Kenali Benign Prostatic Hyperplasia, Pembesaran Prostat Jinak pada Pria
Oleh: dr. Nyoman Gede Trisna Anandita
Seiring dengan berjalannya waktu, tubuh akan mengalami perubahan yang
ditimbulkan dari adanya proses degenerasi. Salah satu dampak proses degenerasi ini adalah terjadinya kemunduran atau penurunan fungsi organ. Proses ini dapat terjadi di organ manapun, tidak terkecuali pada organ vital tubuh seperti prostat. Kelenjar prostat memiliki peran khusus dan hanya terdapat pada pria. Dengan adanya penambahan usia, ukuran prostat dapat mengalami pembesaran yang disebut dengan Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak. Umumnya BPH terjadi pada pria yang berusia lebih dari 50 tahun dan kondisi ini dapat menyebabkan situasi yang tidak nyaman khususnya saat berkemih. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya penekanan pada uretra sehingga dapat terjadi penurunan volume urin yang dikeluarkan dan bahkan timbul kondisi urin yang menetes. Umumnya gejala awal BPH adalah aliran urin yang melambat dengan perasaan berkemih yang tidak tuntas. Semakin besar pertumbuhan kelenjar prostat, maka penekanan uretra akan semakin besar dan mendorong kandung kemih untuk mengeluarkan urin sehingga otot kandung kemih menjadi sensitif dan rasa ingin buang air kecil pun akan sering muncul. Persentase angka kejadian BPH memiliki peningkatan seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Pada pria dengan usia 60 tahun ke atas, kondisi BPH dapat terjadi sekitar 70% dan mengalami peningkatan hingga lebih dari 90% pada pria yang berusia 80 tahun ke atas. Penyakit BPH menempati posisi kedua sebagai penyakit tersering yang terjadi pada bidang urologi di Indonesia setelah penyakit batu pada saluran kemih dan angka kejadiannya sebanyak 9,2 juta kasus yang diantaranya adalah pria yang berusia lebih dari 60 tahun. Penyakit BPH dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti merokok dan minum alkohol yang merupakan bagian dari gaya hidup yang tidak sehat sehingga mempengaruhi hormon testosteron pada tubuh. Studi penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pria yang melakukan olahraga secara teratur dapat menurunkan risiko terjadinya BPH pada pria. Olahraga yang baik dilakukan minimal 3 kali dalam seminggu selama 30 menit dan dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti senam atau bersepeda. Olahraga dapat meningkatkan hormon testosteron dan menurunkan kadar dehidrotestosterone (DHT) yang berperan dalam pembesaran kelenjar prostat. Oleh karena itu, penerapan gaya hidup sehat berupa olahraga teratur 3-5 kali dalam seminggu selama 30 menit serta menghindari perilaku tidak sehat seperti merokok dan meminum alkohol memiliki peran yang penting dalam menurunkan risiko terjadinya pembesaran prostat jinak atau BPH pada pria. REFERENSI :
1. Abedi A. Incidence prostate cancer: a 10-year review of a tertiary center, Tehran,
Iran. Dove Med Press. 2018; 10: 1-6. 2. Corwin. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media; 2009 3. Amadea R, Langitan A, Wahyuni R. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH). Journal Medical Profession (MedPro). 2019; 1(2): 172-176. 4. Adelia F, Monoarfa A, Wagiu A. Gambaran Benigna Prostat Hiperplasia di RSUD Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Januari 2014- Juli 2017. Hlm 3. 5. Nurmariana. 2013. Gambaran Karakteristik Dan Tingkat Keparahan Obstruksi Pasien Benign Prostatic Hyperplasia (Bph) Di Rsu Dr. Soedarso Pontianak Tahun 2013. Prodi pendidikan dokter. 6. Setyawan B, Saleh I, Arfan I. Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian Benign Prostate Hyperplasia (Studi Di RSUD Dr. Soedarso Pontianak). 2017. Fakultas Kesehatan Masyarakat.