khususnya Bersalin……………………20

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 3


D. Pelayanan Persalinan…………………22
E. Pelayanan Persalinan diRS…………..24

BAB IV Persalinan……………………………….29
A. Pengentian persalinan………………...29
B. Tujuan Persalinan……………………..29
C. Tanda tanda Persalinan………………31
D. Faktor yang mempengaruhi
Persalinan……………………………...33
Daftar Pustaka…………………………………..39

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 4


BAB I
PENDAHULUAN

Bencana non alam yang disebabkan oleh


Corona Virus atau COVID-19 telah
berdampak meningkatnya jumlah korban
dan kerugian harta benda, meluasnya
cakupan wilayah yang terkena bencana,
serta menimbulkan implikasi pada aspek
sosial ekonomi yang luas di Indonesia.
Pemerintah telah menetapkan bencana non
alam ini sebagai bencana nasional melalui
Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan
Bencana Non Alam Penyebaran Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai
Bencana Nasional. Dalam situasi pandemi

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 5


COVID-19 ini, banyak pembatasan hampir
ke semua layanan rutin termasuk pelayanan
kesehatan ibu hamil. Hal ini menyebabkan
pelayanan kesehatan ibu menjadi salah satu
layanan yang terkena dampak, baik secara
akses maupun kualitas.
Saat ini bangsa Indonesia harus memulai
adaptasi kebiasaan baru agar tetap dapat
hidup sehat dalam situasi pandemi COVID-
19. Adaptasi kebiasaan baru harus
dilakukan agar masyarakat dapat
melakukan kegiatan sehari-hari sehingga
dapat terhindar dari COVID-19.
Broklet ini merupkan acuan bagi ibu dan
keluarga serta tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan intranatal di era
adapatasi kebiasaan baru.

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 6


Memenuhi tugas keperawatan maternitas
khususnya tentang Asuhan Intranatal diera
adaptasi kebiasaan baru

1. Masyarakat
2. Petugas kesehatan
3. Mahasiwa keperawatan

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 7


BAB II
DEFINISI OPERASIONAL

Pada bab ini, dijelaskan definisi operasional


kasus COVID-19 yaitu Kasus Suspek, Kasus
Probable, Kasus Konfirmasi, Kontak Erat,
Pelaku Perjalanan, Discarded, Selesai Masa
Penularan, dan Kematian merujuk pada
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Coronavirus Disease (COVID-19) revisi ke-5
(per 13 Juli 2020).

Adalah seseorang yang memiliki salah satu


dari kriteria berikut :
1. Orang dengan Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA)* DAN pada 14
hari terakhir sebelum timbul gejala
memiliki riwayat perjalanan atau tinggal

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 8


di negara/wilayah Indonesia yang
melaporkan transmisi lokal**.
2. Orang dengan salah satu gejala/tanda
ISPA* DAN pada 14 hari terakhir
sebelum timbul gejala memiliki riwayat
kontak dengan kasus
konfirmasi/probable COVID-19
3. Orang dengan ISPA berat/pneumonia
berat*** yang membutuhkan perawatan
di Rumah Sakit DAN tidak ada
penyebab lain berdasarkan gambaran
klinis yang meyakinkan.
Keterangan :
 ISPA yaitu demam (≥38 oC) atau
riwayat demam; dan disertai salah
satu gejala / tanda penyakit
pernapasan seperti : batuk / sesak
nafas / sakit tenggorokan / pilek /
pneumonia ringan hingga berat.

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 9


 Negara / wilayah transmisi lokal
adalah negara / wilayah yang
melaporkan adanya kasus konfirmasi
yang sumber penularannya berasal
dari wilayah yang melaporkan kasus
tersebut. Negara transmisi lokal
merupakan negara yang termasuk
dalam klasifikasi kasus klaster dan
transmisi komunitas

Adalah kasus suspek dengan ISPA


Berat/ARDS***/ meninggal dengan
gambaran klinis yang meyakinkan COVID-
19 DAN belum ada hasil pemeriksaan
laboratorium RT-PCR

Adalah seseorang yang dinyatakan positif


terinfeksi virus COVID-19 yang dibuktikan

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 10


dengan pemeriksaan laboratorium RT-PCR.
Kasus konfirmasi dibagi menjadi 2:
1. Kasus konfirmasi dengan gejala
(simptomatik)
2. Kasus konfirmasi tanpa gejala
(asimptomatik)

Adalah orang yang memiliki riwayat kontak


dengan kasus probable atau konfirmasi
COVID-19. Riwayat kontak yang dimaksud
antara lain :
1. Kontak tatap muka/berdekatan dengan
kasus probable atau kasus konfirmasi
dalam radius 1 meter dan dalam jangka
waktu 15 menit atau lebih.
2. Sentuhan fisik langsung dengan kasus
probable atau konfirmasi (seperti
bersalaman, berpegangan tangan, dan
lain-lain).

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 11


3. Orang yang memberikan perawatan
langsung terhadap kasus probable atau
konfirmasi tanpa menggunakan APD
yang sesuai standar

Pada kasus probable atau konfirmasi yang


bergejala (simptomatik), untuk menemukan
kontak erat maka periode kontak dihitung
dari 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan
hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.

Pada kasus konfirmasi yang tidak bergejala


(asimptomatik), untuk menemukan kontak
erat maka periode kontak dihitung dari 2
hari sebelum dan 14 hari setelah tanggal
pengambilan spesimen kasus konfirmasi

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 12


Adalah seseorang yang melakukan
perjalanan dari dalam negeri (domestik)
maupun luar negeri pada 14 hari terakhir

Discarded apabila memenuhi salah satu


kriteria berikut :
1. Seseorang dengan status kasus suspek
dengan hasil pemeriksaan RT-PCR 2
kali negatif selama 2 hari berturut-turut
dengan selang waktu >24 jam
2. Seseorang dengan status kontak erat
yang telah menyelesaikan masa
karantina selama 14 hari

Selesai isolasi apabila memenuhi salah satu


kriteria berikut :

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 13


1. Kasus konfirmasi tanpa gejala
(asimptomatik) yang tidak dilakukan
pemeriksaan follow up RT-PCR dengan
ditambah 10 hari isolasi mandiri sejak
pengambilan spesimen diagnosis
konfirmasi.
2. Kasus probable / konfirmasi dengan
gejala (simptomatik) yang tidak
dilakukan pemeriksaan follow up RT-
PCR dihitung 10 hari sejak tanggal
onset dengan ditambah minimal 3 hari
setelah tidak lagi menunjukkan gejala
demam dan gangguan pernapasan
3. Kasus probable / konfirmasi yang
mendapatkan hasil pemeriksaan follow
up RT-PCR 2 kali negatif selama 2 hari
berturut-turut dengan selang waktu >24
jam, dengan ditambah minimal 3 hari

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 14


setelah tidak lagi menunjukkan gejala
demam dan gangguan pernapasan.

Kematian COVID-19 untuk kepentingan


surveilans adalah kasus konfirmasi /
probable COVID-19 yang meninggal.

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 15


BAB III
PENCEGAHAN UMUM

Prinsip-prinsip pencegahan COVID-19 pada


ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir
di masyarakat meliputi universal precaution
dengan selalu cuci tangan, menggunakan
masker, menjaga kondisi tubuh dengan rajin
olah raga dan istirahat cukup, makan
dengan gizi yang seimbang, dan
mempraktikkan etika batuk-bersin.

1. Mencuci tangan dengan sabun selama


40 - 60 detik atau menggunakan cairan

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 16


antiseptik berbasis alkohol (hand
sanitizer) selama 20 – 30 detik. Hindari
menyentuh mata, hidung dan mulut
dengan tangan yang tidak bersih.
Gambar cuci tangan

2. Sebisa mungkin hindari kontak dengan


orang yang sedang sakit
3. Tutupi mulut dan hidung saat batuk atau
bersin dengan tisu. Buang tisu pada

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 17


tempat yang telah ditentukan. Bila tidak
ada tisu, lakukan sesuai etika batuk-
bersin.
4. Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara
rutin permukaan dan benda yang sering
disentuh.
5. Menggunakan masker dengan benar :
 Pakai masker menutupi mulut dan
hidung, kemudian eratkan untuk
meminimalisasi celah antara
masker dan wajah
 Hindari menyentuh masker bagian
luar
 Lepas masker dengan benar (tidak
menyentuh bagian depan masker,
tapi lepas dari belakang ke bagian
dalam).
 Segera cuci tangan setelah
melepas masker

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 18


 Gunakan masker baru, jika masker
yang digunakan terasa mulai
lembab
 Jangan pakai ulang masker yang
telah dipakai
6. Keluarga yang menemani ibu bersalin,
dan nifas harus menggunakan masker
dan menjaga jarak.
7. Menghindari kontak dengan hewan
seperti kelelawar, tikus, musang atau
hewan lain pembawa COVID-19 serta
tidak pergi ke pasar hewan.
8. Hindari pergi ke negara/daerah
terjangkit COVID-19, bila sangat
mendesak untuk pergi diharapkan
konsultasi dahulu dengan spesialis
obstetri atau praktisi kesehatan terkait
9. Bila terdapat gejala COVID-19, hubungi
layanan darurat yang tersedia (Hotline

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 19


COVID-19 : 119 ext 9) untuk dilakukan
penjemputan di tempat sesuai SOP,
atau langsung ke RS rujukan

1. Gunakan APD yang sesuai


tatalaksana ibu suspek / kontak erat /
terkonfirmasi COVID-19 dalam

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 20


manajemen pertolongan persalinan.
2. Tenaga kesehatan harus segera
menginfokan kepada tenaga
penanggung jawab infeksi di tempatnya
bekerja (Komite PPI) apabila
kedatangan ibu hamil yang telah
terkonfirmasi COVID-19 atau suspek
3. Tempatkan pasien yang telah
terkonfirmasi COVID-19, probable, atau
suspek dalam ruangan khusus (ruangan
isolasi infeksi airborne) yang sudah
disiapkan. Jika ruangan khusus ini tidak
ada, pasien harus sesegera mungkin
dirujuk ke tempat yang ada fasilitas
ruangan khusus tersebut.
4. Untuk mengurangi transmisi virus dari
ibu ke bayi, harus disiapkan fasilitas
untuk perawatan terpisah pada ibu yang
telah terkonfirmasi COVID-19 atau

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 21


suspek dari bayinya sampai batas risiko
transmisi sudah dilewati

1. Semua persalinan dilakukan di Fasilitas


Pelayanan Kesehatan
2. Pemilihan tempat pertolongan
persalinan ditentukan berdasarkan :
 Kondisi ibu yang ditetapkan pada
saat skrining risiko persalinan
 Kondisi ibu saat inpartu
 Status ibu dengan COVID-19 :
 Persalinan di RS Rujukan
COVID-19 untuk ibu dengan
status: suspek, probable, dan
terkonfirmasi COVID-19
 Persalinan di RS non rujukan
COVID-19 untuk ibu dengan
status: suspek, probable, dan
Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 22
terkonfirmasi COVID-19, jika
RS rujukan COVID-19 penuh
dan/atau terjadi kondisi
emergensi dilakukan dengan
APD yang sesuai
 Persalinan di FKTP untuk ibu
dengan status kontak erat
(skrining awal: anamnesis,
pemeriksaan darah normal
(NLR < 5,8 dan limfosit normal),
rapid test non reaktif).
Persalinan di FKTP
menggunakan APD yang sesuai
dan dapat menggunakan
delivery chamber (penggunaan
delivery chamber belum terbukti
dapat mencegah transmisi
COVID-19).

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 23


3. Rujukan terencana untuk ibu yang
memiliki risiko persalinan dan ibu hamil
dengan status Suspek,terkonfirmasi
COVID-19
4. Ibu hamil melakukan isolasi mandiri
minimal 14 hari sebelum taksiran
persalinan atau sebelum tanda
persalinan
5. Hasil skrining COVID-19
dicatat/dilampirkan di buku KIA dan
dikomunikasikan ke Fasilitas Pelayanan
Kesehatan tempat rencana persalinan

1. Pemilihan metode persalinan juga harus


mempertimbangkan ketersediaan SDM,
fasilitas, tata ruang perawatan,

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 24


ketersediaan APD, dan risiko paparan
terhadap tenaga medis dan pasien lain.
2. Indikasi induksi persalinan atau SC
sesuai indikasi obstetrik, indikasi medis,
atau indikasi kondisi ibu atau janin.
3. Ibu dengan COVID-19 yang dirawat di
ruang isolasi di ruang bersalin,
dilakukan penanganan tim multidisiplin
yang terkait meliputi dokter
paru/penyakit dalam, dokter kebidanan
dan kandungan, anestesi, bidan, dokter
spesialis anak dan perawat perinatologi.
4. Meminimalkan jumlah anggota staf yang
memasuki ruangan dan unit, harus ada
kebijakan lokal yang menetapkan
personil yang ikut dalam perawatan.
Hanya satu orang (pasangan/ anggota
keluarga) yang dapat menemani pasien.
Orang yang menemani harus

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 25


diinformasikan mengenai risiko
penularan dan mereka harus memakai
APD yang sesuai saat menemani
pasien
5. Pengamatan dan penilaian ibu harus
dilanjutkan sesuai praktik standar,
dengan penambahan pemeriksaan
saturasi oksigen yang bertujuan untuk
menjaga saturasi oksigen > 94%, titrasi
terapi oksigen sesuai kondisi
6. Bila ada indikasi operasi terencana
pada ibu hamil dengan suspek atau
terkonfirmasi COVID-19, dilakukan
evaluasi urgency-nya, dan apabila
memungkinkan ditunda untuk
mengurangi risiko penularan sampai
infeksi terkonfirmasi atau keadaan akut
sudah teratasi. Apabila operasi tidak
dapat ditunda maka operasi dilakukan

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 26


sesuai prosedur standar dengan
pencegahan infeksi sesuai standar APD
7. Seksio sesarea dilaksanakan di dalam
ruangan bertekanan negatif atau dapat
melakukan modifikasi kamar bedah
menjadi bertekanan negatif (seperti
mematikan AC atau modifikasi lainnya
yang memungkinkan)
8. Apabila ibu dalam persalinan terjadi
perburukan gejala, dipertimbangkan
keadaan secara individual untuk
melanjutkan observasi persalinan atau
dilakukan seksio sesaria darurat jika hal
ini akan memperbaiki usaha resusitasi
ibu
9. Operasi elektif pada pasien COVID-19
harus dijadwalkan terakhir, Pasca
operasi ruang operasi harus dilakukan
pembersihan penuh sesuai standar,

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 27


Jumlah petugas di kamar operasi
seminimal mungkin dan menggunakan
Alat Perlindungan Diri sesuai standar.
10. Antibiotik intrapartum harus diberikan
sesuai protokol.
11. Plasenta harus ditangani sesuai praktik
normal. Jika diperlukan histologi,
jaringan harus diserahkan ke
laboratorium, dan laboratorium harus
diberitahu bahwa sampel berasal dari
pasien suspek atau terkonfirmasi
COVID-19.
12. Dokter spesialis anak dan tim harus
diinformasikan terlebih dahulu tentang
rencana pertolongan persalinan ibu
dengan COVID-19, agar dapat
melakukan persiapan protokol
penanganan bayi baru lahir dari ibu
tersebut.

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 28


BAB IV
PERSALINAN

Persalinan normal adalah persalinan


dengan presentasi janin belakang kepala
yang berlangsung secara spontan dengan
lama persalinan dalam batas normal,
beresiko rendah sejak awal persalinan
hingga partus dengan masa gestasi 37 - 42
minggu (World Health Organization ).

 Tujuan utama dalam asuhan persalinan


adalah mengupayakan kelangsungan
hidup serta mencapai derajat kesehatan
yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui
beberapa upaya yang terintegrasi yang

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 29


lengkap serta intervensi minimal
sehingga prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjaga secara optimal,
Diantaranya adalah :
1. Untuk memastikan bahwa proses persalinan
berjalan normal sehingga ibu dan bayi
selamat dan sehat.
2. Memelihara, mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan fisik, mental,
sosial dan spiritual ibu
3. Memastikan tidak ada penyulit /komplikasi
dalam persalinan
4. Memastikan ibu mendapat pengalaman
melahirkan yang menyenangkan dan
memberikan dampak positif terhadap
kelancaran masa nifasnya
5. Memfasilitasi jalinan kasih sayang antara
ibu, bayi dan keluarga.

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 30


6. Mempersiapkan ibu dan keluarga dalam
menghadapi perubahan peran terhadap
kelahiran bayinya ( Indrayani, 2013).

1. His / kontraksi
His atau kontraksi uterus yang terjadi
secara teratur dan menimbulkan
ketidaknyamanan serta kadang-kadang
nyeri merupakan tanda persalinan yang
sebenarnya kalau his tersebut berlanjut
terus dan semakin meningkat
frekuensinya
2. Bloody show
Bloody show diartikan sebagai
terlihatnya mukus atau lendir yang
mengandung bercak darah dan keluar
dari vagina. Lendir tersebut berasal dari
serviks dan selama kehamilan berfungsi

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 31


sebagai sumbatan pelindung.
Kemunculannya menunjukkan bahwa
serviks sudah mulai berdilatasi.
3. Dilatasi serviks
Dilatasi yang terjadi secara bertahap
merupakan indikator yang menunjukkan
kemajuan persalinan tersebut disertai
dengan kontraksi uterus. Dilatasi serviks
diketahui atau dipastikan dengan
pemeriksaan pervaginam
4. Engagement presenting part
Presenting part (yang biasanya kepala
janin) akan mengalami “engagement”
atau “tertanam” kedalam panggul. Pada
primigravida, peristiwa ini terjadi 3–4
minggu sebelum proses persalinan
dimulai. Dinding abdomen pada
multipara tidak begitu kencang sehingga

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 32


engagement baru terjadi setelah proses
persalinan dimulai (Kuswanti, 2014).

Otot rahim atau myometrium


berkontraksi dan memendek (relaksasi)
selama kala I persalinan. Kontraksi atau
HIS yang perlu Anda kaji pada ibu
bersalin kala I adalah :
 Frekuensi : dengan cara
menghitung banyaknya kontraksi
selama 1 menit (misalnya, terjadi
setiap 3–4 menit).
 Durasi: dengan cara menghitung
lama terjadinya kontraksi, tercatat
dalam hitungan detik (misalnya,

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 33


setiap kontraksi berlangsung 45–50
detik).
 Intensitas: Kekuatan kontraksi. Hal
ini dievaluasi dengan palpasi
menggunakan ujung jari pada
bagian fundus perut ibu dan
digambarkan sebagai:
 Ringan : dinding rahim mudah
menjorok selama kontraksi.
 Sedang : dinding rahim tahan
terhadap lekukan selama
kontraksi.
 Kuat : dinding rahim tidak dapat
indentasi selama kontraksi.

 Setelah pembukaan lengkap dan


ketuban pecah, tenaga yang
mendorong anak keluar selain his,
terutama disebabkan oleh kontraksi

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 34


otot – otot dinding perut, yang
mengakibatkan peninggian tekanan
intra abdominal
 Tenaga ini serupa dengan tenaga
mengedan waktu kita buang air
besar, tapi jauh lebih kuat lagi.
 Saat kepala sampai kedasar
panggul, timbul refleks yang
mengakibatkan ibu menutup
glottisnya, mengontraksikan otot-
otot perut dan menekan
diafragmanya ke bawah
 Tenaga mengedan ini hanya dapat
berhasil bila pembukaan sudah
lengkap dan paling efektif sewaktu
ada his
 Tanpa tenaga mengedan, anak
tidak dapat lahir. Misalnya pada
penderita yang lumpuh otot–otot

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 35


perutnya, persalinan harus dibantu
dengan forceps
 Tenaga mengedan ini juga
melahirkan placenta setelah
terlepas dan dinding rahim (Asrinah,
dkk., 2010).

Faktor lain yang berpengaruh terhadap


persalinan adalah faktor janin, yang
meliputi sikap janin, letak, presentasi,
bagian terbawah, dan posisi janin.

Bagian ini meliputi tulang panggul dan


jaringan lunak leher rahim/serviks,
panggul, vagina, dan introitus (liang
vagina). Bentuk panggul ideal untuk
dapat melahirkan secara pervaginam
adalah ginekoid
Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 36
Pengalaman seorang ibu dan kepuasan
selama proses persalinan dan kelahiran
dapat ditingkatkan bila ada koordinasi
tujuan diadakannya kolaborasi antara
ibu dan tenaga kesehatan dalam
rencana perawatan. Jika cemas ibu
berlebihan maka dilatasi/ pelebaran
serviks akan terhambat sehingga
persalinan menjadi lama serta
meningkatkan persepsi nyeri

Posisi ibu melahirkan dapat membantu


adaptasi secara anatomis dan fisiologis
untuk bersalin. Anda sebagai perawat
dapat memberikan dukungan pada ibu
bersalin dengan cara memberi informasi
mengenai posisi ibu bersalin

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 37


Kompetensi yang dimiliki penolong
sangat bermanfaat untuk memperlancar
proses persalinan dan mencegah
kematian maternal neonatal. Dengan
pengetahuan dan kompetensi yang baik
kesalahan atau malpraktek dalam
memberikan asuhan tidak terjadi
(Asrinah, dkk., 2010).

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 38


1. Kepmenkes RI No. HK.01.07/Menkes/413
/2020 tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Corona Virus Disease 2019
(COVID 19)
2. Protokol Petunjuk Praktis Layanan
Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir Selama
Pandemi Nomor : B4 (05 April 2020).
3. Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/
BUKU%20KIA%20REVISI%202020%20LE
NGKAP.pdf
4. Rekomendasi POGI Penanganan Infeksi
Virus Corona (COVID-19) pada Maternal
(Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas)
5. Materi KIE tentang Lindungi Ibu Hamil, Ibu
Bersalin, Ibu Nifas dan Bayi Baru Lahir dari
COVID-19
Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 39
http://kesga.kemkes.go.id/
6. Rekomendasi Perkumpulan Obstetri
Ginekologi Indonesia (POGI) mengenai
Kesehatan Ibu pada Pandemi COVID-19, 18
April 2020.
7. Keperawatan Maternitas Kepmenkes tahun
2016
8. Panduan Ibu Hamil, Melahirkan, Nifas,
Menyusui, dan Bayi Baru Lahir Selama
Pandemi Covid-19 Edisi 2 Agutus 2020

Persalinan di era adaptasi kebiasaan baru Page 40

Anda mungkin juga menyukai