Anda di halaman 1dari 22

KIMIA TERAPAN

RANGKUMAN REVIEW

Dosen Pembimbing :

Ir. Elly Agustiani, M.Eng

Oleh :

Yusril Reza Rosyid


10211710010001
KELAS A

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER


FAKULTAS VOKASI
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN INDUSTRI
SURABAYA
2020
BAB 1

BAHAN KIMIA
a. B3
Zat atau bahan-bahan lain yang dapat membahayakan kesehatan atau kelangsungan
hidup manusia, makhluk lain, dan atau lingkungan hidup pada umumnya. Karena
sifat-sifatnya itu, bahan berbahaya dan beracun serta limbahnya memerlukan
penanganan yang khusus. Klasifikasi B3 diklasifikasikan menjadi, B3 yang dapat
dipergunakan, dan B3 dilarang digunakandan
b. Non B3
Bahan tidak berbahaya dan tidak beracun
c. Simbol B3 (SESUAI PERMEN LH No. 3 tahun 2008)
1. Mudah meledak (explosive)

Mudah meledak (explosive), adalah bahan yang pada suhu dan


tekanan standar (250C, 760 mmHg) dapat meledak atau
melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat menghasilkan gas
dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat
merusak lingkungan di sekitarnya.

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah.


Simbol berupa gambar bom meledak (explosive / exploded
bomb) berwarna hitam.

2. Pengoksidasi(oxidizing)

Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang dapat melepaskan


banyak panas atau menimbulkan api ketika bereaksi dengan
bahan kimia lainnya, terutama bahan bahan yang sifatnya
mudah terbakar meskipun dalam keadaan hampa udara
Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Dan
Gambar simbol berupa bola api berwarna hitam yang menyala
3. Mudah menyala(flammable)

Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah. Dan
Gambar simbol berupa gambar nyala api berwarna putih dan
hitam.

Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki karakteristik sebagai berikut
:
• Terbakar karena kontak dengan udara pada temperatur ambien;
• Padatan yang mudah terbakar karena kontak dengan sumber nyala api;
• Gas yang mudah terbakar pada suhu dan tekanan normal;
• Mengeluarkan gas yang sangat mudah terbakar dalam jumlah yang
berbahaya, jika bercampur atau kontak dengan air atau udara lembab;
o
• Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala di bawah 0 C dan titik
o
didih lebih rendah atau sama dengan 35 C;
o o
• Padatan atau cairan yang memiliki titik nyala 0 C – 21 C;
4. Beracun (toxic)
Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki karakteristik
sebagai berikut:
• Sifat racun bagi manusia, yang dapat menyebabkan
keracunan atau sakit yang cukup serius apabila masuk ke
dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut.Penentuan
tingkat sifat racun ini didasarkan atas uji LD 50 (amat sangat
beracun, sangat beracun dan beracun); dan/atau
• Sifat bahaya toksisitas akut

• Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna


merah;
• Simbol berupa gambar tengkorak dan tulang bersilang;
5. Berbahaya (harmful)

Simbol ini untuk menunjukkan suatu bahan baik


berupa padatan, cairan ataupun gas yang jika
terjadi kontak atau melalui inhalasi ataupun oral
dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan
sampai tingkat tertentu
• Warna dasar putih dengan garis tepi tebal
berwarna merah.
• Simbol berupa gambar silang berwarna hitam.

6. Iritasi (irritant)

• Warna dasar putih dengan garis tepi tebal


berwarna merah.
• Simbol berupa gambar tanda seru berwarna
hitam.

Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
• Padatan maupun cairan yang jika terjadi kontak secara langsung dan/atau terus
menerus dengan kulit atau selaput lendir dapat menyebabkan iritasi atau peradangan;
• Toksisitas sistemik pada organ target spesifik karena paparan tunggal dapat
menyebabkan iritasi pernafasan, mengantuk atau pusing;
• Sensitasi pada kulit yang dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit; dan/atau
Iritasi/kerusakan parah pada mata yang dapat menyebabkan iritasi serius pada mata

7. Korosif (corrosive) Simbol ini menunjukkan suatu bahan yang memiliki karakteristik


sebagai berikut:
• Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit;
• Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja SAE
1020 dengan laju korosi > 6,35 mm/tahun dengan temperatur
o
pengujian 55  C
• Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk B3 bersifat
asam dan sama atau lebih besar dari 12,5 untuk B3 yang
bersifat basa
8. • Berbahaya
Warna dasar putih
bagi dengan garis
lingkungan tepi tebalfor
(dangerous berwarna merah.
environment)
• Simbol terdiri dari 2 gambar yang tertetesi cairan korosif.
Simbol ini untuk menunjukkan suatu bahan yang dapat
menimbulkan bahaya terhadap lingkungan Bahan kimia ini
dapat merusak atau menyebabkan kematian pada ikan atau
organisme aquatic lainnya atau bahaya lain yang dapat
ditimbulkan, seperti merusak lapisan ozon (misalnya CFC =
Chlorofluorocarbon), persistent di lingkungan (misalnya PCBs
= Polychlorinated Biphenyls.
• Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah.
• Simbol berupa gambar pohon dan media lingkungan berwarna hitam serta ikan
berwarna putih.
9. Karsinogenik, teratogenik dan mutagenik (carcinogenic,
tetragenic,mutagenic)

• Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna merah.


• Simbol berupa gambar kepala dan dada manusia berwarna
hitam dengan gambar menyerupai bintang segi enam
berwarna putih pada dada.

Simbol ini menunjukkan paparan jangka pendek, jangka panjang atau berulang dengan
bahan ini dapat menyebabkan efek kesehatan sebagai berikut:
• Teratogenik yaitu sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan
pertumbuhan embrio;
• Mutagenic yaitu sifat bahan yang menyebabkan perubahan kromosom yang
berarti dapat merubah genética;
• Toksisitas sistemik terhadap organ sasaran spesifik.

10. Gas bertekanan (pressure gas)

• Warna dasar putih dengan garis tepi tebal berwarna


merah.
• Simbol berupa gambar tabung gas silinder berwarna
hitam.

Simbol ini untuk menunjukkan bahaya gas bertekanan yaitu bahan ini
bertekanan tinggi dan dapat meledak bila tabung dipanaskan/terkena panas atau pecah
dan isinya dapat menyebabkan kebakaran.

d. GHS – Globally Harmonized System


• Merupakan sistem harmonisasi secara global, dimana MSDS –
Material Safety Data Sheet disebut SDS–Safety Data Sheets.
• Perubahan:
• Nama,
• Format dan informasi  menjadi 16 poin
Tujuan
 Klasifikasi
Suatu inisiatif untuk memperbaiki keselamatan dengan menstandarkan,
• Label bahan kimia,
• Lembar data keselamatan (sds) dan

e. CHEMICAL HAZARD

• Bahaya (Hazard):
Suatu situasi yang memiliki potensi atau kapabilitas menyebabkan
cedera atau membahayakan pekerja, kerusakan properti, kerugian atau
kontaminasi ke lingkungan.
• Resiko (Risk):
Situasi apapun yang mempunyai probabilitas menyebabkan cedera atau
membahayakan kepada manusia, kerusakan pada properti, kerugian atau
kontaminasi ke lingkungan.
• Accidents:
Adanya kejadian yang tidak direncanakan, tidak diinginkan dan tidak
tepat yang membawa cedera atau membahayakan kepada pekerja,
kerusakan pada properti, kerugian atau kontaminasi ke lingkungan.
BAB 2
MSDS (Material Safety Data Sheet)

MSDS = LDKB (Lembar Data Keselamatan Bahan)


- Merupakan sebuah dokumen yang memuat seluruh informasi tentang bahan kimia,
dan wajib disertakan pada setiap bahan tersebut.
- Fungsi
o Petunjuk standar keamanan dan keselamatan kerja  safety tool on the
job.
o Digunakan secara luas didalam industri, pengangkutan (logistik),
laboratorium, serta pihak-pihak yang berhubungan dengan dengan bahan-
bahan yang digunakan
o Dapat mendukung budaya terciptanya kesehatan dan keselamatan kerja.

- Klasifikasi MSDS by the National Fire Protection Association (NFPA)

Health Flammable Instability

Kemudahan Kemudahan
Proteksi
terbakar melepaskan energi

4 Harus menggunakan 4 Terbakar pada kondisi 4 Kemungkinan


pakaian pelindung temperatur normal meledak pada
khusus lengkap dan kondisi normal
peralatan pernafasan
3 Seharusnya 3 Menyala pada kondisi 3 Kemungkinan
menggunakan pakaian temperatur normal meledak
pelindung khusus dengan adanya
lengkap dan peralatan panas atau
pernafasan goncangan

2 Seharusnya 2 Menyala dengan 2 Perubahan


menggunakan menimbulkan panas kimia tetapi
peralatan pernafasan sedang tidak
menimbulkan
ledakan

1 Menggunakan 1 Menyala saat 1 Tidak stabil


peralatan peranafasan dipanakan jika
dipanaskan

0 Tidak memerlukan 0 Tidak akan menyala 0 Stabil dalam


kondisi normal

f. SDS

1. Identification (Identifikasi produk)


Product identifier, manufacturer or distributor name, address, phone number,
emergency phone number, recommended use, and restrictions on use.
2. Hazard(s) identification (Identifikasi BAHAYA)
All hazards regarding the chemical and required label elements.
3. Composition/Information on ingredients (Komposisi dan informasi bahan)
Information on chemical ingredients and trade secret claims.
4. First-aid measures (Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan P3K)
Required first aid treatment for exposure to a chemical and the symptoms
(immediate or delayed) of exposure.
5. Fire-fighting measures (Tindakan Penanggulangan Kebakaran)
The techniques and equipment recommended for extinguishing a fire involving
the chemical and hazards that may be created during combustion
6. Accidental release measures (Tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran)
Steps to take in the event of a spill or release involving the chemical.  Includes:
emergency procedures, protective equipment and proper methods of containment
and cleanup.
7. Handling and storage (Penyimpanan dan Penanganan Bahan)
Precautions for safe handling and storage, including incompatibilities.
8. Exposure controls / Personal protection (Pengendalian Pemaparan dan
Perlindungan diri)
OSHA’s permissible exposure limits (PELs), threshold limit values (TLVs),
appropriate engineering controls, and personal protective equipment (PPE).
9. Physical and chemical (Sifat-sifat Fisika dan Kimia)
The chemical’s characteristics.
10. Stability and reactivity (Reaktifitas dan Stabilitas)
Chemical stability and possible hazardous reactions.
11. Toxicological information (Informasi toksik)
Routes of exposure (inhalation, ingestion, or absorption contact), symptoms, acute
and chronic effects, and numerical measures of toxicity.
12. Ecological information (Informasi ekologi)
How the chemical might affect the environment and the duration of the effect
13. Disposal considerations (Pembuangan limbah)
Describes safe handling of wastes and methods of disposal, including the disposal
of any contaminated packaging.
14. Transportation information 
Includes packing, marking, and labeling requirements for hazardous chemical
shipments.
15. Regulatory information
Indicates regulations that apply to chemical.
16. Other information
Includes date of preparation or last revision.
BAB 3

KEBAKARAN
a. PENGERTIAN
Suatu peristiwa oksidasi yang melibatkan tiga unsur yang harus ada, yaitu ;
bahan bakar yang mudah terbakar, oksigen yang ada dalam udara, dan sumber
energy atau panas yang berakibat menimbulkan kerugian harta benda, cidera
bahkan kematian.
b. KLASIFIKASI
- Kebakaran Kelas A
- Adalah kebakaran yang disebabkan oleh benda padat yang mudah terbakar seperti
kayu, kain, kertas, atau plastik.
- Kebakaran kelas B
- Adalah kebakaran yang disebabkan oleh benda cair atau gas yang mudah terbakar
seperti bensin, cat, thinner, gas LPG, dan gas LNG.
- Kebakaran kelas C
Adalah kebakaran yang disebabkan oleh penggunaan komponen elektrik (listrik)
seperti televisi, refrigerator, instalasi listrik, dan lain sebagainya.
- Kebakaran kelas D
Adalah kebakaran yang disebabkan oleh benda metal yang mudah terbakar seperti
potassium, sodium, aluminium, dan magnesium.

c. TEKNIK PEMADAMAN KEBAKARAN


Prinsip dasar melakukan pemadaman kebakaran adalah merusak kesetimbangan
bidang empat Api (Tetrahedron of Fire), yaitu
1. Starvation
Teknik pemadaman dengan cara mengambil / mengurangi konsentrasi dari
bahan bakar yang terbakar sampai batas bisa terbakar bawah (LEL).
Kebakaran pipa gas, maka dengan menutup valve aliran gas tersebut akan
menurunkan kadar uap bahan bakar sehingga api padam
2. Smothering
Teknik pemadaman dengan cara membatasi atau mengisolasi bahan bakar
yang terbakar dari udara (oksigen), dikenal sebagai Exclusion of Oxygen.
Ex. Blanketing dan (Temporary) Pemadaman dengan tepung kimia (Dry
Chemical)
3. Dilution
Teknik pemadaman dengan cara melakukan pengenceran oksigen pada
daerah yang terbakar. Pemadaman dengan cara menyemprotkan CO2 atau
inert gas lainnya pada daerah yang terbakar, hingga api padam.
4. Cooling
Teknik pemadaman dengan cara mengambil jumlah panas dari bahan bakar
yang terbakar sampai di bawah titik nyalanya (Flash Point)
5. Break Chain Reaction
Teknik pemadaman dengan cara memutus hubungan dua gugus OH- pada
proses pembakaran, sehingga tidak menghasilkan oksigen lagi.
Teknik ini dapat dilakukan misalnya dengan cara menyemprotkan media
pemadam Halon atau NaHCO3 pada daerah yang terbakar.

d. FUEL (BAHAN BAKAR)


Syarat untuk bisa terbakar :
 Bahan bakar padat/cair untuk bisa terbakar harus berubah menjadu uap (vapor)
 Bahan bakar gas, langsung bisa terbakar (no input energy required)
Jenis bahan bakar (types of fuels) :
1. Jenis padat (Solid material /ordinary combustion)
Merupakan bahan bakar berbentuk padat, dan kebanyakan menjadi sumber
energi panas. Misalnya kayu dan batubara. Energi panas yang dihasilkan bisa
digunakan untuk memanaskan air menjadi uap untuk menggerakkan peralatan
dan menyediakan energi.
2. Jenis cair (flammable / combustible liquid)
Bahan bakar cair adalah bahan bakar yang strukturnya tidak rapat, jika
dibandingkan dengan bahan bakar padat molekulnya dapat bergerak bebas.
Bensin/gasolin/premium, minyak solar, minyak tanah adalah contoh bahan
bakar cair. 
3. Jenis gas (Material gasses)
yakni Compressed Natural Gas (CNG) dan Liquid Petroleum Gas (LPG. CNG
pada dasarnya terdiri dari metana sedangkan LPG adalah campuran dari
propana, butana dan bahan kimia lainnya. LPG yang digunakan untuk kompor
rumah tangga, sama bahannya dengan Bahan Bakar Gas yang biasa digunakan
untuk sebagian kendaraan bermotor.
- Bahan bakar cair untuk bisa terbakar juga harus dalam bentuk uap (vapor).
Proses ini disebut penguapan (vaporization).
- Kemudahan bahan bakar cair dipengaruhi oleh tiga faktor :
o Flash point (titik nyala)
Temperatur terendah dimana suatu zat cukup mengeluarkan uap dan
terbakar sekejap bila dinyalakan. Semakin rendah flash point suatu zat
berarti zat tersebut mudah menguap dan mudah terbakar.
o Auto Ignition Temperature (suhu penyalaan sendiri)
Temperature bisa menyala sendirinya, yaitu temperature terendah dimana
suatu zat bisa menyala dengan sendirinya, tanpa adanya sumber penyalaan
dari luar. Semakin rendah AIT suatu zat berarti zat tersebut semakin
mudah terbakar.
o Fire Point (Titik Bakar)
Temperatur terendah dimana suatu zat cukup mengeluarkan uap dan
terbakar secara terus menerus bila diberi panas dari luar. Fire point hanya
beberapa derajat diatas flash point.
o Flammable range (daerah bisa terbakar)
Campuran antara uap bahan bakar dengan oksigen yang bisa terbakar,
yang dibatasi oleh LFL (Lower Flammable Limit) dan UFL (Upper
Flammable Limit). Semakin lebar/luas flammable range suatu zat, berarti
zat tersebut lebih mudah terbakar
- SEGITIGAAPI
Hubungan antara bahan bakar dengan oksigen yang terikat oleh suatu reaksi
kimia, sehingga muncul teori Bidang Empat Api (Poly Tetrahedron of Fire).
[Sumber penyalaan, Bahan Bakar, Oksigen, (Flash point & Flammbale Range)]
BAB 4

SEL AKI
- Sel aki disebut sebagai sel penyimpan, karena dapat menyimpan listrik dan dapat
dikeluarkan setiap saat dibutuhkan.
- Anode terbuat dari logam timbal (Pb) dan katodenya terbuat dari logam timbal
berlapis PbO2.
- Keduanya dicelupkan dalam larutan asam sulfat, namun kedua elektrode itu tidak
larut dalam larutan asam sulfat.
- Reaksi kimia yang terjadi dalam pemakaian sel aki
o Anoda Pb

o Katoda PbO₂

- Dengan berubahnya kedua elektroda Pb dan PbO₂ menjadi PbSO₄, maka daya aki
makin berkurang.
- Untuk mengaktifkan aki yang sudah tidak dapat mengalirkan elektron, dimana
larutan elektrolit H2SO4 28 % sudah berubah menjadi H2O, maka aki dapat diisi
dengan pelarut murni H2O dan aki dihubungkan dengan sumber tenaga listrik
DC.
- Ketika pengisian elektron, maka terjadi pelepasan ion sulfat (SO4 2-), sehinga
terjadi larutan elektrolit H2SO4 28% kembali.
- Reaksi kimia yang terjadi dalam pengisian sel aki
o Tujuan pengisian sel aki adalah mendapatkan kembali elektroda Pb dan
PbO₂ yang telah berubah menjadi PbSO₄.
o Cara pengisian aki adalah mengalirkan arus listrik searah dari kutub
negatif ke kutub positif atau dalam arah yang berlawanan dengan
bekerjanya aki, sehingga terjadi reaksi kebalikannya.Pada elektroda Pb
terjadi perubahan PbSO₄ menjadi Pb
o Pada elektroda Pb terjadi perubahan PbSO₄ menjadi Pb

o Pada elektroda PbO₂ terjadi perubahan PbSO₄ menjadi PbO₂

--------------------------------------------------------------
-----------
BAB 5

KONSEP MOL

- SATU MOL SUATU UNSUR = BANYAKNYA GRAM UNSUR ITU YANG


SESUAI DENGAN MASSA ATOMNYA (BERAT ATOMNYA)
- Ex/. Massa atom Al =27, artinya 1mol Al = 27 gram, 3 gram Al = 0,33 mol
- Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang
berbeda. Dan satu zat berapapun massanya berapapun volumenya akan memiliki
massa jenis yang sama.
- Rumus untuk menentukan massa jenis adalah
o ρ adalah densitas atau massa jenis,
o m adalah massa,
o V adalah volume.
o Satuan massa jenis adalah: gram per sentimeter kubik (g/cm3).
- 1 g/cm3 = 1kg/ liter

BAB 6

MEMBUAT LARUTAN

o NaOH
o KOH
Membuat larutan KOH 1 N sebanyak 500 mL:
 Larutan KOH 1 N= larutan KOH 1M, artinya liter larutan KOH
konsentrasinya 1M, terdapat 1mol KOH = 1mol x 5,611 gram/
mol= 5,611 gram.
 Timbang KOH sebanyak 5,611 gram
 Masukkan KOH sebanyak 5,611 gram dalam gelas piala
200 ml,  tambahkan aquadest kira-kira 100 ml. Aduk
hingga KOH larut  semua.
 Pindah larutan tersebut ke dalam labu ukur volume 500 ml,
tambahkan aquadest sampai tanda batas. labu ukur 500 ml
tersebut.  
o H2SO4
Larutan 30% sebanyak 500 ml
Tahap 1:
 Mencari molaritas H2SO4 98% mempunyai densitas 1,8 kilogram/
liter.
gram
 Berat molekul (Mr) zat H2SO4 = 98
mol
 Larutan H2SO4 98% mempunyai densitas 1,8 kilogram/ liter
 Molaritas Larutan H2SO4 98% =
banyaknya mol zat H 2 SO 4
1liter (1000 mL) Larutan H 2 SO 4 98 %
 Larutan H2SO4 98% mempunyai densitas 1800 gram/ liter 1000 mL
 Larutan H2SO4 98% mempunyai berat 1800 gram, jadi banyaknya
98
zat terlarut H2SO4 = x 1800 gram=1764 gram =
100
1764 gram
x 1 mol = 18 mol.
98 gram

Tahap 2:

 Mencari molaritas larutan H2SO4 30% mempunyai densitas (ρ) ???


gram/ 1000 mL.
 Larutan H2SO4 30% terdiri dari: 30 % H2SO4 dan 70 % H2O
 ρ H2SO4 = densitas Larutan H2SO4 98 % (pekat sekali) =1800 gram/
1000 mL=1,8Kg/L
 ρ H2O = 1gram/mL= 1000 gram/ 1000 mL= 1Kg/L
 ρ H2SO4 30% = (0,3x 1800 gram/ liter ) + (0,7x 1000 gram/ liter ) =
1240 gram/1000 mL
 Molaritas Larutan H2SO4 30% =
banyaknya mol zat H 2 SO 4
1liter (1000 mL) Larutan H 2 SO 4 30 %
 ρ H2SO4 30% mempunyai densitas 1240 gram/ 1000 mL
 1000 mL Larutan H2SO4 30% mempunyai berat 1240 gram, jadi
30
banyaknya zat terlarut H2SO4 = x 1240 gram=372 gram =
100
372 gram
x 1 mol = 3,8 mol.
98 gram
 Larutan H2SO4 30% sebanyak 1 liter, banyaknya zat terlarut H2SO4
adalah 3,8 mol, molaritas larutan Larutan H2SO4 3,8% adalah M =
3,8
 Larutan H2SO4 98% sebanyak 1 liter, banyaknya zat terlarut H2SO4
adalah 18 mol, molaritas larutan Larutan H2SO4 98% sebanyak 1
liter adalah M = 18

RUMUS PENGENCERAN
 N1 V1=N2V2 atau M1 V1=M2V2
 Larutan H2SO4 akan terurai menjadi: H2SO4 2 H + + SO4 2-

N= ∑ H +¿ ¿ M, maka N H2SO4 = 2 M H2SO4


Tahap 3:
 Larutan H2SO4 30% sebanyak 1 liter, banyaknya zat terlarut H2SO4
adalah 3,8 mol, artinya molaritas (M) larutan Larutan H2SO4 30% =
3,8, ditetapkan M2= 3,8.
 N2 = ∑ H +¿ ¿ M2= 2x3,8, jadi N2 =7,6.
 Dibuat sebanyak 500 mL larutan asam sulfat (H2SO4) 30% maka
ditetapkan sebagai N2=7,6 dan V2=500 mL
Perhitungan
 Larutan H2SO4 98% yang di kamar asam M1= 18 atau N1 = 36
 Larutan H2SO4 30 % yang dibuat sebanyak 500 mL, N2= 7,6 dan V2
= 500 mL
 N1 V1=N2V2
 7,6x500 mL (Larutan H2SO4 30% yang dibuat)= 36x V2 (Larutan
H2SO4 98% ada di kamar asam)
 Larutan H2SO4 98% yang diambil di kamar asam sebanyak 105, 5
mL menggunakan pipet ukur.
- Prosedure pembuatan larutan (H2SO4 dengan konsentrasi 1 N sebanyak 500
mL:

1. Gunakan Jas Praktikum dan alat pelindung diri (APD), yaitu kaca mata,
masker dan sarung tangan khusus disediakan untuk penggunaan kamar
asam

2. Ambil labu ukur (takar) 500 mL

3. Masukkan H2O kedalam labu takar sebanyak 0,5 volume labu takar

4. letakkan labu takar berisi H2O di dalam kamar asam

5. Ambil larutan H2SO4 98% di kamar asam sebanyak 105, 5 mL


menggunakan pipet ukur, kemudian masukkan kedalam labu takar yang
berisi H2O tersebut secara perlahan- lahan lewat dinding labu takar
tersebut. Selanjutnya keluarkan labu takar dari kamar asam.

6. Masukkan H2O kedalam labu takar tersebut hingga batas volume labu
takar 500 mL(gunakan botol semprot yang berisi H2O untuk penambahan
sedikit hingga batas volume labu takar)

7. Pindahkan larutan H2SO4 dengan konsentrasi 30% sebanyak 500 mL


dimasukkan dalam botol berwarna gelap volume 500 mL dan diberi label
“H2SO4 30% “ tgl pembuatan…., oleh……..“

CATATAN PENTING

Larutan H2SO4 98% (Asam sulfat 98% umumnya disebut sebagai asam sulfat pekat
dalam kemasan botol gelap), sebanyak 1 L atau 2,5 L diletakkan di kamar asam,
karena bersifat korosif dan toxic dan apabila ditambahkan H 2O (air) akan terjadi
letupan (lihat MSDS), maka untuk pengenceran di kamar asam, H 2O dimasukkan dulu
ke labu takar 500 ml sebanyak 0, 5 volume labu takar, kemudian dimasukkan H2SO4
98% pekat dengan pipet ukur dengan volume 105, 5 mL secara perlahan lahan agar
tidak terjadi letupan.

BAB 7

NERACA MASSA TANPA REAKSI KIMIA & NERACA MASSA


DENGAN REAKSI KIMIA
1. NERACA MASSA TANPA REAKSI KIMIA

Pengeringan (Drying)

Wet pulp mengandung 80% air, setelah pengeringan didapatkan 60% air teruapkan.

Hitung : a). Massa dried pulp (pulp kering tidak bercampur H2O)

b). Massa H2O


H2O
c). Buat neraca massa pada alat pengeringan tersebut vapor
System
Dasar perhitungan : 1 kg wet pulp (pulp bercampur H2O): Boundary
80% H2O =80/100 x 1kg = 0,80 kg Dried pulp :
Wet pulp= 1kg Dryer
pulp =0,20% pulp : ?
Massa H2O dalam wet pulp = 0,80 kg H2O : ?
H2O=80%
20% dried pulp = 20/100 x 1 kg = 0,20 kg

Massa dried Pulp = 0,20 kg

Setelah pengeringan wet pulp, didapatkan 60% H2O yang teruapkan = 0,6 (0,80kg) = 0,48 kg

Massa H2O yang teruapkan = 0,40 kg

H2O dalam dried Pulp = H2O dalam wet pulp – H2O yang teruapkan = (0,80 – 0,48) kg =
0,32 kg

Massa H2O dalam pulp yang keluar di alat drying = 0,32 kg

MASUK   KELUAR  
KERTAS YANG KELUAR DARI
WET PULP   ALAT DRYING MASIH BASAH  
0,20 0,20
DRIED PULP KG DRIED PULP KG
H2O DALAM WET 0,80 0,32
PULP KG H2O DALAM DRIED PULP KG
       
0,48
    H2O YANG TERUAPKAN KG
       
1,00 1,00
JUMLAH KG JUMLAH KG

2. NERACA MASSA DENGAN REAKSI KIMIA

Contoh:

Bahan bakar gas terdiri dari 80% C2H6 dan 20% O2 dibakar dengan oksigen menggunakan
udara 300% excess (berlebih)

80% gas ethane terbakar menjadi CO2

10% gas ethane terbakar menjadi CO dan

10% gas ethane tidak terbakar


Fuel Gas Engine Exhaust
hitung komposisi gas keluar gas
Syste
m
Penyelesaian :
Bound
Reaksi: ary
300%
C2H6 + 7/2 O2 2 CO2 + 3 H2O excess air
(udara
C2H6 + 5/2 O2 2 CO + 3 H2O berlebih)

Dasar perhitungan menggunakan konsep mol:

100 gmol bahan bakar gas

C2H6 + 7/2 O2 2 CO2 + 3 H2O

O2 dibutuhkan untuk pembakaran sempurna = 7/2 x 80 gmol= 280 gmol

O2 dibutuhkan dari udara untuk pembakaran sempurna = (280 – 20) gmol = 260 gmol

Udara dianggap sangat bersih, maka hanya ada N2 =79% dan O2 =21%

O2 masuk dari udara = 300/100 x 260 gmol = 780 gmol

N2 masuk dari udara = 79/21 x 780 gmol = = 2934,3 gmol

Reaksi 1 : C2H6 + 7/2 O2 2 CO2 + 3 H2O (reaksi 80%)

Reaksi 2 : C2H6 + 5/2 O2 2 CO + 3 H2O (reaksi 10%)

CO2 = 80/100 x 2/1 x 80 gmol = 128 gmol (reaksi 1)


CO = 10/100 x 2/1 x 80 gmol = 16 gmol (reaksi 2)

H2O = (80/100 x 3/1x 80 gmol) + (10/100 x 3/1 x 80 gmol) = 216 gmol

reaksi 1 reaksi 2

Menghitung O2 sisa :

O2 masuk = 780 + 20 = 800 gmol

O2 yang dibutuhkan untuk reaksi 1 = 80/100 x7/2 x 80 gmol = 224 gmol

O2 yang dibutuhkan untuk reaksi 2 = 10/100x 5/2 x 80 gmol = 20 gmol

Total O2 yang dibutuhkan untuk reaksi = 244 gmol

O2 sisa yang tidak terbakar (ikut keluar di exhaust gas)= (800 – 244) gmol = 556 gmol

10% gas C2H6 (ethane) tidak terbakar = 10/100 x 80 gmol = 8 gmol

Komposisi bahan bakar, udara yang masuk dan exhaust gas (gmol)

KOMPONEN FUEL (gmol) UDARA (gmol) EXHAUST GAS (gmol)


C2H6 80   8
O2 20   556
N2   780 2934,3
CO2     128
CO   2934,3 16
H2O     216

Komposisi gas yang keluar dari exhaust gas (%)

KOMPONEN EXHAUST GAS (gmol) %


C2H6 8 0,21
O2 556 14,41
N2 2934,3 76,05
CO2 128 3,32
CO 16 0,41
H2O 216 5,6
TOTAL 3858,3 100
BAB 8

KOROSI

- PENGERTIAN
Korosi adalah perubahan logam secara fisika maupun kimia akibat hilangnya
fungsi mekanis logam tersebut. Logam seperti besi bisa mengalami korosi jika
bersentuhan dengan senyawa asam, air, dan mengalami perubahan suhu dalam
jangka waktu yang cukup lama dan secara terus menerus.
- TERBENTUKNYA
Proses terjadinya korosi merupakan proses elektrokimia. Elektrokimia adalah
proses terjadinya reaksi redoks (reduksi oksidasi) secara spontan. Contohnya,
korosi pada besi akan membentuk oksida besi (Fe2O3.xH2O). Besi akan
teroksidasi oleh oksigen dari udara dan akan membentuk korosi. Persamaan reaksi
yang berlangsung adalah sebagai berikut.

- FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPERCEPAT KOROSI

1. Kontak langsung dengan H2O dan O2


2. Suhu
3. Tingkat Keasaman (pH)
4. Keberadaan Zat Pengotor
5. Kontak dengan Elektrolit
6. Metalurgi
7. Mikroba

- PENCEGAHAN
o Usahakan logam tidak mengalami kontak langsung dengan udara luar.
Bagaimana caranya? Dengan membuat lingkungan di sekitar logam bebas
oksigen, yaitu mengalirkan gas karbondioksida.
o Melalui pengecatan, permukaan logam tidak akan bersinggungan langsung
dengan udara luar yang mengandung oksigen dan uap air. Dengan
demikian, logam tidak akan mudah mengalami korosi.
o Menggunakan elektroplating, yaitu melapisi permukaan logam secara
elektrokimia. Permukaan logam yang akan dilapisi berperan sebagai
katoda, sedangkan pelapisnya—dalam hal ini logam lain—berperan
sebagai anoda.
Contoh elektroplating ini bisa kamu lihat di badan mobil. Sebenarnya,
badan mobil itu terbuat dari besi atau baja. Pernahkah kamu lihat badan
mobil berkarat? Tentu tidak ya. Hal itu karena badan mobil sudah dilapisi
dengan logam lain, yaitu krom, sehingga terlihat lebih indah dan mengilap.
o Perlindungan katoda atau pengorbanan anoda dilakukan dengan cara
menyambungkan logam yang akan dilapisi dengan logam yang memiliki
potensial elektroda lebih kecil. Logam dengan potensial elektroda lebih
kecil berperan sebagai anoda yang nantinya akan mengalami reaksi
oksidasi (logam yang akan terkorosi). Selama logam pelapis atau anodanya
masih ada, logam yang dilapisi (katoda) tidak akan mengalami korosi.
Itulah mengapa reaksi ini disebut pengorbanan anoda atau perlindungan
katoda.
o Membuat paduan (alloy) dengan cara mencampurkan besi dengan logam
lain yang tahan korosi seperti nikel atau krom. Campuran ini dikenal
sebagai baja stainless.

- Deret Volta
o Deret kereaktifan logam yang diurutkan bedasarkan harga potensial
reduksi standart

C2H6 : 80 gmol
O2 : 20 gmol

CO2
CO
C2H6
O2
N2
H2O
- TIPE KOROSI
1. Galvanic atau Bimetallic Corrosion
2. Crevice Corrosion
Korosi local yang diakibatkan terjebaknya elektrolit sebagai lingkungan
korosif di celah-celah yang terbentuk diantara peralatan konstruksi
3. Pitting Corrosion
Korosi lokal yang menusuk ke arah ketebalan logam dan mengakibatkan
konstruksi mengalami kebocoran,yang sering terjadi pada stainless-steel
lingkungan stasioner dan non-oksidator.
4. Erosion/Abrasion Corrosion
Korosi yang diakibatkan oleh fluida yang bergerak, sering terjadi pada
peristiwa kavitasi di impeller pompa dan sudu-sudu turbin
5. Stress Corrosion Cracking (SCC)
Cracking akibat adanya stress dan korosi berbarengan. Permukaan logam
terbentuk lapisan berupa kromat (Cr2O32-) yang merupakan bahan keramik,
yang akhirnya pecah, lalu terekspos oleh lingkungan yang korosif dan
membentuk lapisan oksida baru, yang selanjutnya pecah lagi oleh stress
6. Fretting Corrosion
Korosi yang terjadi pada konstruksi yang bergerak dengan mengalami
gesekan.
7. Hydrogen Attack
Logam menjadi rapuh akibat penetrasi hidrogen kedalaman logam
8. Filiform Corrosion
Korosi yang terbentuk seperti cabang-abng di permukaan logam yang tertutupi
cat. Ciri khasnya bentuknya menyebar di permukaan logam dengan arah
perkembangan korosi horizontal sepanjang permukaan logam dan tidak
mengarah ke dalaman logam.

- SEL VOLTA
o Anode, yaitu elektrode tempat terjadinya reaksi oksidasi.
o Katode, yaitu elektrode tempat terjadinya reaksi reduksi.
o Elektrolit, yaitu zat yang dapat menghantarkan listrik.
o Rangkaian luar, yaitu kawat konduktor yang menghubungkan anode
dengan katode.
o Jembatan garam, yaitu rangkaian dalam yang terdiri dari larutan garam.
Jembatan garam memungkinkan adanya aliran ion-ion dari setengah sel
anode ke setengah sel katode, dan sebaliknya sehingga terbentuk rangkaian
listrik tertutup
E°sel = E°katode – E°anode
o Katode adalah elektrode yang memiliki nilai E° lebih besar (positif),
sedangkan anode adalah elektrode yang memiliki nilai E° lebih kecil
(negatif)
o Ex/.
o Al3+(aq) + 3e− → Al(s)                E° = −1,66 V
o Ag+(aq) + e− → Ag(s)                 E° = +0,80 V
a. Reaksi oksidasi di anode → E° lebih negatif → Al
Reaksi reduksi di katode → E° lebih positif → Ag
Diagram sel: Al | Al3+ || Ag+ | Ag

- Katode (reduksi) : 3Ag+(aq) + 3e− → 3Ag(s)                     E°red = +0,80 V


- Anode (oksidasi) : Al(s) → Al3+(aq) + 3e−                          E°red = −1,66 V

- Reaksi sel (redoks)      : 3Ag+(aq) + Al(s) → 3Ag(s) + Al3+(aq)   E°sel = +2,46 V


- Perhatian! Nilai potensial elektrode tidak bergantung pada koefisien reaksi.
c. E°sel = E°katode – E°anode = (+0,80 V) − (−1,66 V) = +2,46 V
d. Reaksi ion bersih : Al3+(aq) + 3Ag(s) → Al(s) + 3Ag+(aq)
- Reduksi                         : Al3+(aq) + 3e− → Al(s)           E°red (Al3+/Al) = −1,66 V
- Oksidasi                        : 3Ag(s) → 3Ag+(aq) + 3e−     E°red (Ag+/Ag) = +0,80 V
- E°redoks = E°red (Al3+/Al) – E°red (Ag+/Ag) = (−1,66 V) − (+0,80 V) = −2,46 V
- Oleh karena E°redoks < 0, reaksi tidak berlangsung spontan.

Anda mungkin juga menyukai