Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PENDAHULUAN

ETIKA REKAYASA

MUHAMMAD ANWAR
031 2016 0080

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
Peristiwa ambruknya plafon SMPN 2 Mengwi akhirnya dibahas
dalam rapat Komisi IV DPRD Badung, Senin (9/12). Dewan
menghadirkan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) dan
Disdikpora Badung. Demikian pula PT Undagi Jaya selaku penggarap
proyek, pihak konsultan perencana, hingga pengawas.
Dalam rapat tersebut, pihak rekanan menjadi bulan-bulanan dewan
dan Dinas PUPR. Sebab ambruknya plafon gedung yang baru berumur dua
tahun itu membuktikan ada yang tak beres. Dewan pun menyayangkan
proyek senilai Rp 29 miliar tersebut. "Robohnya plafon menandakan
proyek bermasalah," ungkap Nyoman Gede Wiradana, wakil ketua I
Komisi IV DPRD Badung.

Pihaknya meminta satu per satu pihak yang terkait proyek itu
membeberkan penyebab dan upaya yang telah dilakukan. Pasalnya, meski
sudah ada perbaikan, masih ada keraguan terkait kalayakan gedung. “Kami
ingin tahu antisipasi. Karena jangan sampai sekarang roboh diperbaiki,
besok roboh lagi,” ujarnya.

Menanggapi hal itu, Kadis PUPR IB Surya Suamba mengaku ikut


was-was dengan kejadian tersebut. Namun, pihaknya sudah
memerintahkan rekanan untuk mengevaluasi kembali bangunan itu secara
keseluruhan.

Pihaknya sudah melakukan kajian. Penyebab ambruknya plafon


disebabkan pengikat plafon atau hollow tidak kuat. Pihaknya juga sudah
mengganti plafon gipsum dengan plafon berbahan kayu semen, sehingga
lebih kuat. “Jujur, di sini ada kesalahan SOP. Rangka pengikat tidak sesuai
spek. Itu sudah kami suruh perbaiki,” kata pejabat asal Tabanan tersebut.

Awal mula munculnya kasus ini karena mandor yang menggarap


plafon tak profesional, hingga berujung pemecatan. Sayang plafon di
bawah pengawasannya terlanjur dipasang. Plafon tersebut kemudian
ambruk seluas 108 meter persegi. “Mandor yang pasang kebetulan
bermasalah. Dia sudah dipecat. Tapi terlanjur plafon dipasang dan inilah
yang jebol karena kurang gantungan,” jelasnya.
Hal senada juga disampaikan konsultan pengawas. Dalam perbaikan-
perbaikan, pihaknya mengaku sudah meminta dikembalikan sesuai
spesifikasi. Sementara itu, Wayan Sutaya dari PT Undagi Jaya memohon
maaf atas kejadian tersebut. Sebab telah teledor, khususnya terkait mandor.
Pihaknya mengaku sudah memperbaiki kerusakan tersebut. “Iya, saya
mengakui keteledoran terhadap mandor ini," ungkapnya.

Wiradana pun langsung meminta agar seluruh bangunan SMPN 2


Mengwi dicek ulang. Pihaknya akan turun lagi mengecek kondisi
bangunan tersebut. Pasalnya, dari laporan pihak sekolah, bangunan banyak
yang cacat. Bahkan ada genteng belum terpasang. "Kami ingin ngecek
ulang. Beberapa bagian harus dibuka lagi, biar pasti,” tegas politisi PDIP
itu.

Rapat juga dihadiri anggota Komisi IV, Ni Luh Gede Rara Hita
Sukmadewi, Ni Luh Putu Sekarini, Luh Gede Mediastuti, Made Suwardana
dan Ni Ketut Sueni. Hadir pula Kabid Cipta Karya IGA Arinda Trisnawati,
dan Kabid Sarana dan Prasarana Disdikpora Putu Robby Widya Harsana.

1. Organisasi profesi yang terlibat


PT Undagi Jaya adalah perusahaan konsturuksi yang berperan
sebagai penerima proyek dan bergerak di bidang pembangunan,
renofasi, pengerjaan ulang dan pemulihan. PT Undagi Jaya selaku
penggarap proyek, pihak konsultan hingga pengawas dari proyek
bangunan senilai 29 miliar. Dalam kasus ini PT Undagi Jaya
meminta maaf karena telah lalai khusunya terkait mandor yang
kebetulan bermasalah. Pihaknya mengaku telah memperbaiki
kesalahan tersebut dengan mengganti plafon gipsum dengan plafon
berbahan kayu semen sehingga lebih kuat.
2. Bentuk pelanggaran

Terjadi kesalahan SOP dimana mandor yang menggarap plafon tidak


professional. Penyebab ambruknya plafon disebabkan pengikat
plafon atau hollow tidak kuat menahan beban karena rangka pengikat
tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.

3. Sanksi yang di berikan terhadap individu yang melanggar


Karena kesalahannya mandor yang bermasalah di beri sanksi berupa
pemecatan

Anda mungkin juga menyukai