Kurva autoregulasi serebral terdiri dari tiga bagian: plateau, batas bawah, dan batas
atas. Batas bawah adalah batas CPP, bila CPP semakin rendah, CBF juga semakin rendah
(linier), sedangkan batas atas adalah batas CPP di mana bila terlewati, semakin tinggi CPP
maka CBF juga semakin tinggi. Plateau adalah rentang antara batas bawah dan atas yang
mana CBF tetap stabil (sekitar 50 ml/100 gram/menit).
Otak mampu menoleransi perubahan tekanan darah dalam rentang yang luas dengan
sedikit perubahan pada aliran darah. Vaskularisasi serebral berubah dengan cepat (10-60
detik) untuk beradaptasi terhadap perubahan CPP. Penurunan CPP menyebabkan
vasodilatasi otak, sedangkan peningkatan CPP menginduksi vasokonstriksi. Pada individu
normal, CBF akan konstan pada MAP 60- 160 mmHg. Batas terendah MAP dapat
meningkat pada pasien tertentu. Di luar rentang MAP tersebut, aliran darah menjadi
tergantung tekanan (pressure dependent). Tekanan di atas 150-160 mmHg dapat
mengganggu sawar darah otak dan menyebabkan edema serebral dan perdarahan.
Batas terendah dan tertinggi dari kurva autoregulasi bergeser ke kanan pada pasien
yang mengalami hipertensi arteri kronis. Aliran menjadi lebih tergantung tekanan CPP pada
tekanan rendah untuk melindungi otak. Artinya, dibutuhkan batas CPP lebih tinggi untuk
mempertahankan CBF adekuat. Berbagai penelitian menunjukkan terapi antihipertensi
jangka panjang dapat mengembalikan batas autoregulasi ke normal. Mekanisme miogenik,
neurogenik, dan metabolik berkontribusi dalam autoregulasi otak. Autoregulasi serebral
dapat terganggu bahkan hilang pada traumatic brain injury dan pembedahan intrakranial.
Akibatnya, CBF menjadi pressure passive, yang artinya tidak lagi stabil pada batas
autoregulasi rentang CPP melainkan berubah linier dengan CPP. Hiperkapnia berat akibat
hipoventilasi dapat mengganggu autoregulasi. Anestesi inhalasi pada konsentrasi tinggi
adalah vasodilator serebral kuat dan mengganggu autoregulasi, sementara obat anestesi
intravena tidak mengganggu autoregulasi ini. Pada kondisi autoregulasi otak terganggu, CPP
harus dikontrol secara hati-hati karena setiap perubahan CPP juga mengubah CBF akibat
dari hilangnya kemampuan autoregulasi ini.
PENGARUH PaC02
CBF berbanding secara langsung dengan PaC02 antara tekanan 20-80 mmHg.
Terjadi perubahan aliran darah sekitar 1-2 ml/100 gr/menit untuk setiap perubahan PaC02 1
mmHg dari PaC02 40 mmHg. Efek ini bersifat segera dan merupakan efek sekunder pada
perubahan pH CSF (cerebrospinal fluid/ cairan serebrospinal) dan jaringan otak. pH
perivaskular akan menyebabkan arteriol dilatasi dan konstriksi sehingga mengubah CBF.
CBF terkait PaC02 hanya berlangsung 6-8 jam sebagai mekanisme kompensasi perubahan
konsentrasi HC03~. Karena ion tidak dapat menembus sawar darah otak secara langsung
sedangkan C02 dapat menembus sawar darah otak, perubahan akut dari PaC02, bukan
HC03", memengaruhi CBF. Asidosis metabolik akut memiliki efek yang kecil pada CBF
karena ion hidrogen (H*) tidak dapat menembus sawar darah otak secara langsung. Setelah
24-48 jam, konsentrasi ion HC03" di CSF menyesuaikan dan berkompensasi dengan
perubahan pada PaC02, sehingga efek hipokapnia dan hiperkapnia berkurang. Hiperventilasi
bermakna (PaC02 <20 mmHg) menggeser kurva disosiasi Hb- 02 ke kiri dan dengan
perubahan ada CBF, dapat menyebabkan perubahan EEG yang menunjukkan gangguan
serebral, bahkan pada individu normal. Hiperventilasi maupun hipoventilasi berlebihan
harus dihindari karena dapat menyebabkan hipoperfusi dan hiperperfusi. Hiperventilasi
agresif memanjang akibat traumatic brain injury, menunjukkan keluaran neurologis yang
lebih buruk.
Gambar 3 Hubungan CBF dengan tekanan gas arteri
PENGARUH Pa02
Perubahan pada Pa02 yang bermakna dapat mengubah CBF. Hiperoksia hanya
mengurangi sedikit (-10%) CBF, sedangkan hipoksemia berat (Pa02 <50 mmHg) akan
sangat meningkatkan CBF, kemungkinan sebagai kompensasi mekanik untuk
mempertahankan penghantaran oksigen (cerebral oxygen delivery = arterial blood oxygen
content x CBF).
PENGARUH SUHU
CBF berubah 5-7% setiap perubahan suhu 1°C. Hipotermia menurunkan CMR dan
CBF, sementara hipertermia memiliki efek sebaliknya. Antara suhu 17- 37°C, setiap
peningkatan suhu 10°C akan melipatkan CMR. Sebaliknya CMR turun sebesar 50% pada
setiap penurunan suhu otak 10°C (misal dari suhu 37°C menjadi 27°C). Pada suhu 20°C,
EEG menunjukkan gambar isoelektrik, namun penurunan suhu lebih lanjut akan
menurunkan CMR di seluruh otak. Hipertermia (>42°C) dapat menyebabkan kerusakan
otak.
TIK NORMAL
Kranium memiliki rongga yang rigid dengan volume total tetap, yang terdiri dari
otak (80%), darah (12%), dan CSF (8%). Setiap peningkatan salah satu komponen harus
diimbangi oleh penurunan komponen lain untuk mencegah peningkatan TIK. TIK
merupakan tekanan CSF di supratentorial yang diukur di ventrikel Bila mekanisme
kompensasi telah melampaui batas, TIK akan meningkat dan pembuluh darah akan tertekan.