Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PNEUMONIA DENGAN

MASALAH KETIDAKEFEKTIFANBERSIHANJALANNAFAS
DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA MALANG

Maharani Kusumaningayu, Wisoedhanie Widi Anugrahanti, Wibowo

Prodi D-III Keperawatan STIKes Panti Waluya Malang

Email: maharanikusumaningayu@gmail.com

ABSTRAK

Pneumonia adalah suatu proses infeksi atau inflamasi yang terjadi pada parenkim paru karena terdapat
adanya suatu konsolidasi atau suatu pengisian pada rongga alveolikarena adanya eksudat. Peradangan
ini dapat disebabkan oleh virus, bakteri dan jamur. Adanya infeksi yang disebabkan oleh
mikroorganisme mengakibatkan adanya peningkatan sputum dalam jalan nafas dan sulit untuk
dikeluarkan sehingga menimbulkan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
Penelitian ini bertujuan untuk melaksanakan asuhan keperawatan pasien Pneumonia dengan masalah
ketidakefektifan bersihan jalan nafas di rumah sakit Panti Waluya Malang. Desain penelitian ini
menggunakan metode studi kasus dengan 2 pasien sebagai subjek penelitian, pada tanggal 27 Maret –
29 Maret 2019 dan 19 Juni – 21 Juni 2019. Hasil pengkajian didapatkan data pada masing-masing
pasien mengeluh sesak nafas, batuk berdahak dan sulit untuk dikeluarkan, adanya nafas tambahan
ronchi dan peningkatan frekuensi pernafasan. Pada kedua pasien dilakukan tindakan farmakologi dan
non-farmakologi salah satu diantaranya ialah mengajarkan teknik batuk efektif. Pasca dilakukan
asuhan keperawatan, kedua pasien berangsur pulih dari masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
Teknik batuk efektif dapat membantu pasien dalam pengeluaran sputum. Oleh karena itu pentingnya
mengajarkan pasien teknik batuk efektif yang bertujuan agar jalan nafas kembali efekktif.
Kata Kunci: Pneumonia, bersihan jalan nafas

ABSTRACT

Pneumonia is a process of infection or inflammation that occurs in the pulmonary parenchyma which
is caused by consolidation or alveoli cavity filling because of exudates. This inflammation can be
caused by viruses, bacteria, and fungi. The existence of infection which caused by microorganisms
leads the enhancement of sputum in the breathing path and difficult to be removed then causes
ineffectiveness nursing problems of breathing path cleaning. The aim of this research is enforcing the
nursing care of Pneumonia’s patients with ineffectiveness problems of breathing path cleaning in
Panti Waluyo Malang Hospital. Research design in this study uses the case study method with 2
patients as a research subject on March 27th – 29th , 2019 and June 19th – 21st , 2019. From this study,
data is obtained from each patient who complains out of breath, cough with phlegm and difficult to
remove, the additional breath of ronchi presence, and enhancement of respiratory frequency.
Pharmacological and non-pharmacological actions is carried out on both patients. One of them is
teaching effective coughing technique. After nursing care action, both patients gradually recovering
from ineffectiveness problems of breathing path cleaning. Effective coughing technique can help
patients in sputum expenditure. Therefore, teaching patients about effective coughing techniques is
important for the effective respiratory.

Keywords : Pneumonia, breathing path cleaning


Pendahuluan 365 di wilayah Jawa Timur (Dinkes Jawa

Pneumonia adalah suatu proses infeksi atau Timur, 2017). Hasil yang didapat di Rumah

inflamasi yang terjadi pada parenkim paru sakit Panti Waluya Malang memaparkan bahwa

karena terdapat adanya suatu konsolidasi atau penderita pneumonia kira-kira pada usia 24-90

suatu pengisian pada rongga alveolikarena tahun sebanyak 203 pada tahun 2018 (Rekam

adanya eksudat. Peradangan ini dapat Medis RS. Panti Waluya,2018).

disebabkan oleh virus, bakteri dan jamur Adanya infeksi yang disebabkan oleh
(Somantri, 2016; Arief, 2015). mikroorganisme (virus, bakteri dan jamur)

Angka kesakitan pneumonia cukup tinggi. yang masuk kedalam tubuh dan menyerang

Berdasarkan data yang dipaparkan World sistem pertahanan tubuh, kemudian bakteri

Health Organization (WHO) tahun 2015, kasus bermultiplikasi membentuk koloni dan

pneumonia mengalami peningkatan prevalensi mengakibatkan infeksi sehingga terjadi adanya

2,1% pada tahun 2007 menjadi 2,7% pada peningkatan sputum dalam jalan nafas dan sulit

tahun 2013. Berdasarkan kelompok umur, untuk dikeluarkan sehingga menimbulkan

peningkatan prevalensi terjadi pada umur 45-54 masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan

tahun dan masih terus meningkat di umur jalan nafas (Muttaqin, 2012).

selanjutnya (WHO, 2016). Pneumonia banyak Gejala tersebut sama dengan yang dikeluhkan
terjadi pada 450 juta orang pertahun. Di dunia oleh pasien di Rumah Sakit Panti Waluya
angka kejadian pneumonia tercatat 9,2 juta jiwa Malang pada akhir Januari 2018 diruang rawat
meninggal dalam periode 1 tahun diseluruh inap dewasa di ruang PP (Placida Pavilliun)
dunia, 92% dari total kasus yang telah tercatat dijumpai 1 klien berumur 45 tahun masuk
ditemukan pada benua Asia dan Afrika. dengan diagnosa Pneumonia. Saat itu kondisi
Pneumonia merupakan peringkat ke sepuluh klien mengalami batuk berdahak, terdapat
besar, dengan angka kejadian pada pneumonia adanya suara nafas tambahan yaitu ronchi,
dewasa 17. 311 jiwa (53, 95%) laki-laki dan 46, klien mengeluhkan sesak nafas dan adanya
05% perempuan dan terdapat 7, 6% pasien peningkatan frekuensi pernafasan pada klien.
meninggal (Kemenkes RI, 2017). Di Amerika Saat batuk terdengar adanya penumpukkan
Serikat kasus pneumonia mencapai antara sputum pada jalan nafas, saat klien
40.000-70.000 orang. Di Indonesia kasus membatukkanya namun sputum tidak dapat
pneumonia mengalami peningkatan dari tahun dikeluarkan.
ke tahun dengan angka kejadian 190, 231
orang. Di wilayah Jawa Timur kasus Ketidakefektifan bersihan jalan nafas jika tidak

pneumonia tercatat 20,05% pada tahun 2010 dilakukan penanganan dengan tepat dan benar

dan masih terus meningkat menjadi 31,37% akan menimbulkan beberapa dampak antara

pada tahun 2014. Adapun data yang dipaparkan lain: adanya perubahan struktur paru normal,

oleh Dinkes tercatat penderita sebanyak 155. perluasan infeksi lokal untuk mengenai pleura
(pleuritis), kerusakan yang berlebihan pada Pada penelitian ini yang menjadi partisipan
parenkim paru, abses paru, empiema atau efusi yaitu pasien I Tn. S yang berusia 84 Tahun
pleura. Hal ini harus segera ditangani dengan dirawat inap dengan diagnosa Pneumonia pada
cara mengajarkan kepada klien tentang teknik 26 Maret 2019 serta pasien II Tn. P yang
batuk efektif, teknik ini sangat efektif dalam berusia 47 Tahun dirawat inap dengan diagnosa
membantu pengeluaran sputum (Lemone, Pneumonia pada 19 Juni 2019 yang masing
2015). masing dirawat di Santa Anna Atas dan Santa
Anna Bawah Rumah Sakit Panti Waluya
Peran peneliti disini sebagai seorang perawat,
Malang.
pertolongan kesehatan yang diberikan yaitu
Penelitian dilakukan selama 3 hari terhadap
merencanakan intervensi sesuai dengan
masing-masing pasien degan menggunakan
masalah yang dialami oleh klien. Dengan
teknik pengumpulan data berupa observasi,
melaksanakan intervensi dan tindakan
wawancara, pemeriksaan fisik serta studi data.
kolaboratif dalam pemberian terapi
Disematkan pula etika yang menjadi dasar
farmakologi untuk memulihkan
penyusunan karya tulis ilmiah, terdiri dari:
ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Asuhan
1) Informed Consent
yang dapat diberikan untuk mengatasi masalah
2) Anonimity
tersebut yaitu dengan memberikan posisi yang
3) Confidentiality
nyaman untuk memaksimalkan ventilasi,
mengeluarkan sputum dengan mengajarkan
Hasil
teknik batuk efektif untuk membantu
Pada studi kasus ini diperoleh hasil sebagai
mengurangi sekret yang berlebih.
berikut:
Metode Penelitian 1. Pengkajian
Pasien I masuk rumah sakit pada tanggal 26
Desain penelitian yang digunakan ada adalah
Maret 2019 dengan keluhan sesak nafas dan
studi kasus. Asuhan keperawatan pasien
batuk berdahak. Kemudian setelah
Pneumonia dengan masalah ketidakefektifan
dilakukan pemeriksaan pasien didiagnosa
bersihan jalan di RS Panti Waluya, maka
Pneumonia. Kemudian oleh peneliti
batasan istilah yang diuraikan oleh penulis:
dilakukan pemeriksaan dan didapatkan
1) Pasien yang terdiagnosa Pneumonia
bahwa pasien mengeluhkan sesak nafas,
2) Adanya keluhan sesak nafas
batuk berdahak dan dahak susah untuk
3) Adanya suara nafas tambahan (ronchi)
dikeluarkan, terdapat suara nafas tambahan
4) Adanya sputum berlebih
ronchi dan terdapat peningkatan frekuensi
5) Batuk berdahak tetapi tidak dapat
pernafasan.didapatkan juga pemeriksaan
mengeluarkan sekret secara maksimal
Tekanan Darah: 130/80 mmHg, Nadi:
6) Adanya peningkatan frekuensi pernafasan
128x/menit, suhu: 36,8ºC, Respiratory rate:
26x/menit. Pada pasien II, masuk rumah 4. Implementasi
sakit pada tanggal 19 Juni 2019 dengan Pada pasien I dan II telah dilakukan
keluhan sesak nafas dan batuk berdahak. implementasi keperawatan yang telah
Kemudian dilakukan pemerikaan dan ditetapkan. Namun tidak keseluruhan
didapati pasien terdiagnosa Pneumonia. intervensi dapat dilaksanakan. Ada 2
Setelah sampai ruangan intervensi yang tidak dilakukan karena
dilakukanpemeriksaan oleh peneliti dan kondisi pasien.
didapatkan hasil pasien mengeluhkan sesak 5. Evaluasi
nafas, batuk berdahak yang susah untuk Pasien I pada hari keperawatan ketiga
dikeluarkan, adanya suara nafas tambahan setelah dilakukan asuhan keperawatan,
ronchi dan terdapat peningkatan frekuensi didapatkan pasien I belum mengalami
pernafasan. Dilakukan pula hasil peningkatan terkait dengan kemampuan
pemeriksaan Tekanan Darah: 150/90 mengeluarkan sputum dan masih
mmHg, Nadi: 116 x/ menit, Suhu: 36,6 mengeluhkan sesak nafas. Pada pasien II,
ºC,Respiratory rate: 28x/ menit. ketika evaluasi setelah tindakan keperawatan
2. Diagnosa Keperawatan hari ketiga, didapatkan bahwa pasien sudah
Berdasarkan dari hasil pengkajian pada mampu mengeluarkan sputum dan
pasien I maupun II ditegakkan diagnosa mengatakan sesak sudah banyak berkurang.
yang sama yaitu Pneumonia dengan masalah
ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Pembahasan
3. Intervensi Keperawatan 1. Pengkajian
Pada pasien I dan II telah ditetapkan rencana Berdasarkan data yang ditunjukan oleh
keperawatan yang telah disesuaikan dengan pasien I dan II pada saat dilakukan
tinjauan pustaka berupa identifikasi adanya pengkajian didapatkan bahwa data yang
suara nafas tambahan, identifiskasi ditunukan telah sesuai dengan diagnosa
kemampuan pasien dalam mengeluarkan Pneumonia dengan masalah ketidakefektifan
sputum, observasi sputum, berikan posisi bersihan jalan nafas. Data yang mendukung
yang nyaman untuk memaksimalkan hal tersebut adalah pada kondisi pasien yang
ventilasi, ajarkan pasien tentang teknik mengeluhkan sesak nafas, batuk berdahak
batuk efektif guna membantu pasien dalam dan sputum susah untuk dikeluarkan,
usaha mengeluarkan sputum, serta intervensi terdapat adanya suara nafas tambahan ronchi
kolaboratif dalam pemberian kolaboratif dan dan adanya peningkatan frekuensi
kolaborasi dalam pemberian obat sesuai pernafasan. Hal tersebut juga sudah sesuai
indikaasi dan pemberian bronkodilator dengan teori yang dikemukaan oleh
sesuai indikasi. Mutaqqin (2012) yang mengatakan bahwa
Pneumonia dapat terjadi akibat dari faktor
lingkungan, penyakit penyerta, reaksi alergi mengeluarkan sputum, memberikan posisi
pada jalan nafas, asma, COPD, pembesaran semi fowler, ajarkan teknik batuk efektif,
dinding bronkus, infeksi. Adanya infeksi anjurkan intake yang adekuat 2500cc/hari,
yang disebabkan oleh mikroorganisme anjurkan untuk minum air hangat, lakukan
(virus, bakteri, jamur) yang masuk ke dalam fisioterapi dada, bersikan sekret dengan
tubuh dan menyerang sistem pertahanan penghisapan pada pasien yang tidak sadar,
tubuh, kemudian bakteri bermultiplikasi dan kolaborasi dalam pemberian terapi
membentuk koloni dan mengakibatkan oksigen, antibiotik dan bronkodilator (SIKI,
infeksi sehingga terjadi adanya peningkatan 2018). Hal tersebut sesuai juga dengan
produksi sputum dalam jalan nafas dan sulit kondisi pasien yang didiagnosa dengan
untuk dikeluarkan sehingga menimbulkan diagnosa keperawatan yaitu ketidakefektifan
masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Selain itu tujuan serta
bersihan jalan nafas kriteria hasil pada kedua pasien juga
2. Diagnosa Keperawatan ditetapkan sama. Hal tersebut sesuai dengan
Pada pasien I dan II telah ditetapkan teori menurut Mutaqqin (2012).
diagnosa keperawatan yang sama yaitu 4. Implementasi
ketidakefektifan bersihan jalan nafas dengan Pada pasien I telah ditetapkan 13 intervensi,
etiologi peningkatan produksi sputum namun hanya 11 intervensi yang dapat
dampak dari adanya infeksi akibat dilakukan yaitu dengan tindakan yang
mikroorganisme. Data yang menunjang dilakukan untuk pembebasan jalan nafas
lainnya yaitu peningkatan Leukosit, dengan melakukan auskultasi daerah paru-
neutrofil, monosit dan eosinofil. Hal tersebut paru, memonitor pola nafas, mengobservasi
sesuai dengan teori Mutaqqin (2012) sputum, warna dan kekentalan, mengkaji
diagnosa keperawatan yang ditegakkan kemampuan klien mengeluarkan sputum,
adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas memberikan posisi semi fowler, melakukan
berhubungan dengan peningkatan produksi fisioterapi dada, mengajarkan batuk efektif,
sputum dengan batasan karakteristik menganjurkan untuk minum 2500cc/hari,
3. Intervensi Keperawatan menganjurkan untuk minum air hangat,
Pada pasien I dan II telah sama-sama melakukan kolaborasi pemberian oksigen,
ditetapkan 13 intervensi yang sama, yaitu: melakukan kolaborasi dalam pemberian obat
manajemen pembebasan jalan nafas. sesuai indikasi dan kolaborasi pemberian
Intervensi yang disusun antara lain: broncodilator dan 2 intervensi yang tidak
auskultasi daerah paru-paru dan catat adanya dilakukan yaitu postural drainage dan
suara nafas tambahan, monitor pola nafas, membersihkan sekret dengan teknik suction.
irama dan usaha respirasi, observasi warna, Pada pasien II telah dilakukan pula 13
kekentalan sputum, kaji kemampuan klien intervensi tetapi yang dapat
diimplementasikan 10 intervensi yang sudah mengeluarkan sputum, pasien merasakan
dilakukan yaitu dengan melakukan sesak erkurang, batuk dengan sputum yang
auskultasi daerah paru-paru, memonitor pola bisa dikeluarkan, frekuensi pernafasan
nafas, mengobservasi sputum, warna dan dalam rentan normal yaitu 16-24x/ menit
kekentalan, mengkaji kemampuan klien dan tidak ada suara nafas tambahan (Ackley,
mengeluarkan sputum, memberikan posisi 2016).

semi fowler, mengajarkan batuk efektif, Kesimpulan

menganjurkan untuk minum 2500cc/hari, Telah dilaksanakan asuhan keperawatan pasien

menganjurkan untuk minum air hangat, Pneumonia dengan masalah ketidakefektifan

melakukan kolaborasi pemberian oksigen, bersihan jalan nafas di Rumah Sakit Panti

melakukan kolaborasi dalam pemberian obat Waluya Malang didapatkan masalah teratasi

sesuai indikasi dan kolaborasi pemberian sebagian pada pasien I dan masalah teratasi

broncodilator dan 3 intervensi lainnya tidak pada pasien II. Hal ini dilihat dari perbedaan

dilakukan yaitu postural drainage, bersihkan pencapaian kriteria hasil karena adanya

sekret dengan suction dan fisioterapi dada. perbedaan kondisi masing-masing responden.

Implementasi adalah tahap ketika perawat


mengaplikasikan rencana asuhan Daftar Pustaka

keperawatan ke dalam bentuk intervensi


Ackley, Betty J dkk, 2016, Nursing diagnosis
keperawatan guna membantu pasien handbook:An Evidence-Based Guide to
Planning Care, 11th Edition, Mosby
mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Elsevier. St Louis, Missouri
(Somantri,2009).
Bachtiar Arief, 2015. Pelaksanaan Pemberian
5. Evaluasi Oksigen Pada Pasien Gangguan Sistem
Pada pasien I dan II setelah 3 hari dilakukan Pernafasan di RSUD Bangil Pasuruan.
Jurnal Poltekes Kemenkes Malang
asuhan keperawatan, masalah
ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi Dinkes Jawa Timur, 2017. Buku Pedoman
Surveilans Penyakit, Dinas Kesehatan
sebagian pada pasien I dan masalah teratasi Provensi Jawa Timur
pada pasien II. Selain karena karena
Kemenkes RI. 2017 . Data dan Informasi
tindakan farmakologi yang telah diberikan , Kesehatan 2017. Jakarta. Kemenkes RI
turut mendukung pula tindakan keperawatan Lemone, 2015. Buku Ajar Keperawatan
yang telah peneliti lakukan diantaranya Medikal Bedah dengan Gangguan
Respirasi Edisi 5 . Jakarta; EGC
seperti teknik batuk efektif. Hal tersebut
ditujukan untuk membantu pasien dalam Muttaqin , A. 2012. Asuhan Keperawatan
Klien dengan Gangguan sistem
mengeluarkan sputum secara maksimal Pernapasan. Salemba Medika : Jakarta
sehingga jalan nafas dapat kembali efektif. PPNI, 2018. Sandar Intervensi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan tersebut, terbukti Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP
mampu membantu pasien untuk PPNI.
Somantri Irman. 2016. Asuhan Pada Klien
Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Salemba Medika : Jakarta

World Health Organization (WHO) Pneumonia


Progress Report. Jeneva: 2019
LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar konsultasi Pembimbing 1


Lampiran 2 Lembar Konsultasi Pembimbing 2
Lampiran 3 Surat Pernyataan

Anda mungkin juga menyukai