Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
otot dan spasme, yang disebabkan oleh tetanospasmin, suatu toksin protein yang
kuat yang dihasilkan oleh Clostridium Tetani. Terdapat beberapa bentuk klinis
Tetanus mulai bulan desember 2013 sampai desember 2014, 14 kasus di antaranya
meninggal dunia.
Tetanus di sebabkan oleh toksin yang di hasilkan oleh Clostridium tetani yang
terdapat pada tempat luka ( Schwartz, 2000 : 85). Tetanus yang tidak tertangani
sedasi yang mengarah pada koma, aspirasi atau apnea, atau konsekuensi dari
1
2
respirasi yang berukang berakibat terjadinya apnea dan mengancam jiwa (Sudoyo,
2010 : 2916)
Menurut Saraswita 2014 Tetanus adalah penyakit yang dapat dicegah. Menurut
bersama stakeholder lain menggelar seminar dengan tema Imunisasi untuk Masa
Depan Lebih Sehat, diJakarta mei 2014. Imunisasi pencegahan dengan toksoid
usia 7 tahun dan di ulangi sampai tiga kali. Penatalaksanaan untuk pasien tetanus
bermula dengan pembersihan secara seksama dan debriden luka untuk membuang
Pemberian relaksan otot dan pentotal sistemik di gunakan untuk spasme yang
berat. Kontrol pernapasan dan pembersihan paru penting di lakukan dalam kasus
yang berat (Schwartz, 2000 :58). Menurut Kinho 2013 tindakan pemulihan
Melihat fenomena diatas dapat di ketahui bahwa tetanus dapat mengancam jiwa,
RSUD Jombang, dengan mengambil kasus ini penulis akan dapat memberikan
1.3 Tujuan
dan kebutuhannya.
secara menyeluruh.
dan benar.
1.4 Manfaat
a. Bagi Peneliti
ilmu pengetahuan dan lebih memahami serta lebih terampil dalam memberikan
tetanus, serta sebagai bahan acuan dalam memberikan asuhan keperawatan untuk
pendidikan.
pengetahuan atau pemecahan masalah menurut metode keilmuan. Dalam hal ini
5
meliputi metode penulisan, teknik pengumpulan data, sumber data, dan studi
kepustakaan.
gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi kepustakaan yang
Pengumpulan data pada tahap pengkajian dapat menggunakan tiga metode, yaitu
bagi perawat dalam melakukan pendekatan kepada klien pada saat pengumpulan
a. Komunikasi
tanya jawab antara perawat dengan klien yang berhubungan dengan masalah
kesehatan klien. Untuk itu kemampuan komunikasi dibutuhkan oleh perawat agar
hubungan perawat- klien dengan adanya komunikasi, (3) Membantu klien untuk
6
2011 : 34).
b. Observasi
keterampilan disiplin dan praktik klinik sebagai bagian dari tugas perawat.
Kegiatan observasi meliputi 2S- HFT (sight, smell, hearing, feeling, taste).
Kegiatan tersebut mencakup aspek fisik, mental, sosial, spiritual (Nursalam, 2011
: 39).
c. Pemeriksaan Fisik
dipergunakan untuk memperoleh data objektif dari klien. Tujuan dari pemeriksaan
masalah kesehatan, dan memperoleh data dasar guna menyusun rencana asuhan
teknik, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi (IPPA) (Nursalam, 2011 :
39).
7
Data- data yang dikumpulkan dapat diperoleh tidak hanya dari klien tetapi dari
menjadi dua, yaitu data subyektif dan data obyektif. Asuhan keperawatan sesuai
29).
Data subyektif adalah data yang didapat dari klien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi dan kejadian. Data tersebut tidak dapat ditentukan oleh
perawat secara independen tetapi melalui suatu interaksi sosial atau komunikasi.
Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur oleh perawat. Data
fisik melalui 2S (sight, smell) dan HT (hearing, touch/ taste) (Nursalam, 2011 :
31).
8
Bagian inti, terdiri dari dua bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub bab
berikut :
penulisan.
BAB 2: tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari tinjauan medis