Anda di halaman 1dari 18

Tugas Keperawatan Kritis Dan KGD

Martikulasi Kasus ARDS

OLEH :

ILHAM RAMADHAN

NIM:PO71202210080

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAMBI

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN

2021/2022

LAPORAN PENDAHULUAN
Acute respiratory distress syndrome

A. DEFENISI
Sindrom gangguan pernapasan akut (Acute respiratory distress syndrome - ARDS)
merupakan manifestasi cedera akut paru-paru, biasanya akibat sepsis, trauma, dan infeksi
paru berat. Secara klinis, hal ini ditandai dengan dyspnea, hipoksemia, fungsi paru-paru
yang menurun, dan infiltrat difus bilateral pada radiografi dada.
Sindrom distres respiratorik akut merupakan bentuk edema pulmoner yang
menyebabkan gagal respiratorik akut dan disebabkan oleh meningkatnya permeabilitas
membran alveolokapiler. Cairan terakumulasi dalam interstisium paru-paru dan ruang
alveolar. ARDS parah bisa menyebabkan hipoksemia yang sulit disembuhkan dan fatal,
tetapi pasien yang sembuh mungkin hanya mengalami sedikit kerusakan paru-paru atau
tidak sama sekali (Guntur, 2011).

B. ETIOLOGI
Beberapa penyebab terjadinya akut respiratori distres sindrom ialah
 Syok sepsis , hemoragis, kardiogenik dan analfilatik
 Trauma ; kontusio pulmonal dan non pulmonal
 Infeksi : pneumonia dan tuberculosis
 Koagulasi intravaskuler diseminata
 Emboli lemak
 Aspirasi kandungan lambung yang sangat asam
 Menghirup agen beracun, asap dan nitrogen oksida dan atau bahan korosif
 Pankreatitis
 Toksisitas oksigen
 Penyalahgunaan obat-obatan dan narkotika
Sindrom sepsis tampaknya menjadi faktor resiko paling umum, tetapi secara
keseluruhan risiko akan meningkat secara multifaktor. Transfusi darah merupakan risiko
independen faktor. Usia lanjut dan rokok berhubungan dengan peningkatan risiko ARDS,
sementara konsumsi alkohol tampaknya tidak memiliki pengaruh. Sebuah studi menunjukkan
bahwa kematian akibat ARDS pertahun mengalami penurunan, tetapi pria dan orang kulit
hitam memiliki angka kematian lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan dan groups. ras
lainnya
Tabel 1 Kondisi Klinis yang berkaitan dengan kejadian ARDS
Cedera paru-paru langsung Cedera paru-paru tidak langsung
 Pneumonia  Sepsis
 Aspirasi gaster  Trauma berat
 Trauma inhalasi  Pankreatitis Akut
 Tenggelam  Bypass kardiopulmonal
 Kontusi paru  Tranfusi massif
 Emboli lemak  Overdosis obat
 Reperfusi edema paru pasca
transplantasi paru-paru atau
embolectomy paru

C. PATOFISIOLOGI

Berdasarkan patofisiologinya, ARDS dideskripsikan sebagai gagal nafas akut yang


merupakan akibat dari edema pulmoner oleh sebab non kardiak. Edema ini disebabkan
oleh karena adanya peningkatan permeabilitas membrane kapiler sebagai akibat dari
kerusakan alveolar yang difus. Selain itu, protein plasma diikuti dengan makrofag,
neutrofil, dan beberapa sitokin akan dilepaskan dan terakumulasi dalam alveolus, yang
kemudian akan menyebabkan terjadinya dan berlangsungnya proses inflamasi, yang pada
akhirnya dapat memperburuk fungsi pertukaran gas yang ada. Pada keadaan ini membrane
hialin (hialinisasi) juga terbentuk dalam alveoli (Susanto, 2012)
Secara lebih terperinci patofisiologi ARDS berjalan melalui 3 fase, yaitu fase
eksudatif, fase proliteratif, fase fibrinolitik.
Fase-fase patologi ARDS

D. KLASIFIKASI
1. Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang paru-parunya
normal secara structural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul.
2. Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik
seperti bronchitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam(penyakit penambang
batubara) Pasien mengalalmi toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang
memburuk secara bertahap Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali ke
nasalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan yang ireversibel.
E. MANIFESTASI KLINIS
ARDS biasanya timbul dalam waktu 24 hingga 48 jam setelah kerusakan awal
pada paru. Setelah 72 jam 80% pasien menunjukkan gejala klinis ARDS yang jelas.
Awalnya pasien akan mengalami dispnea, kemudian biasanya diikuti dengan pernapasan
yang cepat dan dalam. Sianosis terjadi secara sentral dan perifer, bahkan tanda yang khas
pada ARDS ialah tidak membaiknya sianosis meskipun pasien sudah diberi oksigen.
Sedangkan pada auskultasi dapat ditemui ronkhi basah kasar, serta kadang wheezing.
Analisa gas darah pada awalnya menunjukkan alkalosis respiratorik (PaO 2 sangat
rendah, PaCO2 normal atau rendah, serta peningkatan pH). Foto toraks biasanya
memperlihatkan infiltrat alveolar bilateral difus yang mirip dengan edema paru atau batas-
batas jantung, namun siluet jantung biasanya normal
PaO2 yang sangat rendah kadang-kadang bersifat menetap meskipun konsentrasi
oksigen yang dihirup (FiO2) sudah adekuat. Keadaan ini merupakan indikasi adanya pintas
paru kanan ke kiri melalui atelektasis dan konsolidasi unit paru yang tidak terjadi
ventilasi. Keadaan inilah yang menandakan bahwa paru pasien sudah mengalami bocor di
sana-sini, bentuk yang tidak karuan, serta perfusi oksigen yang sangat tidak adekuat
(Guntur, 2011)

F. KOMPLIKASI
Superinfeksi bakteri paru berupa bakteri gram negatif (Klebsiella, Pseudomonas,
dan Proteus spp) serta bakteri gram positif Staphylococcus aureus yang resisten
merupakan penyebab utama meningkatnya mortalitas dan morbiditas akibat ARDS.
Tension pneumothorax  juga bisa terjadi akibat pemasangan kateter vena sentral dengan
positive pressure ventilation (PPV) serta positive end-expiratory pressure (PEEP). Pasien
ARDS yang dirawat dengan bantuan ventilasi mekanis akan mengalami penurunan
volume intravaskular serta penekanan curah jantung hingga berakibat penurunan transpor
O2 dan kegagalan organ. Lemah, lesu, tak bergairah, seakan di ambang kematian,
merupakan gejala umum yang dirasakan pasien ARDS (Guntur, 2011).

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Selain hipoksemia, gas darah arteri sering awalnya menunjukkan alkalosis
pernapasan. Namun, jika ARDS terjadi dalam konteks sepsis, asidosis metabolik yang
dengan atau tanpa kompensasi respirasi dapat terjadi (Guntur 2011)
Bersamaan dengan penyakit yang berlangsung dan pernapasan meningkat, tekanan
parsial karbon dioksida (PCO2) mulai meningkat. Pasien dengan ventilasi mekanik
untuk ARDS dapat dikondisikan untuk tetap hiperkapnia (hiperkapnia permisif) untuk
mencapai tujuan volume tidal yang rendah yang bertujuan menghindari cedera paru-paru
terkait ventilator.
Kelainan lain yang diamati pada ARDS tergantung pada penyebab yang
mendasarinya atau komplikasi yang terkait dan mungkin termasuk yang berikut :
a. Hematologi. Pada pasien sepsis, leukopenia atau leukositosis dapat dicatat.
Trombositopenia dapat diamati pada pasien sepsis dengan adanya koagulasi
intravaskular diseminata (DIC). Faktor von Willebrand (vWF) dapat meningkat
pada pasien beresiko untuk ARDS dan dapat menjadi penanda cedera endotel.
b. Ginjal. Nekrosis tubular akut (ATN) sering terjadi kemudian dalam perjalanan
ARDS, mungkin dari iskemia ke ginjal. Fungsi ginjal harus diawasi secara ketat.
c. Hepatik. Kelainan fungsi hati dapat dicatat baik dalam pola cedera hepatoseluler
atau kolestasis.
d. Sitokin. Beberapa sitokin, seperti interleukin (IL) -1, IL-6, dan IL-8, yang
meningkat dalam serum pasien pada risiko ARDS.
2. Radiologi
Pada pasien dengan onset pada paru langsung, perubahan fokal dapat terlihat sejak
dini pada radiograf dada. Pada paien dengan onset tidak langsung pada paru, radiograf
awal mungkin tidak spesifik atau mirip dengan gagal jantung kongestif dengan efusi
ringan. Setelah itu, edema paru interstisial berkembang dengan infiltrat difus. Seiring
dengan perjalanan penyakit, karakteristik kalsifikasi alveolar dan retikuler bilateral
difus menjadi jelas.Komplikasi seperti pneumotoraks dan pneumomediastinum
mungkin tidak jelas dan sulit ditemuakn, terutama pada radiografi portabel dan dalam
menghadapi kalsifikasi paru difus. Gambaran klinis pasien mungkin tidak parallel
dengan temuan radiografi. Dengan resolusi penyakit, gambaran radiografi akhirnya
kembali normal

ARDS menunjukkan perubahan interstisial dan bercak infiltrat


3. Bronkoskopi
Bronkoskopi dapat dipertimbangkan untuk mengevaluasi kemungkinan infeksi
pada pasien akut dengan infiltrat paru bilateral. sampel dapat diperoleh dengan
bronkoskop bronkus subsegmental dalam dan mengumpulkan cairan yang dihisap
setelah meberikan cairan garam nonbacteriostatic (bronchoalveolar lavage; UUPA).
Cairan dianalisis untuk diferensial sel, sitologi, perak noda, dan Gram stain dan
pemeriksaan kuantitatif (Guntur 2011)

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tanggal/ jam masuk RS : .......................................................
Ruang : ........................................................
No. Register : .......................................................
Diagnosa Medis : .......................................................
Tanggal Pengkajian : .......................................................
IDENTITAS KLIEN
Nama : ........................................... Suami/Isteri/Ortu :
.
Umur : ........................................... Nama : ......................................
.
Jenis Kelamin : ........................................... Pekerjaan : ......................................
.
Agama : ........................................... Alamat : ......................................
.
Suku/ bangsa : ........................................... ......................................
.
Bahasa : ........................................... Penanggung : ......................................
. Jawab
Pendidikan : ........................................... Nama : ......................................
.
Pekerjaan : ........................................... Alamat : ......................................
.
Status : ........................................... ......................................
.
Alamat : ...........................................
.
...........................................
.

KELUHAN UTAMA
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
Upaya yang telah dilakukan : ....................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
Terapi yang telah diberikan : .....................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
Genogram :

KEADAAN LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI TIMBULNYA PENYAKIT


....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Pola persepsi dan tata laksana kesehatan
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

2. Pola nutrisi dan metabolisme


....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

3. Pola eliminasi
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

4. Pola aktivitas
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

5. Pola istirahat tidur


....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

6. Pola kognitif dan persepsi sensori


....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

7. Pola konsep diri


....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

8. Pola hubungan peran


....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

9. Pola fungsi seksual-seksualitas


....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

10. Pola mekanisme koping


....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

11. Pola nilai dan kepercayaan


....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................

PEMERIKSAAN FISIK
1. Status kesehatan umum
Keadaan/ penampilan umum :
Kesadaran : ................................................. GCS : ......................................
BB sebelum sakit : ................................................. TB : ......................................
BB saat ini : .................................................
BB ideal : .................................................
Perkembangan BB : .................................................
Status gizi : .................................................
Status Hidrasi : .................................................

Tanda-tanda vital :
TD : ............... mmHg Suhu : .................. 0C
N : ............... x/mnt RR : .................. x/mnt

2. Kepala
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
3. Leher
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
4. Thorak (dada)
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
5. Abdomen
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
6. Tulang belakang
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
7. Ekstremitas
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
8. Genitalia dan anus
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
9. Pemriksaan neurologis
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
2. Radiologi
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................................
3. Lain-lain
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
TERAPI
1. Oral
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
2. Parenteral
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
3. Lain-lain
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................................
Jambi, ................................................
Mahasiswa

ILHAM RAMADHAN
NIM. PO71202210080

        
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan Jalan Nafas Tak Efektif berhubungan dengan Meningkatnya tahanan jalan
nafas (edema interstisisial).
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan Kehilangan surfaktan menyebabkan
kolaps alveoli

C. RENCANA/ INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Bersihan Jalan Nafas Tak Efektif berhubungan dengan Meningkatnya tahanan jalan
nafas (edema interstisisial).
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Bersihan Jalan Nafas NOC:


tidak efektif berhubungan Respiratory status : - Pastikan kebutuhan oral /
dengan: Ventilation tracheal suctioning.
Infeksi, disfungsi Respiratory status : - Berikan O2 ……l/mnt,
neuromuskular, hiperplasia Airway patency metode………
dinding bronkus, alergi jalan Aspiration Control - Anjurkan pasien untuk
nafas, asma, trauma Setelah dilakukan istirahat dan napas dalam
Obstruksi jalan nafas : tindakan keperawatan - Posisikan pasien untuk
spasme jalan nafas, sekresi selama pasien memaksimalkan ventilasi
tertahan, banyaknya mukus, menunjukkan keefektifan - Lakukan fisioterapi dada jika
adanya jalan nafas buatan, jalan nafas dibuktikan perlu
sekresi bronkus, adanya dengan kriteria hasil : Keluarkan sekret dengan batuk
eksudat di alveolus, adanya Mendemonstrasikan batuk atau suction
benda asing di jalan nafas. efektif dan suara nafas Auskultasi suara nafas, catat
DS: yang bersih, tidak ada adanya suara tambahan
- Dispneu sianosis dan dyspneu Berikan bronkodilator :
(mampu mengeluarkan Monitor status hemodinamik
sputum, bernafas dengan - Berikan pelembab udara
DO: mudah, tidak ada pursed Kassa basah NaCl Lembab
- Penurunan suara nafas lips) - Berikan antibiotik :
- Orthopneu Menunjukkan jalan nafas - Atur intake untuk cairan
- Cyanosis yang paten (klien tidak mengoptimalkan
- Kelainan suara nafas merasa tercekik, irama keseimbangan.
(rales, wheezing) nafas, frekuensi - Monitor respirasi dan status
- Kesulitan berbicara pernafasan dalam rentang O2
- Batuk, tidak efekotif atau normal, tidak ada suara - Pertahankan hidrasi yang
tidak ada nafas abnormal) adekuat untuk mengencerkan
- Produksi sputum - Mampu sekret
- Gelisah mengidentifikasikan - Jelaskan pada pasien dan
- Perubahan frekuensi dan dan mencegah faktor keluarga tentang penggunaan
irama nafas yang penyebab. peralatan : O2, Suction,
- Saturasi O2 dalam Inhalasi.
batas normal
- Foto thorak dalam
batas normal

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan Kehilangan surfaktan menyebabkan


kolaps alveoli
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Gangguan Pertukaran gas NOC: NIC :


Berhubungan dengan : - Respiratory Status : Gas - Posisikan pasien untuk
- ketidakseimbangan perfusi exchange memaksimalkan ventilasi
ventilasi - Keseimbangan asam - Pasang mayo bila perlu
- perubahan membran Basa, Elektrolit - Lakukan fisioterapi dada jika
kapiler-alveolar - Respiratory Status : perlu
DS: ventilation - Keluarkan sekret dengan
- sakit kepala ketika bangun - Vital Sign Status batuk atau suction
- Dyspnoe Setelah dilakukan - Auskultasi suara nafas, catat
- Gangguan penglihatan tindakan keperawatan adanya suara tambahan
DO: selama …. Gangguan - Berikan bronkodilator ;
- Penurunan CO2 pertukaran pasien teratasi -………………….
- Takikardi dengan kriteria hasi: -………………….
- Hiperkapnia - Mendemonstrasikan - Barikan pelembab udara
- Keletihan peningkatan ventilasi - Atur intake untuk cairan
- Iritabilitas dan oksigenasi yang mengoptimalkan
- Hypoxia adekuat keseimbangan.
- kebingungan - Memelihara kebersihan - Monitor respirasi dan status
- sianosis paru paru dan bebas O2
- warna kulit abnormal dari tanda tanda  Catat pergerakan dada,amati
(pucat, -ehitaman) distress pernafasan kesimetrisan, penggunaan
-ipoksemia - Mendemonstrasikan otot tambahan, retraksi otot
- hiperkarbia batuk efektif dan suara supraclavicular dan
- AGD abnormal nafas yang bersih, tidak intercostal
- pH arteri abnormal ada sianosis dan  Monitor pola nafas :
-frekuensi dan kedalaman dyspneu (mampu bradipena, takipenia,
nafas abnormal mengeluarkan sputum, kussmaul, hiperventilasi,
mampu bernafas cheyne stokes, biot
dengan mudah, tidak  Auskultasi suara nafas, catat
ada pursed lips) area penurunan / tidak
- Tanda tanda vital adanya ventilasi dan suara
dalam rentang normal tambahan
- AGD dalam batas  Monitor TTV, AGD,
normal elektrolit dan ststus mental
- Status neurologis  Observasi sianosis khususnya
dalam batas normal membran mukosa
 Jelaskan pada pasien dan
keluarga tentang persiapan
tindakan dan tujuan
penggunaan alat tambahan
(O2, Suction, Inhalasi)
 Auskultasi bunyi jantung,
jumlah, irama dan denyut
jantung
REVIEW ARTIKEL/JURNAL

A. Effect of topical glaucoma medication on tear lipid layer thickness in patients with
unilateral glaucoma

1. Tentukan PICO
P: pasien glukoma unilateral
I: pemberian obat glukoma topical
C: tidak ditemukan dalam artikel
O: ketebalan lapisan lipid pada pasien glaucoma

2. Pertanyaan klinis
Pada pasien glukoma unilateral apakah obat topikal glaukoma dapat efektif untuk
mengurangi ketebalan lapisan lipid pada mata?

3. Review artikel
Tahun 2019
Judul Effect of topical glaucoma medication on
tear lipid layer thickness in patients with
unilateral glaucoma
Tujuan Untuk membandingkan ketebalan lapisan
lipid (LLT) menggunakan interferometer
permukaan okular LipiView
(TearScience® Inc, Morrisville, NC)
antara mata yang diobati dengan obat
glaukoma dan yang tidak diobati
mata normal pada pasien glaukoma
unilateral, dan mengevaluasi efek obat
glaukoma topikal pada
Parameter LLT pada mata glaukoma.
Method Partisipan dalam studi banding cross-
sectional ini adalah: pasien glaukoma
unilateral yang diobati dengan obat
glaukoma topikal selama lebih dari 12
bulan.

Instrument penelitian Semua pasien yang terdaftar menjalani


pemeriksaan oftalmologi lengkap
termasuk pengukuran ketajaman visual
terbaik, pemeriksaan slit lamp, panjang
aksial, gonioskopi, dan fundoskopi.
Pemeriksaan lapangan visual otomatis
dilakukan pada semua subjek
menggunakan program standar SITA
30-2 pada Humphrey 740i Visual Field
Analyzer (Carl Zeiss Meditec,
Dublin, CA, AS). Semua pasien memiliki
foto bebas merah, foto stereo cakram
optik, dan tomografi koherensi optik
domain Fourier (OCT) (Cirrus, Carl Zeiss
Meditec, Dublin, CA, USA). Diagnosis
glaukoma didasarkan pada adanya
gambaran saraf optik glaukoma, sesuai
dengan hilangnya lapang pandang yang
khas.
Hasil Tiga puluh pasien dengan glaukoma
ketegangan normal unilateral terdaftar
dalam penelitian ini. Rata-rata lapisan
lipid, minimum, dan maksimum adalah
64,83 ± 16,50, 51,63 ± 16,73, dan 82,53 ±
20,62 pada mata glaukoma, 77,26 ± 17,81,
62,83 ± 20,99, dan 86,13 ± 15,42 pada
mata normal. Rata-rata dan minimum
lapisan lipid secara signifikan lebih tipis
dibandingkan dengan mata normal. Durasi
tetes mata glaukoma yang lebih lama dan
lebih banyak obat glaukoma dikaitkan
dengan rata-rata LLT yang lebih rendah
dan peningkatan obat glaukoma memiliki
korelasi yang signifikan dengan LLT
minimum yang lebih rendah pada mata
glaucoma.
Kesimpulan Penelitian ini menyoroti bahwa pasien
dengan pengobatan glaukoma jangka
panjang perlu dinilai untuk parameter
LLT yang dievaluasi secara objektif
kesehatan permukaan mata mereka.

Rekomendasi OSD (didefinisikan sebagai


ketidakstabilan dan pengurangan LLT)
sangat terkait dengan kepatuhan
pengobatan obat glaucoma topikal. Pasien
yang menjalani pengobatan glaukoma
jangka panjang atau menggunakan banyak
tetes mata glaukoma harus diikuti secara
hati-hati sehubungan dengan parameter
LLT, yang berguna untuk penilaian OSD.

Anda mungkin juga menyukai