Anda di halaman 1dari 5

TEORI KOMUNIKASI

UAS

Disusun oleh :

ZAKI ZULFIKAR YAHYA


1600030316
F

ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS SASTRA BUDAYA DAN KOMUIKASI

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN


A. Latar Belakang

Manusia meupakan makhluk sosial yang berarti tidak dapat berdiri sendiri dan selalu
bergantung dengan manusia lainya dalam setiap lini kehidupan. Sebagai makhluk sosial,
manusia tidak pernah terlepas dari masalah-masalah sosial yang terjadi di sekitarnya.
Permasalahan sosial yang dihadapi manusia semakin lama semakin kompleks. Sehingga
dalam kehidupan sehari-harinya tidak terlepas dari komunikasi. Dimanapun kita tinggal
dan kapanpun pekerjaan kita, disetiap aspek kehidupan manusia selalu membutuhkan
komunikasi dengan orang lain. Jadi bukan hanya seorang politisi,guru,pendakwah atau
penjual saja yang harus terampil dalam berkomunikasi, tetapi semua lini kegiatan. Banyak
orang gagal karena meraka tidak terampil berkomunikasi. Misalnya, orang tidak diterima
bekerja karena ia gagal berkomunikasi dalam wawanca. Untuk mempertahankan sekaligus
mengembangkan komunikasi dalamkehidupan, manusia mmelakukan interaksi dengan
sesama dan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi dapat dilakukan secara langsung tanpa
menggunakan media maupun secara tidak langsung dengan menggunakan media sebagai
penyalur komunikasi, dapat berupa komunikasi verbal maupun nonverbal. Dengan
demikian, komunikasi yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar dan mendapat hasil
sesuai yang diharapkan

B. Pembahasan

Dalam teori penetrasi sosial, untuk memahami kedekatan hubungan antara dua
orang, Irwin Altman dan Dalmas Taylor mengonseptualisasikan Teori Penetrasi Sosial.
Mereka melakukan studi mengenai ikatan sosial pada berbagai macam tipe pasangan dan
teori ini menggambarkan suatu pola pengembangan hubungan sebuah proses yang
diidentifikasikan sebagai penetrasi sosial. Penetrasi sosial merujuk pada sebuah proses
hubungan dimana individu-individu bergerak dari komunikasi supervisial menuju
komunikasi yang lebih intim. Keintiman disini lebih dari sekedar keintiman secara fisik,
termasuk intelektual dan emosional, dan hingga pada batasan dimana pasangan melakukan
aktivitas bersama. Proses penetrasi sosial mencakup perilaku verbal (kata-kata yang
digunakan), perilaku non verbal (postur tubuh, senyum, dsb) dan perilaku yang berorientasi
pada lingkungan.

Berikut adalah contoh kasus beserta asumsinya ;


Asumsi Pertama, Hubungan mengalami kemajuan dari tidak intim menjadi intim.
Contoh : Shanty adalah wanita dewasa yang bekerja sebagai sekretaris di sebuah kantor
pemerintahan. Saat ini dia berhubungan dengan seorang Panji berstatus duda yang memiliki
anak perempuan bernama Lisa. Shanty dan panji berencana akan menikah dan secara tidak
langsung Shanty harus mengenal Lisa. Saat pertemuan yang pertama Shanty berusaha
mengajak berbicara mengenai masalah yang sepele dan Shanty berusaha memahami karakter
Lisa dan berusaha menempatkan posisi dimana Shanty menjadi sahabat Lisa. Dalam hal ini
Shanty berusaha membangun hubungan dengan Lisa sehingga sejalan dengan waktu
hubungan Lisa dan Shanty dapat menjadi jauh lebih intim.
Asumsi kedua, Teori Penetrasi Sosial berhubungan dengan prediktabilitas. Teorikus
berpendapat bahwa hubungan – hubungan berkembang secara sistematis dan dapat
diprediksi. Dalam contoh tersebut kita dapat menebak bahwa jika Shanty mulai membangun
hubungan dengan Lisa, dia harus dapat mengatasi sikap Lisa yang mungkin kurang begitu
mnyukainya karena dia akan menjadi ibu baru bagi Lisa. Kita juga dapat menduga bahwa
hubungan ini dapat menjadi lambat ketika Shanty dan Lisa berusaha mengatur perasaan dan
emosi mereka.
Asumsi ketiga, perkembangan hubungan mencangkup depenetrasi (menarik diri) dan
disolusi. Dalam sebuah hubungan dapat menjadi berantakan sehingga dapat menyebabkan
disolusi dan penarikan diri terhadap hubungan tersebut. Contohnya : Shanty akan
menghadapi masalah dimana Lisa tetap tidak mau menerimanya sebagai ibu baru dan Shanty
mulai menarik diri dan mungkin membatalkan niatnya menikah dengan Panji sebagai ayah
Lisa. Dalam hal ini Shanty mengalami disolusi sehingga dia memutuskan suatu hal yang
lebih baik menyakitinya daripada menyakiti hati Lisa.
Asumsi keempat, Pembukaan diri adalah inti dari perkembangan hubungan.
Pembukaan diri dapat didefinisikan sebagai proses pembukaan informasi mengenai diri
sendiri kepada orang lain yang memiliki tujuan. Hubungan yang tidak intim bergerak menuju
hubungan yang intim karena adanya keterbukaan diri. Contoh : Jika Shanty memahami
tantangan dalam hubungannya dengan Lisa ketika Lisa menceritakan mengenai perasaannya
dengan ibunya dan memahami keterbukaan diri Lisa terhadap Shanty yang akan menjadi ibu
barunya. Dalam hal ini keterbukaan antara Shanty dan Lisa akan membawa dampak positif,
dimana mereka akan memulai hubungan yang jauh lebih intim yaitu sebagai ibu dan anak.

Dalam Teori Penetrasi Sosial, Altman dan Taylor menganalogikan dengan struktur
kulit bawang, dengan lapisan-lapisan (berbentuk lingkaran) dari sebuah bawang yang
mewakili berbagai aspek dari kepribadian seseorang. Lapisan terluar adalah citra publik
(public image) seseorang yang dapat dilihat secara langsung. Ketika proses komunikasi
semakin berlangsung, maka akan terjadi proses Resiprositas (reciproty) atau proses dimana
keterbukaan orang lain akan mengarahkan orang lain untuk terbuka. Ini adalah hal yang
utama dalam Teori Penetrasi Sosial. Dalam penetrasi digunakan dua dimensi,yaitu keluasan
(breadth) yang merujuk pada berbgai topik yang didiskusikan dalam suatu hubungan dan
kedalaman (depth) yang merujuk pada keintiman yang mengarahkan diskusi mengenai suatu
topik.
Kesimpulannya adalah perubahan dalam pusat lapisan akan berpengaruh lebih banyak
daripada lapisan luar dan makin besar kedalamannya, makin banyak kesempatan bagi
seseorang untuk merasa rentan. Contohnya adalah ketika seorang mahasiswa memasuki
perkuliahan untuk pertama kalinya. Dan mahasiswa tersebut bertemu dengan mahasiswa
lainnya yang belum dikenalnya. Lalu, mereka berkenalan dan saling bertukar informasi
mengenai diri mereka. Awalnya mereka menilai apa yang hanya tampak dari luar saja.
Misalnya menilai asal daerah masing – masing mahasiswa. Ini termasuk dalam citra publik.
Semakin lama mereka saling melakukan interaksi dan mulai memasuki proses resiprositas.
Dimana mereka saling bertukar informasi mengenai jati diri mereka lebih mendalam.
Teori Penetrasi Sosial didasarkan pada beberapa prinsip Teori Pertukaran Sosial.
Taylor dan Altman berpendapat bahwa hubungan dapat dikonseptualisasikan dalam bentuk
penghargaan dan pengorbanan. Penghargaan adalah segala bentuk peristiwa hubungan atau
perilaku-perilaku yang mendorong kepuasan, kesenangan, dan kebahagiaan dalam pasangan.
Sedangkan pengorbanan adalah segala peristiwa hubungan atau perilaku-perilaku yang
mendorong munculnya perasaan negatif. Dalam mengatur kedekatan hubungan dapat
dilakukan melalui penilaian rasio penghargaan/pengorbanan (reward/cost ratio) yang
didefinisikan sebagai keseimbangan antara pengalaman hubungan yang positif dan negatif.
Untuk memahami konsep penghargaan/pengorbanan ini, dapat dipahami melalui dua
kesimpulan berikut yang diamati oleh Taylor dan Altman. Kesimpulan pertama, penghargaan
dan pengorbanan memiliki pengaruh yang besar pada awal sebuah hubungan daripada setelah
hubungan berjalan lama. Pengalaman interpersonal yang relatif sedikit dalam tahap awal,
menyebabkan individu untuk lebih fokus kepada sebuah penghargaan atau pengorbanan.
Kesimpulan kedua, hubungan dengan sumber pengalaman penghargaan/pengorbanan yang
positif lebih mampu untuk mengatasi konflik secara efektif.
Secara sederhana, hubungan seringkali tergantung pada kedua pihak dalam menilai
penghargaan dan pengorbanan. Jika pasangan merasa bahwa terdapat lebih banyak
penghargaan daripada pengorbanan, kemungkinannya hubungan akan bertahan. Jika
dianggap lebih banyak pengorbanan daripada penghargaan, hubungan mungkin akan
melemah. Akan tetapi masing-masing dari pasangan tidak akan melihat sebuah masalah
secara sama ; sebuah pengorbanan bagi individu mungkin dilihat sebagai penghargaan oleh
individu lainnya. Pandangan pertukaran sosial bergantung kepada masing-masing pihak
dalam sebuah hubungan untuk menghitung batasan hingga dimana individu-individu
memandang hubungan sebagai sesuatu yang negatif (pengorbanan) atau positif
(penghargaan). Contoh: Dewi dan Gery adalah sepasang kekasih. Dari segi umur, mereka
berdua bisa dikatakan sudah pantas menikah. Akan tetapi Gery merasa masih belum yakin
untuk menikah. Padahal Dewi sudah siap untuk menikah dengan Gery. Dewi mencoba sabar
menunggu hingga Gery siap menikah dengannya. Bagi Gery, kesabaran Dewi selama ini
dianggap sebagai sebuah penghargaan yang akan membuat hubungannya bertahan lama.
Namun menurut Dewi, kesabaran yang dia berikan dan sikap Gery yang bimbang untuk
menikah dengannya, ia anggap sebagai sebuah pengorbanan yang membuatnya ingin
mengakhiri hubungannya dengan Gery.

Anda mungkin juga menyukai