Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DOSEN PEMBIMBING
DI SUSUN
SHELI HERMILA
P0319144720212
Pada kasus yang hipertiroidisme yang biasa, tes diagnostik yang paling tepat
menurut Guyton (2012) adalah pengukuran langsung konsentrasi tiroksin “bebas”
di dalam plasma, menggunakan tindakan analisis radioimun yang sesuai.Tes lain
yang sering digunakan adalah:
Biasanya kecepatan metabolisme basal meningkat sampai +30 atau +60 pada
hipertiroidisme berat.
Kecepatan ambilan yodium radio aktif dalam dosis suntikan standar oleh
kelenjar tiroid yang normal, bila diukur dengan detektor radio aktif yang telah
di kalibrasi, yang ditempatkan di atas leher, adalah sekitar 4%/jam. Pada
pasien hipertiroid, ini dapat meningkat sampai setinggi 20 – 25 %/jam.
Yodium yang diikat ke protein plasma biasanya, tetapi tak selalu, berbanding
langsung dengan jumlah tiroksin yang bersirkulasi. Sehingga, sering
peningkatannya juga bermakna dalam diagnosis hipertiroidisme.
Kadar kortisol yang normal dapat memberikan interpretasi sebagai indikasi
adanya insufisiensi adrenal
Radiografi dada dapat menunjukkan peningkatan uptake dari radioiodine
yang besar
Sonogram tiroid dengan doppler dapat menilai ukuran kelenjar tiroid,
vaskularitas, dan nodul yang mungkin membutuhkan perhatian. Khasnya,
kelenjar tiroid mensekresikan hormon yang berlebihan akan membesar dan
aliran doppler (doppler flow) meningkat
Gambaran EKG paling banyak dijumpai sinus takikardia dan atrial fibrilasi.
Sinus takikardi muncul pada 40% kasus dan atrial fibrial muncul pada 10-
20% kasus.
e. Penatalaksanaan
Menurut Urden dan Stacy (2010) tujuan manajemen medis krisis tiroid adalah
untuk mengurangi efek klinis hormon tiroid secepat mungkin, termasuk mencegah
dekompensasi jantung, mengurangi hypertermia, dan mengembalikan dehidrasi
yang disebabkan oleh demam atau kerugian gastrointestinal.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan
melalui rute normal
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan
suplai O2 ke otak
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol,
keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung
C. Intervensi Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, suhu tubuh normal
dengan kriteria hasil suhu dalam batas normal 36,5°C-37,5°C
Intervensi :
a) Pantau tanda vital (suhu) tiap 15 menit
R: Menilai peningkatan dan penurunan suhu tubuh
b) Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut
R: Meminimalkan kehilangan panas
c) Hindari dan cegah penggunaan sumber panas dari luar
R: Mengurangi vasodilatasi perifer dan kolaps vaskuler
d) Lindungi terhadap pajanan hawa dingin dan hembusan angin
R: Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien dan menurunkan lebih lanjut
kehilangan panas
e) Kolaborasi pemberian obat antipiretik
R: Obat antipiretik dapat mempercepat turunnya suhu tubuh
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan
melalui rute normal
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, cairan tubuh
seimbang dengan kriteria hasil: volume cairan tetap adekuat, pasien
memproduksi volume urine yang adekuat, pasien mempunyai turgor kulit
normal dan membrane mukosa lembab, volume cairan kembali normal
Intervensi :
a) Pantau tanda-tanda vital setiap 15 menit atau sesering mungkin sesuai
keperluan sampai stabil
R: Takikardia, dispnea, atau hipotensi dapat mengindikasikan kekurangan
volume cairan dan ketidakseimbangan elektrolit
b) Kaji turgor kulit dan membrane mukosa mulut
R: Untuk memeriksa dehidrasi dan menghindari dehidrasi membrane
mukosa
c) Ukur asupan dan haluaran cairan. Catat dan laporkan perubahan yang
signifikan termasuk urine.
R: Haluaran urin yang rendah mengindikasikan hipovolemi
d) Berikan cairan IV sesuai instruksi.
R: Untuk mengganti cairan yang hilang
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan penurunan
suplai O2 ke otak
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, perfusi jaringan
cerebral efektif dengan kriteria hasil: kesadaran compos mentis, tekanan
darah sistolik dan diastolik satabil, terbebas dari PTIK
Intervensi :
a) Lakukan pengkajian neurologis setiap 1 sampai 2 jam pada awalnya
selanjutnya setiap 4 jam bila pasien sudah stabil.
R: Untuk menskrining perubahan tingkat kesadaran dan status neurologis
b) Ukur tanda-tanda vital setiap 15 menit kemudian setiap 4 jam jika pasien
sudah stabil
R: Untuk mendeteksi secara dini tanda-tanda penurunan perfusi jaringan
serebral atau peningkatan TIK
c) Tinggikan kepela tempat tidur pasien 30 derajat
R: Untuk mencegah peningkatan tekanan intraserebral dan untuk
memfsilitasi drainase vena sehingga menurunkan edema serebral
d) Pertahankan kepala pasien dalam posisi netral
R: Untuk mempertahankan arteri karotis tanpa halangan sehingga dapat
memfasilitasi perfusi
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol,
keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, curah jantung yang
adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan kriteria hasil efektifitas
status sirkulasi, perfusi jaringan (organ abdomen, jantung, serebela, perifer
dan pulmonal) dan perfusi jaringan perifer, tidak terjadi kejang dan CVP
normal
Intervensi :
a) Pantau tekanan darah
R: Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat dari
vasodilatasi perifer yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi
b) Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan
pasien.
R: Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot
jantung atau iskemia
c) Auskultasi suara jantung. Perhatikan adanya suara yang tidak normal
(seperti murmur).
R: Murmur dan S1 yang menonjol berhubungan dengan curah jantung
meningkat pada keadaan hipermetabolik (meingkatnya kalsitonin)
d) Pantau tanda-tanda kejang
R: Kejang terjadi karena peningkatan kalsium dalam darah, evaporasi
tinggi, kekurangan cairan)
e) Kolaborasi untuk memberikan obat sesuai dengan indikasi : Beta blocker
seperti: propranolol, atenolol, nadolol (R: diberikan untuk mengendalikan
pengaruh tirotoksikosis terhadap takikardi, tremor dan gugup serta obat
pilihan pertama pada krisis tiroid akut.
f) Kolaborasi untuk memantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai
indikasi: Kalium serum (R: berikan pengganti sesuai indikasi) (hipokalemi
sebagai akibat dari kehilangan melalui evaporasi); Kalsium serum (R:
terjadi peningkatan dapat mengubah kontraksi jantung).
DAFTAR PUSTAKA
Lanken, Paul., et.all. 2013. The Intensive Care Unit Manual Second Edition.
Philadelphia: Elsevier Sounders
Urden, Linda D. et al. 2010. Critical Care Nursing: Diagnosis anf Management.
Missouri: Mosby.