Anda di halaman 1dari 12

PENYAKIT MENULAR

TUBERKULOSIS
(TBC)
ABSTRAK
Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit menular menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberkulosis yang menyerang paru-paru. Prevalensi penyakit TB paru dapat dicegah bila
penderita TBC paru berperilaku baik untuk pencegahan TBC penyebaran penyakit paru.Perilaku
terdiri dari tiga yaitu pengetahuan, sikap dan praktek. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambaran perilaku penderita TB paru dalam melakukan pencegahan penyebaran
penyakit TB paru pada pasien yang berobat di poli paru Arifin RSUD Achmad Provinsi
Riau.Subyek penelitian ini adalah 115 pasien TB paru yang memenuhi kriteria inklusi. Pelajaran
ini menggunakan kuesioner sebagai instrumennya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
responden memiliki pengetahuan baik sebanyak 50 orang (43,5%), sikap baik sebanyak 81 orang
(70,4%) dan praktik baik sebanyak 53 orang (46,1%). Kata kunci : Tuberkulosis (TB) paru,
pengetahuan, sikap dan praktek pencegahan penyakit TB paru, pasien TB paru.
KATA PENGANTAR

Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya, sehingga
pada akhirnya Saya dapat menyelesaikan laporan kasus ini yang berjudul. TUBERCULOSIS
PARU Tidak lupa Saya mengucapkan terimakasih kepada ………………..semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini sejak awal hingga selesainya tugas ini. Tujuan
penulisan referat ini adalah sebagai salah satu syarat …………… Saya menyadari bahwa
penulisan tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu Saya sangat mengharapkan
bantuan dan partisipasi teman sejawat untuk memberikan masukan dan saran guna
menyempurnakan referat ini di masa mendatang.

Akhir kata Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya atas perhatian dan
dukungannya, semoga referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

……………………………..

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
I,I. Latar belakang
I.II. Perumusan Masalah
I.III. Tujuan dan manfaat
I.IV. Metode penelitian
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................3

BAB 3. PENUTUP.................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................39
BAB I
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yang paling umum di dunia dengan perkiraan sepertiga
populasi terinfeksi dan 2,5 juta orang meninggal setiap tahun. Angka kejadian kasus TB
pada tahun 1998 terdapat 18.361 kasus yang dilaporkan ke Centers for Disease Control
and Prevention (CDC). Statistik memperlihatkan angka sebesar 6,8 per 100.000 pada
masyarakat Amerika Serikat dan sebesar 41,3% kasus muncul pada orang keturunan
asing.
Menurut World Health Organization (WHO) TB merupakan masalah kesehatan
dunia yang penting karena sekitar 1/3 penduduk dunia terinfeksi oleh Mycobacterium
tuberculosis. Pada tahun 1998 diseluruh dunia sebanyak 3.617.047 kasus TB yang
tercatat Pada tahun 2010, menurut WHO terdapat 8,8 juta insiden kasus TB yang
mendunia. Tahun 2009 terdapat 1,1 juta jiwa meninggal dengan TB tanpa disertai Human
Immunodeficiency Virus (HIV) positif dan 0,35 juta meninggal dengan HIV positif. Di
Amerika Serikat dilaporkan kasus TB pada tahun 2011 sebanyak 10.528 (tingkat 3,4
kasus per 100.000 penduduk), ini menunjukkan terdapat penurunan jumlah kasus yang
dilaporkan sebesar 5,8% dan penurunan tingkat kasus sebesar 6,4% dibandingkan pada
tahun 2010Pada tahun 1998 diperkirakan TB di China, India dan Indonesia berturut –
turut 1.828.000, 1.414.000, dan 591.000 kasus. Pada tahun 1998 perkiraan kejadian Basil
Tahan Asam (BTA) sputum positif Indonesia adalah 266.000.
Indonesia pada tahun 2011 berada pada ranking kelima negara dengan beban TB
tertinggi di dunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660.000 dan
estimasi insidensi berjumlah 430.000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat TB
diperkirakan 61.000 kematian pertahunnya. Prevalensi TB paru BTA positif di Indonesia
pada tahun 2011 adalah 289 per 100.000 penduduk, angka kasus semua tipe TB paru
adalah 189 per 100.000 penduduk dan angka kematian penduduk yaitu 27 per 100.000
penduduk.17 Tahun 2010 perkiraan angka kejadian TB paru BTA sputum positif
dengan / tanpa biakan kuman TB Pekanbaru Riau adalah 4152 kasus.
Berkembang ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : a. Tingkat
kemiskinan tinggi yang tidak hanya di negara berkembang tetapi juga beberapa penduduk
perkotaan di negara maju. b. Perubahan demografik meningkat jumlah penduduk dan
perubahan struktur manusia hidup. c. Perlindungan kesehatan yang tidak memadai
terutama di negara - negara miskin. d. Pendidikan tentang TB yang tidak memadai
dikalangan dokter. e. Terlantar dan biaya yang kurang untuk obat, alat diagnostik,
pengawasan kasus TB yang tidak adekuat. f. Adanya epidemik penyakit infeksi lain
seperti HIV terutama di Afrika dan AsiaTuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit
infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang menyerang
paru-paru.
Penularan penyakit TB paru disebabkan oleh faktor-faktor yang salah satunya
dipengaruhi oleh perilaku. Perilaku menurut Notoatmodjo adalah suatu aksi-reaksi
organism terhadap lingkungannya. Bloom membagi perilaku ke dalam tiga domain yaitu
pengetahuan, sikap, dan tindakan. Menurut Isminah yang mengutip penelitian Linda
penyakit Tuberkulosis paru dapat terjadi karena adanya perilaku dan sikap keluarga yang
kurang baik. Keluarga kurangnya perilaku keluarga tersebut ditunjukan dengan tidak
menggunakan masker debu (jika kontak dengan pasien), keterlambatan dalam pemberian
vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG) pada orang yang tidak terinfeksi, dan terapi
pencegahan 6-9 bulan. Terjadinya perilaku yang kurang baik dari keluarga karena
kurangnya pengetahuan dan sikap keluarga
Penelitian gambaran perilaku pasien TB paru terhadap upaya pencegahan
penyebaran penyakit TB paru pada pasien yang berobat di Poli Paru Rumah Sakit Umum
Daerah Arifin Achmad Provinsi Riau di Pekanbaru masih belum pernah diteliti serta
RSUD Arifin Achmad merupakan pusat pengobatan dan banyak pasien yang datang,
sehingga memudahkan dalam pengambilan sampel. Hal inilah yang menyebabkan
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran perilaku pasien TB paru
terhadap upaya pencegahan penyebaran penyakit TB paru pada pasien yang berobat di
Poli Paru RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau.

B. Perumusan Masalah
a. Apa itu Tuberculosis (TBC) ?
b. Bagaimana cara tertular penyakit Tuberkulosis (TBC) ?
c. Gejala Tuberkulosis (TBC) ?
d. Pengobatan Tuberkulosis (TBC) ?
e.

C. Tujuan dan manfaat


Menjelaskan tentang apa itu Tuberculosis kepada siswa dan siswi SMK….. agar
lebih memawas diri terhadap penyakit Tuberculosis (TBC), Serta menjelaskan tanda dan
gejala pada orang yang mengalami Tuberculosis
D. Metode penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan
untuk menguraikan atau memberi informasi mengenai penyakit Tuberkulosis Paru.
BAB II
Tinjuan pustaka

II.I. Apa itu Tuberculosis (TBC) ?


Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
menyerang organ tubuh lainnya. Tuberkulosis paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi
kronik yang sudah lama dikenal pada manusia. Ditandai pembentukan turbekel dan
cenderung meluas secara lokal. Selain itu, juga bersifat pulmoner maupun ekstrapulmoner
dan dapat mempengaruhi organ tubuh lainnya. Tuberculosis paru (TB) disebabkan
oleh bakteri Mikobakterium Tuberkulosis, Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan

asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA).

Gambar 1. Virus Tuberkulosis (TBC)

II.II. Bagaimana cara tertular penyakit Tuberkulosis (TBC) ?


Tuberkulosis Paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru dan
disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis ,penyakit ini sangat mudah sekali dalam
penularannya, karena penyebarannya melalui udara. Penyakit tuberkulosis sangat
mematikan apabila tidak segera dilakukan penanganan. Di Indonesia, penanganan sejak
dini sudah dilakukan dengan memberikan paket imunisasi BCG pada balita. Namun
demikian, belum sepenuhnya Indonesia 100% terbebas dari penyakit ini (Somantri,2009).
Gambar 2. Proses terinfeksi virus Tuberkulosis (TBC)

Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu batuk atau
bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak
(droplet nuclei) . Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.
Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada
dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara
sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan
selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya penularan seorang
pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi
derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang
memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam
udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

II.III. Gejala Tuberkulosis (TBC)


Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yangtimbul
sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak 11 terlalu khas terutama
pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik
(Werdhani, 2009)
a. Gejala sistemik atau umum:
1. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah)
2. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam
hari disertai keringat malam. Terkadang serangan. demam seperti influenza dan
bersifat hilang timbul.
3. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
4. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
b. Gejala khusus:
1. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatansebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat
penekanankelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara
“mengi”,suara nafas melemah yang disertai sesak.
2. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertaidengan keluhan sakit dada.
3. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya,
pada muara ini akan keluar cairan nanah.
4. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dandisebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demamtinggi,
adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

Keluhan-keluhan seorang penderita TBC sangat bervariasi, mulai dari sama


sekali tak ada keluhan sampai dengan adanya keluhan-keluhan yang serba lengkap.
Keluhan umum yang sering terjadi adalah malaise (lemas), anorexia, mengurus dan
cepat lelah. Keluhan karena infeksi kronik adalah panas badan yang tak tinggi
(subfebril) dan keringat malam (keringat yang muncul pada jam-jam 02.30-05.00).
Keluhan karena ada proses patologik di parudan/atau pleura adalah batuk dengan
atau tanpa dahak, batuk darah, sesak, dan nyeri dada. Makin banyak keluhan-keluhan
ini dirasakan, makin besar kemungkinan TBC. Departemen Kesehatan dalam
pemberantasan TBC di Indonesia menentukan anamnesis resmi lima keluhan utama
yaitu batuk-batuk lama (lebih dari 2 minggu), batuk darah, sesak, panas badan, dan
nyeri dada (Danusantoso, 2013)

II.IV. Pengobatan Tuberkulosis


Terdapat enam macam obat esensial yang telah dipakai sebagai berikut : Isoniazid
(H), para amino salisilik asid (PAS), Streptomisin (S), Etambutol (E), Rifampisin (R)
dan Pirazinamid (P). Faktor-faktor risiko yang sudah diketahui menyebabkan
tingginya prevalensi TBC di Indonesia antara lain : kurangnya gizi, kemiskinan dan
sanitasi yang buruk (Sudoyo, 2010).
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:
1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat,dalam
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan
gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis
Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
2. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukanpengawasan
langsung (DOT = Directly Observed Treatment) olehseorang Pengawas
Menelan Obat (PMO).
3. Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
a) Tahap awal (intensif)
1. Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
2. Pengobatan tahap intensif tersebut apabila diberikan secara tepat, biasanya
pasien menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
3. Sebagian besar pasien TBC BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)
dalam 2 bulan.
b) Tahap lanjutan
a. Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama.
Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan (Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan, 2014).
Gambar 3. Skema perkembangan sarang tuberkulosis postprimer dan
perjalanan penyembuhannya

Anda mungkin juga menyukai