Anda di halaman 1dari 28

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa

Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “


SNI ASTM C403/C403M:2012

Standar Nasional Indonesia

Metode uji waktu pengikatan campuran beton


dengan ketahanan penetrasi
(ASTM C403 / C403M - 08, IDT)

ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional


” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

© BSN 2012

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin, menggandakan dan mengumumkan sebagian atau
seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun dan dilarang mendistribusikan dokumen ini
baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN

BSN
Gd. Manggala Wanabakti
Blok IV, Lt. 3,4,7,10.
Telp. +6221-5747043
Fax. +6221-5747045
Email: dokinfo@bsn.go.id
www.bsn.go.id

Diterbitkan di Jakarta
” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “
SNI ASTM C403/C403M:2012

Daftar isi

Daftar isi.....................................................................................................................................i
Prakata .................................................................................................................................... iii
Pendahuluan............................................................................................................................ iv
1 Ruang lingkup .................................................................................................................. 1
2 Acuan normatif ................................................................................................................. 1
3 Terminologi ...................................................................................................................... 2
4 Ringkasan metode uji ...................................................................................................... 2
5 Arti dan kegunaan ............................................................................................................ 2
6 Peralatan ......................................................................................................................... 2
7 Pengambilan contoh uji, benda uji, dan satuan pengujian............................................... 3
8 Pengondisian ................................................................................................................... 4
9 Cara uji ............................................................................................................................ 5
10 Perhitungan ..................................................................................................................... 7
11 Pelaporan ........................................................................................................................ 8
12 Ketelitian dan penyimpangan .......................................................................................... 9
13 Kata kunci ...................................................................................................................... 10
Lampiran A (informatif) Contoh ilustratif ................................................................................ 11
Lampiran B (Informatif) Istilah dan definisi ............................................................................ 16
Lampiran C (normatif) Formulir Metode uji waktu pengikatan campuran beton dengan
ketahanan penetrasi .............................................................................................................. 18
Lampiran D (informatif) Contoh isian formulir Metode uji waktu pengikatan
campuran beton dengan ketahanan penetrasi ...................................................................... 19

Gambar 1 – Tampak atas benda uji mortar ............................................................................ 5

Gambar A.1 – Contoh grafik nilai ketahanan penetrasi terhadap waktu dan
kurva yang digunakan untuk menentukan waktu pengikatan ............................................... 12
Gambar A.2 – Contoh grafik skala log yang menunjukan garis lurus untuk
menentukan waktu pengikatan menggunakan analisis regresi ............................................. 13
Gambar A.3 – Contoh grafik nilai ketahanan penetrasi terhadap waktu dan
kurva yang digunakan untuk menentukan waktu pengikatan ............................................... 14
Gambar A.4 – Contoh grafik skala log yang menunjukan garis lurus untuk
menentukan waktu pengikatan menggunakan analisis regresi ............................................. 15

Tabel 1 - Ketelitian operator tunggal........................................................................................ 9


Tabel 2 - Ketelitian multi operator ............................................................................................ 9

i
© BSN 2012
” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “
SNI ASTM C403/C403M:2012

Tabel A.1 – Contoh ketahanan penetrasi (psi) ...................................................................... 12


Tabel A.2 – Contoh ketahanan penetrasi (MPa) .................................................................... 14

ii
© BSN 2012
” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “
SNI ASTM C403/C403M:2012

Prakata

Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Metode uji waktu pengikatan campuran beton
dengan ketahanan penetrasi merupakan SNI baru hasil adopsi ASTM C 403/C 403 M-08,
Standard Test Method for Time of Setting of Concrete Mixtures by Penetration Resistance.
Standar ini dipersiapkan oleh Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan
Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis Rekayasa Jalan dan Jembatan 91-01-S2 melalui
Gugus Kerja Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan.
Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional ASTM dan dibahas
dalam rapat konsensus yang diselenggarakan tanggal 18 Maret 2010 di Bandung oleh
Subpanitia Teknis, yang melibatkan para narasumber, pakar dan lembaga terkait.

iii
© BSN 2012
” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “
SNI ASTM C403/C403M:2012

Pendahuluan

Metode uji ini merupakan acuan dan pegangan bagi pelaksana, teknisi laboratorium atau
produsen dalam melakukan pengujian waktu pengikatan campuran beton dengan ketahanan
penetrasi.
Secara garis besar metode uji ini mencakup cara mengukur ketahanan penetrasi pada
mortar yang diperoleh dengan cara menyaring benda uji dari beton segar yang mewakili
pada interval waktu tertentu dengan menggunakan jarum standar.
Pada metode uji ini waktu pengikatan awal dan pengikatan akhir ditentukan dari grafik
hubungan ketahanan penetrasi terhadap waktu tempuh.
Perawatan beton harus dimulai segera setelah beton mulai mengalami proses pengikatan
awal (initial setting), setiap campuran beton dapat memiliki karakteristik pengikatan yang
berbeda, sehingga pengujian waktu pengikatan wajib dilakukan untuk mengetahui kapan
perawatan harus dimulai untuk menghasilkan kekuatan struktur beton yang maksimum.

iv
© BSN 2012
” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “
SNI ASTM C403/C403M:2012

Metode uji waktu pengikatan campuran beton dengan ketahanan penetrasi

1 Ruang lingkup

1.1 Metode uji ini meliputi penentuan waktu pengikatan beton dengan slump yang lebih
besar dari nol, dengan cara melakukan pengukuran ketahanan penetrasi pada mortar yang
disaring dari campuran beton.

1.2 Metode uji ini hanya sesuai apabila pengujian yang dilakukan pada fraksi mortar dapat
menyediakan informasi yang diperlukan.

1.3 Metode uji ini dapat diterapkan untuk mortar dan graut (berbasis semen) yang
disiapkan (yang bukan disaring dari beton).

1.4 Metoda uji ini dapat diterapkan di laboratorium maupun di lapangan.

1.5 Satuan yang dinyatakan dalam satuan SI atau satuan lainnya harus dipandang
sebagai standar yang terpisah. Satuan yang dinyatakan pada setiap sistem tidak mungkin
akan sama persis. Oleh karena itu, setiap sistem harus digunakan secara terpisah dari yang
lainnya tanpa mengombinasikan satuan tersebut. Pengombinasian dari satuan tersebut akan
menghasilkan ketidaksesuaian dengan standar.

1.6 Standar ini tidak mencantumkan semua yang berkaitan dengan keselamatan kerja, bila
ada, menjadi tanggung jawab pengguna standar ini untuk menentukan keselamatan dan
kesehatan serta menentukan aplikasi batasan-batasan regulasi/ketentuan sebelum
digunakan.

2 Acuan normatif

2.1 Standar ASTM

C 125, Terminology Relating to Concrete and Concrete Aggregates.


C 143/C, 143M Test Method for Slump of Hydraulic Cement Concrete (SNI 1972:2008, Tata
cara pengujian slump beton).
C 172,Practice for Sampling Freshly Mixed Concrete (SNI 2458:2008, Tata cara
pengambilan contoh uji beton segar).
C 173, Test Method for Air Content of Freshly Mixed Concrete by the Volumetric Method.
C 192/C 192M, Practice for Making and Curing Concrete Test Specimens in the Laboratory
(SNI 03-2493-1991, Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di laboratorium).
C 231, Test Method for Air Content of Freshly Mixed Concrete by the Pressure Method.
C 670, Practice for Preparing Precision and Bias Statements for Test Methods for
Construction Materials (SNI 03-6865-2002, Tata cara pelaksanaan program uji antar
laboratorium untuk penentuan presisi metode uji bahan konstruksi).
D 1558, Test Method for Moisture Content Penetration Resistance Resistance Relationships
of Fine Grained Soils.
E 2251, Specification for Liquid-in-Glass ASTM Thermometers with Low-Hazard Precision
Liquids (SNI 16-6421-2000, Spesifikasi standar termometer).
1 dari 20
© BSN 2012
” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “
SNI ASTM C403/C403M:2012

E 11, Specification for Wire-Cloth Sieves for Testing Purposes (SNI 03-6866-2000,
Spesifikasi saringan anyaman kawat untuk keperluan pengujian).

3 Terminologi

3.1 Definsi – Definisi yang digunakan pada metode uji ini mengacu pada ASTM C 125.

4 Ringkasan metode uji

4.1 Suatu contoh mortar diperoleh dengan cara menyaring benda uji dari beton segar yang
mewakili, kemudian mortar ditempatkan dalam sebuah wadah dan disimpan pada
temperatur ruangan yang telah ditetapkan. Pada interval waktu tertentu, diukur ketahanan
penetrasi pada mortar dengan menggunakan jarum standar. Waktu pengikatan awal dan
pengikatan akhir dapat ditentukan dari grafik hubungan ketahanan penetrasi terhadap waktu
tempuh.

5 Arti dan kegunaan

5.1 Karena waktu pengikatan beton merupakan suatu proses yang bertahap, maka setiap
definisi dari waktu pengikatan beton harus diperlakukan secara tidak tetap. Di dalam metode
uji ini waktu yang dibutuhkan mortar untuk mencapai nilai-nilai ketahanan penetrasi yang
telah ditentukan untuk menetapkan dari waktu pengikatan beton.

5.2 Metode uji ini dapat digunakan untuk menentukan pengaruh dari variabel-variabel
seperti kandungan air, merek, tipe, dan jumlah dari material semen atau bahan tambah
(admixture) ketika menentukan waktu pengikatan beton.

5.3 Metode uji ini juga dapat digunakan untuk mortar dan graut yang dibuat. Namun
apabila waktu pengikatan beton yang diinginkan, pengujian harus dilakukan pada mortar
yang disaring dari campuran beton dan bukan dari mortar yang telah disiapkan untuk
simulasi fraksi mortar dari beton. Karena telah ditunjukkan bahwa waktu pengikatan awal
dan akhir akan meningkat pada saat menggunakan benda uji dari mortar yang telah
disiapkan.

6 Peralatan

6.1 Wadah untuk benda uji mortar

Wadah harus kaku, kedap air, tidak menyerap air, bebas dari minyak atau pelumas,
berpenampang silinder atau bujur sangkar. Permukaan mortar harus dapat menyediakan
tempat untuk 10 pengujian dari ketahanan penetrasi yang tidak terganggu sesuai dengan
jarak yang telah ditetapkan di dalam prosedur. Dimensi lateral minimum 150 mm dan tinggi
minimum150 mm.

6.2 Jarum penetrasi

Jarum harus disediakan dan dapat dipasang pada peralatan pembebanan dan memiliki luas
bidang tumpuan sebagai berikut: 645 mm2, 323 mm2, 161 mm2, 65 mm2, 32 mm2, dan 16
mm2. Masing-masing permukaan sisi (shank) jarum harus ditandai secara melingkar pada

2 dari 20
© BSN 2012
” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “
SNI ASTM C403/C403M:2012

jarak 25 mm dari bidang tumpuan dan panjang jarum dengan luas 16 mm2 tidak boleh lebih
dari 90 mm.

6.3 Alat pembebanan

Suatu alat pengukur harus dapat digunakan untuk mengukur gaya yang dibutuhkan untuk
menghasilkan penetrasi jarum. Alat tersebut juga harus mampu mengukur gaya penetrasi
dengan tingkat ketelitian + 10 N dan harus mempunyai kapasitas paling sedikit 600 N.

CATATAN 1 - Peralatan pembebanan yang sesuai dapat berupa tipe reaksi pegas seperti yang
diuraikan didalam metode uji ASTM D 1558, atau tipe lain dengan pengukur gaya yang terkalibrasi,
seperti load cell elektronik atau hydrolic pressure gauge.

6.4 Batang pemadat

Batang baja pemadat harus bulat dan lurus, dengan diameter 16 mm dan panjang kira-kira
600 mm, mempunyai ujung pemadat atau kedua ujungnya berbentuk setengah bola, yang
diameternya 16 mm.

6.5 Pipet

Sebuah pipet atau alat lain yang sesuai harus digunakan untuk membuang air yang keluar
(bliding) dari permukaan benda uji.

6.6 Termometer

Termometer harus mampu mengukur temperatur mortar segar dengan ketelitian ± 0,5 °C.
Termometer dengan cairan di dalam kaca tipe ASTM yang mempunyai rentang temperatur
dari -20 °C sampai 50 °C dan memenuhi persyaratan termometer 97 °C seperti yang telah
ditentukan dalam spesifikasi ASTM E2251 (SNI 16-6421-2000). Termometer tipe lain dengan
ketelitian yang setara dapat digunakan.

7 Pengambilan contoh uji, benda uji, dan satuan pengujian

7.1 Untuk pengujian di lapangan, persiapkan 3 benda uji dari setiap contoh uji beton.

7.2 Untuk pengujian di laboratorium, persyaratan tergantung pada maksud pengujian.

7.2.1 Dalam hal pengujian untuk membuktikan kesesuaian material terhadap persyaratan
kinerja, buatlah paling sedikit tiga campuran beton yang terpisah untuk masing-masing
variabel yang diperiksa. Lakukanlah satu kali pengujian pengikatan pada setiap campuran
tersebut. Kemudian buat sejumlah campuran yang sama untuk setiap variabel pada satu hari
lainnya. Apabila tidak mungkin untuk melaksanakan paling sedikit satu pengujian untuk
setiap variabel pada satu hari lainnya, buatlah seluruh rangkaian campuran beton tersebut
dalam beberapa hari yang memungkinkan dan ulangi salah satu campuran pada setiap hari
sebagai standar untuk perbandingan.

7.2.2 Untuk pengujian yang lain, siapkan 3 benda uji dari salah satu campuran beton untuk
masing-masing variabel pengujian.

7.3 Catat waktu pada saat terjadi kontak awal antara semen dan air pencampur.

3 dari 20
© BSN 2012
” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “
SNI ASTM C403/C403M:2012

7.4 Untuk pengujian di lapangan, ambil contoh uji beton segar yang mewakili sesuai
dengan ASTM C172 (SNI 2458-2008). Untuk pengujian di laboratorium, buatlah benda uji
beton sesuai dengan ASTM C192/C 192M (SNI 03-2493-1991). Tentukan dan catat nilai
slump sesuai ASTM C143 dan kandungan udara dari beton segar tersebut sesuai ASTM
C173.

7.5 Dari beton yang tidak digunakan dalam pengujian slump dan kandungan udara, pilih
bagian yang mewakili dengan volume yang cukup untuk menghasilkan mortar yang cukup
untuk mengisi wadah uji atau wadah-wadah lain dengan kedalaman paling sedikit 140 mm.

7.6 Gunakan prosedur dalam ASTM C172 (SNI 2458-2008) untuk memperoleh benda uji
mortar yang lolos saringan dengan bukaan 4,75 mm dengan melakukan penyaringan basah
terhadap beton di atas permukaan yang tidak menyerap air.

7.7 Mortar dicampur kembali secara manual diatas permukaan yang tidak menyerap air.
Ukur dan catat temperatur mortar. Kemudian masukkan mortar ke dalam wadah-wadah
dalam satu lapisan. Dengan menusuk-nusuk menggunakan batang pemadat, atau dengan
menempatkan wadah yang berisi mortar tersebut di atas meja penggetar (lihat Catatan 2).
Jika menggunakan batang pemadat, gunakan ujung yang berbentuk setengah bola pada
batang pemadat tersebut untuk memadatkan mortar. Padatkan dengan cara menusuk satu
kali untuk setiap 645 mm2 (1 inci2) permukaan atas benda uji dan distribusikan tusukan
secara seragam pada penampang melintang benda uji. Setelah pemadatan selesai, ketuk
bagian sisi dari wadah tersebut secara perlahan dengan batang pemadat untuk menutup
rongga yang kosong yang di akibatkan oleh batang pemadat, selanjutnya ratakan
permukaan benda uji. Setelah benda uji selesai disiapkan, permukaan mortar paling tidak
harus 10 mm dibawah bibir wadah tersebut agar tersedia ruang untuk mengumpulkan dan
menyingkirkan air yang keluar serta untuk menghindari kontak antara permukaan mortar dan
bahan penutup pelindung yang ditetapkan pada butir 8.

CATATAN 2 - Mortar yang tersaring pada umumnya merupakan cairan yang kental sehingga kantung
udara dengan mudah dapat dihilangkan dengan metode pemadatan yang telah disebutkan. Para
pengguna perlu berlatih untuk menentukan pemilihan metode konsolidasi. Menguncang-guncangkan
wadah atau mengetuk-ngetukkan pada bagian sisi wadah seharusnya sudah cukup untuk mortar yang
encer. Menusukkan batang atau menggunakan meja getar mungkin lebih tepat untuk mortar yang
lebih kaku. Ketika menggunakan meja getar, gunakan getaran dengan amplitudo yang rendah,
sehingga tidak ada bagian dari benda uji yang berhamburan keluar dari wadah.
3
persyaratan detail untuk saringan ini telah diberikan dalam spesifikasi ASTM E11.

8 Pengondisian

8.1 Untuk pengujian di laboratorium, temperatur penyimpanan benda uji harus diantara
20 °C sampai dengan 25 °C atau ditetapkan oleh pengguna.

8.2 Untuk pengujian di lapangan, simpan benda uji pada kondisi lingkungan atau
ditetapkan oleh pengguna dan hindarkan dari cahaya matahari langsung.

8.3 Catat dan ukur temperatur udara di sekitar lingkungan pada waktu awal dan akhir
pengujian. Untuk mencegah penguapan yang berlebihan, tutuplah benda uji dengan material
yang sesuai seperti kain goni lembab, atau suatu penutup rapat dan kedap air selama
pengujian berlangsung, kecuali ketika air yang keluar akan dibuang atau pada saat
pengujian penetrasi sedang dilakukan.

4 dari 20
© BSN 2012
” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “
SNI ASTM C403/C403M:2012

9 Cara uji

9.1 Sebelum melakukan pengujian penetrasi, air yang keluar dari permukaan benda uji
mortar dibuang dengan menggunakan pipet atau alat lain yang sesuai. Untuk memudahkan
mengumpulkan air yang keluar, miringkan benda uji dengan hati-hati dengan kemiringan
sudut sekitar 10° dari arah horizontal dengan menempatkan penahan di bawah wadah
tersebut pada salah satu sisi, 2 menit sebelum proses pembuangan air dilakukan.

9.2 Pasang jarum yang ukurannya sesuai, tergantung dari tingkat pengikatan mortar, pada
peralatan ketahanan penetrasi sehingga permukaan tekan jarum menyentuh permukaan
mortar. Secara bertahap dan seragam beri gaya vertikal ke bawah pada alat tersebut sampai
jarum menembus mortar dengan kedalaman 25 mm ± 2 mm seperti yang telah ditunjukkan
pada tanda (lihat Catatan 4). Waktu yang dibutuhkan untuk menembus kedalaman penetrasi
25 mm harus sekitar 10 detik ± 2 detik. Catat gaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan
penetrasi sebesar 25 mm dan catat waktu yang diperlukan, diukur sebagai waktu total
setelah kontak pertama antara semen dan air. Hitung ketahanan penetrasi dengan membagi
gaya yang telah di catat dengan luas bidang kontak dari jarum yang digunakan, kemudian
catat ketahanan penetrasinya. Dalam pengujian penetrasi berikutnya harus dijaga untuk
menghindari permukaan mortar yang telah terganggu oleh pengujian penetrasi sebelumnya.
Jarak bersih antara lokasi pengujian jarum ke lokasi pengujian berikutnya minimal 2 kali
diameter jarum yang sedang digunakan, tetapi tidak boleh kurang dari 15 mm. Jarak bersih
antara jarum dengan bagian sisi dari wadah yang digunakan paling sedikit harus 25 mm
tetapi tidak lebih dari 50 mm seperti ditunjukkan pada Gambar 1.

CATATAN 3 - Untuk wadah berbentuk silinder dengan diameter luar minimum yang diizinkan sebesar
6 inci, operator diharapkan dapat mencapai sekitar delapan penetrasi sebelum menimpa pada
penetrasi sebelumnya . Hal ini berdasarkan penggunaan jarum dengan luas permukaan berikut.

25 mm (1 inci) 50 mm (2 inci)

Catatan : Daerah yang diarsir menunjukkan lokasi penetrasi jarum yang diizinkan

Keterangan : Pengujian  Luas Jarum  


2
Ke  (inci )  (mm2) 
1
1    /2    13 
2   ¼   6 
3   ¼   6 
1
4    /10   2,5 
1
5    /10   2,5 
6   1/20   1,3 
1
7    /20   1,3 
1
8    /40   0,6 

Gambar 1 – Tampak atas benda uji mortar

5 dari 20
© BSN 2012
” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “
SNI ASTM C403/C403M:2012

CATATAN 4 - Untuk memudahkan penentuan ketika penetrasi yang disyaratkan telah dicapai, alat
penanda yang dapat bergerak boleh dipasang pada batang jarum. Sebagai contoh, penjepit kertas
atau pita isolasi dapat ditempatkan pada batang jarum sehingga penjepit kertas atau pita isolasi
tersebut tepat berhimpit dengan tanda pada batang jarum. Penanda tersebut tidak boleh mengganggu
penetrasi jarum ke dalam mortar. Posisi dari penanda tersebut harus diperiksa sebelum melakukan
pengujian penetrasi.

9.3 Untuk campuran beton konvensional pada temperatur laboratorium 20 °C sampai


dengan 25 °C, lakukanlah pengujian awal setelah sekitar 3 jam sampai dengan 4 jam sejak
kontak awal antara semen dan air. Pengujian berikutnya harus dibuat pada interval waktu
setiap 1/2 jam sampai dengan 1 jam. Pengujian awal untuk campuran beton yang berisi
bahan tambah yang mempercepat pengikatan atau pada temperatur yang lebih tinggi
dibandingkan temperatur di laboratorium, sebaiknya dilakukan setelah 1 jam sampai dengan
2 jam sejak kontak awal antara semen dan air dan pengujian berikutnya pada interval waktu
setiap 1/2 jam. Untuk campuran beton yang menggunakan bahan tambah yang
memperlambat pengikatan atau pada temperatur yang lebih rendah dibandingkan
temperatur di laboratorium, pengujian awal boleh ditunda sampai waktu 4 jam sampai
dengan 6 jam. Dalam semua kasus tersebut, interval waktu antar pengujian dapat
disesuaikan dengan kebutuhan, tergantung kecepatan pengikatan dalam memperoleh
jumlah nilai penetrasi yang dibutuhkan.

9.4 Buatlah paling sedikit 6 pengujian penetrasi untuk setiap pengujian waktu pengikatan,
dengan interval waktu tertentu untuk mendapatkan kurva ketahanan penetrasi terhadap
waktu (lihat Catatan 5). Lanjutkan pengujian sampai mendapatkan minimal satu pembacaan
ketahanan penetrasi yang sama atau lebih dari 27,6 MPa (4000 psi).

CATATAN 5 - Suatu kurva yang memuaskan adalah kurva mewakili keseluruhan perkembangan
ketahanan penetrasi dan meliputi titik-titik sebelum dan sesudah waktu pengikatan awal dan waktu
pengikatan akhir untuk meningkatkan ketelitian dari interpolasi yang dibutuhkan. Untuk campuran
dengan pengikatan normal, titik-titik uji biasanya memiliki jarak interval waktu yang sama. Pengujian
penetrasi yang terlalu awal akan menghasilkan terlalu banyak titik-titik data sebelum pengikatan awal.
Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya ketelitian perkiraan waktu pengikatan akibat penyimpangan
titik-titik yang paling tepat ketika analisis regresi digunakan untuk menganalisis data-data ketahanan
penetrasi.

9.5 Buatlah grafik hasil pengujian dengan menggunakan salah satu prosedur alternatif
berikut ini untuk memperoleh waktu pengikatan (lihat Catatan 6). Lampiran A.1
menggambarkan aplikasi tentang prosedur ini.

CATATAN 6 - Grafik ketahanan penetrasi terhadap waktu memberikan informasi kecepatan


pengikatan. Grafik tersebut dapat digunakan untuk menentukan waktu untuk pengujian penetrasi
berikutnya dan dapat membantu dalam mengidentifikasi hasil percobaan yang salah/meragukan. Oleh
karena itu, direkomendasikan supaya data dibuat dalam grafik selama data tersebut diakumulasi.

9.5.1 Gunakan prosedur membuat grafik berikut ini untuk menentukan waktu pengikatan
dengan membuat kurva yang halus dengan menggunakan cara manual melalui data-data
tersebut. Siapkan suatu grafik ketahanan penetrasi sebagai ordinat terhadap waktu sebagai
absis, kemudian dengan menggunakan skala tertentu mencapai 3,5 MPa (500 psi) dan 1 jam
diwakili oleh suatu jarak minimal 15 mm. Buat grafik nilai-nilai dari ketahanan penetrasi
sebagai fungsi dari waktu tempuh.

9.5.2 Gunakan prosedur membuat grafik berikut ini untuk menentukan waktu pengikatan
menggunakan analisis regresi linear dari data logaritma dengan alat bantu hitung yang
sesuai. Gunakan kertas milimeter blok atau kertas grafik log, siapkan suatu grafik dari
ketahanan penetrasi sebagai ordinat, terhadap waktu tempuh dalam menit sebagai absis.
Batasan ketahanan penetrasi pada ordinat harus bertambah dari 0,1 MPa sampai dengan
6 dari 20
© BSN 2012
” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “
SNI ASTM C403/C403M:2012

100 MPa dan batasan waktu tempuh dalam absis harus bertambah dari 10 menit sampai
dengan 1000 menit. Jika campuran yang lambat mengeras digunakan, batas waktu mungkin
bisa 100 menit sampai dengan 10 000 menit. Gambar grafik nilai-nilai dari ketahanan
penetrasi sebagai suatu fungsi dari waktu tempuh.

9.5.3 Gunakan prosedur berikut ini jika menggunakan komputer untuk membuat grafik
hasil pengujian dan memperoleh waktu pengikatan dengan analisis regresi data. Selama
hasil pengujian diperoleh, masukan waktu dan ketahanan penetrasi ke dalam komputer dan
buat grafik ketahanan penetrasi tersebut sebagai ordinat dan waktu tempuh sebagai absis.
Untuk perangkat lunak yang hanya dapat melakukan analisis regeresi linear, konversikan
data tersebut menjadi logaritma. Data yang telah dikonversi akan sesuai dengan suatu garis
lurus (lihat Persamaan 1).

Log (PR)  a  b Log (t) ....................................................................................... (1)


Keterangan:
PR adalah ketahanan penetrasi (penetration resistance)
t adalah waktu tempuh
a dan b adalah konstanta regresi

Data tidak harus dikonversi jika perangkat lunak yang digunakan dapat melakukan
penyesuaian langsung ke dalam fungsi pangkat (polynomial) berikut (lihat
Persamaan 2).

PR  ct d ............................................................................................................. (2)
Keterangan:
c dan d adalah konstanta regresi

9.5.4 Prosedur-prosedur 9.5.2 dan 9.5.3 berasumsi bahwa data tersebut merujuk ke
Persamaan (1) atau Persamaan (2). Lakukan verifikasi bahwa data tersebut merujuk ke
salah satu persamaan yang ada. Jika koefisien korelasi untuk analisis regresi setelah data
outliers dikeluarkan (lihat Catatan 7), kurang dari 0,98 gunakan prosedur sesuai 9.5.1.

10 Perhitungan

10.1 Untuk masing-masing variabel yang sedang diuji, buat grafik secara terpisah dari tiga
kali atau lebih hasil pengujian waktu pengikatan. Untuk masing-masing grafik yang disiapkan
berdasarkan prosedur pertama menurut 9.5.1, buat sebuah kurva halus menggunakan
tangan ke titik-titik data. Untuk masing-masing grafik yang disiapkan berdasarkan prosedur
kedua menurut 9.5.2 atau ketiga menurut 9.5.3, gunakan metode kuadrat terkecil (least
squares) untuk memperoleh konstanta hubungan terbaik menurut Persamaan 1 atau
Persamaan 2 yang dapat diterapkan. Abaikan titik-titik data outlier yang jelas terlihat dari
kecenderungan yang digambarkan oleh titik-titik data lainnya (lihat Catatan 7).

CATATAN 7 – Outlier mungkin terjadi karena faktor-faktor berikut: gangguan akibat partikel yang
lebih besar di dalam mortar; terdapat rongga udara yang besar dalam area penetrasi; gangguan
akibat pengujian penetrasi sebelumnya; kegagalan untuk mempertahankan alat tegak lurus dengan
permukaan uji selama penetrasi; kesalahan dalam membaca beban; variasi kedalaman penetrasi atau
variasi tingkat pembebanan. Pertimbangan operator diperlukan untuk mengidentifikasi titik-titik yang
tidak boleh dimasukkan ke dalam analisis data.

10.2 Tentukan waktu pengikatan awal dan pengikatan akhir untuk masing-masing grafik
sebagai waktu ketika ketahanan penetrasi sama dengan 3,5 MPa (500 psi) dan 27,6 MPa
7 dari 20
© BSN 2012
” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “
SNI ASTM C403/C403M:2012

(4000 psi). Untuk grafik yang dibuat berdasarkan prosedur pertama menurut 9.5.1, tentukan
waktu pengikatan dengan melakukan pemeriksaan visual terhadap kurva yang telah
digambarkan. Untuk grafik yang dibuat berdasarkan prosedur kedua menurut 9.5.2 atau
ketiga menurut 9.5.3, tentukan waktu pengikatan dengan interpolasi menggunakan
persamaan regresi yang terbaik. Catat waktu pengikatan dalam jam dan menit sampai
dengan 5 menit terdekat.

10.3 Untuk masing-masing variabel yang sedang diperiksa, hitung waktu pengikatan awal
dan akhir sebagai nilai rata-rata dari setiap hasil pengujian individual. Catat waktu rata-rata
dalam jam dan menit sampai dengan 5 menit terdekat.

11 Pelaporan

11.1 Data campuran beton

Laporkan informasi campuran beton berikut ini :

11.1.1 Merek dan tipe bahan semen, jumlah (massa) bahan semen, agregat halus dan
agregat kasar per meter kubik beton, ukuran maksimum nominal agregat, dan faktor air
semen.

11.1.2 Nama, jenis dan jumlah bahan tambah (admixture) yang digunakan.

11.1.3 Kandungan udara beton segar dan metode pengukurannya.

11.1.4 Slump beton

11.1.5 Temperatur mortar setelah penyaringan.

11.1.6 Catatan temperatur sekitarnya selama pengujian berlangsung.

11.1.7 Tanggal pengujian.

11.2 Hasil waktu pengikatan – Laporkan informasi hasil dari pengujian waktu pengikatan

11.2.1 Grafik ketahanan penetrasi terhadap waktu untuk setiap pengujian waktu pengikatan.

11.2.2 Waktu pengikatan awal dan akhir dilaporkan dalam jam dan kelipatan 5 menit yang
paling mendekati.

11.2.3 Rata-rata waktu pengikatan awal dan akhir untuk masing-masing kondisi pengujian
dilaporkan dalam jam dan ke 5 menit terdekat.

8 dari 20
© BSN 2012
” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “
SNI ASTM C403/C403M:2012

12 Ketelitian dan penyimpangan

12.1 Data yang digunakan untuk mengembangkan pernyataan ketelitian tersebut telah
diperoleh dengan menggunakan satuan inchi-pound dalam metode pengujian ini. Perkiraan
waktu pengikatan telah ditentukan oleh kedua metode grafik dan analisis regresi. Suhu di
laboratorium, dimana campuran beton yang telah disaring dan menghasilkan fraksi mortar
terukur untuk ketahanan penetrasi harus terjaga pada 23°C ± 1°C (73°F ± 2°F) selama
pengujian round robin berlangsung.

12.2 Nilai-nilai ketelitian tersebut telah ditetapkan dari studi5 laboratorium yang menyertakan
lima operator dan tiga campuran beton. Rata-rata waktu pengikatan awal bervariasi antara
169 sampai 252 menit. Dan rata-rata waktu pengikatan akhir berkisar antara 240 sampai 341
menit. Tiga penentuan replikasi dibuat oleh masing-masing operator pada contoh uji yang
terbuat dari satu wadah dari setiap campuran.

12.3 Ketelitian operator tunggal – Deviasi standar operator tunggal dari hasil pengujian
tunggal di tunjukan pada tabel 1A. Hasil dari dua pengujian yang dilakukan oleh operator
yang sama, hasilnya tidak boleh lebih dari nilai-nilai yang ditunjukan pada kolom ketiga dari
tabel 1A. Metode pengujian dibutuhkan untuk melaporkan tiga hasil pengujian. Kisaran
(perbedaan tertinggi dan terendah) dari tiga hasil pengujian diperoleh dari operator pada
benda uji yang sama dari wadah beton yang sama, hasilnya tidak boleh melebihi dari nilai-
nilai yang ditunjukan pada kolom ke empat dari tabel 1B.

12.4 Ketelitian multi operator – Deviasi standar multi operator dari hasil pengujian tunggal di
tunjukan pada tabel 2A. Hasil dari dua pengujian yang dilakukan oleh operator yang berbeda
pada material yang sama tidak diharapkan hasilnya berbeda lebih dari nilai-nilai yang
ditunjukan pada kolom ke tiga dari tabel 2A. Rata-rata dari tiga hasil pengujian yang
dilakukan oleh dua operator yang berbeda pada benda uji yang diperoleh dari satu wadah
beton yang sama tidak diharapkan hasilnya berbeda lebih dari nilai pada kolom empat dari
tabel 2B.

Tabel 1 - Ketelitian operator tunggal

Batas perbedaan Batas kisaran


Waktu Deviasi
antara dua hasil dari tiga hasil
Pengikatan standar B
uji A uji
Awal 3,5 9,8 11,4
Akhir 4,4 12,5 14,6
A
Jumlah ini mewakili masing-masing dari batas (1s) dan (d2s) seperti yang telah di
jelaskan dalam praktik C 670.
B
Perhitungan pada seksi “Batas kisaran dari tiga hasil uji” seperti yang dijelaskan
pada praktik C670.

Tabel 2 - Ketelitian multi operator

Batas perbedaan Batas rata-rata


Waktu Deviasi
antara dua hasil dari tiga hasil
Pengikatan standar A B
uji uji
Awal 6,9 19,4 11,1
Akhir 10,1 28,7 16,4
A
Jumlah ini mewakili masing-masing dari batas (1s) dan (d2s) seperti yang telah di
jelaskan dalam praktik C 670.

9 dari 20
© BSN 2012
” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “
SNI ASTM C403/C403M:2012

B
Perhitungan pada seksi “ketelitian multi laboratorium yang dinyatakan sebagai suatu
perbedaan maksimum yang diijinkan di antara dua rata-rata ” seperti yang dijelaskan
pada praktik C670.

12.5 Penyimpangan dari metode pengujian ini tidak dapat ditentukan karena waktu
pengikatan hanya dapat didefinisikan dalam ketentuan metode pengujian.

13 Kata kunci

13.1 Beton; mortar; ketahanan penetrasi; waktu pengikatan awal; waktu pengikatan akhir.

10 dari 20
© BSN 2012
” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “
SNI ASTM C403/C403M:2012

Lampiran A
(informatif)
Contoh ilustratif

A.1 Data ketahanan penetrasi (PR) dan waktu tempuh (t) pada Tabel A.1 akan digunakan
untuk mengilustrasikan prosedur-prosedur untuk menentukan waktu pengikatan.

A.2 Penggambaran kurva secara manual

Gambar A.1 merupakan grafik nilai dari ketahan penetrasi terhadap waktu tempuh
pada tabel1. Kurva halus tersebut digambar dengan tangan menggunakan kurva yang
fleksibel. Kurva tersebut digambar agar mencapai kesesuaian visual yang terbaik
terhadap data. Catat bahwa ketahanan penetrasi pada waktu sekitar 335 menit
merupakan outlier yang jelas, dan titik ini diabaikan dalam menggambar kurva (best fit
curve). Garis horizontal digambar pada nilai ketahanan penetrasi 3,5 MPa (500 psi)
dan 27,6 MPa (4000 psi). Pertemuan dari garis horizontal dengan kurva
menggambarkan waktu pengikatan awal dan akhir, yang pada hal ini secara berturut-
turut adalah 289 menit dan 389 menit.

A.3 Analisis regresi

Gambar 2 adalah suatu grafik skala log dari nilai-nilai ketahanan penetrasi terhadap
waktu. Grafik tersebut menunjukan bahwa, kecuali outlier, terdapat kira-kira suatu
hubungan garis lurus antara logaritma ketahanan penetrasi dan waktu. Garis lurus
tersebut diperoleh dengan analisis regresi linear menggunakan logaritma yang
ditunjukkan pada kolom ketiga dan kolom ke empat dari Tabel A.1. Persamaan garis
ditunjukan sebagai berikut :

Log ( PR )  14,196  6,871 Log (t ) Pers.L1

Keterangan :
PR adalah ketahanan penetrasi
t adalah waktu tempuh

koefisien korelasi tersebut adalah 0,999. Oleh karena itu dapat diterima untuk
digunakan dalam analisis regresi linear.

A.4 Untuk memperoleh waktu pengikatan, persamaan L1 dapat ditulis ulang sebagai
berikut :

Log ( PR )  14,196
Log (t )  Pers.L2
6,871

A.5 Untuk waktu pengikatan awal, ganti PR menjadi angka (500) :

Log (500 )  14,196 2,699  14,96


Log (t )    2,458 Pers.L3
6,871 6,871

11 dari 20
© BSN 2012
” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “
SNI ASTM C403/C403M:2012

Tabel A.1 – Contoh ketahanan penetrasi (psi)

Ketahanan
penetrasi Waktu (t) Log(PR) Log(t)
(PR) (menit)
(psi)
(1) (2) (3) (4)
44 200 1,643 2,301
110 230 2,041 2,362
216 260 2,334 2,145
540 290 2,732 2,462
1000 320 3,000 2,505
1000 335 3,000 2,525
2000 350 3,301 2,544
2560 365 3,408 2,562
3520 380 3,547 2,580
4440 395 3,647 2,597

Catatan :
- 1 MPa = 1 psi x 0,00689

5000

4500
Pengikatan Akhir
4000

3500
Ketahanan Penetrasi,psi

3000

2500

2000

1500

1000 outlier
Pengikatan Awal
500

0
287 389
180 210 240 270 300 330 360 390 420
Waktu , menit

Gambar A.1 – Contoh grafik nilai ketahanan penetrasi terhadap waktu dan kurva yang
digunakan untuk menentukan waktu pengikatan
12 dari 20
© BSN 2012
” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “
SNI ASTM C403/C403M:2012

10000

4000 Pengikatan Akhir

1000 outlier
Ketahanan Penetrasi, psi

500 Pengikatan Awal

100

10
100 287 389 1000

Waktu , menit

Gambar A.2 – Contoh grafik skala log yang menunjukan garis lurus untuk menentukan
waktu pengikatan menggunakan analisis regresi

Keterangan:
t adalah (10)2.458 = 287 menit

A.6 Untuk waktu pengikatan akhir, ganti PR menjadi angka 4000

Log ( 4000 )  14,196 3,602  14,196


Log (t )    2,590 Pers.L4
6,871 6,871
Keterangan:
t adalah (10)2.590 = 389 menit

13 dari 20
© BSN 2012
” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “
SNI ASTM C403/C403M:2012

A.7 Dengan cara yang sama berikut ini contoh ketahanan penetrasi dalam satuan SI
(MPa).

Tabel A.2 – Contoh ketahanan penetrasi (MPa)

Ketahanan
penetrasi Waktu (t) Log(PR) Log(t)
(PR) (menit)
(MPa)
(1) (2) (3) (4)

0,30 200 -0,518 2,301

0,76 230 -0,120 2,362

1,49 260 14 0,173 2,415

3,72 290 0,571 2,462

6,89 320 0,838 2,505

6,89 335 0,838 2,525

13,78 350 1,139 2,544

17,64 365 1,246 2,562

24,25 380 1,385 2,580

30,59 395 1,486 2,597

35.00

30.00
Pengikatan Akhir
27.6
25.00
Ketahanan Penetrasi,MPa

20.00

15.00

10.00

outlier
5.00 Pengikatan Awal
3,5

0.00
287 389
180 210 240 270 300 330 360 390 420
Waktu , menit

Gambar A.3 – Contoh grafik nilai ketahanan penetrasi terhadap waktu dan kurva yang
digunakan untuk menentukan waktu pengikatan
14 dari 20
© BSN 2012
” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “
SNI ASTM C403/C403M:2012

100.00

Pengikatan Akhir
27.6

10.00
Ketahanan Penetrasi, MPa

outlier
Pengikatan Awal
3,5

1.00

0.10
100 287 389 1000

Waktu , menit

Gambar A.4 – Contoh grafik skala log yang menunjukan garis lurus untuk menentukan
waktu pengikatan menggunakan analisis regresi

15 dari 20
© BSN 2012
” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “
SNI ASTM C403/C403M:2012

Lampiran B
(Informatif)
Istilah dan definisi

Istilah dan definisi yang berkaitan dengan standar ini berdasarkan ASTM C 125 adalah
sebagai berikut,

B.1
admixture
sebagai Material selain dari air, agregat, semen hidrolis (hydraulic cemetitious material), dan
fiber reinforcement, yang digunakan sebagai bagian dari campuran bersifat semen, untuk
memodifikasi sifat-sifat segarnya, sifat waktu pengikatannya, atau sifat lainnya dalam
keadaan telah mengeras yang ditambahkan kedalam campuran sebelum atau selama
pencampuran beton,

B.2
agregat
material berbutir, seperti pasir, kerikil, batu pecah, atau besi terak tanur tinggi, yang
digunakan dengan semen untuk membentuk beton semen hidrolik atau mortar,

B.3
beton
suatu material gabungan yang terdiri dari bahan dasar partikel atau fragment dari agregat
yang saling mengikat satu sama lain, bahan pengikat dibentuk dari suatu campuran semen
hidrolis dan air,

B.4
beton segar
beton yang memiliki cukup baik dalam pelekasanaannya sehingga dapat ditempatkan dan
digabungkan dengan Metode yang diharapkan,

B.5
bliding/bleeding
arus air yang autogenous atau yang muncul dari dalam campuran beton atau mortar yang
disebabkan oleh penurunan dari massa material padat atau disebut juga tambahan air,

B.6
campuran bersifat semen
suatu campuran (mortar, beton, atau grout) yang mengandung semen,

B.7
curing
suatu tindakan untuk memelihara kondisi kelembaban dan temperature dalam suatu
campuran semen untuk mengijinkan terjadi reaksi hidrasi semen hidrolis dan (jika dapat
diterapkan) terjadi rekasi pozzolanic sehingga property yang berpotensi dalam campuran
dapat berkembang,

B.8
graut/grout
suatu campuran semen, dengan atau tanpa bahan tambah (admixture) yang digunakan
untuk mengisi rongga,

16 dari 20
© BSN 2012
” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “
SNI ASTM C403/C403M:2012

B.9
kandungan udara/kadar udara
volume dari rongga udara yang ada didalam pasta semen, atau beton, tidak termasuk ruang
pori didalam partikel agregat, biasanya dinyatakan dalam persentase dari volume total dari
pasta, mortar, atau beton,

B.10
konsistensi/kekentalan (dari beton segar, mortar, atau graut)
mobilitas yang relatif atau kemampuan untuk mengalir,

B.11
material bersifat semen hidrolis (hydraulic cementitious materials)
suatu material anorganik atau suatu campuran dari material anorganik yang tidak tersusun
dan dapat meningkat kekuatannya oleh reaksi kimia dengan air oleh pembentukan hidrat
dan mampu bekerja pada rendaman air,

B.12
outlier
data yang nilainya berada di luar rata-rata data lain dengan sangat jelas,

B.13
pengikatan/setting
suatu proses reaksi kimia yang terjadi setelah penambahan campuran air yang
mengakibatkan peningkatan kekakuan dari campuran semen,

B.14
penyerapan
suatu proses meresapnya cairan melalui pori-pori kedalam benda padat, juga dapat
meningkatkan massa dari hasil penyerapan benda padat dari penetrasi cairan kedalam pori-
pori,

B.15
round robin test
pengujian yang dilakukan secara independen/terpisah yang dilakukan dalam beberapa kali,
Hal ini dapat melibatkan beberapa ilmuwan dalam melakukan pengujian tersebut dengan
menggunakan metode yang sama dalam suatu peralatan yang berbeda, atau berbagai
macam metode dan peralatan yang berbeda,

B.16
rongga udara
ruang dalam pasta semen, mortar, atau beton yang terisi dengan udara yang terjebak
didalamnya dengan karakteristik lebar 1 mm atau lebih, tidak beraturan, mempunyai
diameter antara 10 µm sampai dengan 1000 µm berbentu seperti bola, dan begitu dekat,

B.17
semen hidrolis
suatu semen yang dapat mengikat dan mengeras oleh reaksi kimia dengan air dan dapat
bekerja didalam air,

B.18
waktu pengikatan/setting time
waktu tempuh dari penambahan air kedalam campuran semen sampai campuran tersebut
mencapai tingkat kekakuan yang ditetapkan selama terukur oleh prosedur yang spesifik

17 dari 20
© BSN 2012
” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “
SNI ASTM C403/C403M:2012

Lampiran C
(normatif)
Formulir Metode uji waktu pengikatan campuran beton dengan ketahanan
penetrasi

(KOP instansi)

No, Pengujian
Merk/Tipe Semen :
Jumlah Contoh :
Jenis Admixture :
Nilai Slump :
Diuji Tanggal :
Diuji oleh :
Diperiksa oleh :

Pengujian dilaksanakan sesuai dengan Metode Uji SNI ASTM C403:2012

Nomor Ukuran Waktu (t) Beban Temperatur Ketahanan


Keterangan
uji jarum (mm²) (menit) (N) (°C) penetrasi (MPa)
1
2
3
4
5
6
7
8
9

CATATAN LAIN :

Bandung,

Mengetahui, Teknisi Lab,


Penyelia

(................................) (.................................)

18 dari 20
© BSN 2012
” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “
SNI ASTM C403/C403M:2012

Lampiran D
(informatif)
Contoh isian formulir Metode uji waktu pengikatan campuran beton dengan
ketahanan penetrasi
B A D A N P E N E L I T I A N D A N P E N G E M B A N G A N
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN
B A L A I J E M B A T A N D A N B A N G U N A N P E L E N G K A P J A L A N
Jalan A.H Nasution No.264 Kotak Pos 2 Ujungberung Telp. (022) 7811884 Fax. (022) 7811884 Bandung 40294 e-mail:pusjal@melsa.net.id

No, Pengujian
Merk/Tipe Semen : Semen Gresik / Tipe I
Jumlah Contoh : 1 Buah
Jenis Admixture :
Nilai Slump :
Diuji Tanggal : 11 Maret 2012
Diuji oleh : Sopian Hadi R,, A,Md
Diperiksa oleh : Rulli Ranastra, ST,, MT

Pengujian dilaksanakan sesuai dengan Metode Uji SNI ASTM C403:2012

Nomor Ukuran Waktu (t) Beban Temperatur Ketahanan


Keterangan
uji jarum (mm²) (menit) (N) (°C) penetrasi (MPa)
1 645 15 99,975 28 0,155
2 645 45 339,915 28 0,527
3 645 75 601,14 28 0,932
4 323 105 645,031 28 1,997
5 323 135 726,75 28 2,250
6 161 165 905,625 28 5,625
7 65 195 648,96 28 9,984
8 32 225 674,944 28 21,092
9 16 255 818,928 28 51,183

CATATAN LAIN :

19 dari 20
© BSN 2012
” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “
SNI ASTM C403/C403M:2012

Pengikatan Akhir
27.6

Pengikatan Awal
3.5
148 232

Waktu untuk Pengikatan awal : 148 menit = 2 jam 30 menit (pembulatan),

Waktu untuk Pengikatan akhir: 232 menit = 3 jam 50 menit (pembulatan),

Gambar D.1 – Contoh grafik pengujian waktu pengikatan beton

Bandung, Maret 2012,

Mengetahui,
Penyelia Teknisi Lab,

(Rulli Ranastra, ST.,MT) (Sopian Hadi R, A,Md)

20 dari 20
© BSN 2012
” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

© BSN 2012
 
” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

BADAN STANDARDISASI NASIONAL - BSN


Gedung Manggala Wanabakti Blok IV Lt. 3,4,7,10
Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan Jakarta 10270
Telp: 021- 574 7043; Faks: 021- 5747045; e-mail : bsn@bsn.go.id

© BSN 2012

Anda mungkin juga menyukai