Mengenalkan Dan Membelajarkan Mat. Pada Anak Usia Dini
Mengenalkan Dan Membelajarkan Mat. Pada Anak Usia Dini
Mathematics has been quite familiar in our daily life. In the field of education,
Mathematics is regularly presented from the elementary up to the higher education
level. Nevertheless, Math seems like a haunting danger for most children. The data
from The Third International in Mathematics and Science Study shows that in 2012 the
Maths intelligence of Indonesian secondary students ranked at 34 of 38 nations being
surveyed. Thus, it is necessary to start introducing Math to children since their early
age. However, Introducing and teaching maths for children will be obviously different
with that of the adults.
Dalam kehidupan sehari hari sebenarnya matematika sering digunakan baik itu
disadari atau tidak. Di Lingkungan Pendidikan pun, Matematika adalah salah satu
pelajaran yang selalu hadir disetiap jenjang pendidikan, mulai tingkat dasar bahkan
di perguruan tinggi.Tetapi, bukan rahasia lagi bahwa matematika merupakan salah
satu momok bagi sebagian anak. Hal ini dapat dilihat dari data Third (Trends)
International in Mathematics and Science Study (TIMSS) yang menunjukkan bahwa
kemampuan matematika peserta didik SMP di Indonesia di tahun 2012 berada di
urutan 34 dari 38 negara yang disurvei. Untuk itu sepertinya tidak ada salahnya
untuk mengenalkan matematika kepada anak sejak usia dini. Namun perlu
diperhatikan bahwa membelajarkan matematika kepada anak usia dini ini tentu
berbeda dengan orang dewasa baik itu mengenai metode maupun kontennya.
Mu’adalah Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. 1 No. 2, Juli–Desember 2013, 45-55 45
Analisa Mengenalkan dan Membelajarkan Matematika
46 Mu’adalah Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. 1 No. 2, Juli–Desember 2013, 45-55
Mengenalkan dan Membelajarkan Matematika Analisa
Mu’adalah Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. 1 No. 2, Juli–Desember 2013, 45-55 47
Analisa Mengenalkan dan Membelajarkan Matematika
kasus berikut (DES, 1986), anak harus berpikir siswa-siswanya (siswa SD yang
menggunakan kemampuan bernalarnya berusia di bawah 11 tahun pada
untuk menarik kesimpulan: umumnya belum dapat berpikir
abstraks). Karena sifat abstraksnya itu
Jika Andi lebih tinggi dari Bani maka guru harus memulai dalam
dan Bani lebih tinggi dari belajar matematika dari konkrit (nyata)
Chandra, maka Andi akan lebih menuju abstraks. Misal, jika guru akan
tinggi dari Chandra. mengajarkan penjumlahan bilangan
Jika Johan berumur 10 tahun cacah “2 + 3 = 5”, tahap-tahapnya
dan Amir berumur dua tahun adalah sebagai berikut:
lebih tua, maka Amir berumur (1) Ambilah contoh-contoh benda
12 tahun. yang dapat mewakili bilangan 2
Jika besar dua sudut pada suatu dan bilangan 3, misalnya apel,
segitiga adalah 600 dan 1000 kelereng, jeruk, dan
maka sudut yang ketiga adalah sebagainya.
1800 – (1000 + 600) = 200. Hal ini (2) Lakukan penggabungan antara
didasarkan pada teori dua apel dengan tiga apel
matematika yang menyatakan menjadi satu wadah, suruhlah
bahwa jumlah besar sudut-sudut siswa untuk menghitung satu
suatu segitiga adalah 1800. persatu apel yang sudah
Jika (x – 1) (x + 10) = 0 maka x = dijadikan satu wadah tersebut.
1 atau x = –10. (3) Tulislah kejadian tersebut
Untuk menentukan hasil dari dalam kalimat: “dua apel
998 + 1236 maka saya dapat digabungkan dengan tiga apel
mengambil (meminjam) 2 nilai menjadi lima apel” atau “dua
dari 1236 untuk ditambahkan ke apel ditambah tiga apel sama
998 sehingga menjadi 1000. dengan lima apel”
Dengan demikian 998 + 1236 (4) Lakukan penggunakan
sama nilainya dengan 1000 + lambang bilangan dan simbol-
1234 yang bernilai 2234. Jadi, simbol/lambang-lambang
998 + 1236 = 1000 + 1234 = matematika yang digunakan,
2234. seperti: “2 apel + 3 apel = 5
Dengan demikian jelaslah bahwa apel” (catatan: dalam
selama mengikuti pelajaran menjumlah atau mengurang
Matematika, aplikasi penalaran sering jangan mengambil contoh
ditemukan meskipun tidak secara benda yang berbeda, misalnya:
formal disebut sebagai belajar 2 apel + 3 jeruk = ?)
bernalar.Tetapi dengan aplikasi (5) Gunakan kalimat matematika
penalaran ini, diharapkan para siswa yang sebenarnya, yaitu : 2 + 3 =
akan semakin tajam kemampuan 5
bernalarnya. (6) Suruhlah siswa untuk
Materi pelajaran matematika membuat kalimat biasa dari
termasuk materi yang abstraks, oleh kalimat matematika “2 + 3 = 5”
karenanya hanya orang-orang yang yang lainnya, misalnya yang
dapat berpikir abstraks saja yang dapat sedang dibicarakan adalah
mempelajari matematika. Bagi siswa jeruk atau pisang.
sekolah dasar akan kesulitan belajar Tahap (5) dari contoh di atas
matematika, jika gurunya tidak merupakan bentuk abstraks, karena
menyesuaikan dengan kemampuan
48 Mu’adalah Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. 1 No. 2, Juli–Desember 2013, 45-55
Mengenalkan dan Membelajarkan Matematika Analisa
Mu’adalah Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. 1 No. 2, Juli–Desember 2013, 45-55 49
Analisa Mengenalkan dan Membelajarkan Matematika
50 Mu’adalah Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. 1 No. 2, Juli–Desember 2013, 45-55
Mengenalkan dan Membelajarkan Matematika Analisa
anak selalu ingin bermain. Dalam yaitu (1) anak belajar dari konkrit
bermain anak-anak mengembangkan menuju yang representasional, hingga
sesuatu yang berbeda dan membedakan pemikiran abstrak, (2)pemahaman awal
pendekatan yang terbaik. Dalam anak terhadap matematika tumbuh
bermain anak-anak menggunakan melalui pengalaman-pengalaman
bahasa untuk melancarkan kegiatan, dalammembuat kumpulan objek-objek
menjelajah dan menyaring bahasa konkrit, (3) kemajuan awal anak
mereka ketika mereka bicara dan dimulai dari yang sudah
mendengarkan anak-anak lainnya. diketahuimenuju yang tidak diketahui,
Menurut Mayesty (1990) bermain (4) anak belajar matematika dari
adalah kegiatan yang dilakukan pengetahuan yang sederhana
sepanjang hari oleh anak, menurut menujupengetahuan dan keterampilan
anak bermain adalah hidup dan hidup yang kompleks.
untuk bermain. Piaget (1990) Pound (2008)berpendapat prinsip
berpendapat bahwa bermain adalah untuk mengajarkan matematika lebih
suatu kegiatan yang dilakukan mudah adalah (1) mengajarkan
berulang-ulang dan menimbulkan matematika sejak dini atau melahirkan
kesenangan bagi diri seseorang, anak yang matematis, (2)menggunakan
Sedangkan Patern (1991) lagu-lagu atau rima, atau puisi-puisi
mendefinisikan bahwa bermain sebagai yang menarik, (3) membuatnya nyata,
sarana sosialisasi diharapkan melalui atauberkaitan dengan kehidupan
bermain dapat memberikan sehari-hari. Selain itu, Anak sejak dini
kesepakatan pembelajaran anak yang perlu melakukan kegiatan kegiatan
menyenangkan. Jika kita lihat akan matematika yang dikemas dalam
karakteristik matematika yang semi permainan yang menyenangkan :
formal dan prosedural, maka untuk itu (1)membedakan berbagai objek-objek
kegembiraan anak ketika belajar perlu visual dengan sebutan (verbal)-nya,
tetap dijaga, agar mereka tetap menggunakan symbol noktah-noktah,
menyukai matematika dan belajar terus atau lainnya, (2) membuat hubungan
menerus. antara sejumlah bunyi-bunyian
Schwartz (2005) menekankan bahwa dengansejumlah objek nyata, (3)
bermain untuk melatih pemahaman mengenali tanda-tanda bilangan yang
dan keterampilan siswa, meskipun diambil dari sekelompok himpunan,(4)
permainan atau aktivitas bermain mendemonstrasikan kemampuan
merupakan aktivitas yang dapat membedakan antara dimensi dua,
berfungsi untukpengembangan dan seperti segitiga, persegi, danlingkaran,
belajar aspek lain. Mooney, et.al (2008) (5) menunjukkan pemecahan masalah
menjelaskan bahwa anak belajar yang menarik, konsentrasikan untuk
matematika melalui permainan dan menyelesaikanmasalah yang sederhana,
eksplorasi seperti bercerita, (6) mulai dengan kategorisasi benda-
mendengarkan cerita, dan membuat benda, dan menginvestigasi
cerita, bernyanyi, permainan imajinatif, sebabakibatnya, (7) mencari dan
maupun bermain peran.Kegiatan- menemukan pola yang ada.
kegiatantersebut lebih menarik dan Doman& Doman (dalam Paund,
menyenangkan siswa terlibat dalam 1999) mengklaim bahwa anak-anak
aktifitas-aktifitas yang dapat dilatih sejak barulahir mengenal
mencakupdunianya.Schwartz (2005) kelompok-kelompok noktah-noktah
memberikan petunjuk/aturan tentang dalam duabelasan, limabelasan, dan
pembelajaran matematika untukanak, bahkantujuhbelasan. Anak-anak
Mu’adalah Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. 1 No. 2, Juli–Desember 2013, 45-55 51
Analisa Mengenalkan dan Membelajarkan Matematika
52 Mu’adalah Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. 1 No. 2, Juli–Desember 2013, 45-55
Mengenalkan dan Membelajarkan Matematika Analisa
Mu’adalah Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. 1 No. 2, Juli–Desember 2013, 45-55 53
Analisa Mengenalkan dan Membelajarkan Matematika
54 Mu’adalah Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. 1 No. 2, Juli–Desember 2013, 45-55
Mengenalkan dan Membelajarkan Matematika Analisa
Mu’adalah Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. 1 No. 2, Juli–Desember 2013, 45-55 55