Anda di halaman 1dari 5

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT

KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI RUANG INTENSIVE CARE


UNIT
ABSTRAK Komunikasi terapeutik adalah alat dasar yang digunakan untuk membentuk
hubungan antara perawat dan keluarga pasien. Keluarga pasien merasa interaksinya dengan
perawat merupakan kesempatan menyampaikan perasaan yang mengganggu sehingga sangat
diperlukan untuk mengatasi kecemasan. Tujuan penelitian adalah Menganalisis hubungan
komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien. Metode penelitian
ini adalah observasional analitis dilakukan pada 30 keluarga pasien di ruang Intensive Care
Unit (ICU) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ratu Zalecha Martapura. Instrumen yang
digunakan yaitu kuesioner komunikasi terapeutik perawat dan Hamilton Anxiety Rating
Scale (HARS). Hasil penelitian didapatkan komunikasi terapeutik perawat baik sebanyak
83,4%, komunikasi terapeutik perawat cukup sebanyak 16,7%. Tidak terdapat kecemasan
sebanyak 33,3%, kecemasan ringan sebanyak 33,4%, kecemasan sedang sebanyak 16,6%,
kecemasan berat 16,7%. Hasil uji korelasi spearman didapatkan p value= 0,000 dan koefisien
korelasi spearman (r)= -0,816. p value 0,000

PENDAHULUAN
Keperawatan adalah profesi yang paling dekat dengan pasien dan keluarga karena
berinteraksi selama 24 jam penuh
1. Salah satu hal yang dilakukan perawat dalam menjaga kerjasama yang baik dengan pasien
adalah membantu memenuhi kebutuhan kesehatan pasien, melalui berkomunikasi perawat
dapat mendengarkan perasaan pasien, kebutuhan pasien, dan menjelaskan prosedur
tindakan keperawatan
2. Hubungan saling memberi dan menerima antara perawat dan pasien dalam pelayanan
keperawatan disebut sebagai komunikasi terapeutik perawat yang merupakan komunikasi
profesional perawat
3. Komunikasi terapeutik diharapkan dapat menurunkan kecemasan keluarga pasien karena
keluarga merasa bahwa interaksinya dengan perawat merupakan kesempatan untuk
berbagi pengetahuan, perasaan dan informasi sehingga dapat mengatasi kecemasan
4. Keluarga yang anggota keluarganya masuk rumah sakit akan mengalami perasaan cemas
secara psikologis, perasaan cemas ini akan lebih meningkat ketika salah satu anggota
keluarga di rawat di ruang Intensive Care Unit (ICU)
5. ICU adalah unit perawatan khusus yang dikelola untuk merawat pasien sakit berat dan
kritis, cedera dengan penyulit yang mengancam nyawa dengan melibatkan tenaga
kesehatan terlatih, serta didukung dengan kelengkapan peralatan khusus
6. Kecemasan keluarga pasien di ruang ICU terjadi karena terpisah secara fisik dengan
keluarga yang dirawat, tarif ICU mahal, lingkungan ICU yang penuh dengan peralatan
canggih, bunyi alarm, dan banyaknya alat yang terpasang di tubuh pasien
7. Keluarga pasien di ruang ICU sering mengalami kecemasan bisa juga karena rata-rata
kematian yang tinggi dari pasien dalam perawatan intensif
8. Ketika kondisi pasien yang sedang dirawat di ruang ICU kritis, maka komunikasi
terapeutik sangat diperlukan karena keluarga seketika mengalami kecemasan saat anggota
keluarganya di rawat di ruang ICU, perawat perlu memberikan perhatian untuk memenuhi
kebutuhan keluarga melalui komunikasi
9. Kebutuhan keluarga pasien di ICU adalah kebutuhan informasi, dukungan mental, rasa
nyaman, berdekatan dengan pasien, dan jaminan pelayanan

METODE
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif.
Penelitian kualitatif berfokus dalam menjelaskan dan memberi pemahaman dan
interpretasi tentang berbagai perilaku dan pengalaman manusia (individu) dalam berbagai
bentuk (Afiyanti & Rachmawati, 2014). Peneliti menggunakan metode kualitatif karena
masih sedikit sekali informasi mengenai komunikasi efektif yang dilakukan oleh perawat.
Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan awal
dari suatu fenomena. Pendekatan deskriptif kualitatif dengan studi eksplorasi adalah
melakukan penyelidikan tentang makna dari suatu peristiwa hidup untuk sekelompok
orang. Pendekatan deskriptif eksploratif pada penelitian ini adalah untuk mengungkap
hambatan komunikasi efektif perawat dengan keluarga pasien dalam perspektif perawat di
Intensive Care Unit (ICU).
Instrumen penelitian ini terbagi menjadi empat komponen yaitu peneliti sebagai
instrumen utama, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan alat perekam suara
(voice recorder). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara semi
terstruktur (semi structured interview) selama 30-60 menit untuk masing-masing
informan. Informan pada penelitian ini diperoleh dengan menggunakan teknik accidental
sampling, yaitu metode pemilihan atau pengambilan sampel sumber data dengan jalan
mengambil individu siapa saja yang dapat dijangkau atau ditemui
Manfaat Teoritis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
profesi keperawatan untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan
komunikasi kepada keluarga pasien ICU dan sebagai bahan penelitian lebih lanjut. 1.4.2 Manfaat
Praktis

1. Memberikan masukan kepada perawat supaya lebih intensive dalam menjalin komunikasi
terapeutik dengan keluarga pasien.

2. Bertambahnya pemahaman perawat terhadap pentingnya komunikasi terapeutik dengan metode


verbal dan non verbal terhadap tingkat kecemasan keluarga pasien ICU.

3. Memberi masukan kepada Rumah Sakit dalam menyusun protap pelayanan kesehatan
Faktor Demografi Keluarga
Dari hasil analisa data muncul tiga sub tema terkait faktor demografi keluarga yang
berhubungan dalam komunikasi antara perawat dengan keluarga pasien di ICU yaitu usia,
pendidikan, dan ekonomi.
1) Usia Usia menjadi salah satu faktor demografi keluarga yang mempengaruhi
komunikasi. Hal ini dikarenakan cara kita berkomunikasi dengan orang lain tentunya
disesuaikan dengan faktor demografi orang tersebut salah satunya adalah usia.
2) Pendidikan Selain usia, status pendidikan juga sangat mempengaruhi komunikasi
yang ada. Adanya perbedaan tingkat pendidikan seseorang menjadikan setiap individu
memiliki pemahaman yang berbeda dalam mencerna informasi yang diberikan.
3) 3) Ekonomi Salah satu status sosial yang dapat mempengaruhi komunikasi yang ada
adalah ekonomi. Hal ini dikarenakan dibutuhkan banyak pemikiran dan pertimbangan
apabila menyangkut tentang pembiayaan mengingat hal ini merupakan sesuatu yang
sensitif bagi keluarga pasien.

Kondisi Psikologis Keluarga Kesulitan terkait pemberian informasi klinis yang dialami oleh
perawat umumnya adalah karena keluarga masih denial atau belum bisa menerima mengenai
penurunan kondisi pasien. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dimana 7 orang dari
10 informan menyatakan kesulitan saat menghadapi keluarga pasien yang masih belum dapat
menerima penurunan kondisi pasien,
Konflik Peran Keadaan tidak menyenangkan yang dialami oleh perawat dapat menimbulkan
stres bagi perawat yang nantinya akan berujung pada terjadinya kejenuhan kerja (burnout).
Ketidaknyamanan yang dialami perawat akan berdampak pada pelayanan yang diberikan
mengingat perawat sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan. Informan juga menyebutkan
bahwa mereka mengalami konflik peran terkait kondisi psikologis dan fisik yang mereka
alami dengan penampilan mereka dalam menyampaikan informasi kepada keluarga pasien.
Hasil penelitian menyatakan 4 orang informan mengalami dilema komunikasi terkait hal
tersebut. Hal ini disebabkan oleh kelelahan yang mereka alami dan masalah pribadi yang
mereka hadapi sehingga berdampak pada penampilan mereka seperti menjadi jarang senyum
saat menyampaikan informasi kepada keluarga pasien
4)
PENUTUP
Komunikasi terapeutik perawat ruang ICU RSUD Ratu Zalecha Martapura sebagian
besar yaitu 25 responden (83,4%) menilai bahwa komunikasi terapeutik perawat baik.
Tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang ICU RSUD Ratu Zalecha sebagian besar
responden tidak mengalami kecemasan sebanyak 10 responden (33,3%) dan kecemasan
ringan juga sebanyak 10 responden (33,4%). Terdapat hubungan yang sangat signifikan
antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang
ICU RSUD Ratu Zalecha Martapura dengan nilai p value 0,000 dengan arah negatif, kuat,
dan berlawanan arah, berarti semakin baik komunikasi terapeutik perawat maka tingkat
kecemasan keluarga akan semakin menurun.
Saran bagi bidang manajemen RSUD hendaknya meningkatkan manajemen keperawatan
di ruang ICU dengan saling berkoordinasi untuk mengadakan monitoring dan evaluasi
komunikasi efektif berupa komunikasi terapeutik. Bagi bidang keperawatan komunikasi
terapeutik perawat yang dinilai baik oleh hampir seluruh keluarga pasien perlu
dipertahankan sebagai metode utama dalam memberikan intervensi keperawatan untuk
meminimalkan kecemasan keluarga pasien di ruang ICU. Bagi peneliti selanjutnya
disarankan dapat melakukan penelitian tentang penyebab rendahnya skor fase terminasi
dalam komunikasi terapeutik perawat dan mempertimbangkan penyakit yang sedang
dialami pasien di ruang ICU sebagai karakteristik responden penelitian

KEPUSTAKAAN
1. Mulyani S, Paramastri I, Agus P. M. Therapeutic relation and communication of
nurse and patient for anxiety of pre-major surgical operation, Jurnal Kedokteran
Masyarakat 2008; 24 (3): 151-155. Available from: URL:
http///www.berita.kedokteran.masya rakat.org/index.
2. 2. Mundakir. Komunikasi keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2006.
3. 3. Purwaningsih W., Ina K. Asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika;
2012.
4. Kritis di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta: 2011. 12. Mohtar E. K., Tasa H.
Komunikasi terapeutik dan tingkat kecemasan keluarga pasien pra operasi
5. Afiyanti, Y., & Rachmawati, I. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Riset
Keperawatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
6. Chittem, M., & Butow, P. (2015). Responding To Family Request For Nondisclosure
: The Impact Of Oncologists'cultural Background. Journal of Cancer Research and
Therapeutics Vol. 1.
7. Depkes. (2006). Standar Pelayanan Keperawatan di ICU. Retrieved Januari Jumat,
2016, from Perpustakaan DEPKES: https://www.perpustakaan.depkes.go.id

Anda mungkin juga menyukai