Anda di halaman 1dari 21

BAB IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum LokasiPenelitian


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas Farmasi dan Laboratorium
Terpadu Fakultas Kedokteran, Universitas Halu Oleo.

4.2 Determinasi Tanaman


Determinasi dilakukan untuk mendapatkan kebenaran identitas dengan jelas
dari tanaman yang diteliti dan menghindari kesalahan dalam pengumpulan bahan
utama penelitian (Diniatik, 2015). Determinasi tanaman Senggani dilakukan di
Laboratorium Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Univeristas Halu Oleo, hasil determinasi menyatakan bahwa specimen tumbuhan
tersebut adalah benar-benar tanaman Melastoma malabathricum L.

4.3 Penyiapan Sampel


Sampel daun senggani (Melastoma malabathricum L.) diperoleh dari area
kampus hijau bumi tridharma yang bertempat di sekitaran gedung Laboratorium
Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo, Kecamatan Kambu Kota
Kendari, Sulawesi Tenggara. Bagian tanaman yang digunakan adalah daunnya,
kemudian dilakukan sortasi basah untuk memisahkan pengotor atau bagian
tanaman yang tidak diperlukan dalam penelitian dan terbawa pada saat proses
pengumpulan daun. Setelah itu dilakukan proses pencucian di bawah air yang
mengalir agar kotoran yang ada pada sampel dapat dihilangkan bersama aliran air.
Daun senggani yang telah dicuci kemudian dirajang untuk mempermudah proses
pengeringan di bawah sinar matahari. Sampel kulit daun senggani yang telah
kering kemudian dilakukan sortasi kering untuk membersihkan pengotor yang
melekat pada saat pengeringan kemudian dilakukan penghalusan. Penghalusan
dilakukan untuk mengubah ukuran sampel menjadi lebih kecil dengan luas
permukaan yang lebih besar sehingga dapat memaksimalkan proses maserasi
untuk menarik dan melarutkan senyawa metabolit sekunder (Harbone, 1987).
4.4 Ekstraksi Daun Senggani
Serbuk kering daun Senggani yang diperoleh sebesar 402,6 gram diekstraksi
secara maserasi dengan pelarut metanol sebanyak 6 liter. Ekstraksi secara umum
merupakan suatu proses pemisahan zat aktif dari suatu padatan maupun cairan
dengan menggunakan bantuan pelarut. Prinsip proses ekstraksi yaitu pelarut
ditransferkan dari bulk menuju permukaan, pelarut menembus masuk atau terjadi
difusi massa pelarut pada permukan padatan inert ke dalam pori padatan. Zat
terlarut (solute) yang ada dalam padatan larut kedalam pelarut lalu karena adanya
perbedaan konsentrasi, campuran solute dalam pelarut berdifusi keluar dari
permukaan padatan inert. Selanjutnya, zat terlarut (solute) keluar dari pori padatan
inert dan bercampur dengan pelarut yang ada pada luar padatan (Prayudo dkk.,
2015). (ganti prinsip like dissolved like).

Penelitian ini menggunakan ekstraksi dengan metode maserasi, metode ini


dilakukan dengan memasukan serbuk tanaman dan pelarut yang sesuai ke dalam
wadah inert yang tertutup rapat pada suhu kamar (Mukhriani, 2014). Pelarut yang
digunakan adalah metanol. Metanol digunakan sebagai pelarut karena metanol
merupakan pelarut universal yang bersifat semi polar. Metanol memiliki gugus
hidroksil yang bersifat polar sehingga dapat menarik senyawa yang bersifat polar
serta pada metanol memiliki gugus alkil (hidrofobik) yang bersifat nonpolar
sehingga mampu menarik senyawa yang nonpolar.

Prinsip ekstraksi dengan metode maserasi adalah pelarut akan masuk ke dalam
sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi
antara larutan di dalam sel dan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi
akan terdesak keluar dan diganti oleh pelarut. Peristiwa tersebut akan terus
berulang sampai terjadi kesetimbangan antara konsentrasi di dalam sel dan di luar
sel. Metode maserasi dipilih sebagai metode dalam mengekstrasi karena
mekanisme pengerjaannya yang lebih praktis, mudah dilakukan dimana saja, tidak
membutuhkan keahlian khusus dan sederhana.
Hasil dari ekstraksi sampel daun Senggani (Melastoma malabathricum L.)
kemudian diproses mengunakan rotary vacum evaporator untuk memisahkan
ekstrak dan pelarut sehingga didapatkan ekstrak kental. Ekstrak kental yang
diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam wadah kaca dan diletakkan pada
waterbath dengan tujuan untuk menghilangkan sisa pelarut yang pada ekstrak.
Selanjutnya ekstrak yang telah kental ditimbang dan dihitung rendemennya,
adapun berat ekstrak kental yang dihasilkan yaitu 85,4 gram dengan persen
rendemen yang diperoleh sebesar 21%. Perhitungan rendemen dihitung dengan
membandingkan jumlah ekstrak yang diperoleh dengan simplisia awal yang
digunakan dengan tujuan untuk mengetahui parameter ekstraksi. Semakin tinggi
nilai rendemen yang didapat maka nilai ekstrak yang dihasilkan semakin banyak.
Pengujian organoleptik ekstrak diketahui bahwa eksrak daun senggani memiliki
warna hijau kehitaman dan berbau khas.

4.5 Fraksinasi Ekstrak Daun Senggani


Fraksinasi adalah suatu metode pemisahan senyawa organik berdasarkan
kelarutan senyawa-senyawa tersebut dalam dua pelarut yang tidak saling
bercampur, biasanya antara pelarut air dan pelarut organik. Metode fraksinasi
yang biasa digunakan adalah ekstraksi cair-cair. Pada ekstraksi cair-cair
digunakan dua jenis pelarut yang berbeda sifat kepolarannya, dengan prinsip like
disolved like yang menyatakan bahwa suatu senyawa akan larut pada pelarut yang
memiliki tingkat kepolaran yang sama (Pratiwi dkk., 2016).
Tahap fraksinasi penelitian ini, digunakan tiga jenis pelarut yaitu n-
heksan, etil asetat dan air. Pada pelarut n-heksan fase air berada di lapisan bawah
sedangkan fase n-heksan berada di mlapisan atas, sesuai dengan masa jenis air
yang lebih besar yaitu 1 g/mL dibandingkan n-heksan 0,6548 g/mL sedangkan
pelarut etil asetat fase air berada di lapisan bawah dan fase etil asetat berada di
lapisan atas, sesuai dengan masa jenis air yang lebih besar yaitu 1 g/mL
dibandingkan etil asetat 0,894 g/mL. Perbedaan jenis pelarut akan mempengaruhi
jumlah fraksi yang dihasilkan.
Hasil fraksinasi yang diperoleh disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.1. Hasil fraksi daun Senggani

No. Fraksi Berat Ekstrak Rendemen %


(g)
1. n-heksan
3. Etil asetat
4. Air

Berdasarkan tabel 4.1. dapat dilihat bahwa ekstrak kental yang didapatkan
dari fraksinasi dimana untuk fraksi n-heksan ekstrak yang didapatkan yaitu ...
gram dengan berat rendemen sebanyak ...%, untuk fraksi etil asetat didapatkan
ekstrak yaitu ... gram dengan berat rendemen sebanyak ...% sedangkan untuk
fraksi air didapatkan hasil ekstrak yaitu ... gram dengan berat rendemen sebanyak
...%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel daun senggani lebih
banyak mengandung senyawa polar karena berat ekstrak dan hasil rendemen yang
diperoleh lebih banyak terdapat pada fraksi air. Berdasarkan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Hasanah dkk. (2017) dan Rusdi dkk. (2018)
dimana hasil fraksinasi yang paling terbayak terdapat pada fraksi air yang
menandakan bahwa senyawa-senyawa yang terdapat pada sampel lebih tertarik
pada pelarut polar.

4.6 Skrining Fitokimia


Skirining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu penelitian
fitokimia yang bertujuan memberi gambaran tentang golongan senyawa yang
terkandung dalam tanaman yang diteliti, metode skrining fitokimia yang
dilakukan meliputi uji alkaloid, uji flavonoid, uji saponin, uji tannin dan uji
steroid. Uji ini dilakukan untuk mengindetifikasi senyawa metaboit sekunder yang
terdapat pada ekstrak tanaman daun Senggani (Melastoma malabathricum L).
Adapun hasil dari skrining fitokimia ekstrak daun Senggani (Melastoma
malabathricum L) disajikan pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia ekstrak etanol dan fraksi (n-heksan,
kloroform, etil asetat dan air) daun senggani (Melastoma malabathricum L.)
Golongan Senyawa Sampel Hasil Keterangan
Ekstrak + Endapan coklat
Alkaloid
n-heksan + Endapan coklat
(Pereaksi
Etil asetat + Endapan coklat
Dragendrof)
Air + Endapan coklat
Ekstrak + Terbentuk warna merah
Flavonoid n-heksan + Terbentuk warna hijau
(Mg+ HCl 2N) Etil asetat + Terbentuk warna merah
Air + Terbentuk warna merah
Ekstrak + Hitam Pekat
Fenolik n-heksan + Hitam Pekat
(FeCl31%) Etil asetat + Hitam Pekat
Air + Hitam Pekat
Ekstrak + Terbentuk warna hitam
Terpenoid n-heksan - Terbentuk warna kuning
((CH3CO)2O) + Etil asetat + Terbentuk warna coklat
H2SO4 pekat
Air + Terbentuk warna hijau

Ekstrak + Larutan berwarna hijau kehitaman


Tanin n-heksan + Larutan berwarna hijau kehitaman
(FeCl3 1%) Etil asetat + Larutan berwarna hijau kehitaman
Air + Larutan berwarna hijau kehitaman
Ekstrak + Terbentuk busa
Saponin n-heksan - Tidak terbentuk busa
(Aquadest) Etil asetat - Tidak terbentuk busa
Air - Tidak terbentuk busa
Berdasarkan hasil skrining fitokimia yang terdapat pada Tabel 4.2 yaitu
diketahui bahwa senyawa metabolit yang terkandung dalam ekstrak etanol dan
fraksi daun Senggani antara lain yaitu senyawa alkaloid, flavonoid, fenolik, tanin,
dan terpenoid yang senyawa-senyawa tersebut telah diteliti memiliki aktivitas
antioksidan.

Identifikasi alkaloid terbentuk endapan berwarna coklat pada ekstrak


metanol. Hasil ini sesuai dengan teori Harbone yang mengatakan bahwa hasil
positif alkaloid pada uji dragendroff ditandai dengan terbentuknya endapan coklat.
Pada uji alkaloid terjadi reaksi pengendapan karena adanya penggantian logam.
Atom nitrogen yang memiliki pasangan elektron bebas sehingga dapat
membentuk ikatan kovalen koordinasi dengan ion logam (Harbone, 1987). (Cari
Kembali, kalimatnya rancu)
Hasil uji senyawa flavonoid dilihat dengan perubahan larutan uji menjadi
warna merah, warna jingga dan warna hijau dengan penambahan serbuk
magnesium dan HCl pekat. Penambahan serbuk magnesium dan asam klorida
pada pengujian flavonoid akan menyebabkan tereduksinya senyawa flavonoid
(Harbone, 1987). Hal ini menunjukkan bahwa sampel positif mengandung
flavonoid. Hasil uji senyawa fenolik pada ekstrak metanol, fraksi n-heksan, fraksi,
fraksi etil asetat dan fraksi air pada kulit batang kamena-mena menunjukan hasil
positif dengan terbentuknya warna biru ke hitaman.

Identifikasi terpenoid pada ekstrak etanol, fraksi n-heksan, fraksi etil asetat
dan fraksi air memberikan hasil positif yang ditunjukan oleh perubahan warna
menjadi warna coklat, ungu, dan hijau kehitaman ketika sampel direaksikan
dengan asam sulfat. Hasil ini sesuai dengan teori bahwa hasil positif terpenoid
ditandai dengan terbentuknya warna coklat, ungu, dan hijau kehitaman atau biru
kehitaman (Pardede dkk., 2013). Perubahan warna tersebut disebabkan oleh
adanya reaksi senyawa terpenoid dengan H2SO4 dan asam asetat anhidrida.
Senyawa terpenoid akan mengalami dehidrasi dengan penambahan asam kuat dan
membentuk garam dengan menghasilkan perubahan warna (Mailuhu dkk., 2017).

Hasil uji senyawa tanin ekstrak etanol, fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan
fraksi air daun simpur memberikan hasil positif dengan terbentuknya warna hijau
kehitaman pada larutan ekstrak dan fraksi tersebut dapat digunakan sebagai
antioksidan alami. Terjadinya pembentukan warna disebabkan karena
terbentuknya senyawa kompleks antara logam Fe dan tanin. Senyawa kompleks
terbentuk karena adanya ikatan kovalen koordinasi antara ion/atom logam dengan
atom non logam (Taofik dkk., 2010).
Hasil uji senyawa saponin menunjukkan bahwa ekstrak etanol, fraksi n-
heksan, fraksi etil asetat dan fraksi air negatif karena tidak ada busa stabil yang
terbentuk. Menurut (Robinson, 1995) senyawa yang memiliki gugus polar dan
nonpolar bersifat aktif permukaan sehingga saat saponin dikocok dengan air dapat
membentuk misel. Pada struktur misel, gugus polar menghadap ke luar sedangkan
gugus nonpolarnya menghadap ke dalam, keadaan inilah yang tampak seperti
busa.
(Kalimat pengantar)
a. Identifikasi senyawa alkaloid dilakukan dengan menggunakan jenis pereaksi
dragendrof. Hasil positif jika terbentuk endapan putih untuk pereaksi meyer,
terbentuk endapan merah sampai coklat untuk pereaksi wagner, dan terbentuk
endapan merah jingga untuk pereaksi dragendrof, setelah dilakukan
pengujian ekstrak metanol, fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi air
daun Senggani posistif mengandung alkaloid ditandai dengan terbentuknya
endapan jingga. Endapan ini merupakan kalium alkaloid (Ergina dkk., 2014).
b. Identifikasi flavanoid dikatakan positif apabila jika pada penambahan logam
Mg dan HCl untuk mereduksi inti benzopiron yang terdapat pada struktur
flavanoid sehingga terbentuk garam flavillium berwarna merah atau jingga
(Ergina dkk., 2014). Setelah dilakukan pengujian pada ekstrak metanol daun
senggani positif mengandung flavanoid yang ditandai dengan terjadinya
perubahan warna menjadi jingga. Senyawa flavanoid adalah senyawa
polifenol yang mempunyai 15 atom karbon yang tersusun dalam konfigurasi
C6-C3-C6, artinya kerangka karbonya terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzen
tersubstitusi) disambungkan oleh rantai alifatik tiga karbon (Arifin Dan
Sanusi, 2018).
c. Fenolik
Indentifikasi senyawa dilakukan menggunakan FeCl3 1% apabila
menghasilkan, merah, ungu, biru, atau hitam pekat dan warna hijau
menunjukkan positif mengandung fenol (Setiabudi dan Tukiran, 2017). Hasil
uji senyawa fenolik pada ekstrak metanol, fraksi n-heksan, fraksi etil asetat
dan fraksi air pada daun senggani menunjukan hasil positif dengan
terbentuknya warna biru ke hitaman.
d. Tanin
Tanin adalah senyawa satu golongan senyawa polifenol yang banyak terdapat
pada tanaman. Tanin memiliki peranan biologis yang besar karena fungsinya
sebagai pengedap protein dan penghelat logam. Oleh karena itu tanin
diprediksi dapat beperan sebagi antibiologis tubuh (Noer dkk., 2018).
Identifikasi senyawa tanin dinyatakan positif ditandai dengan terbentuknya
senyawa kompleks antara tanin dan Fe3+ yang memberikan indikasi
perubahan warna hijau, merah, ungu, biru atau hitam yang kuat (Ergina dkk.,
2014).
e. Terpenoid
identifikasi senyawa terpenoid dinyatakan positif ditandai dengan
kemampuan senyawa terpenoid membentuk warna oleh H2SO4 pekat dalam
pelarut HCl sehingga sampel dapat membentuk cincin bewarna coklat
(Ergina dkk., 2014). Setelah dilakukan pengujian pada ekstrak etanol daun
senggani menunjukan hasil positif mengandung terpenoid yang ditandai
dengan terbentuknya cincin bewarna coklat.
f. Saponin
Saponin merupakan senyawa sekunder yang ditemukan pada banyak tanaman
dibagian akar, kulit, daun, biji dan buah yang berfungsi sebagai system
pertahanan (Hidayah, 2016). Identifikasi senyawa saponin yang dilakukan
pada ekstrak etanol daun senggani menunjukan hasil positif dengan
terbentuknya busa setinggi ± 1 cm dan tidak hilang dengan penambahan HCl
yang dapat diliihat pada lampiran ...
4.7 Uji Aktivitas Antioksidan

a. Pengujian ABTS
ABTS adalah suatu radikal dengan pusat nitrogen yang mempunyai
karakteristik warna biru-hijau, yang bila tereduksi oleh antioksidan akan berubah
menjadi bentuk non radikal dari berwarna menjadi tidak berwarna. Metode ABTS
sangat sensitif terhadap cahaya, bahkan pembentukan ABTS memerlukan waktu
inkubasi selama 12-16 jam dalam kondisi gelap (Setiawan dkk. 2018). Prinsip
pengujian ABTS adalah penyetabilan radikal bebas melalui donor proton.
Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan berdasarkan penghilangan warna
ABTS yang semula berwarna biru hijau akan berubah menjadi tidak berwarna
apabila tereduksi oleh radikal bebas. Metode ABTS sangat sensitif terhadap
cahaya, bahkan pembentukan ABTS memerlukan waktu inkubasi selama 12-16
jam dalam kondisi gelap. Kelebihan dari metode ABTS ini yaitu memberikan
absorbansi spesifik pada panjang gelombang visible dan waktu reaksi yang lebih
cepat. Selain itu, ABTS dapat dilarutkan dalam pelarut organik maupun air
sehingga bisa medeteksi senyawa yang bersifat lipofilik maupun hidrofilik
(Karadag dkk., 2009).
Metode lain seperti DPPH didasarkan pada kemampuan antioksidan suatu
senyawa untuk mendonorkan ion hidrogen (H3O+), sedangkan pada metode
ABTS dilihat berdasarkan kemampuan senyawa tersebut untuk menstabilkan
senyawa radikal bebas dengan mendonorkan radikal proton (Imrawati dkk., 2017).
Pengukuran absorban ekstrak dan fraksi daun senggani dengan metode ABTS
menggunakan spektrofotometer UV-Vis dilakukan penentuan panjang gelombang
maksimum ABTS dan operating time. Penentuan panjang gelombang maksimum
bertujuan mengetahui besarnya panjang gelombang yang dibutuhkan larutan
ABTS. Hasil penetapan panjang gelombang maksimum larutan ABTS adalah
745,5 nm (Lampiran 12). Penentuan operating time bertujuan menentukan waktu
optimum inkubasi sampel dengan larutan ABTS untuk bereaksi. Hasil penentuan
dari operating time didapatkan serapan yang stabil mulai menit ke-30. Hasil uji
aktivitas antioksidan dapat dilihat pada Tabel 4.4
Tabel 4.3 Hasil uji aktivitas antioksidan metode ABTS
IC50 (ppm)
X IC50 ±SD
Sampel I II III (ppm)

Vtamin C 6,4 6,5 6,9 6,6± 0.4


N Heksan 11,8 12,2 12,2 12,1±0,2
Etil Asetat 16,3 16,4 16,2 16,3±0,1
Ekstrak 17,3 18,6 17,8 17,9±0,7
Air 22,2 24,0 24,1 23,4±1,1

Berdasarkan Tabel 4.4 Dapat dilihat bahwa kenaikan konsentrasi


berbanding lurus dengan peningkatan persen penghambatan. Peningkatan persen
penghambatan ABTS menunjukkan adanya aktivitas antioksidan terhadap ekstrak
metanol, fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi air.
Berdasarkan persamaan regresi antara konsentrasi sampel (x) dan persen
penghambatan (y) dapat dihitung nilai IC50 untuk menyatakan aktivitas
antioksidan. Hasil akivitas antioksidan vitamin C, ekstrak metanol, fraksi n-
heksan, fraksi klorofom, fraksi etil asetat dan fraksi air dapat dilihat pada gambar
berikut. (tambah judul dalam grafik)

00:00:00
21:36:00
19:12:00 Vitamin C
16:48:00 N Heksan
14:24:00 Etil Asetat
12:00:00
Ekstrak
09:36:00
Air
07:12:00
04:48:00
02:24:00
00:00:00

Gambar 4.1 Aktivitas antioksidan daun senggani dengan metode ABTS


Berdasarkan Gambar 4.1 hasil pengukuran aktivitas antioksidan
menunjukkan bahwa pembanding vitamin C, ekstrak metanol, fraksi n-heksan,
fraksi etil asetat, fraksi air daun senggani memiliki aktivitas antioksidan yang
berbeda-beda. Hasil penelitian diperoleh nilai IC50 ekstrak metanol sebesar 617,9
ppm, fraksi n-heksan sebesar 12,1 ppm, raksi etil asetat sebasar 7,7 ppm, fraksi
air 23,4 ppm dan vitamin C sebesar 6,6 ppm. Menurut (Molyneux, 2004) suatu
senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika memiliki nilai IC50
kurang dari 50 ppm,aktivitas dikatakan kuat untuk IC50 bernilai 50-100 ppm,
sedang jika bernilai 100-150 ppm, dan lemah jika nilai IC50 bernilai 151-200
ppm. Berdasarkan hasil tersebut, nilai IC50 fraksi etil asetat, ekstrak metanol,
fraksi n-heksan, fraksi air dan pembanding vitamin C memiliki nilai IC50 kurang
dari 50 ppm. Dengan demikian tanaman senggani merupakan jenis tanaman yang
memiliki kemampuan antioksidan yang sangat kuat baik ekstrak maupun fraksi.
Adapun fraksi dengan aktivitas antioksidan yang paling tertinggi adalah terdapat
pada fraksi N-heksan.

b. Pengujian FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power)


Antioksidan merupakan zat yang dapat menetralkan radikal bebas
sehingga dapat melindungi sistem biologi tubuh dari efek merugikan yang timbul
dari proses ataupun reaksi yang menyebabkan oksidasi yang berlebihan
(Hariyatimi, 2004). Beberapa senyawa yang berperan sebagai antioksidan adalah
vitamin A, C, E serta enzim alamiah glutathionperoksidase (GPx), superoxidase
(SOD), dan katalase (Tjay, 2008).
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kapasitas antioksidan yang ada
dalam sampel ekstrak daging buah simpur. Beberapa metode telah dikembangkan
untuk mengukur aktivitas antioksidan suatu sampel. Pada penelitian ini aktivitas
antioksidan diukur melalui uji FRAP. Metode FRAP (Ferric Reducing
Antioxidant Power) adalah metode yang dapat menentukan kandungan
antioksidan total dari suatu bahan berdasarkan kemampuan senyawa antioksidan
untuk mereduksi ion Fe3+ menjadi Fe2+ sehingga kekuatan antioksidan suatu
senyawa dianalogikan dengan kemampuan mereduksi dari senyawa tersebut. Uji
FRAP ini dipilih karena prosedurnya yang sederhana, metodenya murah, cepat
dan reagen yang digunakan cukup sederhana serta tidak menggunakan alat khusus
untuk menghitung total antioksidan. Kelebihan metode FRAP banyak digunakan
untuk menguji potensi antioksidan total dari beberapa makanan atau bahan
pangan, ekstrak tumbuhan dan senyawa oksidator Fe3.+ senyawa Fe3.+ sendiri
mewakili senyawa oksidator yang terdapat dalam tubuh yang dapat merusak sel-
sel. (Maryam, dkk., 2015).
Pengukuran aktivitas antioksidan menggunakan uji FRAP ini dengan
larutan asam askorbat sebagai standar. Penambahan TCA bertujuan agar
kompleks kalium ferrosianida mengendap. Penambahan FeCl3 juga bertujuan
untuk membentuk kompleks berwarna hijau sampai biru (biru berlin). Daya
reduksi merupakan indikator potensi suatu senyawa antioksidan. Daya reduksi
dalam hal ini diukur dari kemampuan suatu antioksidan untuk mengubah Fe3+
menjadi Fe2+ (Kim, 2005). Senyawa yang mempunyai daya reduksi kemungkinan
dapat berperan sebagai antioksidan karena dapat menstabilkan radikal dengan
mendonorkan elektron atau atom hidrogen sehingga senyawa radikal berubah
menjadi lebih stabil. Pengujian aktivitas antioksidan metode FRAP dengan
menggunakan kompleks kalium ferrisianida (K3Fe(CN)6). Dalam penentuan daya
reduksi, reduktor (antioksidan) dalam sampel yang mereduksi Fe3+ kompleks
kalium ferrisianida (K3Fe(CN)6) menjadi Fe2+ (bentuk ferro). Reaksinya adalah
sebagai berikut:
K3[Fe(CN)6] K4[Fe(CN)6]
Fe3+ + e- Fe2+
Larutan standar yang digunakan adalah asam askorbat. digunakan sebagai
pembanding karena berfungsi sebagai antioksidan sekunder yaitu menangkap
radikal bebas dan mencegah terjadinya reaksi berantai. Vitamin C termasuk
golongan antioksidan sekunder yang mampu menangkal berbagai radikal bebas
ekstraseluler. Hal itu dikarenakan vitamin C mempunyai gugus hidroksi bebas
yang bertindak sebagai penangkap radikal bebas dan jika mempunyai gugus
polihidroksi akan meningkatkan aktivitas antioksidan (Kim, 2005).
Tabel 4.4 Hasil uji aktivitas antioksidan metode FRAP
IC50 (ppm)
X IC50 ±SD
Sampel I II III
(ppm)
Vtamin C 6,4 6,5 6,9 6,6± 0.4
N Heksan 12,4 12,4 12,4 12,4±0,04
Etil Asetat 17,9 18,5 17,5 18,0±0,5
Ekstrak 19,4 19,3 19,3 19,3±0,01
Air 23,1 23,6 23,5 23,4±0,3

sampel tersebut semakin besar. Nilai FRAP yang kecil berarti hanya di
butuhkan konsentrasi sampel yang kecil untuk mencapai absorbansi yang di
hasilkan larutan untuk mengubah Fe3+ menjadi Fe2+. Besarnya aktivitas
antioksidan ditandai dengan nilai IC50 yaitu konsentrasi larutan sampel yang
dibutuhkan untuk menghambat 50% radikal bebas (Kuntorini et al., 2010: 20).
Menurut (Blois, 1958) bahwa semakin kecil nilai IC50 menunjukkan semakin
tinggi aktivitas antioksidan, dimana untuk kapasitas antioksidan sangat kuat yaitu
kurang dari 50 ppm, kuat 50-100 ppm, sedang 101-250 ppm dan lemah 251-500
ppm dan lebih dari 500 ppm tidak aktif.

(tambah judul dalam grafik)

00:00:00
Vitamin C
19:12:00 N Heksan
14:24:00 Etil Asetat

09:36:00 Ekstrak
Air
04:48:00

00:00:00

Gambar 4.2 Aktivitas antioksidan daun senggani dengan metode FRAP

Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa hasil dari uji FRAP larutan
pembanding vitamin C memiliki aktivitas antioksidan dengan kategori sangat kuat
yaitu 6,6 μg/ml. Sedangkan hasil ekstrak methanol daun senggani yaitu 19,3
μg/ml. Fraksi N-heksan 12,4 μg/ml, fraksi etil asetat18,0 μg/ml, fraksi air 23,4
μg/ml dimana semua sampel pengujian juga memiliki aktivitas antioksidan
dengan kategori sangat kuat.

4.8 Penetapan Kadar Flavonoid Total


Analisis kuantitatif senyawa flavonoid total pada ekstrak dan fraksi kulit
batang kamena-mena dilakukan dengan metode aluminium klorida. Prinsip
penetapan kadar flavonoid metode aluminium klorida adalah terjadinya
pembentukan kompleks antara aluminium klorida dengan gugus ketodan gugus
hidroksi pada senyawa flavonoid. Pengukuran serapan panjang gelombang
maksimum dilakukan pada rentang sekitar 400-500 nm. Panjang gelombang
maksimum yang dihasilkan adalah 436,0 nm, panjang gelombang maksimum
tersebut digunakan untuk mengukur serapan kurva kalibrasi dan sampel ekstrak
dan fraksi kulit batang kamena-mena. Setelah didapatkan panjang gelombang
maksimum selanjutnya dilakukan penentuan operating time untuk menentukan
waktu optimum inkubasi sampel dengan aluminium klorida dan kalium asetat.
Hasil penentuan dari operating time didapatkan serapan yang stabil mulai menit
ke-30, dapat dilihat pada lampiran ...
Larutan standar kuarsetin dibuat dalam beberapa variasi konsentrasi yang
diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis double beam pada
panjang gelombang 436,0 nm. Kemudian dibuat kurva kalibrasi hubungan antara
konsentrasi kuarsetin dan absorbansinya (Lampiran …). Hasil kadar flavonoid
total dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Hasil Kadar flavonoid total pada ekstrak dan fraksi daun senggani

Kadar flavonoid (mgEQ/g


(ppm) X±SD
Sampel sampel)
I II III (ppm)
X±SD
Fraksi n heksan 30,9 31,1 31,7 31,2 312.2
Fraksi etil asetat 23,6 24,1 23,8 23,8 238.3
Ekstrak metanol 30,9 19,1 19,0 19,3 192.5
Fraksi air 16,0 15,8 16,1 16,0 159.9
Berdasarkan Tabel 4.5. diketahui bahwa kadar total flavonoid pada fraksi
N-heksan mengandung senyawa flavonoid yang paling tinggi yaitu 31,2 ppm
dengan kadar total flavonoid sebesar 312,2 mgEQ/g sampel, kemudian fraksi etil
asetat mengandung senyawa flavonoid sebesar 23,8 ppm dengan kadar total
flavonoid sebesar 238,3 mgEQ/g sampel, selanjutnya ekstrak metanol
mengandung senyawa flavanoid sebesar 19,0 ppm dengan kadar total flavanoid
192,5 mgEQ/g sampel dan terakhir fraksi air mengandung senyawa flavonoid
terendah yaitu 16,0 ppm dengan kadar total flavonoid sebesar 159,9 mgEQ/g
sampel. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah flavonoid terbanyak terdapat pada
fraksi metanol maka senyawa flavonoid yang terdapat pada daun senggani
merupakan senyawa flavonoid yang bersifat non polar.
Nilai kadar fenolik total masing-masing sampel yang telah ditentukkan,
dikorelasikan dengan nilai IC50 ABTS dan FRAP masing-masing sampel dengan
menggunakan persamaan regresi linear dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan
Gambar 4.4.

Korelasi Flavonoid dan IC50


25

20

y = -0.6789x + 32.75
IC50 (ppm)

15 R² = 0.9129

10

0
0 10 20 30 40
Kadar Flavonoid (mgEAG/g)
Gambar 4.3. Hubungan antara kandungan flavonoid total ekstrak
dan fraksi daun senggani dengan nilai IC50 aktivitas
antioksidan dari metode ABTS
Berdasarkan Gambar 4.3. hubungan antara IC50 (x) dengan kandungan
flavonoid total (y) ekstrak dan fraksi memiliki nilai koefisien korelasi r2= 0,912 (y
= -0,678x + 32,75). Hasil ini menunjukkan bahwa 91,2 % aktivitas antioksidan
daun senggani merupakan bagian dari senyawa-senyawa flavonoid, sehingga 8,8%
aktivitas antioksidan yang dihasilkan ekstrak dan fraksi daun senggani
dipengaruhi senyawa selain flavonoid. Sedangkan jika menggunakan metode
FRAP dapat dilihat pada gambar 4.4.

Korelasi Flavonoid dan IC50


25

20
y = -0.6782x + 33.585
R² = 0.9647
IC50 (ppm)

15

10

0
0 10 20 30 40
Kadar Flavanoid (mgEAG/g)

Gambar 4.4.Hubungan antara kandungan flavonoid total


ekstrak dan daun senggani nilai IC50 aktivitas antioksidan dari
metode FRAP.

Berdasarkan Gambar 4.4. hubungan antara IC50 (x) dengan kandungan


flavonoid total (y) ekstrak dan fraksi memiliki nilai koefisien korelasi r2 = 0,964
(y = -0,678x + 33,58). Hasil ini menunjukkan bahwa 96,4 % aktivitas antioksidan
daun senggani merupakan bagian dari senyawa flavonoid sehingga 3,6% aktivitas
antioksidan yang dihasilkan ekstrak dan fraksi daun senggani dipengaruhi
senyawa selain flavonoid. .
4.9 Penetapan Kadar Fenolik Total
Analisis kuantitatif senyawa fenolik total pada ekstrak dan fraksi daun
senggani dilakukan dengan metode Follin-Ciocalteu. Follin-Ciocalteu adalah
pereaksi anorganik yang dapat membentuk larutan kompleks dengan senyawa
fenol yaitu molybdenum tungstant yang berwarna biru. Intensitas warna yang
semakin pekat akan menunjukan kadar fenolik dalam fraksi semakin besar
(Wungkana dkk., 2013).
Pengukuran serapan panjang gelombang maksimum dilakukan pada rentang
sekitar 400-800 nm. Panjang gelombang maksimum yang dihasilkan adalah 742,6
nm, panjang gelombang maksimum tersebut digunakan untuk mengukur serapan
kurva kalibrasi dan sampel ekstrak dan fraksi daun senggani. Setelah didapatkan
panjang gelombang maksimum selanjutnya dilakukan penentuan operating time
untuk menentukan waktu optimum inkubasi sampel dengan reagen follin-
Ciocalteu dan Na2Co3. Hasil penentuan dari operating time didapatkan serapan
yang stabil mulai menit ke-30, dapat dilihat pada lampiran 22.
Larutan standar asam galat dibuat dalam beberapa variasi konsentrasi yang
diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis doeble beam pada
panjang gelombang 742,6 nm. Kemudian dibuat kurva kalibrasi hubungan antara
konsentrasi asam galat dan absorbansinya (Lampiran 21). Hasil kadar fenolik total
dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Hasil Kadar fenolik total pada ekstrak dan fraksi daun senggani

Kadar flenolik (mgEQ/g


(ppm) X±SD
Sampel sampel)
I II III (ppm)
X±SD
Fraksi n heksan 16.1 16.0 15.7 15.9 159.0

Fraksi etil asetat 12.1 12.1 18.5 14.2 142.4

Fraksi air 6.4 6.0 12.4 8.3 82.8

Ekstrak metanol 8.6 8.4 8.3 8.5 84.5


Berasarkan Tabel 4.6. hasil kadar total fenolik dapat dilihat bahwa kadar
total fenolik pada fraksi N-heksan mengandung senyawa fenolik yang paling
tinggi yaitu 15,9 ppm dengan kadar total fenolik sebesar 159,0 mgEAG/g sampel,
kemudian fraksi etil asetat mengandung senyawa fenolik sebesar 14,2 ppm
dengan kadar total fenolik sebesar 142,4 mgEAG/g sampel fraksi, ketiga fraksi
air mengandung senyawa fenolik sebesar 12,4 ppm dengan kadar total fenolik
sebesar 82,8 mgEAG/g sampel fraksi, ke empat ekstrak metanol mengandung
senyawa fenolik sebesar 8,3 ppm dengan kadar total fenolik sebesar 84,5
mgEAG/g sampel fraksi. Dari tabel 4.6 menunjukkan bahwa ekstrak metanol
memiliki kemampuan yang baik dalam mereduksi reagen Folin-Ciocalteu dari
pada fraksi-fraksi lainnya. Larutan asam galat yang digunakan untuk menentukan
kandungan total fenol karena asam galat mempunyai gugus hidroksil dan ikatan
rangkap yang terkonjugasi pada cincin aromatis. Asam galat sangat efektif dalam
membentuk senyawa kompleks dengan reagen Folin-Ciocalteu sehingga reaksi
yang terjadi lebih sensitif dan intensif. Dari hasil pengujian, asam galat
menghasilkan warna biru yang pekat pada saat bereaksi dengan reagen Folin-
Ciocalteu (Shahidi dan Naczk, 1995).
Nilai kadar fenolik total masing-masing sampel yang telah ditentukkan,
dikorelasikan dengan nilai IC50 ABTS dan FRAP masing-masing sampel dengan
menggunakan persamaan regresi linear dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan 4.6.

Korelasi Fenolik dan IC50


25

20
IC50 (ppm)

15
y = -1.4498x + 42.18
10 R² = 0.9026

0
0 5 10 15 20 25
Kadar Fenolik (mgEAG/g)

Gambar 4.5.Hubungan antara kandungan fenolik total ekstrak dan daun senggani
dengan nilai IC50 aktivitas antioksidan dari metode ABTS.
Berdasarkan Gambar 4.5. hubungan antara IC50 (x) dengan kandungan
fenolik total (y) ekstrak dan fraksi daun senggani memiliki nilai koefisien korelasi
r2= 0,902 (y = -1,449x + 42,18). Hasil ini menunjukkan bahwa 90,2 % aktivitas
antioksidan daun senggani merupakan bagian dari senyawa-senyawa fenolik,
sehingga 9,8% aktivitas antioksidan yang dihasilkan ekstrak dan fraksi daun
senggani dipengaruhi senyawa selain fenolik.

Korelasi Fenolik dan IC50


25

20
IC50 (ppm)

15
y = -1.4595x + 43.197
10 R² = 0.9686

0
0 5 10 15 20 25
Kadar Fenolik (mgEAG/g)

Gambar 4.6.Hubungan antara kandungan fenolik total


ekstrak dan fraksi daun senggani dengan nilai IC50 aktivitas
antioksidan dari metode FRAP.

Berdasarkan Gambar 4.6. hubungan antara IC50 (x) dengan kandungan


fenolik total (y) ekstrak dan fraksi memiliki nilai koefisien korelasi r2 = 0,968 (y =
-1,459x + 43,19). Hasil ini menunjukkan bahwa 96,8 % aktivitas antioksidan daun
senggani merupakan bagian dari senyawa fenolik, sehingga 3,2 % aktivitas
antioksidan yang dihasilkan ekstrak dan fraksi daun senggani dipengaruhi
senyawa selain fenolik. Senyawa senyawa fenolik telah dilaporkan mempunyai
aktivitas antioksidan karena sifat-sifat redoksnya. Senyawa fenolik bereaksi
sebagai agen pereduksi, pemberi hidrogen, peredam oksigen singlet, dan juga
sebagai pengleat logam yang potensial (Kahkonen dkk.,1999).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdsarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai
berikut:

a. Daun senggani mengandung golongan senyawa alkaloid, flavonoid, fenolik,


terpenoid, tanin dan tidak mengandung senyawa saponin.
b. Ekstrak metanol, fraksi n-heksan, , fraksi etil asetat dan fraksi air daun
senggani memiliki aktivitas antioksidan pada metode ABTS dan FRAP dengan
nilai IC50 berturut-turut pada ABTS 6,6 ppm., 12,1 ppm., 16,3 ppm., 17,9
ppm., dan 23,4 ppm. Untuk FRAP 6,6 μg/ml, 12,4 μg/ml, 18,0 μg/ml, 19,3
μg/ml, 23,4 μg/ml
c. Kadar total flavonoid daun senggani yaitu, fraksi n-heksan 312.2 mgEQ/g
sampel, fraksi etil asetat sebesar 238.3 mgEQ/g sampel fraksi air sebesar
192.5mgEQ/g sampel dan ekstrak metanol sebesar 159.9mgEQ/g sampel
d. Kadar total fenolik daun senggani yaitu fraksi n-heksan 159.0mgEAG/g
sampel, fraksi etil asetat sebesar 142.4 mgEAG/g sampel fraksi air sebesar
82.8mgEAG/g sampel ekstrak metanol sebesar 84,5 mgEAG/g sampel.
e. Kandungan flavonoid total ekstrak dan fraksi daun senggani dengan nilai IC50
aktivitas antioksidan dari metode ABTS adalah 91,2 % sedangkan dengan
metode FRAP adalah 96,4 %.
f. Kandungan fenolik total ekstrak dan fraksi daun senggani dengan nilai IC50
aktivitas antioksidan dari metode ABTS adalah 90,2 % sedangkan dengan
metode FRAP adalah 96,8%.

5.2 Saran
Perlu dilakukan pemurnian fraksi n-heksan, fraksi air, fraksi etil asetat,
ekstrak metanol daun senggani dengan metode pemisahan yang sesuai untuk
mengetahui senyawa murni yang berperan sebagai antioksidan dan perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jenis fraksi yang lebih bervariasi.

Anda mungkin juga menyukai