Anda di halaman 1dari 10

DINAMIKA SAREKAT ISLAM

Wahyu Setyaningsih
Program Studi Sejarah Peradaban Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga
wahyusetyaningsih@iainsalatiga.ac.id

Abstrak

Perekonomian awal abad ke-XIX tidak terlepas dari peran Sarekat Islam.
Tujuan dalam penulisan ini pertama, untuk mengetahui awal perkembangan Sarekat
Islam (SI); kedua, untuk menjelaskan penyebab terjadi persaingan SI dengan ISDV
(Indische Sociaal Democratische Vereniging). Metode penulisan menggunakan
sejarah kristis. Hasil penulisan ini pertama, Sarekat Islam (SI) semula bernama
Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan oleh Samanhudi pada tahun 1912 di
Solo. Organisasi bergerak dalam bidang perekonomian dan mengalami
perkembangan yang pesat. Kedua, organisasi ini berideologi nasionalisme berbasis
agama. Namun, karena dalam tubuh SI masuk ISDV (Indische Sociaal
Democratische Vereniging) yang berideologi sosialis komunis menjadikan SI pecah
menjadi SI sayap kanan dan SI sayap kiri. SI sayap kanan di pimpin oleh
Tjokroaminoto yang berpusat di Surabaya sedangkan SI sayap kiri Semaun yang
berpusat di Semarang.

Kata kunci : Sarekat Islam, Sarekat Dagang Islam

Abstract

The economy of the early nineteenth century was inseparable from the role of the
Sarekat Islam. The aim in this paper first, to determine the beginning of the
development of SI (SI); second, to explain the cause of SI competition with ISDV
(Indische Sociaal Democratische Vereniging). This writing method uses critical history.
The first result of this writing, Sarekat Islam (SI) was originally named Sarekat Dagang
Islam (SDI) which was founded by Samanhudi in 1912 in Solo. The organization is
engaged in the economy and is experiencing rapid development. Second, this
organization has an ideology based on religious nationalism. However, because SI is
included in the ISDV (Indische Sociaal Democratische Vereniging) whose communist
socialist ideology makes SI split into right wing SI and left wing SI. The right wing SI is
led by Tjokroaminoto, based in Surabaya, while the left wing Semaun is based in
Semarang.

1
Keywords : Sarekat Islam, Sarekat Dagang Islam

PENDAHULUAN
Perkembangan ekonomi di barat membawa pengaruh bagi Belanda sehingga
berdampak pula bagi negara koloninya termasuk Indonesia. Setelah tahun 1900 timbul
kesadaran politik yang terjadi di negara-negara Asia menyebar ke kelas sosial lain
sehingga kegigihan melawan kolonialisme semakin kuat. Pada tahun 1908 timbulah
kesadaran akan pertentangan lewat jalur non fisik, lahirlah Budi Utomo.
Seorang lulusan OSVIA bernama Tirtoadisuryo yang telah meninggalkan dinas
pemerintahan dan menjadi wartawan mendirikan Sarekat Dagang Islamiyah di Batavia
pada tahun 1909. Setahun kemudian ia mendirikan suatu organisasi semacam itu di
Bogor. Kedua organisasi ini dimaksudkan sebagai upaya membantu pedagang Indonesia
dalam menghadapi Cina. Ia mendorong Haji Samanhudi untuk mendirikan Sarekat
Dagangang Islam sebagai suatu koperasi pedagang batik anti Cina. Di Surabaya H.O.S
Tjokroaminoto menjadi pemimpin Sarekat dagang Islam. Ia merupakan tokoh
kharismatik yang kemudian dengan cepat ia menjadi pemimpin yang dikenal rakyat. 1
Sarekat Dagang Islam (SDI) didirikan oleh Haji Samanhudi di Solo pada akhir
1912.2 Tujuan SDI adalah memajukan perdagangan, melawan monopoli Toinghoa dan
memanjukan Agama Islam. Karena itulah, SDI disebut gerakan nasionalistis-religius-
ekonomis.SDI tidak sekadar menjadi organisasi yang bergerak dalam bidang ekonomi
saja, tetapi juga dalam bidang politik. Perjuangan dalam bidang politik dilakukan
sebagai reaksi atas Christelijke Zending atau Kristening-Politiek yang dilakukan
terhadap pengajaran agama di Indonesia. SDI adalah simbol perlawanan atas
kesewenang-wenangan Pemerintah Kolonial Belanda.
SDI mengarahkan pergerakannya di kalangan rakyat kebanyakan. Salah satu
sebab berdirinya SDI adalah untuk melawan perdagangan Bangsa Tiionghoa, maka
sering terjadi permusuhan dan persaingan natara pedanagn Toinghoa dan Pedagang

1
M.C. Ricklefs, 2007, A History of Modern Indonesia, diterjemahkan oleh Dharmono
Hardjowidjono, Sejarah Indonesia Modern, (Yogyakarta: UGM Press, hlm. 252).
2
Suhartono, 2001, Sejarah Pergerakan Nasional dari Budi Utomo sampai Proklamasi
1908-1945, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm. 33).

2
Islam (Indonesia). Hal ini menimbulkan ketegangan dikedua belah pihak yang
menebabkan terjadinya huru-hara. Pemerintah menganggap SDI bertanggung jawab atas
semua ketegangan-ketegangan tersebut. Maka SDI diskors oleh Residen Surakarta pada
tanggal 12 Agustus 1912. Namun, karena tidak ada tanda-tanda penentangan SDI, maka
tanggal 26 Agustus 1912, skorsing itu dicabut kembali.
Pada tahun 1912 lahirlah Partai Hindia yang didirikan oleh Douwes Dekker dan
Agung serta beberapa orang Indonesia, tetapi dilarang dan pemimpinnya di usir. Kurang
lebih di tahun yang sama lahirlah sebuah gerakan baru yaitu Sarekan Islam (perubhan
nama dari Sarekat Islam). Gerakan ini lahir sebagai reaksi atas semakin tingginya
3
kesadaran di kalangan Cina di Jawa yang menjadi giat karena Revolusi Cina.
Organisasi ini dalam waktu cepat mampu berkembang dan dinamis.
Sarekat Islam adalah pergerakan politik massa (political mass movement)
4
terbesar yang pernah muncul selama pemerintahan kolonial Belanda. Peran penting
Sarekat Islam tidak hanya dikarenakan gerakannya yang menonjol dalam bidang politik,
tetapi juga karena terlihat menyolok dengan keluasan bidang-bidang kegiatannya5. Di
antara semua peran penting Sarekat Islam sebagai suatu organisasi, usahanya dalam
bidang-bidang sosial juga tidak dapat diabaikan begitu saja. Salah satu kegiatan praktis
yang dilakukannya ialah meniadakan keluh kesah dalam bidang sosial dan
memperjuangkan perubahannya. Organisasi ini mampu memobilisasi massanya untuk
memprotes segala bentuk ketidakadilan yang ada. Memang pokok utama perlawanan
Sarekat Islam ditujukan terhadap setiap bentuk penindasan dan kesombongan rasial. 6
Berbagai permasalahan dan ketidakadilan yang dihadapi oleh petani, buruh, dan orang
kecil (de kleine man) lainnya, mereka tampung untuk kemudian disampaikan kepada
pemerintah Hindia-Belanda.

3
W.F. Wertheim, 1999. Indonesian Society in Transition, a Study of Social Change,
diterjemahkan oleh Misbah Zulfa Ellizabet, Masyarakat Indonesia dalam Transisi,
Kajian Perubahan Sosial, (Yogyakarta: Tiara Wacana, hlm.50-51).
4
Alfian, 1989. Muhammadiyah: The Political Behavior of a Muslim Modernist
Organization Under Dutch Colonialism, (Yogyakarta: UGM Press, hlm. 44).
5
Korver, A.P.E. 1985. Sarekat Islam: Gerakan Ratu Adil?, (Jakarta: Grafitipress, hlm.7)
6
Basri, Yusmar (Ed). 1993. Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Akhir
Hindia Belanda. Dalam Poesponegoro & Notosusanto (Eds), Sejarah Nasional
Indonesia V. (Jakarta: Balai Pustaka, hlm. 183)

3
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dikaji
mengenai awal perkembangan Sarekat Islam dan persaingan SI dengan ISDV (Indische
Sociaal Democratische Vereniging).
METODE PENULISAN
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode sejarah kritis. Adapun
langkah-langkahnya meliputi: heuristik; kritik sumber, baik eksternal maupun internal;
interpretasi; dan historiografi. Sumber-sumber yang digunakan adalah pustaka-pustaka
dan literatur-literatur yang mendukung dalam karya tulis ini.

PEMBAHASAN
A. Awal perkembangan Sarekat Islam (SI)
Sarekat Dagang Islam (SDI) menjadi Serekat Islam (SI) sebagai organisasi
nasionalis Indonesia pertama yang berdasrkan politik.7 Di kalangan para pemimpin
SDI timbul niat untuk memperluas kegiatannya. Pada tanggal 10 September 1912
dengan kedatangan H. O. S. Tjokroaminoto maka disusunlah Anggaran Dasar (AD)
sebagai program baru yang isinya memperluas dan mempergiat usaha di bidang
sosial, pendidikan, agama serta perubahan nama menjadi Sarekat Islam (SI) yang
pengesahannya dilakukan di hadapan notaris B. Terkuile.
Pada tanggal 12 September 1912 setelah sampai di Surabaya Tjokroaminoto
menyampaikan AD SI itu. Haji Samanhudi menjabat Ketua Pengurus Besar yang
pertama dan Tjokroaminoto sebagi Komissarisnya. Peraturan tersebut
memungkinkan pembentukan cabang-cabang di bawah peimpinan pengurus besar.
Program yang diumumkan yang memuat tujuan SI yaitu:
1. Memajukan perdagangan di kalangan orang Indonesia
2. Saling membantu antarr anggota yang mengalami kesulitan-kesulitan ekonomi
3. Meningkatkan perkembangan intelektual dan kepentingan-kepentingan material
bangsa Indonesia
4. Menentang konsep-konsep agama yang salah bertalian dengan agama Islam dan
meningkatkan kehidupan beragama di kalangan orang Indonesia.8

7
George Mc turnan Kahin, 1995, National and Revolution in Indonesia, diterjemahkan
oleh Nin Bakdi Soemanto, Refleksi Pergumulan Lahirnya Republik Nasionalisme dan
Revolusi di Indonesia, (Solo: UNS Press, hlm.85)
8
Ibid, hlm. 88.

4
Jika ditinjau dari anggaran dasarnya, dapat disimpulkan bahwa SI lebih
menitikberatkan pada bidang ekonomi dan agama. Sementara tujuan politik tidak
ada. Akan tetapi ini hanyalah siasat belaka karena memang pada saat itu kegiatan
perpolitikan dilarang pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah pasal 111.
Sementara dalam aksinya justru banyak menentang pemerintahan. Maka tak
diragukan lagi, periode SI adalah periode kebangkitan revolusioner dalam arti
tindakan yang gagah berani melawan penindasan kolonial.
Kongres SI pertama berlangsung pada tanggal 26 Januari 1913 di Surabaya.
SI berhasil berkembang dengan baik. Misalnya SI cabang Jakarta memiliki 13.000
anggota. Oleh kekhawatiran itu, pemerintah kolonial berusaha membendung
gerakan ini. Mereka menyebutkan bahwa semua cabang harus berdiri sendiri.
Penetapan ini dikeluarkan apda tanggal 30 Juni 1913.
SI-SI lokal memiliki tujuan AD yang sama, yaitu:
1. Memajukan pertanian, perdagangan, kesehatan, pendidikan, dan pengajaran
2. Memajukan hidup menurut perintah agama dan menghilangkan paham-paham
yang keliru dalam Agama Islam
3. Mempertebal rasa perasudaraan dan saling tolong menolong di antara
anggotanya
Pada tahun 1913, SI daerah yang diakui pemerintah berjumlah 56 buah.
Untuk mengkoordinasi SI-SI local itu, pimpinan SI berinisiatif membentuk Central
Sarekat Islam (CSI). CSI berhasil memperoleh pengesahan hukum dari pemerintah
tertanggal 18 Maret 1916. Pengurus CSI yang pertama adalah Tjokroaminoto
(ketua), Abdul Muis dan H. Gunawan (wakil ketua), dan Haji Samanhudi sebagai
ketua kehormatan. Pada tanggal 17-24 Juni 1916, CSI mengkoordinasi SI local
untuk mengadakan kongres yang diselenggarakan di Bandung. Perwakilan dari SI-
SI local itu berjumlah delapan puluh. Kongres dipimpin oleh Tjokroaminoto. Jumlah
anggota yang mewakili lebih kurang 360.000. Jumlah semua anggota pada saat itu
lebih kurang 800.000.
Gubernur Idenburg secara berhati-hati mendukung SI dan pada tahun 1913 ia
memberikan pengakuan resmi kepada SI sebagai suatu perkumpulan cabang-cabang

5
yang otonom saja daripda suatu organisasi nasional yang dikendalikan oleh markas
besarnya CSI. Akibat dari keputusan ini adalah CSI sulit mengawasinya.9
Sarekat Islam mengajukan dua nama untuk menjadi anggota Volksraad
(Dewan Rakyat) yang dibuka pada tanggal 18 Mei 1912. SI mengirimkan
Tjokroaminoto dan Abdul Muis sebagai perwakilan mereka.
Kongres Nasional SI ketiga yang dilaksanakan pada tanggal 29 September-6
Oktober 1918 di Surabaya. Kongres memutuskan untuk menentang Pemerintahan
Belanda sepanjang tindakannya melindungi kapitalisme, anggapan pegawai negeri
Indonesia sebagai alat penyokong kepentingan kapitalis, mengadakan peraturan
tentang kaum buruh untuk menentang kapitalisme, dan mengorganisasi kaum buruh.
SI menggabungkan diri kedalam Radicale Concertatie pada tanggal 16 November
1918.
Kongres keempat pada tanggal 26 Oktober-2 November 1919 di Surabaya.
Dalam kongres ini pembicaraan utamanya adalah tentang serikat sekerja (SS).
Orang yang ditunujk sebagai pemimpin sarikat sekerja adalah Sosorokardono
Sementara peningkatan jumlah anggota SI meenjadi 2 juta lebih anggota. Kemudian
terbentuklah persatuan SS yang beranggotakan SS Pegadaian, SS Pegawai Pabrik
Gula, dan SS Pegawai Kereta Api.10

B. Persaingan SI dengan ISDV (Indische Sociaal Democratische Vereniging)


Masa puncak SI ternyata tidak berlangsung lama. Banyak perubahan terjadi
dalam SI yang terlihat dalam konggres keempat. Pengaruh sosialis komunis mulai
masuk ke tubuh SI pusat maupun cabang-cabangnya setelah aliran ini mempunyai
wadah dalam organisasi yang disebut ISDV (Indische Sociaal Democratische
Vereniging).11 ISDV dipimpin oleh Sneevliet dan Semaun.
Terjadinya pemberontakan Toli-Toli pada tanggal 5 Juni 1919 dan
pemberontakan rakyat di Cimareme menyebabkan jumlah anggota SI merosot serta
akibat dari ISDV yang telah melakukan inflitrasi kedalam tubuh SI. Semaun
memimpin dua organisasi, yaitu sebagai Ketua Cabang SI Semarang dan ketua
ISDV. Sesudah Revolusi Bolsevik di Rusia pada Oktober 1917, ISDV menyatakan

9
M.C. Ricklefs, op.cit., hlm. 253.
10
Suhartono,op.cit., hlm. 36
11
Ibid, hlm. 37

6
diri sebagai organisasi komunis dengan nama Partai Komunis Indonesia (PKI) pada
tanggal 23 Mei 1920. Pada Konggre kelima tahun 1921 Semaun mulai melancarkan
kritik terhadap kebijakan SI pusat sehingga timbul perpecahan karena perbedaan
aliran yaitu ekonomi dogmatis ala Semaun dan aliran ekonomi nasional keagamaan
ala Tjokroaminoto.
Adapun faktor-faktor yang mempermudah infiltrasi ISDV ke dalam tubuh SI
antar lain:
1. Centraal Sarekat Islam (CSI) sebagai badan koordinasi pusat memiliki
kekuasaan yang lemah. Hal ini dikarenakan tiap cabang SI bertindak sendiri-
sendiri. Pemimpin cabang memiliki pengaruh yang kuat untuk menentukan nasib
cabangnya, dalam hal ini Semaoen adalah ketua SI Semarang.
2. Peraturan partai pada waktu itu memperbolehkan keanggotaan multipartai,
mengingat pada mulanya organisasi seperti Boedi Oetomo dan SI merupakan
organisasi non-politik. Semaoen juga memimpin ISDV (PKI) dan berhasil
meningkatkan anggotanya dari 1700 orang pada tahun 1916 menjadi 20.000
orang pada tahun 1917 di sela-sela kesibukannya sebagai Ketua SI Semarang.
3. Akibat dari Perang Dunia I, hasil panen padi yang jelek mengakibatkan
membumbungnya harga-harga dan menurunnya upah karyawan perkebunan
untuk mengimbangi kas pemerintah kolonial mengakibatkan dengan mudahnya
rakyat memihak pada ISDV.
4. Akibat kemiskinan yang semakin diderita rakyat semenjak Politik Pintu Terbuka
(sistem liberal) dilaksanakan pemerintah kolonialis sejak tahun 1870 dan wabah
pes yang melanda pada tahun 1917 di Semarang.
Konggres keenam dilaksanakan dan hasilnya adalah Semaun dikeluarkan
dari partai karena ada peraturan yang mengatakan tidak boleh merangkap dengan
partai lain. Hal ini menjadikan SI terdapat dua aliran yaitu berasaskan keagamaan
yang berpusat di Yogyakarta dan berasaskan komunis yang berpusat di Semarang.
Semaun dan Darsono mengubah SI di Semarang menjadi Perserikatan Komunis di
India (PKI) pada 23 Mei 1920. Selain itu posisi Semarang berada di antara kota-kota
bengkel kereta api, Bandung Madiun dan Surabaya sehingga menyebabkan
Semarang di pilih sebagai kota kelahiran PKI. 12
12
Ahmad Mansyur Suryanegara, 2010, API Sejarah I, (Bandung: Salamandani,
hlm.405-407).

7
Pada tahun 1923, SI mengadakan kongres yang ketujuh di Madiun.
Memutuskan untuk mengganti CSI menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Setelah
ebrganti nama menjadi PSI, perkumpulan ini kegiatannya sebagai berikut.
1. Menjalin hubungan dengan gerakan Islam di luar negeri yang disebut Pan
Islamisme. Ide ini dikemukakan oelh H. Agus Salim.
2. PSI bersama Muhammadiyah mendirikan badan All Islam Congress di Garut
pada 21 Mei 1924
3. Karena Volksraad dianggap tidak menguntungkan, maka PSI menjalankan
politik non koperasi.
4. Pada tahun 1927 organisasi ini mengubah haluannya menjadi mencapai
kemerdekaan nasional berdasarkan Agama Islam.
PSI meningkat menjadi gerakan kebangsaan pada tahun 1927. Pada saa itu,
PSI mengubah namanya menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Perubahan
itu terjadi karena masuknya Dr. Sukiman dalam PSII. Masuknya Dr. Sukiman
menimbulkan perpecahan di tubuh PSII. Golongan Tjokroaminoto dan H. Agus
Salim (golongan tua) tidak setuju dengan cara-cara Dr. Sukiman (golongan muda).
Dr. Sukiman kemudian dipecat dari PSII. Ia mendirikan partai baru yaitu Partai
Islam Indonesia (PII). Namun ternyata akibatnya sangat buruk. Maka tak ada cara
lain kecuali PSII mencabut pemecatan Dr. Sukiman. Akan tetapi tenyata tidak
bertahan lama. Akhirnya Dr. Sukiman keluar lagi dari PSII. Perpecahan dalam
tubuh PSII terus berlanjut dengan keluarnya Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.
Akhirnya, PSII terbagi menjadi beberapa aliran, yaitu aliran Kartosoewirjo, aliran
Abikusno, dan aliran Sukiman. Hal itu mengakibatkan kerugian pada gerakan islam
sendiri, yaitu kedudukannya sebagai partai besar mengalami kemunduran.

KESIMPULAN
Awal perkembangan Sarekat Islam (SI) adalah bergerak adalam bidang
perekonomian. SI semula bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). SI didirikan oleh
Samanhudi pada tahun 1912 di Solo. Organisasi ini berkembang pesat. Organisasi ini
berideologi nasionalisme berbasis agama. Namun, karena dalam tubuh SI masuk ISDV
(Indische Sociaal Democratische Vereniging) yang berideologi sosialis komunis
menjadikan SI pecah menjadi SI sayap kanan dan SI sayang kiri. SI sayap kanan di

8
pimpin oleh Tjokroaminoto yang berpusat di Surabaya sedangkan SI sayang kiri
Semaun yang berpusatdi Semarang.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Mansyur Suryanegara. 2010. API Sejarah I. Bandung: Salamandani.

Alfian, 1989. Muhammadiyah: The Political Behavior of a Muslim Modernist


Organization Under Dutch Colonialism, (Yogyakarta: UGM Press, hlm. 44).

9
Basri, Yusmar (Ed). 1993. Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Akhir Hindia
Belanda. Dalam Poesponegoro & Notosusanto (Eds), Sejarah Nasional
Indonesia V. Jakarta: Balai Pustaka.

Korver, A.P.E. 1985. Sarekat Islam: Gerakan Ratu Adil?. Jakarta: Grafitipress.

Ricklefs, M.C. 2007. A History of Modern Indonesia, diterjemahkan oleh Dharmono


Hardjowidjono.Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: UGM Press.

Suhartono, 2001, Sejarah Pergerakan Nasional dari Budi Utomo sampai Proklamasi
1908-1945. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Turnan, George Mc Kahin, 1995. National and Revolution in Indonesia, diterjemahkan


oleh Nin Bakdi Soemanto, Refleksi Pergumulan Lahirnya Republik
Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia. Solo: UNS Press.

Wertheim, W.F. 1999. Indonesian Society in Transition, a Study of Social Change,


diterjemahkan oleh Misbah Zulfa Ellizabet, Masyarakat Indonesia dalam
Transisi, Kajian Perubahan Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana.

10

Anda mungkin juga menyukai