BAB V
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
BAB V
Penduduk Kabupaten Boyolali
Assalamualaikum wr.wb
2. Pendidikan Penduduk
Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai
dan kemauan yang dikembangkan. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap
perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang lebih
tinggi akan memudahkan sesorang atau masyarakat untuk menyerap informasi
dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari,
khususnya dalam hal kesehatan. Pendidikan formal membentuk nilai bagi
seseorang terutama dalam menerima hal baru. Secara keseluruhan lulusan
Perguruan Tinggi/D-IV dan Akademi/Diploma di Kabupaten Boyolali cukup
merata, dengan lulusan terbanyak ada di Kecamatan Teras. Tingkat kualitas
pendidikan yang cukup tinggi telah menunjukkan bahwa kesadaran
masyarakat akan pendidikan cukup tinggi. Hal ini dapat kita lihat dari
kuantitas jumlah lulusan perguruan tingg maupun diploma yaitu masing-
masing sebanyak 22.921 jiwa (3%) dan 22.684 (3%). Selengkapnya kondisi
mengenai perkembangan tingkat pendidikan masyarakat di Kabupaten
Boyolali dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL JUMLAH PENDUDUK KABUPATEN BOYOLALI MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN
TAHUN 2013
No. Kecamatan PT/DIV Akademi/ SLTA SLTP SD Tidak / Jumlah
Diploma Belum
Tamat SD
1 Selo 110 100 1.353 3.008 10.907 9.888 25.366
2 Ampel 272 161 188 3.168 22.522 32.376 58.687
3 Cepogo 971 567 6.607 7.646 21.621 12.326 49.738
4 Musuk 692 697 4.497 6.338 19.970 25.145 57.339
5 Boyolali 2.597 2.091 14.805 11.166 13.697 11.992 56.348
6 Mojosongo 1.231 1.762 8.654 8.655 16.230 12.279 48.811
7 Teras 8.313 7.049 9.088 6.506 8.905 7.034 46.895
8 Sawit 736 794 6.355 5.909 9.044 7.980 30.818
9 Banyudono 902 915 7.545 8.650 12.465 12.116 42.593
10 Sambi 695 744 8.316 10.604 12.934 12.221 45.514
11 Ngemplak 1.156 1.316 12.304 18.311 24.093 10.073 67.253
12 Nogosari 604 884 7.180 12.240 19.817 16.561 57.286
13 Simo 1.904 2.014 8.432 9.831 10.757 8.297 41.235
14 Karanggede 479 518 7.430 9.341 15.206 4.955 37.929
15 Klego 537 1.037 4.017 6.901 17.142 13.308 42.942
16 Andong 967 909 8.099 10.130 17.312 19.660 57.077
17 Kemusu 196 326 4.088 4.514 20.428 12.502 42.054
18 Wonosegoro 266 551 8.083 11.512 21.626 9.438 51.476
19 Juwangi 293 249 1.659 3.170 8.464 19.219 33.054
Jumlah 22.921 22.684 128.700 157.600 303.140 257.370 892.415
No. Kecamatan
2. Tingkat Kematian
TINGKAT KELAHIRAN DAN KEMATIAN KASAR DI KABUPATEN
BOYOLALI TAHUN 2014
Crude Birth Rate and Crude Death Rate of Boyolali 2014
Kecamatan Penduduk Tingkat Tingkat
pertengahan Kelahiran Kematian
tahun per seribu per seribu
penduduk penduduk
3. Mobilitas Penduduk
Mobilitas penduduk adalah gerak perpindahan penduduk dari satu unit
geografis (wilayah) ke dalam unit geografis lainnya. Gejala mobilitas
penduduk merupakan gejala alamiah yang terjadi sebagai respon manusia
terhadap situasi dan kondisi yang sedang dihadapi. Misalnya, desakan
ekonomi, situasi politik, kebutuhan pendidikan, gangguan keamanan,
terjadinya bencana alam di daerah asal, ataupun alasan-alasan sosial lainnya.
• Teori Mobilitas Penduduk
Ravenstein, seorang ahli kependudukan dari Inggris, mengemukakan
pemikiran-pemikiran tentang mobilitas penduduk yang dikenal
dengan Hukum Migrasi (The Law of Migration) pada tahun 1889. Inti dari
konsep pemikiran Ravenstein adalah sebagai berikut.
1. Migrasi dan jarak
• Para migran banyak yang hanya menempuh jarak dekat dan
jumlah migran di daerah asal makin menurun karena makin
jauhnya jarak yang ditempuh.
• Migran yang menempuh jarak jauh pada umumnya cenderung
menuju ke pusat-pusat perdagangan dan industri yang penting.
2. Migrasi bertahap
• Pada umumnya terjadi suatu perpindahan penduduk berupa arus
migrasi terarah ke pusat-pusat industri dan perdagangan penting
yang dapat menyerap para migran sebagai tenaga kerja.
• Penduduk daerah pedesaan yang berbatasan langsung dengan kota
yang tumbuh cepat, cenderung berbondong-bondong menuju ke
kota tersebut. Sedangkan jumlah penduduk yang pergi sebagai
akibat migrasi di pedesaan yang berbatasan tersebut akan
digantikan oleh para migran dari daerah-daerah yang jauh
terpencil.
3. Arus dan arus balik
Setiap arus migrasi utama menimbulkan arus balik sebagai
penggantinya.
4. Terdapat berbagai perbedaan antara desa dan kota
Adanya kecenderungan penduduk untuk migrasi, artinya bahwa
penduduk kota lebih sedikit bermigrasi jika dibandingkan dengan
penduduk daerah-daerah perdesaan.
5. Kebanyakan wanita lebih suka bermigrasi ke daerah-daerah yang dekat
Ternyata para wanita melakukan perpindahan ke daerah yang dekat
ternyata lebih besar jumlahnya jika dibandingkan kaum laki-laki,
sedangkan jumlah migran ke wilayah yang jaraknya jauh cenderung
dilakukan oleh laki-laki.
6. Teknologi dan migrasi
Semakin meningkatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi terutama dalam sektor transportasi serta perkembangan
industri dan perdagangan, berpengaruh terhadap peningkatan arus
migrasi.
7. Motif ekonomi
Keinginan untuk memperbaiki kehidupannya dalam bidang ekonomi
(kebutuhan material) menjadi dorongan utama dan yang paling banyak
para migran melakukan perpindahan.