diajukan oleh NAMA: ABI YUSUF AULIA NIM: 2004205010023
PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA DESEMBER 2020 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat dimanapun. Baik di negara berkembang seperti Indonesia, maupun negaranegara maju. Kebutuhan energi listrik di dunia dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring dengan perkembangan peradaban manusia. Sementara itu, suplai energi listrik yang bersumber dari minyak bumi, gas bumi, dan batu bara memiliki beberapa keterbatasan, antara lain tidak dapat terbaharukan, pencemaran, dan kerusakan lingkungan yang dihasilkan ketiga sumber energi ini dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Pada sisi lain, energi listrik dari sumber terbarukan, seperti tenaga surya, panas bumi, angin, biomassa, arus laut, hingga ombak belum dapat dimanfaatkan secara maksimal. Indonesia merupakan daerah yang sumber-sumber energi terbarukan seperti di atas sangat melimpah. Indonesia merupakan daerah tropis, sehingga penyinaran matahari sepanjang tahun dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Energi yang dihasilkan PLTS tersebut pada umumnya digunakan untuk keperluan penerangan dan komunikasi. Beberapa diantaranya merupakan sebuah sistem hibrid yang menggabungkan pembangkit listrik konvensional seperti PLTS dengan genset yang dilengkapi dengan media penyimpan energi ataupun dari Sistem Grid (PLN) – dengan PLTS. Pemerintah dalam hal ini PT. PLN berharap masyarakat dapat mengelola pengoperasian sistem kelistrikan tersebut. Oleh karena itu semestinya pengembangan pemanfaatannya harus dilakukan baik dalam bentuk riset seperti keperluan untuk pendidikan dan pelatihan kepada mahasiswa dan masyarakat di laboratorium maupun terapannya berupa teknologi tepat guna yang langsung dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Namun, pengalaman selama ini menunjukkan bahwa program kelistrikan yang dikelola oleh masyarakat banyak mengalami kegagalan karena kurangnya pengetahauan dasar masyarakat terhadap system kelistrikan yang berbasis energi terbarukan baik dalam pengoperasian maupun dalam hal pemeliharaan. Untuk itu dibutuhkan suatu model pelatihan kepada masyarakat tentang optimalisasi daya yang dibangkitkan antara pembangkit listrik dari sumber energi terbarukan khususnya PLTS dan pembangkit listrik konvensional seperti genset dalam menghasilkan daya listrik sebagai sebuah sistem yang terpadu. Berdasarkan dasar tersebut di atas, penulis melakukan penelitian dalam rangka penyelesaian studi pada Program Studi Teknik Energi Listrik Jurusan Teknik Elektro Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala melalui kajian ”Optimalisasi Pembebanan pada PLTH PV - PLTD / PV – Sistem Grid di Kantor PLN UIW Aceh” dengan menggunakan program simulasi HOMER.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dalam penelitian ini masalah pokok yang akan menjadi fokus perhatian adalah bagaimana mensimulasikan sistem dan unit-unit sistem sehingga dapat bekerja sebagai sebuah sistem yang terpadu dalam menghasilkan daya listrik.
1.3. Tujuan Penelitian
Dengan mengacu pada perumusan masalah sebagaimana tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk membuat simulasi system hibrid energi terbarukan, khususnya PV, genset dan baterai serta unit-unit sistem, dapat bekerja sebagai sebuah sistem yang terpadu dalam menghasilkan daya listrik.
1.4. Relevansi Penelitian
Beberapa penelitan pada perancangan system PLTS / PV dengan system hibdrida diantaranya dengan PLTD ataupun dengan system jala-jala PLN. Ranjani dalam penelitiannya membahas tentangsimulasi integrasi sumber energi terbarukan yaitu PV-Biogas pada pembangkit listrik Hybrid On-Grid menggunakan software HOMER. Parameter yang diamati dalam simulasi ini adalah Cost of Energy (COE), dimana pembangkit yang optimal adalah yang memiliki COE rendah. Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Baiturrahman Ciparay, Kabupaten Bandung yang merupakan lokasi laboratorium lapangan pembangkit listrik tenaga hybrid dari beberapa sumber energi terbarukan. Dengan menggunakan software Homer, akan disimulasikan kombinasi pembangkit listrik hybrid on Grid yang optimum untuk memasok energi listrik pada lokasi tersebut. Hasil simulasi dengan menggunakan software ini memperlihatkan kombinasi pembangkit listrik hybrid on Grid tersebut nilai COE meningkatkan dari $ 0,113 / kWh (PLN) menjadi $ 0,186 / kWh (hybrid on grid). Dari sudut pandang COE, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembangkit energi listrik bersumber energi terbarukan masih mahal, jadi perlu peraturan pemerintah yang memberi subsidi untuk pembangkit listrik bersumber energi terbarukan. Kapasitas pembangkit listrik tenaga hybrid yang terpasang pada Ponpes Baiturahman masing- masing 1 KW untuk PV dan 5 KW biogas. Pembangkit terhubung dengan beban salah satu gedung asrama. Karena masih dalam tahap penelitian, pembangkit listrik tenaga hybrid hannya sebagai sumber energi listrik sekunder. Jadi beban masih terhubung dengan PLN. Dari hasil yang didapatkan, pembangkit berbasis energi terbarukan masih relative mahal dibandingkan grid dalam hal ini PLN. Terlihat dari CEO grid $ 0,113/kWh sedangkan Hybrid On – Grid $ 0,186 / kWh. Sinaga dalam penelitiannya membahas pembangkit listrik hibrida biomassa – PV di desa pulau karuh menjelaskan bahwa elektrifikasi pedesaan masih menjadi permasalahan, diantaranya di desa pulau karuh yang belum dapat menikmati energi listrik. Fokus utama dari penelitiannya ialah mengkaji pemanfaatan limbah biomassa dari kelapa sawit sebagai bahan bakar pembangkit energi listrik dan dipadukan dengan sumber energi surya sebagai sumber energi terbarukan hibrida untuk elektrifikasi pedesaan. Bahan baku pembangkit listrik hibrida tersebut ialah dari kelapa sawit dan radiasi sinar matahari yang ditangkap oleh PV. Penelitian pembangkit listrik hibrida biomassa – PV disimulasikan dalam software HOMER. Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut ialah pembangkit hibrida biomassa - PV dapat digunakan sebagai sumber energi terbarukan dalam elektrifikasi pedesaan yang memiliki kebutuhan beban sebesar 71,1 kW dengan rata-rata penggunaan sebesar 255,80 kWh / hari. Konfigurasi sistem yang optimal ditentukan oleh besarnya net present cost (NPC) yang terendah, dimana NPC mencakup biaya keseluruhan sistem selama jangka waktu tertentu. NPC yang diperoleh dalam simulasi ini sebesar US$274.683, biaya pembangkitan listrik (cost ofenergy) sebesar US$ 0,228 /kWh. Sistem ini menggunakan generator biomassa 30 kW, PV 20 kW, 100 unit baterai dan inverter 20 kW. Otong dalam penelitiannya tentang Optimasi Kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida di Pulau Tunda menjelaskan bahwa di Pulau Tunda terdapat PLTD dengan kapasitas mesin 100kW dan 75kW yang beroperasi dari pukul 18.00 sampai 00.00 WIB serta PLTS terdiri 120 unit solar panel dengan kapasitas terpasang 25kW yang beroperasi dari pukul 00.00 sampai 06.00. Di Pulau Tunda memiliki rata-rata kecepatan angin sebesar 6 m/s yang mana dapat berpotensi untuk dikembangkannya PLTB demi memenuhi kebutuhan kelistrikan di pulau tersebut. Dalam penelitiannya, Otong menggunakan software HOMER dalam melakukan simulasi dan perancangan untuk mendapatkan system yang optimal antara PLTD, PLTS dan PLTB. Dari penelitian tersebut didapatkan perancangan system yang optimal dengan konfigurasi 117kWp pada PLTS, 60kW pada PLTB dan 75kW pada PLTD. Dengan kontribusi masing-masing pembangkit sebesar PLTS – PLTB - PLTD sebesar 43%, 56% dan 1%. Optimasi pembangkit tersebut menghasilkan NPC sebesar $544703, biaya energi listrik (COE) sebesar $0.349/kWh. Dari beberapa referensi penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dalam hal ini penulis melakukan penelitian pada optimalisasi pembebanan pada PLTH PV – PLTD / PV – Grid di Kantor PLN UIW Aceh. Saat ini pembebanan energi listrik pada PV di Kantor PLN UIW Aceh belum terserap dengan maksimal. Seperti saat terputusnya aliran listrik dari sistem PLN, maka Kantor PLN UIW Aceh akan padam, dikarenakan tidak adanya beban kelistrikan di Kantor PLN UIW Aceh yang sudah terhubung ke PV. Jika sistem kelistrikan di Kantor PLN UIW Aceh sudah dimaksimalkan pada PLTH, maka diharapkan sebagian beban kelistrikan di Kantor PLN UIW Aceh disuplai dari PV. Agar saat terputusnya aliran listrik dari sistem grid, tidak seluruh sistem kelistrikan di Kantor PLN UIW Aceh padam. Selanjutnya, dengan penggunaan PLTH PV – PLTD sebagai energi listrik cadangan diharapkan penggunaan bahan bakar semakin diminimalisir. Sehingga Kantor PLN UIW Aceh dapat menyerap lebih energi terbarukan secara maksimal.