Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN BENDA ASING PADA TELINGA

TINJAUAN TEORITIS

1.      DEFINISI

Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks


(pendengaran dan keseimbangan) . Indera pendengaran berperan penting pada
partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk
perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi
dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.
Benda asing merupakan benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh
yang dalam keadaan normal tidak ada. Telinga sering kemasukan benda asing.
Kadang-kadang benda dapat masuk. Bila kemasukan benda asing di telinga, tentu
saja terjadi penurunan pendengaran. Terkadang benda asing dapat masuk tanpa
sengaja ke dalam telinga orang dewasa yang mencoba membersihankan kanalis
eksternus atau mengurangi gatal atau dengan sengaja anak-anak memasukkan
benda tersebut ke dalam telinganya sendiri.Namun, terkadang sering dianggap
enteng oleh setiap orang. Pada anak, anak tak melaporkan keluhannya sebelum
timbul keluhan nyeri akibat infeksi di telinga tersebut, lama-lama telinganya berbau.
Jika hal ini terjadi, orang tua patut mencurigainya sebagai akibat kemasukan benda
asing. Jangan menanganinya sendiri karena bisa-bisa benda yang masuk malah
melesak ke dalam karena anatomi liang telinga yang berlekuk. Di telinga banyak
terdapat saraf-saraf dan bisa terjadi luka. Benda yang masuk biasanya hanya bisa
dikeluarkan oleh dokter THT dengan menggunakan peralatan dan keahlian khusus.
2.      ETIOLOGI

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan benda asing diliang telinga yaitu:

 Faktor kesengajaan, biasanya terjadi pada anak-anak balita.


 Faktor kecerobohan sering terjadi pada orang dewasa sewaktu menggunakan alat alat
pembersih telinga misalnya kapas, tangkai korek api atau lidi yang tertinggal di dalam
telinga, yang terakhir adalah faktor kebetulan terjadi tanpa sengaja dimana benda asing
masuk kedalam telinga contoh masuknya serangga, kecoa, lalat dan nyamuk.
Berikut beberapa benda asing yang sering masuk ke telinga dan penangangan pertama
yang bisa dilakukan:
1. Air
Sering kali saat kita heboh mandi, berenang dan keramas, membuat air masuk ke dalam
telinga. Jika telinga dalam keadaan bersih, air bisa keluar dengan sendirinya. Tetapi jika
di dalam telinga kita ada kotoran, air justru bisa membuat benda lain di sekitarnya
menjadi mengembang dan air sendiri menjadi terperangkap di dalamnya. Segera
kunjungi dokter THT untuk membersihkan kotoran kuping yang ada.
2. CottonBuds
Cotton buds tidak di anjurkan secara medis untuk membersihkan telinga. Selain kapas
bisa tertinggal di dalam telinga, bahaya lainnya adalah dapat menusuk selaput gendang
bila tidak hati-hati menggunakannya.
3. Benda-bendakecil
Anak-anak kecil sering tidak sengaja memasukkan sesuatu ke dalam telinganya.
Misalnya, manik-manik mainan. Jika terjadi, segera bawa ke dokter THT. Jangan coba-
coba mengeluarkannya sendiri, karena bisa menimbulkan masalah baru. Di ruang
praktek, dokter mempunyai alat khusus untuk mengeluarkan benda tersebut.
4. Serangga
Bila telinga sampai kemasukan semut, berarti ada yang salah dengan bagian dalam
telinga. Pada prinsipnya, telinga punya mekanisme sendiri yang dapat menghambat
binatang seperti semut untuk tidak masuk ke dalam.
3. ANATOMI FISIOLOGI

Secara Anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, tengah dan
dalam. Dalam perkembangannya telinga dalam merupakan organ yang pertama kali
terbentuk mencapai konfingurasi dan ukuran dewasa pada trimester pertengahan
kehamilan. Sedangkan telinga tengah dan luar belum terbentuk sempurna saat
kelahiran, akan tumbuh terus dan berubah bentuk sampai pubertas. Secara
embriologi telinga luar dan tengah berasal dari celah brankial pertama dan kedua,
sedangkan telinga dalam berasal dari plakoda otik. Sehingga suaru bagian dapat
mengalami kelainan, sementara bagian lain berkembang normal. Pada kebanyakan
kasus telinga luar dan tengah mengalami kelainan kongenital bersama-sama,
sedangkan koklea berkembang normal. Hal ini memungkinkan.rehabilitasi
pendengaran pada kebanyakan kelainan telinga kongenital.

a.      Telinga Dalam

Labirin mulai berdiferensiasi pada akhir minggu ketiga dengan munculnya plakoda
otik (auditori). Dalam waktu kurang dari satu minggu plakoda tersebut mengalami
invaginasi membentuk lekuk pendengaran, kemudian berdilatasi membentuk suaru
kantong, selanjutnya tumbuh menjadi vesikula auditorius. Suatu proses migrasi,

pertumbuhan dan elongasi vesikula kemudian berlangsung dan segera membuat


lipatan pada dinding kantong yang secara jelas memberi batas tiga divisi utama
vesikula auditorius yaitu sakus dan duktus endolimfarikus, utrikulus dengan duktus
semi sirkuler dan sakulus dengan duktus koklea. Dari utrikulus kemudian timbul tiga
tonjolan mirip gelang. Lapisan membran yang jauh dari perifer gelang diserap
meninggalkan tiga kanalis semisirkularis pada perifer gelang. Sakulus kemudian
membentuk duktus koklearis berbenruk spiral.Secara filogenetik organ-organ akhir
khusus berasal dari neuromast yang tidak terlapisi yang berkembang dalam kanalis
semisirkularis untuk membentuk krista. Di dalam utrikulus dan sakulus membentuk
makula dan dalam koklea membentuk organon koiti. Diferensiasi ini berlangsung
dari minggu keenam sampai ke 10 fetus, pada saat itu hubungan definitive seperfi
telinga orang dewasa telah siap.

b.      Telinga Luar dan Tengah

Ruang telinga tengah, mastoid, permukaan dalam membijana timpani dan tuba.
Eustachius berasal dari kantong faring pertama. Perkembangan prgan ini dimulai
pada minggu keempat dan berlanjut sampai minggu ke 30 fetus, kecuali
pneumatisasi mastoid yang terus berkembang sampai pubertas. Osikel berasal dari
mesoderm celah brankial pertama dan kedua, kecuali basis stapes yang berasal dari
kapsul otik. Osikel berkembang mulai minggu kedelapan sampai mencapai bentuk-
komplet pada minggu ke 26 fetus. Liang telinga luar berasal dari ektoderm celah
brankial pertama.Membrana timpani mewakili membran penutup celah tersebut.
Pada awalnya liang telinga luar tertutup sama sekali oleh suatu sumbatan jaringan
padat, akan tetapi akan mengalami rekanalisasi

4. MANIFESTASI KLINIS

Efek dari masuknya benda asing tersebut ke dalam telinga dapat berkisar di tanpa
gejala sampai dengan gejala nyeri berat dan adanya penurunan pendengaran.
• Merasa tidak enak ditelinga :
Karena benda asing yang masuk pada telinga, tentu saja membuat telinga merasa
tidak enak, dan banyak orang yang malah membersihkan telinganya, padahal
membersihkan akan mendoraong benda asing yang mauk kedalam menjadi masuk
lagi.
• Tersumbat :
Karena terdapat benda asing yang masuk kedalam liang telinga, tentu saja membuat
telinga terasa tersumbat.
• Pendengaran terganggu :
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya
ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan
dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah.
• Rasa nyeri telinga / otalgia
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret,
terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan
abses otak. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi telinga akibat benda
asing.
• Pada inspeksi telinga akan terdapat benda asing

5. PATOFISIOLOGI
Benda asing yang masuk ke telinga biasanya disebabkan oleh beberapa factor
antara lain pada anak – anak yaitu factor kesengajaan dari anak tersebut , factor
kecerobohan misalnya menggunakan alat-alat pembersih telinga pada orang
dewasa seperti kapas, korek api ataupun lidi serta factor kebetulan yang tidak
disengaja seperti kemasukan air, serangga lalat , nyamuk.
Masuknya benda asing ke dalam telinga yaitu ke bagian kanalis audiotorius
eksternus akan menimbulkan perasaaan tersumbat pada telinga, sehingga klien
akan berusaha mengeluarkan benda asing tersebut. Namun, tindakan yang klien
lakukan untuk mengeluarkan benda asing tersebut sering kali berakibat semakin
terdorongnya benda asinr ke bagian tulang kanalis eksternus sehingga
menyebabkan laserasi kulit dan melukai membrane timpani. Akibat dari laserasi kulit
dan lukanya membrane timpanai, akan menyebabkan gangguan pendengaran , rasa
nyeri telinga/ otalgia dan kemungkinan adanya risiko terjadinya infeksi.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan dengan Otoskopik


Caranya :
– Bersihkan serumen
– Lihat kanalis dan membran timpani
Interpretasi :
– Warna kemerahan, bau busuk dan bengkak menandakan adanya infeksi
– Warna kebiruan dan kerucut menandakan adanya tumpukan darah dibelakang
gendang.
– Kemungkinan gendang mengalami robekan.

b. Pemeriksaan Ketajaman
Test penyaringan sederhana
1. Lepaskan semua alat bantu dengar
2. Uji satu telinga secara bergiliran dengan cara tutup salah satu telinga
3. Berdirilah dengan jarak 30 cm
4. Tarik nafas dan bisikan angka secara acak (tutup mulut)
5. Untuk nada frekuensi tinggi: lakukan dgn suara jam

c. Uji Ketajaman Dengan Garpu Tala


Uji weber
1. Menguji hantaran tulang (tuli konduksi)
2. Pegang tangkai garpu tala, pukulkan pada telapak tangan
3. Letakan tangkai garpu tala pada puncak kepala pasien.
4. Tanyakan pada pasien, letak suara dan sisi yang paling keras.
Interpretasi
1. Normal: suara terdengar seimbang (suara terpusat pada ditengah kepala)
2. Tuli kondusif: suara akan lebih jelas pada bagian yang sakit (obstruksi:
otosklerosis, OM) akan menghambat ruang hampa.
3. Tuli sensorineural: suara lateralisasi kebagian telinga yang lebih baik.

d. Uji Rine
1. Membandingkan konduksi udara dan tulang
2. Pegang garpu tala, pukulkan pada telapak tangan
3. Sentuhkan garpu tala pada tulang prosesus mastoid, apabila bunyi tidak
terdengar lagi pindahkan kedepan lubang telinga (2 cm)
4. Tanyakan pasien, kapan suara tak terdengar (hitungan detik)
5. Ulangi pada telinga berikutnya
Interpretasi
1. Normal: terdengar terus suara garpu tala.
2. Klien dengan tuli kondusif udara: mendengar garpu tala lebih jelas melalui
konduksi tulang (Rinne negatif)

 7. PENATALAKSANAAN

Ekstrasi benda asing dengan menggunakan pengait atau pinset atau alligator
(khususnya gabah). Pada anak yang tidak kooperatif, sebaiknya dikeluarkan dalam
narcosis umum, agar tidak terjadi komplikasi pada membrane timapani.

Bila benda asing berupa binatang atau serangga yang hidup, harus dimatikan dulu
dengan meneteskan pantokain,xylokain,minyak atau alcohol kemudian dijepit
dengan pinset.
Usaha pengeluaran harus dilakukan dengan hati- hati biasanya dijepit dengan pinset
dan ditarik keluar. Bila pasien tidak kooperatif dan beresiko merusak gendang
telinga atau struktur- struktur telinga tengah, maka sebaiknya dilakukan anastesi
sebelum dilakukan penatalaksanaan.
Jika benda asing serangga yang masih hidup, harus dimatikan terlebih dahulu
dengan meneteskan larutan pantokain, alcohol, rivanol atau minyak. Kemudian
benda asing dikait dengan pinset atau klem dan ditarik keluar. Setelah benda asing
keluar, liang telinga dibersihkan dengan larutan betadin. Bila ada laserasi liang
telinga diberikan antibiotik ampisilin selama 3 hari dan analgetik jika perlu

Benda asing seperti kertas, busa, bunga, kapas, dijepit dengan pinset dan ditarik
keluar.
Benda asing yang licin dan keras seperti batu, manik-manik, biji-bijian pada anak
yang tidak kooperatif dilakukan dengan narkose. Dengan memakai lampu kepala
yang sinarnya terang lalu dikeluarkan dengan pengait secara hati-hati karena dapat
menyebabkan trauma pada membran timpani.

Pengambilan benda asing dari kanalis audiotorius eksternus merupakan tantangan


bagi petugas perawatan kesehatan. Banyak benda asing (misalnya : kerikil, mainan,
manik-manik, penghapus) dapat diambil dengan irigasi kecuali ada riwayat perforasi
lubang membrana timpani. Benda asing dapat terdorong secara lengkap ke bagian
tulang kanalis yang menyebabkan laserasi kulit dan melubangi membrana timpani
pada anak kecil atau pada kasus ekstraksi yang sulit pada orang dewasa.
Pengambilan benda asing harus dilakukan dengan anatesia umum di kamar operasi.

8. KOMPLIKASI

Tuli atau meningitis.

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

 1.      PENGKAJIAN

Meliputi identitas klien yaitu : nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
agama, pendidikan,  tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, No. RM, diagnose
medis, alamat dan rencana terapi.

1.1  RIWAYAT KESEHATAN

1. Riwayat penyakit Dahulu


Apakah pasien pernah mengalami Riwayat kesehatan masa lalu yang berhubungan
degan gangguan pendengaran karena benda asing,biasanya kebiasaan dan
kecerobohan membersihkan telinga yang tidak benar  atau klien suka berenang
dapat mempengaruhi penyakit ini
2.   Riwayat Penyakit Sekarang

Penderita biasanya mengeluh nyeri, Penderita biasanya mengeluhkan


pendengarannya mulai menurun,  rasa tidak enak ditelinga.      .

3.   Riwayat Penyakit Keluarga.

                 Apakah ada keluarga klien yang menderita penyakit benda asing dalam
telinga seperti klien saat ini atau apakah ada riwayat pendengaran  atau riwayat
keluarga.

1.2  PEMERIKSAAN FISIK

 Kaji keadaaan umum:kaji tingkat kesadaran,berat badan dan tinggi badan klien.
Dan kaji tanda-tanda vital klien.

1. KEPALA
Amati bentuk kepala apakah ada oedema,dan amti apakah ada kondisi luka(jahitan)

1. Rambut
Biasanya rambut klien tidak bersih, rontok dan dikepala tidak ada pembengkakan.

1. Wajah
Biasaya wajah pasien kelihatan pucat karna adanya nyeri

1. Mata
Biasanya kedua mata klien simetris,reflek cahaya baik, dan konjungtiva biasanya
anemis,biasanya palpebra klien tdak udema,skelera tdak ikterik,pupil isokor

1. Telinga
Biasanya telinga klien Terjadi penyumbatan Karena terdapat benda asing yang
masuk kedalam liang telinga, Pendengaran terganggu, Rasa nyeri telinga / otalgia

1. Hidung
Biasanya klien tidak ada mengeluh dengan masalah hidung.

1. Bibir
Biasanya bibir pasien tampak pucat dan kering.

1. Gigi
Biasanya kelengkapan gigi, kondisi gigi klien tampak normal dan biasanya   
kebersihan gigi  kurang.

1. Lidah
Biasanya tampak normal tdakkotor,tdak hiperik
1. LEHER
Biasanya leher pada klien penyakit benda asong dalam telinga  ini tampak normal
saja

1. DADA
1. Inspeksi
Biasanya bentuk dan kesemetrisan rongga dada tampak normal. Biasanya klien
tampak susah bernafas / mengatur jalannya nafas dada,frekwensi nafas 12 sampai
20 X permeni,tidak dyspnea.

1. Palpasi
Biasanya normal,biasanya dgn menggunakan getaran vocal yg dsebut vocal primitus

1. Perkusi
Biasanya bunyi ketukan pada dinding dada dan bunyi dada normal jaringan sonor

1. Auskultasi
Biasanya tidak ada terdengar bunyi tambahan pada saat klien melakukan insipirasi
dan ekspirasi.

4. JANTUNG

1. inspeksi : biasanya ictus cordis tampak normal terlihat pada ICS -5

2. palpasi   : biasanya lokasi ictus cordis teraba normal tidak lebih dri 1cm

3. perkusi   : biasanya batas-batas jantung klien pada penyakit ini normal

4. auskultasi : biasanya irama denyutan jantung terdengar normal

5. ABDOMEN

1.Inspeksi    : biasanya tidak adanya pembesaran rongga abdomen

2.Auskultasi : biasanya bunyi bising usus terdengar frekuensinya tidak normal karna
klien mengalami penurunan nafsu makan

3.Palpasi     : biasanya teraba normal saja

4. Perkusi    : biasanya bunyi ketukannya terdengar normal

6.  GENITOURINARIA

Biasanya klien tidak ada terpasang kateter


1. EKSTREMITAS
Biasanya kekuatan otot kurang dari normal akibat klien terasa letih menahan nyeri
dan biasanya ekstremitas atas terpasang infus untuk menambah cairan dalam tubuh
klien karna nafsu makan klien berkurang dan biasanya kekuatan otot klien ini
menurun.

1. SISTEM INTEGUMEN
Biasanya warna kulit klien tampak pucat dan biasanya suhu kulit meningkat

1. SISTEM NEUROLOGI
Biasanya sistem neuro pada klien penyakit  ini normal saja

9. DATA POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

1. Nutrisi
kondisi Sebelum sakit Saat sakit
Biasanya klien mempunyai nafsu
makan yang tinggi. Biasanya nafsu makan klien
Biasanya klien makan 3x sehari. menurun.
Biasanya klien makan 1x sehari
1.Selera makan sbelum sakit klien sering minum karna tidak adanya nafsu makan.
2.Frekuensi makan yang dingin dan makan makanan
yang pedas-pedas. Saat sakit klien tidak ada lagi
3.Makanan pantangan makan makanan pamntangan.
Sebelum sakit pola makan klien
4.Pembatasan pola makan tidak teratur. Saat sakit pola makan klien di atur

1. Eliminasi (BAB & BAK)


kondisi Sebelum sakit Saat sakit
Saat sakit frekuensinya biasnya
berkurang,kadang2 tdk ada.
Biasanya terjadi defekasi.

Biasanya kadang2 menggunakan


Biasanya pagi dan sore. obat pencahar
– BAB Biasanya seblm skit tdk ada
1. frekuensi (waktu) kesulitan.
Biasanya saat sakit BAK sering
karna penambahan cairan melalui
2.Kesulitan Biasanya tidak menggunakan obat infus.
pencahar
3.Obat pencahar Biasanya warnanya kuning
Biasanya 5x sehari kejernihan dan berbau
–     BAK amis,kadang berbau obat,klien yg
Biasanya warnanya kuning mengonsumsi obat antibiotik
1. Frekuensi kejernihan dan berbau amis biasnya urine nya berbau obat itu.
1. Warna dan bau
1. Istirahat dan tidur
kondisi Sebelum sakit Saat sakit
Biasnya sering tidur siang karna
Biasanya jarang tidur siang karna klien hanya berbaring di tempat
kesibukan di luar rumah. tidur.
1. Jam tidur Biasanya tidur malam klien Biasnya klien susah tidur malam.
–          Siang teratur.
Biasanya klien mengalami
–          Malam Biasanya klien tidak mengalami kesulitan tidur karna kondisi
kesulitan tidur penyakitnya.
1. Kesulitan tidur
1. Aktifitas sehari-hari dan perawatan diri
kondisi Sebelum sakit Saat sakit
Klien sibuk dan menghabiskan
waktu d luar rumah karna Klien hanya istirahat di tempat
pekerjaan. tidur.
Perawatn dri klien biasanya teratur Perawtan diri klien berkurang,
1. Kegiatan sehari-hari dan bersih. hygine klien berkurang.
1. Perawatan diri
10.DATA SOSIAL EKONOMI

Biasanya jika klien masih remaja dan orangtua klien sebagai PNS, biasanya yang
menbiayai pengobatan klien orangtua, dan biasanya mengalami masalah keuangan
karna biaya penginapan RS dan pengobatan klien selama di RS.

11.DATA PSIKOSOSIAL

Biasanya psikologis klien terganggu selama di rawar di RS karna sakit yang di


deritanya dan ketidaknyamanan,biasanya klien mempunyai harapan cepat sembuh
dan ingin pulang dan adanya kemampuan mekanisme koping dalam keluarga klien.

12.DATA SPIRITUAL

Biasanya pelaksanaan ibadah klien tidak sama dengan pelaksanaan ketika klien
masih sehat,klien sholat hanya berbaring di atas tempat tidur karna klien tidak
mampunya untuk shnolat berdiri, dan biasanya klien merasakan beban yang sangat
berat atas  kondisinya saat ini.

1. 1.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut b.d. agen cedera biologis, fisik ,kimia
b. Gangguan sensori persepsi (auditori) b.d. perubahan sensori persepsi

c. Risiko infeksi b.d. laserasi kulit dan trauma membran timpani

1. 2.      INTERVENSI
 
INTERVENSI &
NO DIAGNOSA TUJUAN RASIONAL
1. Observasi keluhan nyeri,
perhatikan lokasi atau
karakter dan intensitas skala
nyeri (0-10 )
2. Ajarkan tehnik relaksasi
progresif, nafas dalam
guided imagery.
Setelah diberikan tindakan Kolaborasi: Berikan obat
keperawatan rasa nyeri pasien analgetik sesuai indikasi
dapat berkurang, KH: 1. Dapat mengidentifikasi
– Melaporkan nyeri berkurang/ terjadinya komplikasi dan
terkontrol. untuk intervensi selanjutnya.
– Menunjukkan ekspresi wajah/ 2. Membantu klien untuk
postur tubuh rileks. mengurangi persepsi nyeri
Nyeri akut b.d. agen cedera biologis,   atau mangalihkan perhatian
1 fisik ,kimia klien dari nyeri.
2 Gangguan sensori persepsi (auditori) Setelah diberikan tindakan 1. Observasi ketajaman
b.d. perubahan sensori persepsi keperawatan diharapkan pendengaran, catat apakah
ketajaman pendengaran kedua telinga terlibat
pasien meningkat, KH: 2. Berikan lingkungan yang
– Pasien dapat mendengar tenang dan tidak kacau , jika
dengan baik tanpa alat bantu diperlukan seperti musik
pendengaran, mampu lembut
menentukan letak suara dan sisi
3. Anjurkan pasien dan
paling keras dari garputala, keluarganya untuk mematuhi
membedakan suara jam dengan program terapi yang
gesekan tangan diberikan
– Pasien tidak meminta
mengulang setiap pertanyaan Rasional :
yang diajukan kepadanya 1. Mengetahui tingkat
  ketajaman pendengaran
pasien dan untuk
menentukan intervensi
selanjutnya.
2. Membantu untuk
menghindari masukan
sensori pendengaran yang
berlebihan dengan
mengutamakan kualitas
tenang

3. Mematuhi program terapi


akan mempercepat proses
penyembuhan
 

1. Observasi adanya tanda-


tanda terjadinya infeksi
( kalor, dolor, rubor, tumor
dan fungsiolesa)
2. Observasi tanda-tanda
vital
3. Pertahankan tehnik aseptik
dalam melakukan tindakan
4. Kolaborasi:
Berikan antibiotika sesuai
indikasi
Rasional :

1. Mengetahui tanda-tanda
terjadinya infeksi dan
indicator dalam melakukan
intervensi selanjutnya
2. Menetapkan data dasar
pasien, terjadi peradangan
dapat diketahui dari
penyimpangan nilai tanda
vital.
3. Tindakan aseptik saat
merupakan tindakan
preventif terhadap
kemungkinan terjadi infeksi.
4. Menurunkan kolonisasi
bakteri atau jamur dan
menurunkan risiko infeksi
.Setelah diberikan asuhan Kurang pengetahuan
keperawatan, risiko infeksi b.d.kurang terpaparnya
tidak terjadi, KH: informasi tentang penyakit,
– Tidak terdapat tanda-tanda pengobatan
infeksi ( kalor, dolor, rubor,
tumor, fungsiolesa)
Risiko infeksi b.d. laserasi kulit dan – Tanda- tanda vital dalam  
3 trauma membran timpani batas normal
                                                                                                                                       
 

1. 3.      IMPLEMENTASI
Melaksanakan/ melakukan tindakan yang telah direncanakan sesuai dengan
intervensi   untuk kesembuhan dan meningkatkan kesehatan klien.

1. 4.      EVALUASI
Pada tahap ini perawat akan mengevaluasi atau melakukan pemeriksaan kembali
untuk mengetahui sejauh manakah perkembangan terhadap pasiennya serta untuk
mengetahui apakah intervensi dan implementtasi telah tercapai atau belum.

Yang terdiri dari SOAP( subjek,objektif,analisa dan pleTASI

PENUTUP

4.1       Kesimpulan

Benda asing merupakan benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh
yang dalam keadaan normal tidak ada. Telinga sering kemasukan benda asing.
Kadang-kadang benda dapat masuk. Bila kemasukan benda asing di telinga, tentu
saja terjadi penurunan pendengaran. Terkadang benda asing dapat masuk tanpa
sengaja ke dalam telinga orang dewasa yang mencoba membersihankan kanalis
eksternus atau mengurangi gatal atau dengan sengaja anak-anak memasukkan
benda tersebut ke dalam telinganya sendiri.Namun, terkadang sering dianggap
enteng oleh setiap orang. Pada anak, anak tak melaporkan keluhannya sebelum
timbul keluhan nyeri akibat infeksi di telinga tersebut, lama-lama telinganya berbau.
Jika hal ini terjadi, orang tua patut mencurigainya sebagai akibat kemasukan benda
asing. Jangan menanganinya sendiri karena bisa-bisa benda yang masuk malah
melesak ke dalam karena anatomi liang telinga yang berlekuk. Di telinga banyak
terdapat saraf-saraf dan bisa terjadi luka. Benda yang masuk biasanya hanya bisa
dikeluarkan oleh dokter THT dengan menggunakan peralatan dan keahlian khusus

https://haniamalya.wordpress.com/2012/12/02/askep-klien-dengan-benda-asing-
pada-telinga/

Anda mungkin juga menyukai