Menurut kamus bahasa Indonesia analisis adalah kata bantu penguraian suatu pokok
atas berbagai bagianya dan penelaahan bagian itu sendiri, serta hubungan antarbagian
untuk mendapatkan pengertian yang tepat dan pemahaman makna keseluruhan; proses
pencarian jalan keluar yang berangkat dari dugaan akan kebenaranya; penyelidikan
terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.[1]
2. Kebutuhan
Analisis kebutuhan Anak Usia Dini adalah: Suatu usaha untuk mengetahui segala
sesuatu yang dibutuhkan anak pada usia 0-6 tahun agar anak siap melanjutkan
pendidikan selanjutnya.
Untuk membentuk generasi terbaik, kebutuhan aiyik usia dini harus terpenuhi. Anak
usia dini adalah anak dengan usia 0-6 tahun. Beberapa orang menyebut fase atau masa
ini sebagai golden age karena masa ini sangat menentukan seperti apa mereka kelak
jika dewasa, baik dari segi fisik, mental maupun kecerdasan. Tentu saja ada banyak
faktor yang akan sangat memengaruhi dalam perjalanan mereka menuju kedewasaan,
tetapi apa yang mereka dapat dan apa yang diajarkan pada mereka pada usia dini akan
tetap membekas dan bahkan memiliki pengaruh yang dominan dalam menentukan
setiap pilihan dan langkah hidup mereka. Ada tiga kebutuhan mendasar bagi seorang
anak pada usia dininya, yaitu:
1. Nutrisi: nutrisi saat hamil. Sejak seorang ibu mengetahui dirinya hamil, dia
harus memotivasi dirinya untuk memberikan gizi terbaik pada janinnya. Dengan
makan makanan bergizi tinggi dan menghindari hal-hal yang dapat merugikan
perkembangan janinnya.
ASI ekslusif di awai kehidupan bayi Pemberian ASI ekslusif adalah tonggak
pertama untuk membentuk generasi yang sehat dan cerdas. Sangat disarankan untuk
tidak memberikan makanan atau minuman selain ASI (termasuk susu formula),
karena bayi hanya membutuhkan ASI di masa 6 bulan pertama kehidupannya.
Makanan Pendamping ASI yang tepat. Pengenalan makanan semipadat pertama
pada anak bisa dimulai setelah anak berusia 6 bulan. Sebaiknya mulai dikenalkan
makanan yang mengandung karbohidrat yang dihaluskan dan dicampur dengan
ASI.
Pemberian gizi yang seimbang pada anak usia batita dan balita. Pada masa
batita dan balita, seorang anak sudah makan makanan keluarga yang dikenalkan
sejak usia 1 tahun. Gizi seimbang harus diperhatikan dan kalau bisa hindarkan dari
pemakaian penyedap rasa.[3]
Analisis kebutuhan anak adalah salah satu cara seorang pendidik untuk mencari acuan pembuatan
program belajar yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan anak. Proses belajar anak dilakukan
berdasarkan pinsip-prinsip perkembangan pada anak yaitu bahwa anak belajar secara holistik,
belajar dilakukan dalam tahapan mulai dari yang sederhana hingga ke kompleks, dari yang mudah
hingga ke yang sukar, dari konkrit ke abstrak, dari diri sendiri ke orang lain, dari keseluruhan ke
bagian-bagian, anak belajar dalam kecepatannya masing-masing
Perkembangan anak selanjutnya dilakukan berdasarkan perkembangan pada tahapan sebelumnya,
dan adanya periode-periode terbaik pada anak untuk melakukan proses belajar. Selain itu, proses
belajar pada anak berdasarkan pada prinsip bahwa anak adalah pembelajar yang aktif, proses belajar
anak dipengaruhi oleh kematangan, lingkungan, anak belajar dari pengalaman interaksi sosial dan
pengalaman fisik, gaya belajar masing-masing anak berbeda, anak belajar melalui media bermain.
Berdasarkan hasil riset, program pembelajaran yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak
menghadirkan pengalaman pendidikan yang positif untuk anak-anak. Dalam hal ini, anak tidak
hanya menunjukkan prestasi yang baik, namun sikap mereka terhadap sekolah juga positif, mereka
tetap antusias dan optimis. Hal ini seringkali menjadi masalah bagi anak-anak yang belajar di kelas
yang mengabaikan kebutuhan mereka akan pendidikan yang unik dan individual. Untuk
menganalisis kebutuhan anak, yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Kita perlu memahami apa yang sedang terjadi pada anak. Setiap anak adalah unik sehingga
kebutuhan seorang anak akan berbeda dengan anak yang lain. Lakukan observasi yang berulang
dalam mengamati tingkah laku anak. Sesuaikan dengan tugas perkembangannya pada saat itu.
Kenalilah apa yang dibutuhkan anak untuk berkembang saat ini (apakah saat ini anak sedang ingin
melatih kemampuan-kemampuan dasar untuk berkomunikasi? Apakah saat ini anak sedang minta
perhatian untuk memastikan bahwa dia memang akan mendapat perhatian dan rasa aman?
Apakah anak sedang ingin mengembangkan kemampuan motoriknya? Apakah anak sedang
mengungkapkan sesuatu? dan lain selanjutnya).
2. Dari hasil observasi yang dilakukan maka kita melakukan pertimbangan tentang apa yang
terjadi pada anak berdasarkan teori yang terkait. Apabila belum mendapatkan kesimpulan dari
observasi, observasi dapat dilakukan lebih dari satu kali. Jangan mengambil sebuah keputusan
yang terpaksa dalam memperlakukan anak. Buat kesimpulan yang tajam dari hasil observasi.
3. Dari hasi observasi, kita akan melakukan analisis apa yang sedang terjadi pada anak dan
menyiapkan rencana kegiatan yang dibutuhkan oleh anak terkait dengan analisis yang sudah
dilakukan.
4. Untuk bisa melakukan hal tersebut diatas, maka pendidik perlu belajar mengenali berbagai
media yang menarik baik berupa cara-cara, kegiatan-kegiatan atau materi yang bisa menarik anak
dan mengemasnya dalam program-program kegiatan yang menarik, sedemikian rupa sehingga
anak selalu merasa tertantang ingin mencobanya sendiri dan mampu menyelesaikan permasalahan
yang ditemukan saat melakukan analisis.
5. Lakukan evaluasi dari program yang sudah dibuat, apakah terjadi perubahan pada anak
setelah melakukan program yang diberikan. Lanjutkan dengan kesimpulan dan pemilihan program
selanjutnya
Hal yang penting yang perlu dilakukan adalah penulisan secara sistmatis dan obyektif pada
perkembangan anak. Catatan anak sangat penting untuk melakukan perlakuan dan pembuatan
program selanjutnya. Selain itu NAEYC (National Association for the Education of Young Children),
menuliskan pendidikan yang patut dan sesuai dengan perkembangan anak (DAP) menekankan pada
beberapa hal berikut :
1. Anak yang seutuhnya. Para profesional anak usia dini menyebut perkembangan anak dan
pembelajaran dari suatu perspektif yang holistik, akan menciptakan kurikulum yang mencakup
kebutuhan emosi, sosial, kognitif, dan fisik anak.
2. Program yang berdasarkan pada perbedaan individu. Perencanaan dan penerapan program
ditujukan untuk mengadaptasi kebutuhan yang berbeda- beda, dan minat anak-anak.
3. Pentingnya inisiatif anak dalam beraktifitas. Anak adalah pembuat keputusan aktif dalam
proses pembelajaran. Para guru harus memiliki wawasan yang luas tentang tanggapan anak yang
membangun.
4. Permainan sebagai sarana untuk belajar. Permainan adalah sesuatu yang bernilai dan
fasilitasnya bisa didalam ruangan maupun diluar ruangan.
5. Kelas yang fleksibel, yang dapat memberikan stimulasi kepada anak.
6. Kurikulum yang terintegrasi. Isi kurikulum ( seperti sains, matematika, dan ilmu sosial)
dikombinasikan dalam lingkungan aktivitas sehari-hari.
7. Learning by doing. Anak-Anak terlibat langsung dalam pengalaman yang kongkrit dengan
materi. Aktivitas di mana mereka berpartisipasi dengan sesuatu yang relevan dengan lingkungan.
8. Memberikan aneka pilihan bagi anak-anak tentang apa yang akan mereka pelajari dan
bagaimana mereka belajar. Para guru menyediakan suatu kesempatan yang luas dalam aktivitas
sehingga anak-anak boleh memilih dan anak-anak dapat meraih tujuan belajar dengan melalui
banyak cara.
9. Penilaian secara berkesinambungan : anak-anak secara individual dan program secara
keseluruhan. Praktisi menggunakan berbagai strategi penilaian, termasuk yang formal dan teknik
informal. Penilaian yang distandardisasi ditekankan untuk menuju pencapaian berdasarkan
dokumentasi.
10. Bekerjasama dengan orang tua. Orang tua merupakan partner yang penting dalam
pengambilan keputusan dalam proses pendidikan. Keterlibatan mereka dalam pendidikan anak
mereka dipandang sebagai sesuatu yang penting dan diharapkan.
Artinya bahwa setiap yang kita berikan pada anak haruslah melalui proses sadar yang memiliki misi
dan tujuan tertentu. Dengan demikian analisis kebutuhan merupakan salah satu cara membuat
proses belajar menjadi sebuah proses sadar dengan mempersiapkan program yang cocok bagi anak
didik kita. Selain itu berikut manfaat yang dapat kita dapatkan dari analisis kebutuhan anak usia
dini :
Upaya yang dilakukan orang tua Agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal yaitu
dengan asupan nutrisi dan gizi seimbang lewat makanan yang dikonsumsi nya, tetapi terkadang
anak menolak jenis makanan tertentu padahal kandungan gizi pada makanan tersebut sangat
bagus.
Pertanyaanya, Bagaimana cara untuk mensiasati agar anak tersebut mau mengonsumsi makanan
tersebut?
karena seperti yang kita ketahui sendiri bahwa untuk tumbuh secara optimal anak harus
mendapatkan gizi yang seimbang dari makanan yang di konsumsi jadi gk bisa hanya mengonsumsi
satu jenis makanan tertentu saja selama terus menerus kan.
Alasan utama anak tidak mau makan sama sekali biasanya karena memiliki “ketakutan”
tersendiri mengenai makanan tersebut. Kondisi ini biasanya dialami oleh anak yang baru saja
hendak mencoba makan jenis makanan baru atau pernah mencobanya tapi tidak suka.
Kekhawatiran tersebutlah yang kemudian membuat anak pilih-pilih makan. Tindakan tersebut
seolah menjadi bentuk pertahanan bagi dirinya dalam memilah makanan, meski sebenarnya yang
di sajikan yakni makanan sehat untuk anak.
Menurut saya cara yang paling tepat dilakukan untuk mensiasati agar anak tersebut mau
memakan makanan sehat yang telah kita sediakan yaitu dengan memberikan variasi atau
menyajikan makanan dengan tampilan yang menarik. Misalnya berikan anak sepiring makanan
dengan tampilan yang menarik dengan membentuk nasi menjadi berbentuk wajah, kemudian
menggunakan sayur dan lauk sebagai pemanisnya.Dan bisa membentuk sayur wortel menjadi
sebuah mahkota, atau timun sebagai rumputnya. Orangtua berkreasi sendiri untuk menemukan
variasi tampilan yang menarik di piring makan anak.
Kemudian dengan memberikan variasi rasa kepada makanan anak dengan menawarkan rasa
makanan yang gurih dan buah buahan yang manis Semakin banyak variasi makanan dan
tampilan makanan menarik yang dimakan anak, tentu akan melengkapi nutrisi yang dibutuhkan
anak.
ara untuk mensiasati agar anak mau mengomsunsi makanan yg tidak mau di komsumsi adalah
dengan cara pengenalan berbagai macam rasa makanan kepada anak sejak baru mulai belajar
makan, anak yg berusia 6 bulan sudah harus di kenalkan dengan berbagai jenis makanan
seimbang dan bergizi sehingga apalagi anak sudah berusia lebih dari 2 atau 3 tahun bahkan sampe
dewasa tidak akan menjadi anak yg pemilih dalam hal makanan