Prinsip ekstraksi dengan metode maserasi adalah pelarut akan masuk ke dalam
sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi
antara larutan di dalam sel dan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi
akan terdesak keluar dan diganti oleh pelarut. Peristiwa tersebut akan terus
berulang sampai terjadi kesetimbangan antara konsentrasi di dalam sel dan di luar
sel. Metode maserasi dipilih sebagai metode dalam mengekstrasi karena
mekanisme pengerjaannya yang lebih praktis, mudah dilakukan dimana saja, tidak
membutuhkan keahlian khusus dan sederhana.
Hasil dari ekstraksi sampel daun Senggani (Melastoma malabathricum L.)
kemudian diproses mengunakan rotary vacum evaporator untuk memisahkan
ekstrak dan pelarut sehingga didapatkan ekstrak kental. Ekstrak kental yang
diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam wadah kaca dan diletakkan pada
waterbath dengan tujuan untuk menghilangkan sisa pelarut yang pada ekstrak.
Selanjutnya ekstrak yang telah kental ditimbang dan dihitung rendemennya,
adapun berat ekstrak kental yang dihasilkan yaitu 85,4 gram dengan persen
rendemen yang diperoleh sebesar 21%. Perhitungan rendemen dihitung dengan
membandingkan jumlah ekstrak yang diperoleh dengan simplisia awal yang
digunakan dengan tujuan untuk mengetahui parameter ekstraksi. Semakin tinggi
nilai rendemen yang didapat maka nilai ekstrak yang dihasilkan semakin banyak.
Pengujian organoleptik ekstrak diketahui bahwa eksrak daun senggani memiliki
warna hijau kehitaman dan berbau khas.
Berdasarkan tabel 4.1. dapat dilihat bahwa ekstrak kental yang didapatkan
dari fraksinasi dimana untuk fraksi n-heksan ekstrak yang didapatkan yaitu ...
gram dengan berat rendemen sebanyak ...%, untuk fraksi etil asetat didapatkan
ekstrak yaitu ... gram dengan berat rendemen sebanyak ...% sedangkan untuk
fraksi air didapatkan hasil ekstrak yaitu ... gram dengan berat rendemen sebanyak
...%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel daun senggani lebih
banyak mengandung senyawa polar karena berat ekstrak dan hasil rendemen yang
diperoleh lebih banyak terdapat pada fraksi air. Berdasarkan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Hasanah dkk. (2017) dan Rusdi dkk. (2018)
dimana hasil fraksinasi yang paling terbayak terdapat pada fraksi air yang
menandakan bahwa senyawa-senyawa yang terdapat pada sampel lebih tertarik
pada pelarut polar.
Identifikasi terpenoid pada ekstrak etanol, fraksi n-heksan, fraksi etil asetat
dan fraksi air memberikan hasil positif yang ditunjukan oleh perubahan warna
menjadi warna coklat, ungu, dan hijau kehitaman ketika sampel direaksikan
dengan asam sulfat. Hasil ini sesuai dengan teori bahwa hasil positif terpenoid
ditandai dengan terbentuknya warna coklat, ungu, dan hijau kehitaman atau biru
kehitaman (Pardede dkk., 2013). Perubahan warna tersebut disebabkan oleh
adanya reaksi senyawa terpenoid dengan H2SO4 dan asam asetat anhidrida.
Senyawa terpenoid akan mengalami dehidrasi dengan penambahan asam kuat dan
membentuk garam dengan menghasilkan perubahan warna (Mailuhu dkk., 2017).
Hasil uji senyawa tanin ekstrak etanol, fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan
fraksi air daun simpur memberikan hasil positif dengan terbentuknya warna hijau
kehitaman pada larutan ekstrak dan fraksi tersebut dapat digunakan sebagai
antioksidan alami. Terjadinya pembentukan warna disebabkan karena
terbentuknya senyawa kompleks antara logam Fe dan tanin. Senyawa kompleks
terbentuk karena adanya ikatan kovalen koordinasi antara ion/atom logam dengan
atom non logam (Taofik dkk., 2010).
Hasil uji senyawa saponin menunjukkan bahwa ekstrak etanol, fraksi n-
heksan, fraksi etil asetat dan fraksi air negatif karena tidak ada busa stabil yang
terbentuk. Menurut (Robinson, 1995) senyawa yang memiliki gugus polar dan
nonpolar bersifat aktif permukaan sehingga saat saponin dikocok dengan air dapat
membentuk misel. Pada struktur misel, gugus polar menghadap ke luar sedangkan
gugus nonpolarnya menghadap ke dalam, keadaan inilah yang tampak seperti
busa.
(Kalimat pengantar)
a. Identifikasi senyawa alkaloid dilakukan dengan menggunakan jenis pereaksi
dragendrof. Hasil positif jika terbentuk endapan putih untuk pereaksi meyer,
terbentuk endapan merah sampai coklat untuk pereaksi wagner, dan terbentuk
endapan merah jingga untuk pereaksi dragendrof, setelah dilakukan
pengujian ekstrak metanol, fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi air
daun Senggani posistif mengandung alkaloid ditandai dengan terbentuknya
endapan jingga. Endapan ini merupakan kalium alkaloid (Ergina dkk., 2014).
b. Identifikasi flavanoid dikatakan positif apabila jika pada penambahan logam
Mg dan HCl untuk mereduksi inti benzopiron yang terdapat pada struktur
flavanoid sehingga terbentuk garam flavillium berwarna merah atau jingga
(Ergina dkk., 2014). Setelah dilakukan pengujian pada ekstrak metanol daun
senggani positif mengandung flavanoid yang ditandai dengan terjadinya
perubahan warna menjadi jingga. Senyawa flavanoid adalah senyawa
polifenol yang mempunyai 15 atom karbon yang tersusun dalam konfigurasi
C6-C3-C6, artinya kerangka karbonya terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzen
tersubstitusi) disambungkan oleh rantai alifatik tiga karbon (Arifin Dan
Sanusi, 2018).
c. Fenolik
Indentifikasi senyawa dilakukan menggunakan FeCl3 1% apabila
menghasilkan, merah, ungu, biru, atau hitam pekat dan warna hijau
menunjukkan positif mengandung fenol (Setiabudi dan Tukiran, 2017). Hasil
uji senyawa fenolik pada ekstrak metanol, fraksi n-heksan, fraksi etil asetat
dan fraksi air pada daun senggani menunjukan hasil positif dengan
terbentuknya warna biru ke hitaman.
d. Tanin
Tanin adalah senyawa satu golongan senyawa polifenol yang banyak terdapat
pada tanaman. Tanin memiliki peranan biologis yang besar karena fungsinya
sebagai pengedap protein dan penghelat logam. Oleh karena itu tanin
diprediksi dapat beperan sebagi antibiologis tubuh (Noer dkk., 2018).
Identifikasi senyawa tanin dinyatakan positif ditandai dengan terbentuknya
senyawa kompleks antara tanin dan Fe3+ yang memberikan indikasi
perubahan warna hijau, merah, ungu, biru atau hitam yang kuat (Ergina dkk.,
2014).
e. Terpenoid
identifikasi senyawa terpenoid dinyatakan positif ditandai dengan
kemampuan senyawa terpenoid membentuk warna oleh H2SO4 pekat dalam
pelarut HCl sehingga sampel dapat membentuk cincin bewarna coklat
(Ergina dkk., 2014). Setelah dilakukan pengujian pada ekstrak etanol daun
senggani menunjukan hasil positif mengandung terpenoid yang ditandai
dengan terbentuknya cincin bewarna coklat.
f. Saponin
Saponin merupakan senyawa sekunder yang ditemukan pada banyak tanaman
dibagian akar, kulit, daun, biji dan buah yang berfungsi sebagai system
pertahanan (Hidayah, 2016). Identifikasi senyawa saponin yang dilakukan
pada ekstrak etanol daun senggani menunjukan hasil positif dengan
terbentuknya busa setinggi ± 1 cm dan tidak hilang dengan penambahan HCl
yang dapat diliihat pada lampiran ...
4.7 Uji Aktivitas Antioksidan
a. Pengujian ABTS
ABTS adalah suatu radikal dengan pusat nitrogen yang mempunyai
karakteristik warna biru-hijau, yang bila tereduksi oleh antioksidan akan berubah
menjadi bentuk non radikal dari berwarna menjadi tidak berwarna. Metode ABTS
sangat sensitif terhadap cahaya, bahkan pembentukan ABTS memerlukan waktu
inkubasi selama 12-16 jam dalam kondisi gelap (Setiawan dkk. 2018). Prinsip
pengujian ABTS adalah penyetabilan radikal bebas melalui donor proton.
Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan berdasarkan penghilangan warna
ABTS yang semula berwarna biru hijau akan berubah menjadi tidak berwarna
apabila tereduksi oleh radikal bebas. Metode ABTS sangat sensitif terhadap
cahaya, bahkan pembentukan ABTS memerlukan waktu inkubasi selama 12-16
jam dalam kondisi gelap. Kelebihan dari metode ABTS ini yaitu memberikan
absorbansi spesifik pada panjang gelombang visible dan waktu reaksi yang lebih
cepat. Selain itu, ABTS dapat dilarutkan dalam pelarut organik maupun air
sehingga bisa medeteksi senyawa yang bersifat lipofilik maupun hidrofilik
(Karadag dkk., 2009).
Metode lain seperti DPPH didasarkan pada kemampuan antioksidan suatu
senyawa untuk mendonorkan ion hidrogen (H3O+), sedangkan pada metode
ABTS dilihat berdasarkan kemampuan senyawa tersebut untuk menstabilkan
senyawa radikal bebas dengan mendonorkan radikal proton (Imrawati dkk., 2017).
Pengukuran absorban ekstrak dan fraksi daun senggani dengan metode ABTS
menggunakan spektrofotometer UV-Vis dilakukan penentuan panjang gelombang
maksimum ABTS dan operating time. Penentuan panjang gelombang maksimum
bertujuan mengetahui besarnya panjang gelombang yang dibutuhkan larutan
ABTS. Hasil penetapan panjang gelombang maksimum larutan ABTS adalah
745,5 nm (Lampiran 12). Penentuan operating time bertujuan menentukan waktu
optimum inkubasi sampel dengan larutan ABTS untuk bereaksi. Hasil penentuan
dari operating time didapatkan serapan yang stabil mulai menit ke-30. Hasil uji
aktivitas antioksidan dapat dilihat pada Tabel 4.4
Tabel 4.3 Hasil uji aktivitas antioksidan metode ABTS
IC50 (ppm)
X IC50 ±SD
Sampel I II III (ppm)
00:00:00
21:36:00
19:12:00 Vitamin C
16:48:00 N Heksan
14:24:00 Etil Asetat
12:00:00
Ekstrak
09:36:00
Air
07:12:00
04:48:00
02:24:00
00:00:00
sampel tersebut semakin besar. Nilai FRAP yang kecil berarti hanya di
butuhkan konsentrasi sampel yang kecil untuk mencapai absorbansi yang di
hasilkan larutan untuk mengubah Fe3+ menjadi Fe2+. Besarnya aktivitas
antioksidan ditandai dengan nilai IC50 yaitu konsentrasi larutan sampel yang
dibutuhkan untuk menghambat 50% radikal bebas (Kuntorini et al., 2010: 20).
Menurut (Blois, 1958) bahwa semakin kecil nilai IC50 menunjukkan semakin
tinggi aktivitas antioksidan, dimana untuk kapasitas antioksidan sangat kuat yaitu
kurang dari 50 ppm, kuat 50-100 ppm, sedang 101-250 ppm dan lemah 251-500
ppm dan lebih dari 500 ppm tidak aktif.
00:00:00
Vitamin C
19:12:00 N Heksan
14:24:00 Etil Asetat
09:36:00 Ekstrak
Air
04:48:00
00:00:00
Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa hasil dari uji FRAP larutan
pembanding vitamin C memiliki aktivitas antioksidan dengan kategori sangat kuat
yaitu 6,6 μg/ml. Sedangkan hasil ekstrak methanol daun senggani yaitu 19,3
μg/ml. Fraksi N-heksan 12,4 μg/ml, fraksi etil asetat18,0 μg/ml, fraksi air 23,4
μg/ml dimana semua sampel pengujian juga memiliki aktivitas antioksidan
dengan kategori sangat kuat.
Tabel 4.5. Hasil Kadar flavonoid total pada ekstrak dan fraksi daun senggani
20
y = -0.6789x + 32.75
IC50 (ppm)
15 R² = 0.9129
10
0
0 10 20 30 40
Kadar Flavonoid (mgEAG/g)
Gambar 4.3. Hubungan antara kandungan flavonoid total ekstrak
dan fraksi daun senggani dengan nilai IC50 aktivitas
antioksidan dari metode ABTS
Berdasarkan Gambar 4.3. hubungan antara IC50 (x) dengan kandungan
flavonoid total (y) ekstrak dan fraksi memiliki nilai koefisien korelasi r2= 0,912 (y
= -0,678x + 32,75). Hasil ini menunjukkan bahwa 91,2 % aktivitas antioksidan
daun senggani merupakan bagian dari senyawa-senyawa flavonoid, sehingga 8,8%
aktivitas antioksidan yang dihasilkan ekstrak dan fraksi daun senggani
dipengaruhi senyawa selain flavonoid. Sedangkan jika menggunakan metode
FRAP dapat dilihat pada gambar 4.4.
20
y = -0.6782x + 33.585
R² = 0.9647
IC50 (ppm)
15
10
0
0 10 20 30 40
Kadar Flavanoid (mgEAG/g)
Tabel 4.6. Hasil Kadar fenolik total pada ekstrak dan fraksi daun senggani
20
IC50 (ppm)
15
y = -1.4498x + 42.18
10 R² = 0.9026
0
0 5 10 15 20 25
Kadar Fenolik (mgEAG/g)
Gambar 4.5.Hubungan antara kandungan fenolik total ekstrak dan daun senggani
dengan nilai IC50 aktivitas antioksidan dari metode ABTS.
Berdasarkan Gambar 4.5. hubungan antara IC50 (x) dengan kandungan
fenolik total (y) ekstrak dan fraksi daun senggani memiliki nilai koefisien korelasi
r2= 0,902 (y = -1,449x + 42,18). Hasil ini menunjukkan bahwa 90,2 % aktivitas
antioksidan daun senggani merupakan bagian dari senyawa-senyawa fenolik,
sehingga 9,8% aktivitas antioksidan yang dihasilkan ekstrak dan fraksi daun
senggani dipengaruhi senyawa selain fenolik.
20
IC50 (ppm)
15
y = -1.4595x + 43.197
10 R² = 0.9686
0
0 5 10 15 20 25
Kadar Fenolik (mgEAG/g)
5.2 Saran
Perlu dilakukan pemurnian fraksi n-heksan, fraksi air, fraksi etil asetat,
ekstrak metanol daun senggani dengan metode pemisahan yang sesuai untuk
mengetahui senyawa murni yang berperan sebagai antioksidan dan perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jenis fraksi yang lebih bervariasi.