Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn ”A”

DENGAN GANGGUAN MASALAH


PIELONEFRITIS DI RUANGAN CEMPAKA
RUMAH SAKIT
LARINRANG PINRANG 2021

DISUSUN OLEH:

NUR ANA RUSTANG(201754)


YUSRANG(201767)
A.MUTMAINNAH(201728)
FLAVIANA LEONI GEBRIANI(201741)

AKADEMI KEPERAWATAN FATIMA


PARE-PARE TAHUN AJARAN 2021-2022
DAFTAR ISI

A. KONSEP DASAR
1. DEFENISI
2. ETIOLOGI
3. PATOFISIOLOGI
4. MANIFESTASI KLINIS
5. PEMESIKSAAN DIAGNOSTIK
6. PENATALAKSANAAN
7. KOMPLIKASI
8. PATHWAY PIELONEFRITIS

KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi terbesar kedua setelah
infeksi saluran pernafasan dan dapat menyebabkan sepsis (WHO, 2013).
Prevalensi infeksi saluran kemih Indonesia masih cukup tinggi.
Berdasarkan data Departemen Kesehatan Republik Indonesia, penderita
Infeksi Saluran Kemih di Indonesia berjumlah 90 –100 kasus per 100.000
penduduk pertahun atau sekitar 180.000 kasus baru pertahun (Depkes RI,
2014). Infeksi Saluran Kemih dapat menyerang segala usia dari bayi hingga
lansia baik perempuan maupun laki –laki (Purnomo, 2009). Penyebab
infeksi saluran kemih adalah adanya invasi dan perkembangbiakan
mikroorganisme ke dalam saluran kemih dalam jumlah yang bermakna (≥
105per mL urin) (Marlina dan Samad,R.A 2012).

Bakteri gram negatif sebagian besar menjadi penyebab infeksi saluran


kemih diantaranya Escherichia coli, Enterobakter,Citrobakter, Klebsiella,
dan Proteus(Aulia, D dan Lydia, A. 2014). Bakteri dalam urin disebut
dengan bakteriuria dapat dideteksi secara akurat dengan kultur
urin, namun pengerjaannya membutuhkan waktu yang cukup lama
sehingga dibutuhkan parameter lain berupa nitrit urin (Lisa dan Suryanto,
2012). Bakteri gram negatif mereduksi nitrat menjadi nitrit dengan bantuan
enzim reduktase setelah bakteri mengkontaminasi urin minimal selama 4
jam (Aulia, D dan Lydia, A. 2014).

Bakteri mempunyai faktor virulensi spesifik untuk menginfeksi


uroepitel disebut dengan bakteri uropatogen dan selanjutnya akan
menembus jaringan pada saluran kemih menyebabkan kerusakan jaringan
dan infeksi sehingga respon pertahanan tubuh teraktivasi. Peran sistem imun
dalam melawan infeksi mikroorganisme diantaranya melalui aktivasi dan
mobilisasi sel polimorfonuklear dan makrofag ke tempat infeksi. Hal
tersebut menyebabkan adanya peningkatanjumlah leukosit yang merupakan
barier pertahanan tubuh ke sumber infeksi (Radji, M, 2015).
B. TUJUAN
C. RUMUSAN MASALAH

BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR
1. DEFENISI
Infeksi Saluran Kemih adalah infeksi akibat berkembang
biaknya mikroorganisme dedalam saluran kemih, yang dalam
keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus,
mikroorganisme lain. (Nanda Nic- Noc, 2012). Infeksi Saluran Kemih
adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan
dan perkembang biakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi
infeksi parenkim ginjal sampai kandung kemih dengan jumlah
bakteriuria yang bermakna (Widagdo, 2012). Infeksi Saluran
Kemih adalah infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme di
dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak
mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. (Sudoyo
Aru,dkk 2009).

Kesimpulan dari defenisi tentang penyakit infeksi saluran


kemih di atas yaitu dapat disimpulkan infeksi saluran kemih adalah
penyakit yang bertumbuhnya kuman di saluran kemih yang dapat
menyerang lebih banyak pada anak perempuan dibandingkan laki-laki
dan juga tidak memandang umur karena bisa menyerang semua umur
baik anak-anak usia remaja, dewasa dan lansia. Kebiasaan menahan
buang air kecil, kurang minum air putih dan (air kencing susah keluar
dan sedikit).

2. ETIOLOGI
Menurut sumber Aru S, dkk (2009) mengatakan etiologi dari
infeksi saluran kemih penyebab terseringnya adalah E.coli .
Penyebab lain ialah klebsiela, enterobakteri, pseudomonas,
streptokok, dan stafilokok.
a. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara
lain :
Escherichia Coli : 90% penyebab ISK uncomplicated(
simple)
Psedomonas, proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan
lain-lain

b. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :


1. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat
pengosongan kandung kemih yang kurang efektif.
2. Mobilitas menurun
3. Nutrisi yang sering kurang baik
4. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
5. Adanya hambatan pada aliran darah
6. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

Berbagai jenis orgnisme dapat menyebabkan Infeksi Saluran


Kemih, Escherichia coli (80% kasus) dan organisme enterik garam-
negatif lainny merupakan organisme yang paling sering
menyebabkan ISK kuman- kuman ini biasanya ditemukan di daerah
anus dan perineum. Organisme lain yang menyebabkan ISK antara
lain Proteus, Pseudomonas, Klebsiella, Staphylococcus aureus,
Haemophilus, dan Staphylococcus koagulse- negatif. Beberapa
faktor menyebabkan munculnya Infeksi Saluran Kemih di masa
kanak-kanak (Wong, 2008).

3. PATOFISIOLOGI
Sumber Menurut Purnomo, (2011). Sejauh ini diketahui
bahwa saluran kemih atau urine bebas dari mikroorganisme atau
steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada saat mikroorganisme masuk
ke dalam saluran kemih dan berbiak di dalam media urine.
Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui cara :
a) ascending
b) hematogen seperti pada penularan M. tubercolisatau S
aureus
c) limfogen
d) langsung dari organ sekitarnya yang sebelumnya telah
terinfeksi.

Sebagianbesar mikro-organisme memasuki saluran kemih


melalui cara asending. Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah
kuman yang berasal dari floral normal usus dan hidup secara
komensal di dalam introitus vagina, prepisum kemih melalui uretra-
prostrat-vas deferens-testis (pada pria)-buli-buli-ureter, dan
sampai ke ginjal. Terjadi infeksi saluran kemih karena adanya
gangguan keseimbangan antara mikroorganisme penyebab infeksi
(uroptogen) sebagai agentdan epitel saluran kemih sebagai host.

Hariyono, Rudi. (2012) infeksi saluran kemih disebabkan


oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus
urinarius.Mikroorganisme ini masuk melalui kontak langsung dari
tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama
terjadi isk, yaitu ansending dan hematogen.
a. Secara asending
 masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih,
antara lain faktor anatomi dimana wanita memiliki
uretra yang lebih pendek dari pada laki-laki
sehingga insiden terjadinya isk lebih tinggi, faktor
tekanan urin saat miksi, kontaminasi fekal,
pemasangan alat ke dalam traktus urinarius
(pemeriksaan sitoskopik, pemakaian kateter), adanya
dekubitus yang terinfeksi.
 Naiknya bakteri dari kandung kemih keginjal
Naiknya bakteri dari kandung kemih ke
ginjalKuman penyebab ISK pada umumnya adalah
kuman yang berasal dari flora normal usus. Dan
hidup secara komensal di dalam introitus vagina,
prepusium penis, kulit perineum, dan di sekitar anus.

b. Secara hematogen
Sering terjadi pada pasien yang system imunnya
rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara
hematogen. Ada beberapa hal yang memengaruhi struktur
dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran
hematogen, yaitu adanya bendungan total urin yang
mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan
intrarenal akibat jaringan parut, dll.

c. Limfogen
Pielonefritis (infeksi traktus urinarius atas)
merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tobulus dan jaringan
intertisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai
kandung kmih melalui uretra dan naik ke ginjal meskipun
ginjal 20 % sampai 25 % curah jantung; bakteri jarang
mencapai ginjal melalui aliran darah ; kasus penyebaran
secara hematogen kurang dari 3 %. Pielonefritis akut
biasanya terjadi akibat infeksi kandung kemih asendens.
Pielonefritis akut juga dapat terjadi melalui infeksi
hematogen. Infeksi dapat terjadi di satu atau di kedua ginjal.
Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan
biasanya dijumpai pada individu yang mengidap batu,
obstruksi lain, atau refluks vesikoureter.
Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering
disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini
dapat disebabkan oleh aliran balik urine dari uretra ke dalam
kandung kemih (refluks urtrovesikal), kontaminasi fekal,
pemakaian kateter atau sistoskop. Uretritis suatu inflamasi
biasanya adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang
digolongkan sebagai general atau mongonoreal. Uretritis
gnoreal disebabkan oleh niesseria gonorhoeae dan
ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis nongonoreal;
uretritis yang tidak berhubungan dengan niesseria
gonorhoeae biasanya disebabkan oleh klamidia frakomatik
atau urea plasma uren.

4. MANIFESTASI KLINIS
Tanda Gejala Infeksi Saluran Kemih Digiulio, Mary, dkk. ( 2014).
a) Bakteriuria
b) Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih (sistisis)
c) Hematuria
d) Nyeri punggung
e) Demam
f) Menggigil, nyeri ketika berkemih
g) Terdesak kencing (urgency), disuria
h) Frekuensi terkait dengan iritasi otot kandung kemih
i) Urgensi terkait dengan iritasi otot kandung kemih

5. PEMESIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Wong (2008), jenis-jenis pemeriksaan diagnostic
pada infeksi saluran kemih (ISK) yaitu :
a. Biopsi ginjal : Pengambilan jaringan ginjal dengan teknik
terbuka atau perkutan untuk pemeriksaan dengan menggunakan
pemeriksaan mikroskop cahaya, electron, atau imunofluresen.
b. Pemeriksaan USG ginjal atau kandung kemih : Transmisi
gelombang ultrasonic melalui parenkim ginjal, di sepanjang
saluran ureter dan di daerah kandung kemih.
c. Pemeriksaan USG (skrotum) : Transmisi gelombang
ultrasonic melewati si skrotum dan testis.
d. Computed tomography (CT) : Pemeriksaan dengan sinar-X
pancaran sempit dan analisis computer akan menghasilkan
rekonstruksi area yang tepat.
e. Pemerikaan kultur dan sensitivitas urine : Pengumpulan
specimen steril Pemeriksaan urinalisasi dapat di temukan
protenuria, leukosituria, (Leukosit >5/LPB), Hematuria
(eritrosit >5/LPB).

6. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH (2012
: hal. 221), pengobatan infeksi saluran kemih bertujuan untuk
menghilangkan gejala dengan cepat, membebaskan saluran
kemih dari mikroorganisme dan mencegah infeksi berulang,
sehingga dapat menurunkan angka kecacatan serta angka
kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan dengan
Perawatan dapat berupa :
1) Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila
tidak ada kontra indikasi.
2) Perubahan pola hidup diantaranya :
 Membersihkan perineum dari depan ke belakang
 Pakaian dalam dari bahan katun
 Menghindari kopi, alkohol
b. Penatalaksanaa Medis
1) Obat-obatan
 Anti biotik : Untuk menghilangkan bakteri.
 Anti biotik jangka pendek dalam waktu 1 –2
minggu
 Anti biotik jangka panjang ( baik dengan obat
yang sama atau di ganti ) dalam jangka waktu 3
– 4 minggu
 Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah
satu kali sehari sebelum tidur dalam waktu 3 – 6
bulan atau lebih ini merupakan pengobatan lanjut
bila ada komplikasi lebih lanjut.
2) Analgetik dan Anti spasmodic
Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan
oleh penderita
3) Obat golongan Venozopyridine : Pyridium.
Untuk meredakan gejala iritasi pada saluran
kemih

7. KOMPLIKASI
Menurut Purnomo (2011), adapun komplikasi yang
ditimbulkan yaitu :
a. Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering
berulang atau tidak diobati dengan tuntas sehingga
menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut dan kronik
8. PATHWAY PIELONEFRITIS

Penyebab Adanya obstruksi Penurunan


(bakteri EColi) imunitas
Refluks
vesikoureter
Terjadi imflamasi
Masuk ke uretra Tubuh rentang
terinfeksi
Membawa
Kuman menempel urin dan
Terjadi imflamasi dan berkolonisasi bakteri dari Bakteri
kandung berkembang
kemih biak
Bakteri resisten Kuman menetap di
kembali ke
dinding saluran
ginjal
kemih
Penyebaran secara
assenden

PIELONEFRITIS

Aktivasi makrofag Reaksi inflamasi Gangguan


fungsi ginial

Makrofag Iritasi saluran


menghasilkan pyrogen kemih Hematuria,
endogen dysuria, piuria

Ginjal membesar
Peningkatan jumlah Gangguan
prostaglandin eliminasi urin
Nyeri akut

Demam

Hipertermia
TINJAUAN KASUS

Tanggal masuk RS : 15 Agustus 2021 No. Register :20.22.02


Jam Masuk : 23.47 WITA Ruangan : Cempaka
Tanggal pengkajian : 16 Agustus 2021 Diagnosa Medik : Pielonefritis
Jam pengkajian : 08.00 WITA
Ruangan : Cempaka

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn “A”
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Bua-Bua
Status : Menikah
Suku : Bugis
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Wiraswasta

B. IDENTITAS PENANGGUNGJAWAB
Nama : Ny “A”
Umur : 28 Tahun
Hubungan : Istri
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : IRT
Alamat : Bua-Bua

C. DATA MEDIK
Dikirim oleh : Datang sendiri
Diagnosa Medis : Pielonefritis
Obat terakhir yang dipakai : -
Waktu Pengobatan Terakhir :-

D. KELUHAN UTAMA
Demam dan sering buang air kecil dan terasa sakit
E. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang dari IGD dengan mengeluh demam dan sering buang air kecil dan
terasa sakit, merasa kedinginan, nafsu makan menurun, nyeri bagian belakang dan
pangkal paha

F. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Pasien sejak dulu pernah mengalami alergi bulu binatang, debu, dan asap berlebihan

G. Genogram 3 Generasi

GI 1 2 3 4

GII 5 6 7 8
? ? ?

9 10
? ?

GIII 11 12 13
39 ? 30

Keterangan :

= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Klien
= Garis keturunan
- - - - - = Garis serumah
? = Umur tidak diketahui
GI : 1, 2, 3, 4 Merupakan kakek dan nenek klien yang telah meninggal karena faktor usia.
GII : 9,10 merupakan orang tua klien yg meninggal karna faktor usia. 5,6,7,8 merupakan
paman klien yang meningggal karena factor usia.
GII : 11,12 merupakan saudara klien yang meninggal karena factor usia 13 merupakan
klien
Kesimpulan : Dari GI, GII, GIII, tidak ada salah satu anggota keluarga klien yang
menderita penyakit yang sama dengan klien.

H. KEADAAN UMUM
1. Cara Masuk : Datang sendiri
2. Keadaan sakit : Pasien tampak sakit sedang
3. Kesadaran :
a. Kualitatif : Compos mentis
b. Kuantitatif: Respon motoric :6
Respon Verbal :3
Respon membuka mata :4+
Jumlah : 13
Kesimpulan: pasien sadar penuh
4. Observasi TTV :
a. Tekanan darah : 120/80 mmhg
b. Pernapasan : 24x/mnt
c. Nadi : 107x/mnt
d. Suhu : 39,7℃

I. PEMERIKSAAN FISIK
1) Kepala :
Inspeksi :
- Bentuk kepala mesochepal
- Pertumbuhan rambut : lebat, mudah rontok
- Kesan wajah ( Simetris)
Palpasi :
- Tidak ada teraba nyeri tekan

2) Mata
Inspeksi :
- Sclera tampak putih (tidak ikterik)
- Konjungtiva tampak merah pucat
- Mata tampak cekung
- Pupil mata isokor
- Reflek cahaca positif
Palpasi :
- Tidak ada oedema pada palpebra
3) Telinga
Inspeksi :
- Telinga tampak simetris antara kiri dan kanan
- Tidak tampak ada benjolan
- Tidak tampak keluar cairan
Palpasi :
- Tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan
4) Hidung
Inspeksi :
- Septum berada ditengah
- Tidak terlihat adanya Sekret hidung
- Tidak terdapat Polip
Palpasi :
- Tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan
5) Mulut dan tenggorokan
Inspeksi :
- Mampu berbicara
- Bibir tampak kering
- Gigi berwarna putih
- Tonsil normal
- Tidak ada peradangan pada tonsil
- Pasien mampu menjulurkan lidah
- Lidah tampak kotor
6) Leher
Inspekasi:
- Tidak tampak pembesaran tiroid dan vena jugularis
Palpasi :
- Tidak teraba adanya kelenjar thyroid

7) Dada
Inspeksi :
- Dada tampak simetris dan tidak ada kelainan
Palpasi:
- Getaran vokan fremitas antara dada kanan dan kiri sama
Perkusi :
- Terdengar bunyi sonor dan tidak ada nyeri tekan
Auskultasi:
- Terdengar suara nafas bronchial pada salah lapang dada dan terdapat suara
tambahan yaitu ronchi
8) Payudara
Inspeksi :
- Tampak simetris
- Tampak bersih
- Papilla menonjol

Palpasi:
- Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar mammae
- Tidak terdapat nyeri tekan
9) Punggung
- Bentuk punggung normal
10) Abdomen
Inspeksi:
- Tidak tempak kemerahan
- Abdomen tampak datar
- Umbulikus ditengah dan tidak menonjol
Auskultasi:
- Peristaltic usus 18x/mnt
Perkusi:
- Perut tidak kembung
Palpasi:
- Tidak teraba pembesaran limped an hati
- Tidak ada nyeri tekan
11) Anus dan rectum
- Tidak terlihat adanya pembesaran vena/hemoroid
12) Genitalia:
a) Pada pria:
- Pasien menolak melakukan pemeriksaan genetalia
13) Ekstremitas.
a) Inspeksi
- Ekstremitas atas dan bawah simetris
- Tidak tampak adanya luka lecet
- Kuku tangan sedikit panjang
b) Palpasi
- Tidak terdapat nyeri tekan
- Tidak teraba adanya oedema
c) Perkusi
- Reflek tricep dan bicep positif
- Reflek Babinski negative

J. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.
1. Laboratorium :-
2. Radiologi :-
3. USG :-
4. CT. Scan :-
K. PENATALAKSANAAN
1. Tindakan keperawatan
- Pemberian infus dengan RL 28tts/mnt
2. Tindakan Pengobatan
- Ketorolac 1 Ampul/6jam/IV
- Sanmol 1botol/8jam/IV
- Cefotaxime 1gr/8jam/IV

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. KLASIFIKASI DATA
1. DATA SUBJEKTIF
 Pasien mengatakan nyeri bagian belakang, samping/pangkal paha
 Pasien mengeluh sering buang air kecil
 Pasien mengatakan sakit saat BAK
 Pasien merasa kelelahan
 Pasien merasa kedinginan
 Pusing
 Pasien mengatakan sulit untuk tidur

2. DATA OBJEKTIF
 Mual dan muntah
 Kulit teraba panas
 Nafsu makan menurun(pasien hanya memakan ⅓ porsi yang
disediakan)
 Pasien tampak Pucat
 Pasien tampak meringis
 TD:120/80
 S:39,7℃
 N:107x/mnt
 P:24x/mnt

B. ANALISIS DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DATA SUBJEKTIF Proses Hipertermia
 Pasien merasa kelelahan penyakit ( D.0130 ) hal:284
Tim Pokja DPP
 Pasien merasa kedinginan (infeksi) PPNI
 Pusing
2. DATA OBJEKTIF
 Mual dan muntah
 Pasien terlihat pucat
 Kulit teraba panas
 Pasien tampak Pucat
 TD:120/80
 S:39,7℃
 N:107x/mnt
 P:24x/mnt

 DATA SUBJEKTIF Agen Nyeri akut


 Pasien mengatakan nyeri bagian pencedera ( D.0077 ) hal:172
belakang, samping/pangkal paha fisiologis Tim Pokja DPP
 Pasien mengatakan sakit saat BAK (inflamasi) PPNI
 Pasien mengatakan sulit untuk
tidur
 DATA OBJEKTIF
 Mual dan muntah
 Pasien tampak meringis
 TD:120/80
 S:39,7℃
 N:107x/mnt
 P:24x/mnt
1. DATA SUBJEKTIF Iritasi kandung Gangguan
 Pasien mengeluh sering buang air kemih eliminasi urin
kecil ( D.0040 ) hal:96
 Pasien mengatakan sakit saat BAK Tim Pokja DPP
 Pasien mengatakan sulit untuk PPNI
tidur
2. DATA OBJEKTIF
 Nafsu makan menurun(pasien
hanya memakan ⅓ porsi yang
disediakan)
 TD:120/80
 S:39,7℃
 N:107x/mnt
 P:24x/mnt

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
N DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN
O KEPERAWATAN LUARAN INTERVENSI RASIONAL
1 Hipertermia hal:162 Termoregulasi(L.14 Manajemen  Untuk
Tim Pokja SLKI DPP 134) Hal.129 hipertermia mengetah
PPNI Ekspektasi (I.15506) hal. ui suhu
1. DATA membaik dengan 181 tubuh
SUBJEKTIF criteria : Observasi klien tiap
 Pasien  Suhu tubuh  Monitor kali
merasa membaik(5) suhu tubuh pemeriks
kelelahan  Suhu kulit  Monitor aan
 Pasien membaik (5) haluaran  Untuk
merasa  Takikardi urin mengetah
kedinginan menurun (1) Terapeutik ui
 Pusing  Pucat menurun  Longgarka pengeluar
2. DATA OBJEKTIF (1) n atau an urin
 Mual dan  Tekanan darah lepaskan setiap
muntah membaik (5) pakaian pemeriks
 Kulit teraba  Lakukan aan
panas pendingina  Agar
 Pasien n eksternal suhu
tampak Edukasi tubuh
Pucat  Anjurkan klien
 TD:120/80 tirah menurun
 S:39,7℃ baring  Meningk
 N:107x/mnt Kolaborasi atkan
 P:24x/mnt  Kolaborasi kenyama
pemberian nan klien
cairan dan  Mengura
elektrolit ngi rasa
intravena, Lelah
jika perlu. pada
klien
 Untuk
memenuh
i
kebutuha
n cairan
tubuh
klien
2 Nyeri akut hal:174 Tingkat nyeri Observasi  Untuk
Tim Pokja SLKI DPP (L.08066) Hal.129  Identifikasi mengetahu
PPNI Ekspektasi lokasi, i tempat
1. DATA menurun dengan karakteristi nyeri serta
SUBJEKTIF criteria : k, durasi, keadaan
 Pasien  Tingkat nyeri frekuensi, nyeri
mengatakan menurun (5) kualitas,
nyeri bagian  Kesulitan tidur intensitas
belakang, menurun (5) nyeri.
samping/pan  Mual dan  Identifikasi  Agar
gkal paha muntah skala nyeri mengetahu
 Pasien menurun (5)  Identifikasi i keluhan
mengatakan  Meringis factor yang sakit klien
sakit saat menurun (5) memberat  Agar
BAK  Frekuensi nadi dan mengetahu
 Pasien membaik (5) mempering i factor
mengatakan  Tekanan darah an nyeri apa saja
sulit untuk membaik (5)  Monitor pemicu
tidur  Nafsu makan efek nyeri
2. DATA OBJEKTIF membaik (5) samping  Agar tidak
 Mual dan  Pola nafas penggunaan terjadi
muntah membaik (5) analgetic efek
 Pasien samping
tampak Terapeutik pada klien
meringis  Berikan  Untuk
 TD:120/80 tekhnik non menguran
 S:39,7℃ farmakologi gi nyeri
 N:107x/mnt rasa nyeri yang
 P:24x/mnt (mis. Terapi dirasakan
pijat ) klien
 Fasilitas  Untuk
istirahat meningkat
dan tidur. kan rasa
 Pertimbang nyaman
kan jenis klien
dan sumber  Agar tidak
nyeri dalam salah
pemilihan dalam
strategi melakukan
meredakan tindakan
nyeri asuhan
keperawat
an
 Untuk
menguran
gi
Edukasi kecemasan
 Jelaskan klien
penyebab,
periode,  Untuk
dan pemicu mengalihk
nyeri an nyeri
 Ajarkan
yang
tekhnik non
farmakologi dirasakan
s untuk klien
mengurangi
rasa nyeri
 Untuk
menguran
Kolaborasi
 Kolaborasi gi rasa
pemberian nyeri
analgetic,
jika perlu
3 Gangguan eliminasi Eliminasi urin Observasi
urin hal:157 (L.04034) Hal.24  Monitor 1) Untuk
Tim Pokja SLKI DPP Ekspektasi eleminasi mengetahu
PPNI membaik urine (mis. i
1. DATA dengan criteria : Frekuensi, karakterist
SUBJEKTIF  Frekuensi konsistensi, ik urine
 Pasien BAK aroma, 2) Untuk
mengeluh membaik (5) volume dan mengetahu
sering buang  Dysuria warna) i haluaran
air kecil menurun (5) urine
 Pasien  Nokturia Terapeutik 3) Meminilm
mengatakan menurun (5)  Catat alkan
sakit saat waktu- retensi
BAK waktu dan urin dan
 Pasien haluaran distensi
mengatakan berkemih urin
sulit untuk  Membatasi 4) Sebagai
tidur asupan observasi
2. DATA OBJEKTIF cairan, jika dilaboratur
 Nafsu makan perlu ium
menurun(pas  Ambil 5) Untuk
ien hanya sample menegtahu
memakan ⅓ urine i tanda dan
porsi yang tengah gejala
disediakan) (midstream) infeksi
 TD:120/80 atau kultur saluran
 S:39,7℃ Edukasi kemih
 N:107x/mnt 6) Sebagai
 Ajarkan
P:24x/mnt bahan kaji
tanda dan
1. laboraturiu
gejala
m
infeksi
7)
saluran
kemih
 Ajarkan
mengambil
spicemen
urine

D. PRIORITAS KEPERAWATAN

1. Nyeri akut yang disebabkan oleh Agen pencedera fisiologis (inflamasi) yang
ditandai dengan gejala sbb:

DATA SUBJEKTIF
 Pasien mengatakan nyeri bagian belakang, samping/pangkal paha
 Pasien mengatakan sakit saat BAK
 Pasien mengatakan sulit untuk tidur
DATA OBJEKTIF
 Mual dan muntah
 Pasien tampak meringis
 TD:120/80
 S:39,7℃
 N:107x/mnt
 P:24x/mnt

2. Gangguan eliminasi yang disebabkan oleh iritasi kandung kemih yang ditandai
dengan gejala sbb:

DATA SUBJEKTIF

 Pasien mengeluh sering buang air kecil


 Pasien mengatakan sakit saat BAK
 Pasien mengatakan sulit untuk tidur
DATA OBJEKTIF
 Nafsu makan menurun(pasien hanya memakan ⅓ porsi yang disediakan)
 TD:120/80
 S:39,7℃
 N:107x/mnt
 P:24x/mnt

3. Hipertermia yang disebabkan oleh proses penyakit (infeksi) yang ditandai dengan
gejala sbb:

DATA SUBJEKTIF

 Pasien merasa kelelahan


 Pasien merasa kedinginan
 Pusing
DATA OBJEKTIF
 Mual dan muntah
 Kulit teraba panas
 Pasien tampak Pucat
 TD:120/80
 S:39,7℃
 N:107x/mnt
 P:24x/mnt

E. IMPLEMENTASI
Hari/ NO.D JAM IMPLEMENTASI PARAF
Tanggal P
Senin 1.1
16-08-
2021

F. EVALUASI

Anda mungkin juga menyukai