Anda di halaman 1dari 6

LAYANAN DAN ANALISIS KASUS KONSELING KESEHATAN KLIEN

DIRUMAH TANGGA

A. GAMBARAN KASUS

Kasdi (21) gelap mata dan tega menginjak perut istrinya, Lina

Rahmawati (21), yang sedang hamil sekitar 8 bulan.Kasubag Humas Polres

Jakpus Kompol Suyatno menyampaikan, peristiwa itu terjadi pada Kamis 4

Januari lalu. Lina saat itu sedang beristirahat di kediamannya, Jalan Tanah

Tinggi, Johar baru, Jakarta Pusat.Entah ada apa, Lina yang sedang duduk

bersandar di tembok tiba-tiba dihampiri Kasdi. Tanpa banyak bicara suaminya

itu langsung menginjak perut yang berisikan si jabang bayi, persis di bawah

pusar."Suaminya nggak percaya itu anaknya.

Tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) itu tentu membuat

Lina meringis kesakitan. Namun bukannya iba, sikap Kasdi malah semakin

menjadi-jadi.

Lina berusaha menjelaskan bahwa bayi dalam kandungannya jelas anak

Kasdi. Sambil menangis, si istri menahan sakit. Suyatno melanjutkan, Lina

kemudian mengalami pendarahan pada Jumat 5 Januari. Anggota keluarga

yang lain kemudian mengantar ke Puskesmas dan dirujuk masuk Rumah Sakit

Budi Kemulyaan, Gambir, Jakarta Pusat. "Anaknya lahir operasi caesar," kata

Suyatno.

Hanya saja, si anak tidak dapat bertahan hidup lebih lama. Tiga hari

setelah dilahirkan, si anak meninggal dunia pada Senin 8 Januari. Kasus

tersebut kini dalam penanganan Unit Perlindungan Perempuan dan Anak


(PPA) Polda Metro Jaya. Lina sendiri sudah menjalani visum terkait peristiwa

yang menimpanya.

Selama hampir empat tahun terakhir ini Indonesia telah memberlakukan

Undang-Undang No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga atau yang dikenal dengan nama UU Penghapusan KDRT

(disahkan 22 September 2004). UU ini melarang tindak KDRT terhadap orang

dalam lingkup rumah tangganya dengan cara kekerasan fisik, psikis, seksual

atau penelantaran dalam rumah tangga. Orang-orang dalam lingkup rumah

tangga yang dimaksud adalah suami, istri, anak, serta orang-orang yang

mempunyai hubungan keluarga karena hubungan darah, perkawinan,

persusuan, pengasuhan, perwalian, menetap dalam rumah tangga serta orang

yang bekerja membantu dan menetap dalam rumah tangga tersebut.

Hingga saat ini Indonesia belum mempunyai statistik nasional untuk

tindak KDRT.  Pencatatan data kasus KDRT dapat ditelusuri dari sejumlah

institusi yang layanannya terkait sebagaimana diatur dalam UU Penghapusan

KDRT dan Peraturan Pemerintah No. 4 tahun 2006 tentang Penyelenggaraan

dan Kerjasama Pemulihan Korban kekerasan Dalam Rumah Tangga. Komisi

Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan atau disebut Komnas

Perempuan, mencatat bahwa di tahun 2006 sebanyak 22,512 kasus kekerasan

terhadap perempuan dilayani oleh 258 lembaga di 32 propinsi di Indonesia

74% diantaranya kasus KDRT dan terbanyak dilayani di Jakarta (7.020 kasus)

dan Jawa tengah (4.878 kasus. Lembaga-lembaga tersebut termasuk RPK

[Ruang Pelayanan Khusus] atau Unit Perlindungan Perempuan dan Anak di


kepolisian, Pusat Krisis Terpadu & Pusat Pelayanan Terpadu [PKT & PPT] di

Rumah Sakit atau Layanan Kesehatan, Women’s Crisis Centre (WCC) dan

Lembaga Bantuan Hukum (LBH) yang menyediakan layanan pendampingan

bagi Korban serta Kejaksaan, Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama.

Data tahun 2007 Mitra Perempuan WCC mencatat 87% dari perempuan

korban kekerasan yang mengakses layanannya mengalami KDRT, dimana

pelaku kekerasan terbanyak adalah suami dan mantan suaminya (82,75%).

Fakta tersbut juga menunjukkan 9 dari 10 perempuan korban kekerasan yang

diampingi WCC mengalami gangguan kesehatan jiwa, 12 orang pernah

mencoba bunuh diri; dan 13,12% dari mereka menderita gangguan kesehatan

reproduksinya.

B. SOLUSI PENANGANAN

Kasus yang dijelaskan diatas dapat kita ketahui bahwa seorang yang

melakukan kekerasan dalam rumah tangga disebabkan oleh banyak hal yang

terjadi pada kehidupan mereka sendiri. Disini yang dapat dilakukan konselor

dalam mengatasi masalah tersebut adalah seorang konselor bisa melakukan

konseling individual terhadap klien yang melakukan hal tersebut dan

melakukan pendekatan-pendekatan yang bisa membuat klien tersebu bisa

terbuka kepada konselor. Pelayanan yang baik dilakukan konselor dapat

membuat klien tersebut terbuka akan dirinya dan mau menceritakan masalah

yang terjadi pada dirinya serta apa yang menyebabkan klien tersebut bisa

melakukan hal seperti itu.


Keterbukaan yang dilakukan klien kepada konselor tentang penyebab

terjadinya hal tersebut bisa diatasi oleh konselor dengan cara memberikan

nasihat atau arahan yang dapat membuat klien kita tidak lagi takut menghadapi

masyarakat yang mencap dia sebagai seorang yang tidak baik. Jadi dalam hal

ini konselor dapat memberikan masukan kepada klien dalam hal mendekatkan

dirinya kepada Allah SWT. Rajin menjalankan ibadah dan mengurangi bergaul

dengan orang-orang yuang berperilaku tidak baik yang dapat menyebabkan

kita jatuh kedalam jurang yang dalam dan sangat susah bangkit kembali karena

rasa percaya diri yang kurang, takut terhadap lingkungan masyarakat yang

selalu mempermasalahkan perlakuannya terhadap keluarga. Untuk itu klien

tersebut harus dapat mengendalikan dirinya dan selalu mendekatkan diri

kepada Allah SWT serta meminta maaf kepada keluarga atas kesalahan yang

telah salah ia lakukan.

C. LAYANAN BK

1. Memberikan layanan informasi tentang:

a. Yang menyangkut tentang bimbingan pribadi: pengenalan diri (petak

johari)

b. Yang menyangkut tentang bimbingan sosial: cara membangun hubungan

sosial yang baik terutama dalam keluarga

2. Memberikan layanan konten tentang:

c. Yang menyangkut tentang bimbingan pribadi: penilaian diri atau evaluasi

diri
d. Yang menyangkut tentang bimbingan sosial: cara membina kerja sama

yang baik dalam keluarga.


LAYANAN DAN ANALISIS KASUS KONSELING KESEHATAN KLIEN
DIRUMAH TANGGA
Diajukan untuk memenuhi tugas mingguan Konseling Kesehatan

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Syahniar, M.Pd., Kons.

DISUSUN OLEH:

ZULFRIADI TANJUNG

16006046/2016

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2018

Anda mungkin juga menyukai