Anda di halaman 1dari 11

PERAN KEPALA PUSKESMAS DALAM PENGEMBANGAN UKBM DI

KABUPATEN PURBALINGGA
(Role of Puskesmas Leader in Development of UKBM
in Purbalingga District)
Aryo Ginanjar1, Arih Diyaning Intiasari2, dan A. R Siswanto Budi Wiyoto2

Naskah masuk: 14 Desember 2015, Review 1: 16 Desember 2015, Review 2: 16 Desember 2015, Naskah layak terbit: 5 Januari 2016

ABSTRAK
Latar Belakang: Pelaksanaan Fungsi Puskesmas sebagai Pusat Pemberdayaan Masyarakat dijalankan melalui
pengembangan Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) di wilayah kerja Puskesmas. Tujuan penelitian
yaitu untuk mengetahui peran Kepala Puskesmas di Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah dalam pelaksanaan
fungsi Puskesmas sebagai Pusat Pemberdayaan Masyarakat melalui pengembangan UKBM. Peran Kepala Puskesmas
yang diteliti adalah pada aspek motivasi, komunikasi, kepemimpinan, pengarahan, pengawasan dan supervisi. Metode:
Subyek penelitian utama adalah 7 orang Kepala Puskesmas di Kabupaten Purbalingga. Subyek penelitian pendukung
adalah 7 orang Petugas Penyuluh Kesehatan Masyarakat di 7 Puskesmas di Kabupaten Purbalingga dan 1 orang dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga yaitu Kepala Seksi Pemberdayaan dan Promosi Kesehatan. Jenis penelitian
yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan data kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah dengan
wawancara mendalam, pengamatan dan telaah dokumen. Instrumen penelitian adalah peneliti sebagai instrumen pokok,
pedoman wawancara, alat perekam suara dan perekam gambar. Hasil: Hasil wawancara mendalam, pengamatan dan
telaah dokumen menunjukkan pemahaman Kepala Puskesmas di Kabupaten Purbalingga mengenai fungsi Puskesmas
sebagai Pusat Pemberdayaan Masyarakat merupakan penerapan Paradigma Sehat melalui sarana berupa UKBM
sebagai wujud peran serta aktif masyarakat dalam pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Peran Kepala Puskesmas di Kabupaten Purbalingga pada aspek motivasi, komunikasi, pengarahan
dan pengawasan dalam pengembangan UKBM telah dijalankan dengan baik. Peran pada aspek kepemimpinan diterapkan
dengan kombinasi gaya kepemimpinan demokratis dan otoriter. Kesimpulan: Perbedaan peran antara Kepala Puskesmas
yang berlatar belakang medis dan nonmedis ditemukan dalam aspek supervisi. Supervisi tidak dijalankan dengan baik oleh
Kepala Puskesmas dengan latar belakang medis yang memiliki jabatan ganda sebagai pejabat struktural dan fungsional.
Saran: Dinas Kesehatan perlu melakukan pembinaan SDM di Puskesmas yang memiliki pimpinan dengan beban tugas
ganda sehingga peran supervisi belum dijalankan dengan optimal.

Kata kunci: Peran Kepala Puskesmas, fungsi Puskesmas, pengembangan UKBM

ABSTRACT
Background: Implementation of Puskesmas function as the center of society empowerment was done through the
development of UKBM in work region of Puskesmas. This research aims to know the role of Puskesmas leader in Purbalingga
District, Central Java Province in the implementation of Puskesmas function as the the center of society empowerment
through development of UKBM. Role of Puskesmas leader that were analyzed in this research were role of motivation,
communication, leadership, guidance, observation and supervision. Methods: The mainsubject of this research were
7 leaders of Puskesmas in Purbalingga District. The supporting subject were 7 people worked as Health Promotor in 7
Puskesmas and 1 person worked as Head of Society Empowerment and Health Promotion Divition Purbalingga District.
Research type is descriptive with qualitative approach. Results of indepth interview, observation, and document analysis
showed that the knowledgeof the Puskesmas leader in Purbalingga District concerning Puskesmas function as the center of
society empowrement represent the Health Paradigm through facilities in the form of UKBM as the active participation from
society to increase health degree of Indonesian society. Results: The role of Puskesmas leader in aspects of motivation,

1 Loka Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) Ciamis, Balitbangkes Kemenkes RI, Jl. Raya Pangandaran Km. 3,
Pangandaran, Jawa Barat,
Email: ginanjar88@gmail. com
2 Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman, Jl. dr. Soeparno, Karangwangkal,
Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah

21
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 19 No. 1 Januari 2016: 21–31

communication, guidance, supervise, and development of UKBM had been done well. The leadership role was applied by
the combination of Democratic and Autoritary style of leadership. The difference of the role between Puskesmas leaders
from medical background and nonmedical background was found insupervision aspect. Conclusion: Department of Health
needs to undertake human resource development in the health center which has a dual leadership with the workload so
that the role of supervision has not run optimally.

Key words: Role of Puskesmas leader, Puskesmas function, development of UKBM

PENDAHULUAN Puskesmas merupakan institusi yang paling


berperan dalam upaya Pemberdayaan Kesehatan
Visi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Masyarakat, karena salah satu fungsi dari Puskesmas
yaitu “ M asyarakat Sehat yang M andir i dan
adalah sebagai Pusat Pemberdayaan Kesehatan
Berkeadilan”. Misi untuk mewujudkan Visi tersebut
Masyarakat melalui pembinaan terhadap UKBM.
diantaranya adalah meningkatkan derajat kesehatan
UKBM yang dibina oleh Puskesmas diantaranya adalah
masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat.
Desa Siaga, Posyandu, Poliklinik Kesehatan Desa
Tujuan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
(PKD), Pos Usaha Kesehatan Kerja (UKK) serta Pos
Masyarakat sesuai dengan Visi dan Misi tersebut, yaitu
Kesehatan Pesantren (Poskestren). Perkembangan
memberdayakan individu, keluarga, dan masyarakat
dari UKBM yang dibina oleh Puskesmas merupakan
agar mampu menumbuhkan Perilaku Hidup Bersih
indikator keberhasilan fungsi Puskesmas sebagai
dan Sehat (PHBS) serta mengembangkan berbagai
Pusat Pemberdayaan Masyarakat (Trihono, 2005).
Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat
Kabupaten Purbalingga memiliki 22 Puskesmas,
(UKBM) (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
terdiri dari 11 Puskesmas rawat inap dan 11 Puskesmas
2010).
rawat jalan. Fungsi Puskesmas sebagai Pusat
Pembangunan Kesehatan di Indonesia tidak
Pemberdayaan Masyarakat di seluruh Puskesmas
ter lepas dar i upaya penc apaian M illennium
di Kabupaten Purbalingga sudah berjalan cukup
Development Goals (MDGs). Cita-cita pembangunan
baik dengan melihat dari berkembangnya UKBM
manusia mencakup semua komponen pembangunan
di Kabupaten Purbalingga. Keberhasilan fungsi
yang tujuan akhirnya ialah kesejahteraan masyarakat.
tersebut tidak lepas dari peran seorang pimpinan
Kehidupan sejahtera ditandai dengan berkurangnya
atau manajer yaitu Kepala Puskesmas, baik yang
penyakit berbahaya dan menular, masyarakat hidup
berlatar belakang pendidikan Medis maupun Non
dalam kawasan lingkungan yang lebih ramah dan
Medis (Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga,
hijau, memiliki fasilitas lingkungan dan perumahan
2009).
yang sehat, dan senantiasa mempunyai mitra dalam
Keberadaan manajer di sebuah organisasi sangat
menjaga keberlanjutannya (Badan Perencanaan
menentukan bagi maju mundurnya organisasi, begitu
Pembangunan Nasional, 2007).
pula di Puskesmas. Baik buruknya kualitas pelayanan
Kabupaten Purbalingga merupakan salah satu
Puskesmas juga sangat tergantung bagaimana
kabupaten percontohan pelaksanaan MDGs di Provinsi
kapasitas Kepala Puskesmas dalam mengelola
Jawa Tengah. Pembangunan bidang kesehatan
organisasi Puskesmas yang dipimpinnya. Pengetahuan
di Kabupaten Purbalingga menunjukkan kinerja
dan keterampilan berguna bagi seorang pimpinan untuk
yang semakin baik, bahkan telah melampaui target
dapat mengelola organisasi dengan baik dan membuat
pembangunan kesehatan secara nasional dan target
kebijakan apa yang harus organisasi lakukan (Supardi
MDGs. Angka Kematian Balita (AKABA) pada tahun
dkk, 2009). Menurut teori yang dikemukakan oleh
2012 sebesar 11 per 1.000 kelahiran hidup, sementara
Azrul Azwar, kemampuan seorang pimpinan bidang
target nasional 24 per 1.000 kelahiran hidup. Angka
kesehatan dalam menjalankan kepemimpinannya
Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2012sebesar 136
mengacu pada peran yang diterapkan pada aspek
per 100.000 kelahiran, sedang target nasional tahun
motivasi, komunikasi, kepemimpinan, pengarahan,
2014 sebesar 118 per 100.000 kelahiran. Capaian
pengawasan dan supervisi. Bagaimana peran-peran
ini memberikan kontribusi terhadap peningkatan
ini dijalankan sangat menarik untuk diteliti secara lebih
angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Upaya
mendalam sebagai masukan bagi Kepala Puskesmas
pemberdayaan kesehatan masyarakat di Kabupaten
untuk meningkatkan kapasitasnya dalam mendukung
Purbalingga masih terus diupayakan oleh seluruh
pencapaian keberhasilan fungsi Puskesmas sebagai
Puskesmas di setiap wilayah kerjanya (Dinas
Pusat Pemberdayaan Masyarakat. Oleh karena itu
Kesehatan Kabupaten Purbalingga, 2013).

22
Peran Kepala Puskesmas dalam Pengembangan UKBM (Ginanjar, dkk)

tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji peran dengan menggunakan teknik triangulasi data yaitu
Kepala Puskesmas dari aspek motivasi, komunikasi, triangulasi sumber (Moleong, 2007).
kepemimpinan, pengarahan, pengawasan dan
supervisi dalam pelaksanaan fungsi Puskesmas HASIL
sebagai pusat pemberdayaan masyarakat melalui
pengembangan UKBM di Kabupaten Purbalingga. Gambaran Lokasi Penelitian
Kabupaten Purbalingga termasuk dalam wilayah
METODE Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten
Purbalingga adalah 77.764, 122 Ha, yang terdiri dari 18
Penelitian ini adalah jenis penelitian cross Kecamatan, 224 Desa dan 15 Kelurahan. Kabupaten
sectional yang merupakan studi kasus di 7 Puskesmas Purbalingga memiliki 22 Puskesmas, yang terdiri dari
di Kabupaten Purbalingga. Pemilihan Puskesmas 11 Puskesmas rawat inap dan 11 rawat jalan (Dinas
didasarkan oleh pertimbangan peneliti agar dapat Kesehatan Kabupaten Purbalingga, 2009). Adapun
mewakili keseluruhan Puskesmas baik yang berada persebaran tenaga kesehatan menurut unit kerja
di pusat kota, di wilayah pedesaan dan di wilayah dapat dilihat pada tabel 1.
perbatasan dengan kabupaten lain. Pendekatan
penelitian menggunakan metode kualitatif karena Gambaran UKBM di Kabupaten Purbalingga
peneliti ingin mengetahui bagaimana peran Kepala U K B M d i K a b u p a t e n P u r b a l i n g g a ya n g
Puskesmas secara holistik dan lebih mendalam. dikembangkan adalah Desa Sehat Mandiri (DSM)
Subyek penelitian dibagi menjadi dua yaitu subyek sebanyak 239 Desa, Posyandu sebanyak 1189,
penelitian utama dan pendukung. Penelitian dilakukan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) sebanyak 183, Pos
pada tahun 2011 di 7 Puskesmas di Kabupaten Usaha Kesehatan Kerja (Pos UKK) sebanyak 39 Pos
Purbalingga. Jumlah tersebut didapatkan setelah dan Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) sebanyak
peneliti sampai pada taraf data yang telah jenuh 10 Pos. Kabupaten Purbalingga memiliki 224 desa
(redundancy data). Data telah dianggap jenuh setelah dan 15 kelurahan dengan jumlah Desa Sehat Mandiri
peneliti melakukan wawancara mendalam dengan 7 sebanyak 239 desa, sehingga dapat diartikan seluruh
informan utama dan 8 informan pendukung. Sumber desa di Kabupaten Purbalingga pada tahun 2011 telah
data primer diperoleh dari hasil wawancara mendalam menjadi Desa Sehat Mandiri dengan pencapaian
(in depth interview) dan pengamatan, serta data strata yaitu untuk Strata I sebanyak 115 desa, Strata
sekunder yang diperoleh dengan menelaah dokumen II sebanyak 87 desa dan Strata III sebanyak 37 desa.
yang diperlukan (Sugiyono, 2008). Instrumen Seluruh PKD telah dikelola oleh Bidan Desa, serta
penelitian yang digunakan adalah peneliti sebagai dibantu oleh Tenaga Pendamping DSM dalam hal
instrumen pokok, pedoman wawancara, alat perekam administrasi. Sarana dan prasarana PKD seperti
suara dan gambar. Metode analisis yang digunakan bangunan fisik, peralatan dan sarana lainnya cukup
adalah analisis data kualitatif, meliputi reduksi data, lengkap dan dalam kondisi yang memadai untuk
penyajian data dalam bentuk deskriptif dan penarikan menunjang pelayanan kepada masyarakat.
kesimpulan. Keabsahan data penelitian didapatkan

Tabel 1. Persebaran Tenaga Kesehatan menurut Unit Kerja di Kabupaten Purbalingga Tahun 2011
UNIT KERJA
No NAKES
Pkm RSU Sarkes lain DKK Jml
1 Medis 30 76 0 6 112
2 Perawat 162 321 0 9 492
3 Bidan 293 52 0 0 345
4 Farmasi 22 18 0 7 47
5 Gizi 19 14 0 4 37
6 Teknis Medis 26 33 0 0 59
7 Sanitasi 21 2 0 8 31
8 Kesmas 26 3 0 11 40
Jumlah 599 519 0 45 1.163
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga tahun 2011

23
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 19 No. 1 Januari 2016: 21–31

Karakteristik Umum Informan masyarakat, dengan prinsip gotong royong dalam


Informan dalam penelitian ini terbagi menjadi setiap upaya pemberdayaan masyarakat di bidang
dua kelompok yaitu Informan Utama yang berjumlah kesehatan.
7 orang dan Informan Pendukung 8 orang (tabel 2 Peran Kepala Puskesmas dalam Aspek Motivasi
dan 3). untuk Pengembangan UKBM
Pemahaman Kepala Puskesmas Mengenai Hasil wawancara dengan seluruh informan
Fungsi sebagai Pusat Pemberdayaan menyatakan bahwa peran motivasi dari Kepala
Masyarakat Puskesmas baik kepada bawahan yang berkaitan
Hasil wawancara mendalam dengan Informan dengan bidang pemberdayaan maupun kepada
Utama salah satu fungsi Puskesmas sebagai Pusat sasaran program adalah penting untuk mendukung
Pemberdayaan Masyarakat memunculkan suatu pengembangan UKBM. Berikut adalah pernyataan
pemahaman bahwa fungsi tersebut didasarkan atas dari salah satu informan:
penerapan Paradigma Sehat kepada masyarakat di “Yaa penting, penting, semua orang kan harus
wilayah kerja Puskesmas. termotivasi, ya kan? Kalau nda ada niat nda
“Kan puskesmas tidak hanya istilahnya melayani ada motivasi untuk apa? Baik di level. . , di level
orang sakit saja, ibarat paradigmanya kita sudah kita sendiri intern sini kadang-kadang saya
berubah, paradigma sakit menjadi paradigma memberikan motivasi kepada temen-temen, ya,
yang sehat”. (Informan Utama ke 2) tentang tanggung jawab tupoksi kita, kepada
masyarakat juga saya memotivasi yaa, masyarakat
Paradigma sehat mengedepankan upaya promotif bagaimana menjaga kesehatan kita di wilayah
dan preventif melalui pemberdayaan, namun tetap sendiri-sendiri”. (Informan Utama ke 1)
tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Hal
tersebut bertujuan untuk memunculkan kemandirian Berdasarkan hasil wawancara dan observasi
masyarakat dalam mengidentifikasi, menangani yang dilakukan peneliti, cara Kepala Puskesmas
dan mencegah masalah kesehatan. Peningkatan memberikan motivasi ke sasaran program adalah
derajat kesehatan masyarakat akan dapat dibangun dengan terlebih dahulu memberikan pengetahuan
melalui upaya dari pemerintah (Puskesmas dan Dinas kepada sasaran program sesuai dengan
Kesehatan) dengan dukungan dari seluruh elemen karakteristiknya, kemudian menjalin kedekatan

Tabel 2. Karakteristik Umum Informan Utama


No Nama Umur (thn) Pend. Terakhir Tugas/Pekerjaan
1. Inf. Utama ke 1 45 S. KM Ka. Puskesmas
2. Inf. Utama ke 2 42 M. Kes Ka. Puskesmas
3. Inf. Utama ke 3 41 S. KM Ka. Puskesmas
4. Inf. Utama ke 4 47 M. Kes Ka. Puskesmas & Dokter Gigi
5. Inf. Utama ke 5 44 M. Kes Ka. Puskesmas & Dokter Puskesmas
6. Inf. Utama ke 6 55 S. KM Ka. Puskesmas
7. Inf. Utama ke 7 40 Dokter Ka. Puskesmas & Dokter Puskesmas
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2011

Tabel 3. Karakteristik Umum Informan Pendukung


No Nama Umur (thn) Pend. Terakhir Pekerjaan
1. Inf. Pend. ke 1 46 D4 Kes. Ling Petugas PKM
2. Inf. Pend. ke 2 42 M. Kes Petugas PKM
3. Inf. Pend. ke 3 25 S. KM Petugas PKM
4. Inf. Pend. ke 4 48 D4 Kes. Ling Petugas PKM
5. Inf. Pend. ke 5 48 D4 Kes. Ling Petugas PKM
6. Inf. Pend. ke 6 47 D4 Kes. Ling Petugas PKM
7. Inf. Pend. ke 7 27 S. KM Petugas PKM
8. Inf. Pend. ke 8 47 D4 Kes. Ling Kasi Promkes DKK
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 201

24
Peran Kepala Puskesmas dalam Pengembangan UKBM (Ginanjar, dkk)

dengan sasaran program, melibatkan Pembina penting. Seorang Kepala Puskesmas harus memiliki
wilayah agar sasaran program lebih termotivasi, dan jiwa leader, motivator dan enterphreuner, agar memiliki
selanjutnya memberikan stimulus dan mendorong power untuk dapat mempengaruhi bawahan dan
kesadaran pentingnya UKBM melalui pesan-pesan sasaran program. Citra baik yang ditunjukkan oleh
persuasif. Motivasi ke bawahan dilakukan dengan Kepala Puskesmas akan membantu dalam memimpin
mengingatkan tentang disiplin pegawai, memberi bawahan. Pola atau gaya kepemimpinan yang
reward berupa jasa Yankes, mengingatkan kembali diterapkan oleh para Kepala Puskesmas di Kabupaten
manfaat program dan tugas atau tanggung jawab Purbalingga hampir sama, yaitu menerapkan dua
bawahan, selalu mempertimbangkan masukan dan gaya kepemimpin, yaitu demokratis dan otoriter.
aspirasi dari bawahan apabila masukan tersebut baik “Saya cenderung demokratis, jadi saya
untuk pelaksanaan program dan kemajuan organisasi, mengatakan kita bisa berbeda pendapat. Karena
memberikan contoh tentang semangat kerja, serta dengan beda pendapat kita akan maju. Sebuah
memberikan tugas yang bersifat strategis kepada sistem yang hanya AAA semuanya, maka akan
bawahan yang memiliki kinerja yang baik. ditinggalkan, ngga inovasi soalnya, begitu beda
pendapat keluar, beda pendapat keluar, ngga
Peran Aspek Komunikasi Kepala Puskesmas
akan maju”. (Informan Utama ke 2)
dalam Pengembangan UKBM
Seluruh Informan menyatakan bahwa komunikasi “Saya si kepengennya yang demokratis, tapi ya
digunakan dalam upaya pemberdayaan untuk kadang-kadang di tengah jalan kalau kita mau
menyampaikan program-program kesehatan kepada demokratis kadang-kadang persepsi demokratis
masyarakat dan dibutuhkan untuk mengetahui kendala dari yang lain kan sok (bahasa setempat = suka)
yang dihadapi dan sejauh mana target dicapai, berbeda-beda. Artinya ya saya punya kewenangan
sehingga tanpa komunikasi berbagai kegiatan tidak ya saya pakai kewenangan saya”. Nda boleh di
akan berjalan dengan baik. Berikut pernyataan dari musyawarahkan, berkaitan dengan disiplin ya
salah satu informan: harus saya tangani sendiri, ini ndak benar kamu
“Sangat penting ya, karena dengan komunikasi harusnya begini begini, begitu. Tidak selamanya
bisa mengetahui apa yang menjadi kendala dan harus demokratis”. (Informan Utama ke 1)
apa yang sudah dicapai”. (Informan Utama ke
5) Peran Pengarahan dari Kepala Puskesmas
dalam Pengembangan UKBM
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi
Seluruh informan menyatakan bahwa peran
yang dilakukan peneliti, cara Kepala Puskesmas
pengarahan dari Kepala Puskesmas baik kepada
di Kabupaten Purbalingga melakukan komunikasi
bawahan maupun kepada sasaran program adalah
dengan sasaran program dilakukan kepada kelompok
penting untuk mendukung pengembangan UKBM.
maupun perorangan disesuaikan dengan karakteristik
Pengarahan diperlukan agar UKBM yang ada di
sasaran, bersama dengan dilakukannya pendekatan
masyarakat berjalan ke arah tujuan yang diharapkan.
untuk menimbulkan hubungan interpersonal.
Pengarahan dibutuhkan untuk kesinambungan UKBM
Komunikasi kepada sasaran program didukung
dan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitasnya
dengan komunikasi yang baik dengan pembina
dalam rangka pengembangan UKBM tersebut. Berikut
wilayah dan tokoh masyarakat setempat, didukung
pernyataan dari salah satu informan:
dengan komunikasi lintas sektor serta dapat dilakukan
secara formal maupun nonformal. Cara melakukan “Kalau pengarahan si penting kalau dikatakan
komunikasi dengan bawahan yaitu dilakukan secara penting si penting. Karena UKBM itu kan lahirnya
dua arah. Bawahan diharuskan untuk selalu aktif dari masyarakat ya, kalaupun kita bagian
mengkomunikasikan perkembangan program dan masyarakat dan kita juga pelaksana, tetap kita
dapat dilakukan pada berbagai kesempatan seperti tuh harus ada arahan. Bisa jadi program yang
pada saat apel pagi, saat lokakarya mini ataupun bila sudah kita sepakati bersama dia mandeg, bisa
diperlukan dapat memanggil langsung. jadi dia jalan lewat jalur PATAS, bisa jadi mau
ada peningkatan, makanya pengarahan itu tetap
Peran Kepemimpinan Kepala Puskesmas dalam
harus ada. Supaya selalu sampainya tepat pada
Pengembangan UKBM
sasaran, tepat pada waktunya, sesuai dengan
Berdasarkan hasil wawancara dengan seluruh apa yang diharapakan paling tidak mendekati”.
infor man, peran kepemimpinan dar i Kepala (Informan Utama ke 4)
Puskesmas dalam pengembangan UKBM adalah

25
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 19 No. 1 Januari 2016: 21–31

Cara Kepala Puskesmas member ikan ada pengawasan nanti kan apa kemungkinan
pengarahan kepada sasaran program diberikan penyimpangan ada”. (Informan Utama ke 1)
pada saat pelatihan kader kesehatan maupun pada
Cara Kepala Puskesmas melakukan pengawasan
saat penyuluhan di masyarakat. Pelatihan kader
kepada sasaran program adalah dengan pengamatan
kesehatan dilaksanakan setiap tahun sebanyak
yang dilakukan secara langsung maupun tidak
satu kali oleh setiap Puskesmas di Kabupaten
langsung. Secara langsung Kepala Puskesmas dapat
Purbalingga untuk me-refresh pengetahuan dari
turun melakukan pengawasan terhadap kegiatan
para kader maupun untuk regenerasi atau men jaring
UKBM di masyarakat, sedangkan secara tidak
kader baru. Berdasarkan data di Dinas Kesehatan
langsung Kepala Puskesmas dapat memberikan
Kabupaten Purbalingga, telah dilakukan sebanyak
wewenang kepada staf atau bawahan untuk melakukan
14. 673 penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh
pengawasan yang hasilnya kemudian dilaporkan.
Puskesmas, kader, maupun UKBM yang dibina
di seluruh Puskesmas di Kabupaten Purbalingga Peran Supervisi Kepala Puskesmas dalam
sepanjang tahun 2011. Arahan kepada masyarakat Pengembangan UKBM
dilakukan secara persuasif atau ajakan. Pengarahan Berdasarkan hasil wawancara dengan para
dilakukan sesuai dengan level sasaran dan selalu informan, peran supervisi dari Kepala Puskesmas
mementingkan etika. Sebagai contoh, salah satu dalam pelaksanaan UKBM adalah penting untuk
Kepala Puskesmas di Kabupaten Purbalingga mendukung pengembangan UKBM. Supervisi juga
pada saat terlibat di dalam penyuluhan Kesehatan memiliki fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan
Reproduksi Remaja menggunakan bahasa yang lebih program secara langsung. Di dalam supervisi juga
santai dengan kata-kata atau kalimat yang sedang terdapat fungsi bimbingan atau pengarahan dan
trend di kalangan anak muda dengan ditambah penilaian.
media leaflet dan presentasi power point. Berbeda “Supervisi kan sebetulnya semacam bimbingan
dengan pada saat Kepala Puskesmas tersebut terlibat kan, misalnya kita ke PKD langsung didatangai
dalam penyuluhan Kesehatan Usia Lanjut dengan di sana bermasalah kita bimbing, trus juga fungsi
sasaran yang kebanyakan masih buta huruf, Kepala pengawasan tadi di supervisi juga, trus penilaian
Puskesmas tersebut menggunakan bahasa daerah juga”. (Informan Utama ke 1)
setempat dalam menyampaikan informasi dan diselingi
Kepala Puskesmas dapat mengetahui situasi dan
dengan humor agar para lansia tidak merasa bosan.
kondisi sebenarnya di lapangan dengan melakukan
Pengarahan juga dapat dilakukan langsung pada saat
supervisi, sehingga dapat memahami berbagai
supervisi UKBM dan dapat diberikan secara terperinci
kendala yang dihadapi di lapangan. Hal tersebut akan
maupun tidak terperinci dengan maksud agar sasaran
membantu Kepala Puskesmas dalam menentukan
pengarahan dapat mengalami proses pembelajaran
kebijakan yang tepat.
dari pengalaman empiris.
“Ya penting, penting, artinya kalau Kepala
Peran Pengawasan dari Kepala Puskesmas Puskesmas sebagai pengambil kebijakan dengan
terhadap Pengembangan UKBM melihat langsung ke lapangan dan dia nanti
Seluruh informan menyatakan bahwa peran akan tahu kendala-kendala apa yang ada di
pengawasan dari Kepala Puskesmas baik kepada sana, mereka kan nantinya bisa memberikan
bawahan maupun kepada sasaran program aaa keputusan. Apakah memang perlu adanya
adalah penting untuk mendukung pengembangan apa bantuan atau stimulant atau mungkin mereka
UKBM. Pengawasan merupakan mekanisme nanti akan mengumpulkan mereka iya kan, jadi
yang harus dijalankan dalam manajemen untuk mereka langsung bisa mengenali permasalahan
mengantisipasi kemungkinan adanya penyimpangan, yang ada. Harapannya nanti Kepala Puskesmas
baik pengawasan secara langsung maupun tidak bisa langsung mengambil kebijakan langsung,
langsung. Pengawasan memiliki fungsi kontrol untuk begitu”. (Informan Pendukung ke 8)
mengendalikan jalannya program dan mengantisipasi Supervisi yang dilakukan Kepala Puskesmas
hal-hal yang tidak diinginkan. menggunakan dua cara yaitu supervisi dengan tim
“Semua program berjalan kan ya itu mulai dan supervisi yang dilakukan sendiri oleh Kepala
dari perencanaan sampai evaluasi, termasuk Puskesmas. Setiap Puskesmas memiliki tim supervisi
pengawasan ada di dalam manajemen. Itu penting, yang sudah terjadwal dan Kepala Puskesmas dapat
proses yang harus dijalankan, mekanisme yang ikut serta dengan tim tersebut. Supervisi dilakukan
harus dijalankan, nanti kalau ada kegiatan tidak

26
Peran Kepala Puskesmas dalam Pengembangan UKBM (Ginanjar, dkk)

sendiri oleh Kepala Puskesmas tidak dengan tim Wujud keterlibatan dan kemandirian masyarakat
dan dengan waktu yang tidak terjadwal dan bersifat dalam pembangunan kesehatan terlihat melalui
nonformal. terbentuk dan berkembangnya berbagai Upaya
Perbedaan peran dari Kepala Puskesmas di Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM)
Kabupaten Purbalingga ditemukan berdasarkan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007).
fungsi atau tugas ganda yang dibebankan pada Kepala Peran Kepala Puskesmas sangat penting dalam
Puskesmas yang berlatar belakang medis (dokter pelaksanaan Fungsi Puskesmas sebagai Pusat
dan dokter gigi), yaitu seorang Kepala Puskesmas Pemberdayaan Masyarakat karena Kepala Puskesmas
memiliki tugas struktural sebagai Kepala Puskesmas adalah penanggung jawab pembangunan kesehatan di
sekaligus memiliki tugas fungsional sebagai tenaga tingkat Kecamatan (Departemen Kesehatan Republik
medis yang memberikan pelayanan di Puskesmas Indonesia. 2004).
yang dipimpinnya sehingga membuat supervisi tidak
Peran Kepala Puskesmas dalam Aspek Motivasi
dijalankan dengan optimal.
“Biasanya kalau yang dari medis biasanya mereka Motivasi didefinisikan sebagai dorongan dari
kurang terhadap pembinaan langsung atau dalam diri individu di mana individu tersebut berusaha
supervisi. Biasanya agak-agak kurang ke sana”. dan berperilaku dengan cara tertentu untuk memenuhi
(Informan Pendukung ke 8) keinginan atau kebutuhannya. Dorongan merupakan
faktor yang menguatkan atau mengarahkan usaha
“…tetapi biasanya karena saya di sini fungsinya dan perilaku bawahan maupun sasaran program.
dua, dalam artian di sini dokter cuman satu saya, Jika faktor pendorong itu sangat kuat maka akan
jadi struktural sebagai manajer ibarat sekaligus membentuk usaha yang keras untuk mencapainya
fungsional. Saya sebagai kaya gini, fungsinya (Sulaeman, 2009).
sebagai pimpinan dan pelaksana dewe ya, laa di Cara seluruh Kepala Puskesmas di Kabupaten
samping ini sebenarnya masih tambah lagi nanti Purbalingga dalam memberikan motivasi ke sasaran
terutama untuk linsek sehari bisa rapat tiga empat program adalah dengan terlebih dahulu memberikan
kali nah itu to. …. Masih banyak hal nek opo iku pengetahuan kepada sasaran program sesuai dengan
opo kui jenenge mengurus masalah UKBM ya karakteristiknya, menjalin kedekatan dengan sasaran
saya sendiri merasa kurang untuk opo kui jenenge program, selanjutnya memberikan stimulus dan
terjun langsung ke sana karena tugas-tugas saya mendorong kesadaran pentingnya UKBM melalui
di sini ya”. (Informan Utama ke 7) pesan-pesan persuasif. Motivasi ke bawahan dilakukan
dengan mengingatkan tentang disiplin pegawai,
memberi reward berupa jasa Yankes, mengingatkan
PEMBAHASAN
kembali manfaat program dan tugas atau tanggung
Fungsi Puskesmas Sebagai Pusat jawab bawahan, selalu mempertimbangkan masukan
Pemberdayaan Masyarakat dan aspirasi dari bawahan apabila masukan tersebut
Fungsi Puskesmas sebagai Pusat Pemberdayaan baik untuk pelaksanaan program dan kemajuan
Masyarakat berkaitan dengan Paradigma Sehat organisasi, memberikan contoh tentang semangat
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2003). kerja, serta memberikan tugas yang bersifat strategis
Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan yang kepada bawahan yang memiliki kinerja yang baik.
diupayakan Puskesmas di Kabupaten Purbalingga Cara Kepala Puskesmas di Kabupaten Purbalingga
sesuai dengan hasil penelitian Salim dan Hasanbasri dalam memberikan motivasi sesuai dengan hasil
(2007) yaitu membentuk individu dan masyarakat penelitian Supardi (2009), yaitu dilakukan dengan
menjadi mandiri. Kemandirian masyarakat merupakan pendekatan secara personal untuk mengetahui
suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang setiap permasalahan yang ada, tentang program
ditandai oleh kemampuan memikirkan, memutuskan kerja mendatang dan jika perlu menerima aspirasi
serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat ataupun ide-ide dari bawahan untuk mensukseskan
demi mencapai pemecahan masalah yang dihadapi program yang telah direncanakan. Sulaeman (2009),
dengan menggunakan daya kemampuan kognitif, mengemukakan bahwa untuk membangkitkan
konatif, psikomotor dan afektif dengan pengerahan kegairahan dan kerja sama yang tinggi, pimpinan
sumber daya yang dimiliki oleh lingkungan internal di bidang kesehatan perlu memaksimalkan motivasi
masyarakat. yang positif dan meminimalkan ancaman di dalam
organisasinya.

27
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 19 No. 1 Januari 2016: 21–31

Peran Kepala Puskesmas dalam Aspek Peran Kepala Puskesmas dalam Aspek
Komunikasi Kepemimpinan
Komunikasi merupakan salah satu fungsi Bila dikaitkan antara hasil penelitian yang
manajemen Puskesmas dalam rangka mengelola ditemukan peneliti mengenai gaya Kepemimpinan
pegawai Puskesmas, memadukan fungsi-fungsi Kepala Puskesmas di Kabupaten Purbalingga dengan
manajemen Puskesmas dan proses komunikasi hasil penelitian Sulaeman (2009), secara operasional
interpersonal. Tujuan dari komunikasi dalam fungsi kepemimpinan Kepala Puskesmas meliputi 5
manajemen Puskesmas adalah agar pegawai (lima) fungsi pokok yaitu fungsi instruksi, konsultasi,
Puskesmas dan sasaran program mengetahui dan partisipasi, delegasi dan pengendalian.
memahami apa yang harus dikerjakan dan agar Fungsi Instruksi dan Fungsi Pengendalian
pimpinan Puskesmas mendapatkan berbagai informasi dijalankan saat Kepala Puskesmas di Kabupaten
tentang pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan Purbalingga menerapkan gaya kepemimpinan
Puskesmas secara efektif dan efisien. Komunikasi otoriter. Fungsi Instruksi bersifat komunikasi satu
yang efektif menuntut rasa saling menghormati, saling arah di mana Kepala Puskesmas merupakan pihak
percaya, terbuka dan tanggung jawab (Sulaeman, yang menentukan apa, bagaimana, dan di mana
2009). perintah itu dikerjakan agar tugas dan program
Kepala Puskesmas di Kabupaten Purbalingga Puskesmas dapat dilaksanakan secara efektif. Fungsi
melakukan komunikasi dengan sasaran program pengendalian bertujuan mengatur aktivitas pegawai
dilakukan kepada kelompok maupun perorangan Puskesmas secara terarah dan terkoordinasi, hal ini
disesuaikan dengan karakteristik sasaran, dan berkaitan dengan kedisiplinan.
dilakukannya pendekatan untuk menimbulkan Fungsi Konsultasi, Partisipasi dan Delegasi
hubungan interpersonal. Komunikasi kepada sasaran dijalankan saat Kepala Puskesmas menerapkan
program didukung dengan komunikasi yang baik gaya kepemimpinan demokratis. Fungsi Konsultasi
dengan pembina wilayah dan tokoh masyarakat ini bersifat komunikasi dua arah, dimaksudkan untuk
setempat, didukung dengan komunikasi lintas memperoleh masukan dan umpan balik (feed back)
sektor serta dapat dilakukan secara formal maupun untuk memperbaiki dan menyempurnakan tugas
nonformal. Sedangkan dengan bawahannya, dan program Puskesmas. Dalam menjalankan
komunikasi dilakukan secara dua arah. Bawahan fungsi Partisipasi, pimpinan Puskesmas berusaha
diharuskan untuk selalu aktif mengkomunikasikan mengikutsertakan staf Puskesmas dalam mengambil
perkembangan program dan dapat dilakukan pada keputusan. Fungsi Delegasi dilaksanakan dengan
berbagai kesempatan seperti pada saat apel pagi, pelimpahan wewenang dan tanggung jawab
saat lokakarya mini ataupun bila diperlukan dapat kepada staf Puskesmas dalam pengambilan dan
memanggil langsung. pelaksanaan tugas dan program Puskesmas. Hal
Sesuai dengan apa yang dikemukakan Sulaeman tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan
(2009), komunikasi dilakukan baik secara kelompok oleh Koontz (1980) dalam Wahjono (2010), bahwa
maupun perorangan disesuaikan dengan karakteristik indikator kepemimpinan yang dilakukan dengan baik
sasaran seperti tingkat pendidikan, kondisi sosial terlihat dari tujuan dan keputusan-keputusan kerja
ekonomi bahkan agama, sehingga materi yang organisasi dibuat bersama dalam kelompok. Pimpinan
disampaikan akan mudah ditangkap oleh sasaran. tetap menentukan perintah-perintah, tetapi memberi
Komunikasi yang dilakukan Kepala Puskesmas kesempatan bawahan memberikan masukan dan
harus disesuaikan antara isi pesan dengan tingkat diberi keleluasaan cara pengerjaan tugas sepanjang
pendidikan, kemampuan dan pengalaman sasaran tidak melanggar prosedur yang telah ditetapkan.
komunikasi sebagai penerima informasi. Komunikasi Rowitz (2003) mengemukakan bahwa pemimpin
dengan lintas sektor juga harus dilakukan mengingat di bidang kesehatan harus fleksibel dan menggunakan
program-program Puskesmas juga melibatkan kerja beberapa gaya kepemimpinan yang disesuaikan
sama dengan lintas sektor terkait. Menurut Salim dengan situasi dan kebutuhan dari organisasi.
(2007), salah satu persyaratan untuk dapat mencapai Pimpinan harus menggunakan strategi yang berbeda
implementasi program adalah adanya komunikasi dan dalam situasi yang berbeda pula, satu pendekatan
koordinasi yang sempurna di antara unsur yang terlibat kepemimpinan tidak dapat digunakan untuk setiap
dalam program. Untuk itu diperlukan komunikasi dan situasi di dalam menjalankan organisasi. Hal ini juga
kerja sama antar instansi bagi keberhasilan sebuah sesuai dengan apa yang dikemukakan Vroom dalam
program. Ivancevich dkk (2005), bahwa tidak ada satu gaya

28
Peran Kepala Puskesmas dalam Pengembangan UKBM (Ginanjar, dkk)

kepemimpinan yang dapat dipakai pada segala situasi, Peran Kepala Puskesmas dalam Aspek
penerapan harus disesuaikan dengan masalah apa Pengawasan
yang sedang dihadapi. Gaya kepemimpinan yang C a r a Ke p a l a P u s ke s m a s d i K a b u p a t e n
digunakan pada satu situasi tidak boleh membatasi Purbalingga dalam melakukan pengawasan kepada
gaya yang dipakai dalam situasi yang lain. sasaran program adalah dengan pengamatan
Peran Kepala Puskesmas dalam Aspek yang dilakukan secara langsung maupun tidak
Pengarahan langsung, Kepala Puskesmas dapat turun langsung
melakukan pengawasan terhadap kegiatan UKBM di
Pengarahan untuk tingkat Puskesmas merupakan
masyarakat, sedangkan secara tidak langsung Kepala
upaya memberikan bimbingan, petunjuk dan perintah
Puskesmas dapat memberikan wewenang kepada
kepada para pegawai Puskesmas dalam melaksanakan
staf atau bawahan untuk melakukan pengawasan
tugas, dan kepada sasaran program dalam kegiatan
yang hasilnya kemudian dilaporkan kepada Kepala
guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal
Puskesmas. Pengawasan memiliki fungsi kontrol untuk
yang mendasar bagi keberhasilan Fungsi Puskesmas
mengendalikan jalannya program dan mengantisipasi
adalah mengupayakan agar pegawai Puskesmas
hal-hal yang tidak diinginkan.
melakukan tugas secara berkualitas, beretika dan
Pentingnya peran pengawasan yang dilakukan
berdedikasi, adanya kepercayaan dan keyakinan
oleh Kepala Puskesmas di Kabupaten Purbalingga
terhadap semua pegawai, memelihara lingkungan
sesuai dengan apa yang dikemukakan Sulaeman
kerja yang kondusif dan memuaskan semua pihak,
(2009) mengenai manfaat dan tujuan pengawasan yaitu
serta adanya kesediaan semua pegawai untuk
agar tujuan Puskesmas yang ditetapkan diharapkan
melaksanakan tugas secara antusias. Pimpinan
tercapai dengan pencapaian tertinggi dalam kualitas
Puskesmas harus obyektif dalam menghadapi
dan kuantitas dan untuk mengetahui apakah
berbagai persoalan Puskesmas. Dengan kata lain,
manajemen Puskesmas dijalankan sebagaimana
seorang pimpinan memahami kondisi manusia yang
mestinya. Pengawasan juga dapat digunakan untuk
mempunyai kekuatan dan kelemahan, dan tidak
mengetahui apakah sumber daya Puskesmas
mungkin akan mampu bekerja sendiri sehingga
mencukupi kebutuhan dan telah dimanfaatkan sesuai
memerlukan bantuan orang lain dalam hal ini adalah
peruntukannya secara efektif dan efisien, mengetahui
pengarahan dari pimpinan (Sulaeman, 2009).
sejauh mana kegiatan dan program Puskesmas sudah
C a r a Ke p a l a P u s ke s m a s d i K a b u p a t e n
dilaksanakan, mengidentifikasi, menghentikan, atau
Purbalingga dalam memberikan pengarahan kepada
meniadakan serta mencegah terulangnya kembali
sasaran program diberikan pada saat pelatihan
kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, dan
kader kesehatan maupun pada saat penyuluhan di
pemborosan sumber daya Puskesmas. Dengan
masyarakat. Arahan kepada masyarakat dilakukan
pengawasan dapat pula mencegah dan menghilangkan
secara persuasif atau ajakan. Pengarahan dilakukan
hambatan dan kesulitan yang akan, sedang dan
sesuai dengan level sasaran dan selalu mementingkan
mungkin terjadi dalam pelaksanaan kegiatan atau
etika. Pengarahan juga dapat dilakukan langsung
program Puskesmas. Pengawasan digunakan
pada saat supervisi UKBM.
juga untuk melakukan koreksi dan bimbingan atas
Kepala Puskesmas di Kabupaten Purbalingga
berbagai masalah dalam pelaksanaan kegiatan dan
memberikan pengarahan pada saat mendelegasikan
program dalam rangka mencapai tujuan Puskesmas
tugas dapat dilakukan secara terperinci maupun
serta mencegah penyalahgunaan kedudukan dan
tidak terperinci dengan maksud agar sasaran
wewenang dalam organisasi.
pengarahan dapat mengalami proses pembelajaran
dari pengalaman empiris. Sesuai dengan apa Peran Kepala Puskesmas dalam Aspek
yang dikemukakan oleh Rowitz (2003), dalam Supervisi
mendelegasikan tugas dan tanggung jawab, pimpinan Tujuan utama super visi ialah untuk lebih
kesehatan masyarakat harus menjelaskan aspek meningkatkan penampilan bawahan atau pelaksana
penugasan baik secara terperinci maupun secara program, bukan untuk mencari kesalahan. Sifat
garis besar, namun tetap ditetapkan seberapa besar supervisi adalah edukatif dan suportif. Supervisi
kebebasan yang dimiliki penerima delegasi dalam yang lebih menampilkan kekuasaan serta lebih
melaksanakan tugas. Pimpinan juga harus membuka mengutamakan perintah dan sanksi bukanlah supervisi
ruang untuk proses umpan balik dari penerima yang baik. Supervisi harus dilaksanakan secara
delegasi. teratur dan berkala. Supervisi harus dilaksanakan

29
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 19 No. 1 Januari 2016: 21–31

secara fleksibel dan selalu disesuaikan dengan Kepala Puskesmas merangkap tugas atau kegiatan.
perkembangan (Azwar, 1996). Supervisi sangat Tambahan beban kerja tersebut memengaruhi kinerja
penting bagi Kepala Puskesmas sebagai pengambil dari Puskesmas.
kebijakan untuk membantu menentukan kebijakan
yang tepat. Menurut hasil penelitian Harefa dkk KESIMPULAN DAN SARAN
(2007), pertumbuhan Puskesmas sangat dipengaruhi
oleh komitmen pemerintah sebagai pemilik untuk Kesimpulan
merespons kebutuhan masyarakat akan pelayanan Pemahaman Kepala Puskesmas di Kabupaten
kesehatan, di sini Kepala Puskesmas sebagai Purbalingga mengenai Fungsi Puskesmas sebagai
Pejabat Struktural yang memimpin Puskesmas harus Pusat Pemberdayaan Masyarakat adalah merupakan
mengetahui kondisi nyata masyarakat di wilayah penerapan Paradigma Sehat melalui sarana berupa
kerjanya dan keberlangsungan program Puskesmas UKBM. Peran Kepala Puskesmas dalam memberikan
di masyarakat, agar dapat mengambil kebijakan motivasi, melakukan komunikasi, menerapkan
dengan tepat. kepemimpinan, memberikan pengarahan dan
Saat ini Puskesmas dihadapkan dengan melakukan pengawasan telah dilakukan dengan
beban kerja yang cukup banyak sehingga dalam baik sehingga UKBM dapat berkembang untuk
memberikan tugas tidak dapat menghindari tugas mendukung pemberdayaan kesehatan masyarakat.
rangkap. Seleksi dalam pendistribusian pegawai ialah Kepemimpinan diterapkan melalui kombinasi 2 (dua)
dengan mencocokkan antara karakteristik individu gaya kepemimpinan yaitu gaya Demokratis untuk
(pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan lain- menjalankan fungsi Konsultasi, Partisipasi dan
lain) dengan persyaratan pekerjaan yang harus Delegasi, serta gaya Otoriter untuk menjalankan
dimiliki individu dalam menduduki suatu jabatan. fungsi Instruksi dan Pengendalian. Dari 6 (enam)
Kegagalan dalam mencocokkan kedua hal tersebut peran yang dijalankan, perbedaan hanya ditemukan
dapat menyebabkan kinerja pegawai tidak optimal pada peran supervisi yang belum dapat dilakukan
dan kepuasan kerja rendah (Taqiyuddin dan Kristiani, dengan optimal oleh Kepala Puskesmas dengan
2006). Berdasarkan standar kebutuhan menurut jabatan ganda, yaitu Jabatan Struktural sebagai
model Puskesmas yang ditetapkan Departemen Kepala Puskesmas dan Jabatan Fungsional sebagai
Kesehatan RI tahun 2004 dengan Kepmenkes No. dokter yang memberikan pelayanan di Puskesmas.
81/Menkes/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan
Saran
Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Manusia
Kesehatan, bahwa terdapat kesenjangan pada Kepala Puskesmas di Kabupaten Purbalingga
beberapa jenis tenaga berdasarkan jumlah dan perlu untuk terus meningkatkan perannya dalam aspek
spesifikasi di Indonesia. komunikasi, motivasi, kepemimpinan, pengarahan,
Masalah beban ganda dari Kepala Puskesmas di pengawasan dan supervisi, baik secara internal
Kabupaten Purbalingga tersebut juga sesuai dengan di dalam organisasi Puskesmas maupun secara
hasil penelitian Husain dkk (2006), bahwa keberhasilan eksternal di masyarakat sebagai sasaran program
Puskesmas dalam menjalankan program ditentukan wilayah kerja Puskesmas yang dipimpinnya. Dinas
oleh sumber daya manusia yang seimbang antara Kesehatan Kabupaten Purbalingga perlu melakukan
tenaga pengobatan dengan tenaga promotif dan pembenahan SDM di Puskesmas yang memiliki
preventif. Masalah utama dalam pengelolaan tenaga pimpinan dengan beban tugas ganda sehingga peran
kesehatan adalah distribusi SDM yang tidak merata supervisi belum dijalankan dengan optimal.
dan yang tak kalah bermasalahnya adalah over-
staffing untuk tenaga nonprofesional (non teknis) UCAPAN TERIMA KASIH
dan under-staffing untuk tenaga profesional (tenaga Penulis menyampaikan terima kasih kepada
tekhnis). Disisi lain banyak dokter yang bekerja dr. Dyah Retnani Basuki M. Kes dan Arif Kurniawan
sebagai Kepala Puskesmas (struktural) dan sebagai S. KM, M. Kes atas bantuanya selama penelitian
dokter (fungsional), kekurangan jumlah tenaga adalah hingga tersusunnya karya ilmiah ini. Penulis juga
akar masalah yang sebenarnya. Penelitian Sumardin mengucapkan terima kasih kepada dr. Wahyudi;
dan Kristiani (2006) juga mengemukakan bahwa Istomo Aji S. KM; Walujo Isdianto S. KM, M. Kes;
keterbatasan petugas di Puskesmas merupakan Bambang Sutrisno S. KM; drg. Yenawati M. PH;
kendala yang dapat menghambat pelaksanaan dr. Widiyati M. Kes dan Suseno S. KM atas partisipasi
tugas di Puskesmas. Banyak petugas termasuk juga dan bantuannya selama kegiatan penelitian.

30
Peran Kepala Puskesmas dalam Pengembangan UKBM (Ginanjar, dkk)

DAFTAR PUSTAKA Mataram. Working Paper Series (11), Januari.


Yogyakarta: Gadjah Mada University.
Azwar, A.1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta:
Salim, A dan Hasanbasri, M. 2007. Implementasi
Binarupa Aksara.
Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan di
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2007.
Puskesmas Arso Barat. Working Paper Series (5),
Laporan Pencapaian Millenium Development Goals
Oktober. Yogyakarta: Gadjah Mada University.
Indonesia Tahun 2007. Jakarta.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
Departemen Kesehatan RI. 2007. Naskah Pidato Menteri
R&D. Bandung: Alfabeta.
Kesehatan Republik Indonesia Pada Peringatan Hari
Sulaeman, E.S. 2009. Manajemen Kesehatan Teori dan
Kesehatan Nasional Ke-43 di Jakarta, 12 November
Praktik di Puskesmas. Surakarta: UNS.
2007. Jakarta.
Sumardin dan Kristiani. 2006. Leadership; Gaya, Situasi
Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga. 2009. Profil
dan Motivasi Kerja Petugas Puskesmas di Bau-bau.
Kesehatan Kabupaten Purbalingga Tahun 2009.
Working Paper Series (27), Juli. Yogyakarta: Gadjah
Purbalingga.
Mada University.
Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga. 2012. Profil
Taqiyuddin dan Kristiani. 2006. Gambaran Ketenagaan
Kesehatan Kabupaten Purbalingga Tahun 2012.
Puskesmas dan Upaya Redistribusinya di Kabupaten
Purbalingga.
Lombok Tengah Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Harefa, M.L, Hasanbasri, M, dan Soetjipto, H.P. 2007.
Working Paper Series (16), April. Yogyakarta: Gadjah
Tingkat Pertumbuhan Puskesmas di Kota dan di
Mada University.
Desa; Analisis Regional SAKERTI 2000. Working
Trihono.2005. ARRIMES Manajemen Puskesmas Berbasis
Paper Series (22), April. Yogyakarta: Gadjah Mada
Paradigma Sehat. Jakarta: Sagung Seto.
University.
Undang-Undang, Peraturan, dsb. 2003. Keputusan Menteri
Husain, I, Hasanbasri, M, dan Soetjipto, H.P. 2006. Kualitas
Kesehatan RI No.1202/Menkes/SK/VIII/2003 tentang
dan Kuantitas Tenaga Kesehatan Puskesmas Studi
Indikator Indonesia Sehat dan Pedoman Penetapan
Distribusi Desa-Kota dan Regional; Analisis Data
Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat.
SAKERTI 2000. Working Paper Series (18), Juli.
Jakarta.
Yogyakarta: Gadjah Mada University.
Undang-Undang, Peraturan, dsb. 2004. Keputusan Menteri
Ivancevich, J.M, et al. 2005. Organizational Behavior and
Kesehatan Republik Indonesia No. 128 Tahun 2004
Management. Houston: Mc Graw Hill Companies.
tentang Kebijakan Dasar Puskesmas. Jakarta.
Moleong, L.J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Undang-Undang, Peraturan, dsb. 2010. Keputusan Menteri
Bandung: Rosdakarya.
Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.03.01/
Rowitz, Louis. 2003. Public Health Leadership: Putting
60/ I/ 2010 tentang Rencana Strategis Kementerian
Principles into Practice. Illionis: Jones and Barlett
Kesehatan RI. Jakarta.
Publishers.
Wahjono, S.I. 2010. Perilaku Organisasi. Yogyakarta:
Supardi, Hasanbasri M., dan Padmawati, R.2009.
Graha.
Kemampuan Manajerial Kepala Puskesmas dalam
Meningkatkan Mutu Pelayanan di Puskesmas Kota

31

Anda mungkin juga menyukai